Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat

2009-02-04 Terurut Topik SASTRANEGARA THARYANA
Sahabat Silat
Menurut para arkeologist  dan ahli2 geolgi dari tatar sunda menyatakan:
 Indonesia menonjol di Asia Tenggara (melalui proses local genius) 
dengan karya cipta alat2 batu pada tingkat bercocok tanam 
(neolitik) khususnya BELIUNG PERSEGI  ALAT INI PALING BANYAK 
TERSEBAR DI TANAH SUNDA dengan ciri yang TERTUA bagi ASIA TENGGARA

Jadi pada masa pra sejarah kebudayaan di tanah sunda sudah maju mencipta alat 
pakarang bela diri dari batu dan besi-baja.
Membuat kujang, bedog, arit keris, parang, pedang semua dari bahan baku 
besi-baja sudah di kenal teknolgy maju di tatar sunda. Konon alat peledak untuk 
pestol dan lodong meriam di temukan awalnya di tatar sunda.

Makanya peralatan senjata untuk perang adanya di tatar sunda dalam 
industri-insdustri saat sekarang.

Mas O'ong seneng mancing ya.untuk dapat ikan hiu

Kang Yana






From: O'ong Maryono 
To: silatindonesia@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, January 28, 2009 5:48:41 PM
Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat


Sahabat silat 
Selamat Tahun Baru Luna 
Semoga tahun ini cepat terlepas dari crisis ekonomi.

Banyak terima kasih atas tulisannya yang sangat panjang dan terinci, saya juga 
merasa tergugah dengan ceritera itu. Memang sesungguhnya di jawa tengah 
kususnya Semarang sangat banyak meninggalkan ceritera tentang jagoan silat 
Tiongkok. Jika mau membuka tabir ceritera kota Semarang semenjak kedatangan 
Admiral Cheng Ho Islamisasi di tanah jawa disana dikenal secretaris Admiral 
Cheng Ho yang bernama "May Huan" konon mahir ilmu Khun Tao harimau.

Saya mau tanya apa masih punya ceritera tentang Lo Ban Teng yang namanya sangat 
terkenal saat itu diseluruh Jawa.
Bukannya Lo Ban Teng juga meninggalkan keturunannya di Jakarta bernama Lo So 
Giok dan Lo sio Chun ?
Tolong ceratain dong ..., kalau punya ceritera jago Tiongkok di Batavia.
Keterbukaan proses akulturasi mungkin akan dapat membuka tabir yang terselubung 
dalam dunia persilatan yang ada.

Terima kasih atas informasinya 

O'ong Maryono
La Cascade Condominium, Apt 10C
1/15 Ekamai Soi 10
Bangkok 10110 
Thailand.
Mobile Phone: +66819020989

E-mail:oon...@yahoo. com
www.kpsnusantara. com

--- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta  
wrote:

> From: Moh. Arifin Purwakananta 
> Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
> To: silatindonesia@ yahoogroups. com
> Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM
> Berikut saya posting dari
> koranPendekar Tiongkok di Tanah Jawa 
> Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang  Pada masa
> lalu, pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah di
> Tanah Jawa. Bagaimana sepak terjang mereka? Berikut
> laporannya.
> 
> BONG bundar di puncak bukit Menden, Parakan, Temanggung,
> itu terlihat renta. Beberapa bagiannya rusak dan berlumut.
> Setumpuk batu-bata tertata rapi di depan epitaf. Bagi awam,
> makam yang menghadap ke Gunung Sindoro-Sumbing itu tak punya
> nilai apa-apa. Tapi warga Tionghoa Parakan amat
> memuliakannya.
> 
> Itulah makam Louw Djing Tie, tokoh yang dipercaya sebagai
> pendekar yang pernah malang-melintang dalam rimba persilatan
> di Tanah Jawa. Konon, semasa hidup dia disegani, baik oleh
> kawan maupun lawan-lawannya. Meski memiliki kemampuan bela
> diri kunthauw (kungfu) yang tinggi, dia dikenal sebagai
> sosok yang rendah hati. Djing Tie disebut-sebut sebagai wu
> lin meng zhu, atau yang teragung di rimba persilatan.
> 
> Sejauh ini tidak ada catatan sahih mengenai kehidupan Louw
> Djing Tie.
> Kisah-kisah mengenai dirinya lebih banyak bersumber dari
> cerita tutur. Terkadang kisah itu dibumbui mitos. Pemerhati
> budaya Pecinan Parakan, Sutrisno Murtiyoso memaparkan, Louw
> Djing Tie seorang singkek kelahiran Haiting pada 1855. Dia
> terlahir dengan perangai keras dan pemberani. Hampir setiap
> hari ia terlibat perkelahian dengan anak-anak sebayanya.
> Sebuah peristiwa kecil membawanya mengenal lebih jauh ilmu
> bela diri kungfu. 
> 
> Alkisah, Djing Tie kecil yang geram dengan ulah seorang
> bikhu pengemis melemparnya dengan batu. Bikhu yang kerap
> menggunakan kekerasan saat meminta-minta itu marah dan
> mengejarnya. Djing Tie lari dan terdesak ke sebuah kedai di
> jalan buntu. Untung dia diselamatkan seorang juru masak tua
> dari kedai itu.
> 
> ”Sejak peristiwa itu, Louw Djing Tie jadi lebih dewasa.
> Dia mulai berlatih kungfu di salah satu perguruan di
> desanya. Tak merasa puas, Djing Tie melanjutkan belajar ke
> kuil shaolin, kepada bikhu Biauw Tjin dan suhu Kang Too
> Seng,” kisah Sutrisno.
> 
> Suatu ketika, pemerintah setempat mengadakan seleksi guru
> kungfu untuk menjadi pelatih tentara. Louw Djing Tie bersama
> adik seperguruannya, Lie Wan turut serta. Lie Wan mendapat
> giliran menantang seorang guru kungfu dari Shan Dong yang
> telah mengalahk

Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat

2009-01-29 Terurut Topik SASTRANEGARA THARYANA






Salam Penca

Berbicara masalah budaya tertua dari mulai suara menjadi hurup, bahasa, menjadi 
gerak hingga penca / ulin dapat dibandingkan dengan  referensi berjudul "Eden 
in The East, The Drowned Continent of Southeast Asia / SUNDALAND. oleh Stephen 
Oppenheimer.

Nusantao / nusantara / achipelogo / Indonesia sekarang adalah kunci2 dari 
budaya yang menyebar ke India, Cina, Eropa dan Africa. Terbukti dari formula 
sejak dari simbul2 bahasa dan kegiatan budaya kelompok Sundaland sudah 
terbentuk sejak 9000 -15000 BC.

Homo Sapiens sudah lebih dari 120,000 BC berada di lokasi Sundaland. Manusia 
tertua adanya dekat Gunung Sunda sebelum meletus yang sekarang kota Bandung 
menurut ahli geologi dari bandung.
Kerajaan Salakanagara abad 1 m pendiri Ki Tirem jelas sekali bukan dari India 
jelas sekali asli suku sunda
berada di tatar sunda..

Silahkan di lanjut agar silat jelas jati dirinya

Kang Yana




From: Denny IS 
To: silatindonesia@yahoogroups.com
Sent: Thursday, January 29, 2009 2:01:06 AM
Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat


Recent Activity
*  1
New MembersVisit Your Group 
Yahoo! Search
Find it faster 
with Yahoo!
shortcuts.
Share Photos
Put your favorite
photos and
betul sekali pak Maryono,
bukankah hal demikian yang terjadi dengan terbentuknya budaya kita. justru 
bangsa kita dikenal dengan genius locci yang kuat. unsur2 asing yang masuk 
tidak ditelan mentah2, tapi telah diolah sedemikian rupa lewat proses 
akulturasi yg panjang. sehingga terbentuklah wujud budaya baru yang orisinil.
begitulah aliran2 pencak silat di indonesia yang mencapai karakter tersendiri, 
yang khas, melalui interaksi dengan aliran2 lain dari daerah sendiri ataupun 
dari luar (china misalnya). sesuai dengan tantangan, karakter dan kondisi alam 
setempat.
 
salam,

--- Pada Kam, 29/1/09, O'ong Maryono  menulis:

Dari: O'ong Maryono 
Topik: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
Kepada: silatindonesia@ yahoogroups. com
Tanggal: Kamis, 29 Januari, 2009, 1:16 PM

Sahabat silat

Sebenarnya beladiri asli bangsa kita sudah ada dan hebat, masuknya pengaruh 
beladiri Tiongkok ke tanah air bukan semenjak periode kolonialisasi saja, 
bahkan jaman Daha Kediri kita sudah berakulturasi, dengan kebudayaan Tiongkok, 
hanya kita tidak merasakan bawasanya yang kita punyai sudah berakulturasi 
dengan budaya pendatang yang lebih tua keberadaannya.
Jaman kerajaan Salakanegara 130 M raja pertama Dewawarman berasal dari India 
sedangkan istrinya berasal dari pesisir Betawi sekarang ini.
Jadi kerajaan pertama di jawa sudah mengenyam Indianisasi( Ridwan Saidi:2002:4) 
.
Berdirinya kerajaan Islam di Jawa dan jatuhnya majapahit tidak luput dari 
ekspansi dinasty Ming dengan mengirimkan Armada Cheng Ho pada abad ke-13. 
Kita harus menyadari bahwasanya Tanah Jawa menjadi kaya budaya karena terbentuk 
silang budaya seperti ditulis oleh Denis Lombard dalam buku nya Nusa Jawa 
Silang Budaya. 

Silahkan lanjut yang mau menambahkan

Wassalam

O'ong Maryono

O'ong Maryono
La Cascade Condominium, Apt 10C
1/15 Ekamai Soi 10
Bangkok 10110 
Thailand.
Mobile Phone: +66819020989

E-mail:oong53@ yahoo. com
www.kpsnusantara. com

--- On Thu, 1/29/09, Herman B  wrote:

> From: Herman B 
> Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
> To: silatindonesia@ yahoogroups. com
> Date: Thursday, January 29, 2009, 12:05 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> hmm jadi banyak silat di Indonesia ini yg
> terpengaruh gerakan kungfu ya  bagaimana dengan
> kemampuan para pendekar kita jaman dulu ya, mis Gajah Mada,
> Ken Arok, Hang Tuah, dan para tokoh lain yang mempunyai ilmu
> silat tinggi. Apakah kehebatan mereka dengan mudah
> dicampurkan dengan kemampuan kungfu cina yang masuk ke
> Indonesia agak belakangan setelah penjajahan Belanda dll. 
> 
> 
> 
> Ada yang bisa kasih tanggapan ? 
> 
> 
> 
> --- On Wed, 1/28/09, Jamaluddin Luthfi  yahoo.com> wrote:
> 
> 
> 
> > From: Jamaluddin Luthfi  yahoo.com>
> 
> > Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap
> silat
> 
> > To: silatindonesia@
> yahoogroups. com
> 
> > Date: Wednesday, January 28, 2009, 4:48 PM
> 
> > terima kasih atas infon lengkapya..Mas Arifin
> 
> > --- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta
> 
> >  yahoo.com> wrote:
> 
> > 
> 
> > From: Moh. Arifin Purwakananta
> 
> >  yahoo.com>
> 
> > Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap
> silat
> 
> > To: silatindonesia@
> yahoogroups. com
> 
> > Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM
> 
> > 
> 
> > Berikut saya posting dari koranPendekar Tiongkok di
> Tanah
> 
> > Jawa 
> 
> > Sebarkan Sikap Rendah Hat

Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat

2009-01-28 Terurut Topik SASTRANEGARA THARYANA
Salam Penca

Berbicara masalah budaya tertua dari mulai suara menjadi hurup, bahasa, menjadi 
gerak hingga penca / ulin dapat dibandingkan dengan  referensi berjudul "Eden 
in The East, The Drowned Continent of Southeast Asia / SUNDALAND. oleh Stephen 
Oppenheimer.

Nusantao / nusantara / achipelogo / Indonesia sekarang adalah kunci2 dari 
budaya yang menyebar ke India, Cina, Eropa dan Africa. Terbukti dari formula 
sejak dari simbul2 bahasa dan kegiatan budaya kelompok Sundaland sudah 
terbentuk sejak 9000 -15000 BC.

Homo Sapiens sudah lebih dari 120,000 BC berada di lokasi Sundaland. Manusia 
tertua adanya dekat Gunung Sunda sebelum meletus yang sekarang kota Bandung 
menurut ahli geologi dari bandung.
Kerajaan Salakanagara abad 1 m pendiri Ki Tirem jelas sekali bukan dari India 
jelas sekali asli suku sunda
berada di tatar sunda..

Silahkan di lanjut agar silat jelas jati dirinya

Kang Yana




From: Denny IS 
To: silatindonesia@yahoogroups.com
Sent: Thursday, January 29, 2009 2:01:06 AM
Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat


betul sekali pak Maryono,
bukankah hal demikian yang terjadi dengan terbentuknya budaya kita. justru 
bangsa kita dikenal dengan genius locci yang kuat. unsur2 asing yang masuk 
tidak ditelan mentah2, tapi telah diolah sedemikian rupa lewat proses 
akulturasi yg panjang. sehingga terbentuklah wujud budaya baru yang orisinil.
begitulah aliran2 pencak silat di indonesia yang mencapai karakter tersendiri, 
yang khas, melalui interaksi dengan aliran2 lain dari daerah sendiri ataupun 
dari luar (china misalnya). sesuai dengan tantangan, karakter dan kondisi alam 
setempat.
 
salam,

--- Pada Kam, 29/1/09, O'ong Maryono  menulis:

Dari: O'ong Maryono 
Topik: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
Kepada: silatindonesia@ yahoogroups. com
Tanggal: Kamis, 29 Januari, 2009, 1:16 PM

Sahabat silat

Sebenarnya beladiri asli bangsa kita sudah ada dan hebat, masuknya pengaruh 
beladiri Tiongkok ke tanah air bukan semenjak periode kolonialisasi saja, 
bahkan jaman Daha Kediri kita sudah berakulturasi, dengan kebudayaan Tiongkok, 
hanya kita tidak merasakan bawasanya yang kita punyai sudah berakulturasi 
dengan budaya pendatang yang lebih tua keberadaannya.
Jaman kerajaan Salakanegara 130 M raja pertama Dewawarman berasal dari India 
sedangkan istrinya berasal dari pesisir Betawi sekarang ini.
Jadi kerajaan pertama di jawa sudah mengenyam Indianisasi( Ridwan Saidi:2002:4) 
.
Berdirinya kerajaan Islam di Jawa dan jatuhnya majapahit tidak luput dari 
ekspansi dinasty Ming dengan mengirimkan Armada Cheng Ho pada abad ke-13. 
Kita harus menyadari bahwasanya Tanah Jawa menjadi kaya budaya karena terbentuk 
silang budaya seperti ditulis oleh Denis Lombard dalam buku nya Nusa Jawa 
Silang Budaya. 

Silahkan lanjut yang mau menambahkan

Wassalam

O'ong Maryono

O'ong Maryono
La Cascade Condominium, Apt 10C
1/15 Ekamai Soi 10
Bangkok 10110 
Thailand.
Mobile Phone: +66819020989

E-mail:oong53@ yahoo. com
www.kpsnusantara. com

--- On Thu, 1/29/09, Herman B  wrote:

> From: Herman B 
> Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
> To: silatindonesia@ yahoogroups. com
> Date: Thursday, January 29, 2009, 12:05 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> hmm jadi banyak silat di Indonesia ini yg
> terpengaruh gerakan kungfu ya  bagaimana dengan
> kemampuan para pendekar kita jaman dulu ya, mis Gajah Mada,
> Ken Arok, Hang Tuah, dan para tokoh lain yang mempunyai ilmu
> silat tinggi. Apakah kehebatan mereka dengan mudah
> dicampurkan dengan kemampuan kungfu cina yang masuk ke
> Indonesia agak belakangan setelah penjajahan Belanda dll. 
> 
> 
> 
> Ada yang bisa kasih tanggapan ? 
> 
> 
> 
> --- On Wed, 1/28/09, Jamaluddin Luthfi  yahoo.com> wrote:
> 
> 
> 
> > From: Jamaluddin Luthfi  yahoo.com>
> 
> > Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap
> silat
> 
> > To: silatindonesia@
> yahoogroups. com
> 
> > Date: Wednesday, January 28, 2009, 4:48 PM
> 
> > terima kasih atas infon lengkapya..Mas Arifin
> 
> > --- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta
> 
> >  yahoo.com> wrote:
> 
> > 
> 
> > From: Moh. Arifin Purwakananta
> 
> >  yahoo.com>
> 
> > Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap
> silat
> 
> > To: silatindonesia@
> yahoogroups. com
> 
> > Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM
> 
> > 
> 
> > Berikut saya posting dari koranPendekar Tiongkok di
> Tanah
> 
> > Jawa 
> 
> > Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang  Pada
> masa
> 
> > lalu, pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah
> di
> 
> > Tanah Jawa. Bagaimana sepak terjang

Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat

2009-01-28 Terurut Topik habbibi ryu
menambahkan..

Keliatannya nusantara sudah jadi jalur perdagangan internasional sejak jaman 
dahulu. 

Ingat bahwa di sriwijaya ada pusat kerajaan agama budha. Bahkan orang india & 
tibet sendiri datang ke Sriwijaya untuk belajar agama Budha. 

Pastinya orang cina, orang jepang, dll juga pasti dateng ke sono untuk belajar 
Budha.

Akulturasi dalam hal keilmuan pastinya terjadi. 



  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat

2009-01-28 Terurut Topik Denny IS
betul sekali pak Maryono,
bukankah hal demikian yang terjadi dengan terbentuknya budaya kita. justru 
bangsa kita dikenal dengan genius locci yang kuat. unsur2 asing yang masuk 
tidak ditelan mentah2, tapi telah diolah sedemikian rupa lewat proses 
akulturasi yg panjang. sehingga terbentuklah wujud budaya baru yang orisinil.
begitulah aliran2 pencak silat di indonesia yang mencapai karakter tersendiri, 
yang khas, melalui interaksi dengan aliran2 lain dari daerah sendiri ataupun 
dari luar (china misalnya). sesuai dengan tantangan, karakter dan kondisi alam 
setempat.
 
salam,

--- Pada Kam, 29/1/09, O'ong Maryono  menulis:

Dari: O'ong Maryono 
Topik: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
Kepada: silatindonesia@yahoogroups.com
Tanggal: Kamis, 29 Januari, 2009, 1:16 PM






Sahabat silat

Sebenarnya beladiri asli bangsa kita sudah ada dan hebat, masuknya pengaruh 
beladiri Tiongkok ke tanah air bukan semenjak periode kolonialisasi saja, 
bahkan jaman Daha Kediri kita sudah berakulturasi, dengan kebudayaan Tiongkok, 
hanya kita tidak merasakan bawasanya yang kita punyai sudah berakulturasi 
dengan budaya pendatang yang lebih tua keberadaannya.
Jaman kerajaan Salakanegara 130 M raja pertama Dewawarman berasal dari India 
sedangkan istrinya berasal dari pesisir Betawi sekarang ini.
Jadi kerajaan pertama di jawa sudah mengenyam Indianisasi( Ridwan Saidi:2002:4) 
.
Berdirinya kerajaan Islam di Jawa dan jatuhnya majapahit tidak luput dari 
ekspansi dinasty Ming dengan mengirimkan Armada Cheng Ho pada abad ke-13. 
Kita harus menyadari bahwasanya Tanah Jawa menjadi kaya budaya karena terbentuk 
silang budaya seperti ditulis oleh Denis Lombard dalam buku nya Nusa Jawa 
Silang Budaya. 

Silahkan lanjut yang mau menambahkan

Wassalam

O'ong Maryono


O'ong Maryono
La Cascade Condominium, Apt 10C
1/15 Ekamai Soi 10
Bangkok 10110 
Thailand.
Mobile Phone: +66819020989

E-mail:oon...@yahoo. com
www.kpsnusantara. com

--- On Thu, 1/29/09, Herman B  wrote:

> From: Herman B 
> Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
> To: silatindonesia@ yahoogroups. com
> Date: Thursday, January 29, 2009, 12:05 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> hmm jadi banyak silat di Indonesia ini yg
> terpengaruh gerakan kungfu ya  bagaimana dengan
> kemampuan para pendekar kita jaman dulu ya, mis Gajah Mada,
> Ken Arok, Hang Tuah, dan para tokoh lain yang mempunyai ilmu
> silat tinggi. Apakah kehebatan mereka dengan mudah
> dicampurkan dengan kemampuan kungfu cina yang masuk ke
> Indonesia agak belakangan setelah penjajahan Belanda dll. 
> 
> 
> 
> Ada yang bisa kasih tanggapan ? 
> 
> 
> 
> --- On Wed, 1/28/09, Jamaluddin Luthfi  yahoo.com> wrote:
> 
> 
> 
> > From: Jamaluddin Luthfi  yahoo.com>
> 
> > Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap
> silat
> 
> > To: silatindonesia@
> yahoogroups. com
> 
> > Date: Wednesday, January 28, 2009, 4:48 PM
> 
> > terima kasih atas infon lengkapya..Mas Arifin
> 
> > --- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta
> 
> >  yahoo.com> wrote:
> 
> > 
> 
> > From: Moh. Arifin Purwakananta
> 
> >  yahoo.com>
> 
> > Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap
> silat
> 
> > To: silatindonesia@
> yahoogroups. com
> 
> > Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM
> 
> > 
> 
> > Berikut saya posting dari koranPendekar Tiongkok di
> Tanah
> 
> > Jawa 
> 
> > Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang  Pada
> masa
> 
> > lalu, pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah
> di
> 
> > Tanah Jawa. Bagaimana sepak terjang mereka? Berikut
> 
> > laporannya.
> 
> > 
> 
> > BONG bundar di puncak bukit Menden, Parakan,
> Temanggung,
> 
> > itu terlihat renta. Beberapa bagiannya rusak dan
> berlumut.
> 
> > Setumpuk batu-bata tertata rapi di depan epitaf. Bagi
> awam,
> 
> > makam yang menghadap ke Gunung Sindoro-Sumbing itu tak
> punya
> 
> > nilai apa-apa. Tapi warga Tionghoa Parakan amat
> 
> > memuliakannya.
> 
> > 
> 
> > Itulah makam Louw Djing Tie, tokoh yang dipercaya
> sebagai
> 
> > pendekar yang pernah malang-melintang dalam rimba
> persilatan
> 
> > di Tanah Jawa. Konon, semasa hidup dia disegani, baik
> oleh
> 
> > kawan maupun lawan-lawannya. Meski memiliki kemampuan
> bela
> 
> > diri kunthauw (kungfu) yang tinggi, dia dikenal
> sebagai
> 
> > sosok yang rendah hati. Djing Tie disebut-sebut
> sebagai wu
> 
> > lin meng zhu, atau yang teragung di rimba persilatan.
> 
> > 
> 
> > Sejauh ini tidak ada ca

Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat

2009-01-28 Terurut Topik alamsyah sk
nambah tokohnya kang herman... 
Maharaja Prabu Siliwangi, Wali Songo dan Sarung Kampret 






From: Herman B 
To: silatindonesia@yahoogroups.com
Sent: Thursday, January 29, 2009 12:05:23 PM
Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat


hmm jadi banyak silat di Indonesia ini yg terpengaruh gerakan kungfu ya  
bagaimana dengan kemampuan para pendekar kita jaman dulu ya, mis Gajah Mada, 
Ken Arok, Hang Tuah, dan para tokoh lain yang mempunyai ilmu silat tinggi. 
Apakah kehebatan mereka dengan mudah dicampurkan dengan kemampuan kungfu cina 
yang masuk ke Indonesia agak belakangan setelah penjajahan Belanda dll. 

Ada yang bisa kasih tanggapan ? 

--- On Wed, 1/28/09, Jamaluddin Luthfi  wrote:

> From: Jamaluddin Luthfi 
> Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
> To: silatindonesia@ yahoogroups. com
> Date: Wednesday, January 28, 2009, 4:48 PM
> terima kasih atas infon lengkapya..Mas Arifin
> --- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta
>  wrote:
> 
> From: Moh. Arifin Purwakananta
> 
> Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
> To: silatindonesia@ yahoogroups. com
> Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM
> 
> Berikut saya posting dari koranPendekar Tiongkok di Tanah
> Jawa 
> Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang  Pada masa
> lalu, pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah di
> Tanah Jawa. Bagaimana sepak terjang mereka? Berikut
> laporannya.
> 
> BONG bundar di puncak bukit Menden, Parakan, Temanggung,
> itu terlihat renta. Beberapa bagiannya rusak dan berlumut.
> Setumpuk batu-bata tertata rapi di depan epitaf. Bagi awam,
> makam yang menghadap ke Gunung Sindoro-Sumbing itu tak punya
> nilai apa-apa. Tapi warga Tionghoa Parakan amat
> memuliakannya.
> 
> Itulah makam Louw Djing Tie, tokoh yang dipercaya sebagai
> pendekar yang pernah malang-melintang dalam rimba persilatan
> di Tanah Jawa. Konon, semasa hidup dia disegani, baik oleh
> kawan maupun lawan-lawannya. Meski memiliki kemampuan bela
> diri kunthauw (kungfu) yang tinggi, dia dikenal sebagai
> sosok yang rendah hati. Djing Tie disebut-sebut sebagai wu
> lin meng zhu, atau yang teragung di rimba persilatan.
> 
> Sejauh ini tidak ada catatan sahih mengenai kehidupan Louw
> Djing Tie.
> Kisah-kisah mengenai dirinya lebih banyak bersumber dari
> cerita tutur. Terkadang kisah itu dibumbui mitos. Pemerhati
> budaya Pecinan Parakan, Sutrisno Murtiyoso memaparkan, Louw
> Djing Tie seorang singkek kelahiran Haiting pada 1855. Dia
> terlahir dengan perangai keras dan pemberani. Hampir setiap
> hari ia terlibat perkelahian dengan anak-anak sebayanya.
> Sebuah peristiwa kecil membawanya mengenal lebih jauh ilmu
> bela diri kungfu. 
> 
> Alkisah, Djing Tie kecil yang geram dengan ulah seorang
> bikhu pengemis melemparnya dengan batu. Bikhu yang kerap
> menggunakan kekerasan saat meminta-minta itu marah dan
> mengejarnya. Djing Tie lari dan terdesak ke sebuah kedai di
> jalan buntu. Untung dia diselamatkan seorang juru masak tua
> dari kedai itu.
> 
> ”Sejak peristiwa itu, Louw Djing Tie jadi lebih dewasa.
> Dia mulai berlatih kungfu di salah satu perguruan di
> desanya. Tak merasa puas, Djing Tie melanjutkan belajar ke
> kuil shaolin, kepada bikhu Biauw Tjin dan suhu Kang Too
> Seng,” kisah Sutrisno.
> 
> Suatu ketika, pemerintah setempat mengadakan seleksi guru
> kungfu untuk menjadi pelatih tentara. Louw Djing Tie bersama
> adik seperguruannya, Lie Wan turut serta. Lie Wan mendapat
> giliran menantang seorang guru kungfu dari Shan Dong yang
> telah mengalahkan empat penantang. Pertarungan berjalan seru
> dan seimbang. Namun pada sebuah kesempatan, Lie Wan
> terancam. Tak ingin adik seperguruannya celaka, Djing Tie
> spontan naik ke panggung dan melancarkan serangan telak ke
> bagian terlarang lawan. Akibatnya fatal, guru kungfu dari
> Shan Dong itu cidera parah, sebelum akhirnya meninggal.
> 
> Sadar telah melakukan kesalahan besar, Djing Tie disertai
> Lie Wan melarikan diri. Tak tanggung-tanggung, mereka hijrah
> ke Singapura. Hanya beberapa bulan, Djing Tie memutuskan
> berlayar ke Jawa. Mula-mula dia tinggal dan berdagang di
> Batavia, namun karena tak beroleh keuntungan, Djing Tie
> pindah ke Semarang. ”Sepanjang hidupnya, Louw Djing Tie
> menyesali perbuatannya yang tak kesatria itu,” ujar
> Sutrisno.
> 
> Di Semarang, Djing Tie berdagang sambil tetap berlatih
> kungfu. Beberapa warga yang melihat dia berlatih terpukau
> sebelum akhirnya berguru kepadanya. Perlahan-lahan
> kepiawaiannya berkungfu menjadi buah bibir masyarakat. Be
> Khang Pien, pendekar yang bekerja sebagai keamanan di
> kediaman Kapten China Semarang Be Ing Tjoe di Kebondalem,
> pun merasa penasaran.
> 
> Be Kh

Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat

2009-01-28 Terurut Topik O'ong Maryono
Sahabat silat

Sebenarnya beladiri asli bangsa kita  sudah ada dan hebat, masuknya pengaruh 
beladiri Tiongkok ke tanah air bukan semenjak periode kolonialisasi saja, 
bahkan  jaman Daha Kediri kita sudah berakulturasi, dengan kebudayaan Tiongkok, 
hanya kita tidak merasakan bawasanya yang kita punyai sudah berakulturasi 
dengan budaya pendatang yang lebih tua keberadaannya.
Jaman kerajaan Salakanegara 130 M raja pertama Dewawarman berasal dari India 
sedangkan istrinya berasal dari pesisir Betawi sekarang ini.
Jadi kerajaan pertama di jawa sudah mengenyam Indianisasi(Ridwan Saidi:2002:4).
Berdirinya kerajaan Islam di Jawa dan jatuhnya majapahit tidak luput dari 
ekspansi dinasty Ming dengan mengirimkan Armada Cheng Ho pada abad ke-13. 
Kita harus menyadari bahwasanya Tanah Jawa menjadi kaya budaya karena terbentuk 
silang budaya seperti ditulis oleh Denis Lombard dalam buku nya Nusa Jawa 
Silang Budaya.  

Silahkan lanjut yang mau menambahkan

Wassalam

O'ong Maryono
  

   
O'ong Maryono
La Cascade Condominium, Apt 10C
1/15 Ekamai Soi 10
Bangkok 10110 
Thailand.
Mobile Phone: +66819020989

E-mail:oon...@yahoo.com
www.kpsnusantara.com


--- On Thu, 1/29/09, Herman B  wrote:

> From: Herman B 
> Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
> To: silatindonesia@yahoogroups.com
> Date: Thursday, January 29, 2009, 12:05 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> hmm jadi banyak silat di Indonesia ini yg
> terpengaruh gerakan kungfu ya  bagaimana dengan
> kemampuan para pendekar kita jaman dulu ya, mis Gajah Mada,
> Ken Arok, Hang Tuah, dan para tokoh lain yang mempunyai ilmu
> silat tinggi. Apakah kehebatan mereka dengan mudah
> dicampurkan dengan kemampuan kungfu cina yang masuk ke
> Indonesia agak belakangan setelah penjajahan Belanda dll. 
> 
> 
> 
> Ada yang bisa kasih tanggapan ? 
> 
> 
> 
> --- On Wed, 1/28/09, Jamaluddin Luthfi  yahoo.com> wrote:
> 
> 
> 
> > From: Jamaluddin Luthfi  yahoo.com>
> 
> > Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap
> silat
> 
> > To: silatindonesia@
> yahoogroups. com
> 
> > Date: Wednesday, January 28, 2009, 4:48 PM
> 
> > terima kasih atas infon lengkapya..Mas Arifin
> 
> > --- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta
> 
> >  yahoo.com> wrote:
> 
> > 
> 
> > From: Moh. Arifin Purwakananta
> 
> >  yahoo.com>
> 
> > Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap
> silat
> 
> > To: silatindonesia@
> yahoogroups. com
> 
> > Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM
> 
> > 
> 
> > Berikut saya posting dari koranPendekar Tiongkok di
> Tanah
> 
> > Jawa 
> 
> > Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang  Pada
> masa
> 
> > lalu, pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah
> di
> 
> > Tanah Jawa. Bagaimana sepak terjang mereka? Berikut
> 
> > laporannya.
> 
> > 
> 
> > BONG bundar di puncak bukit Menden, Parakan,
> Temanggung,
> 
> > itu terlihat renta. Beberapa bagiannya rusak dan
> berlumut.
> 
> > Setumpuk batu-bata tertata rapi di depan epitaf. Bagi
> awam,
> 
> > makam yang menghadap ke Gunung Sindoro-Sumbing itu tak
> punya
> 
> > nilai apa-apa. Tapi warga Tionghoa Parakan amat
> 
> > memuliakannya.
> 
> > 
> 
> > Itulah makam Louw Djing Tie, tokoh yang dipercaya
> sebagai
> 
> > pendekar yang pernah malang-melintang dalam rimba
> persilatan
> 
> > di Tanah Jawa. Konon, semasa hidup dia disegani, baik
> oleh
> 
> > kawan maupun lawan-lawannya. Meski memiliki kemampuan
> bela
> 
> > diri kunthauw (kungfu) yang tinggi, dia dikenal
> sebagai
> 
> > sosok yang rendah hati. Djing Tie disebut-sebut
> sebagai wu
> 
> > lin meng zhu, atau yang teragung di rimba persilatan.
> 
> > 
> 
> > Sejauh ini tidak ada catatan sahih mengenai kehidupan
> Louw
> 
> > Djing Tie.
> 
> > Kisah-kisah mengenai dirinya lebih banyak bersumber
> dari
> 
> > cerita tutur. Terkadang kisah itu dibumbui mitos.
> Pemerhati
> 
> > budaya Pecinan Parakan, Sutrisno Murtiyoso memaparkan,
> Louw
> 
> > Djing Tie seorang singkek kelahiran Haiting pada 1855.
> Dia
> 
> > terlahir dengan perangai keras dan pemberani. Hampir
> setiap
> 
> > hari ia terlibat perkelahian dengan anak-anak
> sebayanya.
> 
> > Sebuah peristiwa kecil membawanya mengenal lebih jauh
> ilmu
> 
> > bela diri kungfu. 
> 
> > 
> 
> > Alkisah, Djing Tie kecil yang geram dengan ulah
> seorang
> 
> > bikhu pengemis melemparnya 

Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat

2009-01-28 Terurut Topik Herman B
hmm jadi banyak silat di Indonesia ini yg terpengaruh gerakan kungfu ya  
bagaimana dengan kemampuan para pendekar kita jaman dulu ya, mis Gajah Mada, 
Ken Arok, Hang Tuah, dan para tokoh lain yang mempunyai ilmu silat tinggi. 
Apakah kehebatan mereka dengan mudah dicampurkan dengan kemampuan kungfu cina 
yang masuk ke Indonesia agak belakangan setelah penjajahan Belanda dll. 

Ada yang bisa kasih tanggapan ? 


--- On Wed, 1/28/09, Jamaluddin Luthfi  wrote:

> From: Jamaluddin Luthfi 
> Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
> To: silatindonesia@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, January 28, 2009, 4:48 PM
> terima kasih atas infon lengkapya..Mas Arifin
> --- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta
>  wrote:
> 
> From: Moh. Arifin Purwakananta
> 
> Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
> To: silatindonesia@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM
> 
> Berikut saya posting dari koranPendekar Tiongkok di Tanah
> Jawa 
> Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang  Pada masa
> lalu, pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah di
> Tanah Jawa. Bagaimana sepak terjang mereka? Berikut
> laporannya.
> 
> BONG bundar di puncak bukit Menden, Parakan, Temanggung,
> itu terlihat renta. Beberapa bagiannya rusak dan berlumut.
> Setumpuk batu-bata tertata rapi di depan epitaf. Bagi awam,
> makam yang menghadap ke Gunung Sindoro-Sumbing itu tak punya
> nilai apa-apa. Tapi warga Tionghoa Parakan amat
> memuliakannya.
> 
> Itulah makam Louw Djing Tie, tokoh yang dipercaya sebagai
> pendekar yang pernah malang-melintang dalam rimba persilatan
> di Tanah Jawa. Konon, semasa hidup dia disegani, baik oleh
> kawan maupun lawan-lawannya. Meski memiliki kemampuan bela
> diri kunthauw (kungfu) yang tinggi, dia dikenal sebagai
> sosok yang rendah hati. Djing Tie disebut-sebut sebagai wu
> lin meng zhu, atau yang teragung di rimba persilatan.
> 
> Sejauh ini tidak ada catatan sahih mengenai kehidupan Louw
> Djing Tie.
> Kisah-kisah mengenai dirinya lebih banyak bersumber dari
> cerita tutur. Terkadang kisah itu dibumbui mitos. Pemerhati
> budaya Pecinan Parakan, Sutrisno Murtiyoso memaparkan, Louw
> Djing Tie seorang singkek kelahiran Haiting pada 1855. Dia
> terlahir dengan perangai keras dan pemberani. Hampir setiap
> hari ia terlibat perkelahian dengan anak-anak sebayanya.
> Sebuah peristiwa kecil membawanya mengenal lebih jauh ilmu
> bela diri kungfu. 
> 
> Alkisah, Djing Tie kecil yang geram dengan ulah seorang
> bikhu pengemis melemparnya dengan batu. Bikhu yang kerap
> menggunakan kekerasan saat meminta-minta itu marah dan
> mengejarnya. Djing Tie lari dan terdesak ke sebuah kedai di
> jalan buntu. Untung dia diselamatkan seorang juru masak tua
> dari kedai itu.
> 
> ”Sejak peristiwa itu, Louw Djing Tie jadi lebih dewasa.
> Dia mulai berlatih kungfu di salah satu perguruan di
> desanya. Tak merasa puas, Djing Tie melanjutkan belajar ke
> kuil shaolin, kepada bikhu Biauw Tjin dan suhu Kang Too
> Seng,” kisah Sutrisno.
> 
> Suatu ketika, pemerintah setempat mengadakan seleksi guru
> kungfu untuk menjadi pelatih tentara. Louw Djing Tie bersama
> adik seperguruannya, Lie Wan turut serta. Lie Wan mendapat
> giliran menantang seorang guru kungfu dari Shan Dong yang
> telah mengalahkan empat penantang. Pertarungan berjalan seru
> dan seimbang. Namun pada sebuah kesempatan, Lie Wan
> terancam. Tak ingin adik seperguruannya celaka, Djing Tie
> spontan naik ke panggung dan melancarkan serangan telak ke
> bagian terlarang lawan. Akibatnya fatal, guru kungfu dari
> Shan Dong itu cidera parah, sebelum akhirnya meninggal.
> 
> Sadar telah melakukan kesalahan besar, Djing Tie disertai
> Lie Wan melarikan diri. Tak tanggung-tanggung, mereka hijrah
> ke Singapura. Hanya beberapa bulan, Djing Tie memutuskan
> berlayar ke Jawa. Mula-mula dia tinggal dan berdagang di
> Batavia, namun karena tak beroleh keuntungan, Djing Tie
> pindah ke Semarang. ”Sepanjang hidupnya, Louw Djing Tie
> menyesali perbuatannya yang tak kesatria itu,” ujar
> Sutrisno.
> 
> Di Semarang, Djing Tie berdagang sambil tetap berlatih
> kungfu. Beberapa warga yang melihat dia berlatih terpukau
> sebelum akhirnya berguru kepadanya. Perlahan-lahan
> kepiawaiannya berkungfu menjadi buah bibir masyarakat. Be
> Khang Pien, pendekar yang bekerja sebagai keamanan di
> kediaman Kapten China Semarang Be Ing Tjoe di Kebondalem,
> pun merasa penasaran.
> 
> Be Khang Pien ingin menjajal kemampuan ilmu bela diri Djing
> Tie. Dia mengajukan tantangan. Mula-mula Djing Tie enggan
> melayani. Namun karena terus dipaksa, dia terpaksa menerima
> tantangan itu. Dengan disaksikan sejumlah orang, mereka
> bertarung. Setelah sekian lama, Djing Tie

Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat

2009-01-28 Terurut Topik O'ong Maryono
Sahabat silat 
Selamat Tahun Baru Luna 
Semoga tahun ini cepat terlepas dari crisis ekonomi.

Banyak terima kasih atas tulisannya yang sangat panjang dan terinci, saya juga 
merasa tergugah dengan ceritera itu. Memang sesungguhnya di jawa tengah 
kususnya Semarang sangat banyak meninggalkan ceritera tentang jagoan silat 
Tiongkok. Jika mau membuka tabir ceritera kota Semarang semenjak kedatangan 
Admiral Cheng Ho Islamisasi di tanah jawa disana dikenal secretaris Admiral 
Cheng Ho yang bernama "May Huan" konon mahir ilmu Khun Tao harimau.
  
Saya mau tanya apa masih punya ceritera tentang Lo Ban Teng yang namanya sangat 
terkenal saat itu  diseluruh Jawa.
Bukannya Lo Ban Teng juga meninggalkan keturunannya di Jakarta bernama Lo So 
Giok dan Lo sio Chun ?
Tolong ceratain dong ..., kalau punya ceritera jago Tiongkok di Batavia.
Keterbukaan proses akulturasi mungkin akan dapat membuka tabir yang terselubung 
dalam dunia persilatan yang ada.

Terima kasih atas informasinya   

O'ong Maryono
La Cascade Condominium, Apt 10C
1/15 Ekamai Soi 10
Bangkok 10110 
Thailand.
Mobile Phone: +66819020989

E-mail:oon...@yahoo.com
www.kpsnusantara.com


--- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta  wrote:

> From: Moh. Arifin Purwakananta 
> Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
> To: silatindonesia@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM
> Berikut saya posting dari
> koranPendekar Tiongkok di Tanah Jawa 
> Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang  Pada masa
> lalu, pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah di
> Tanah Jawa. Bagaimana sepak terjang mereka? Berikut
> laporannya.
> 
> BONG bundar di puncak bukit Menden, Parakan, Temanggung,
> itu terlihat renta. Beberapa bagiannya rusak dan berlumut.
> Setumpuk batu-bata tertata rapi di depan epitaf. Bagi awam,
> makam yang menghadap ke Gunung Sindoro-Sumbing itu tak punya
> nilai apa-apa. Tapi warga Tionghoa Parakan amat
> memuliakannya.
> 
> Itulah makam Louw Djing Tie, tokoh yang dipercaya sebagai
> pendekar yang pernah malang-melintang dalam rimba persilatan
> di Tanah Jawa. Konon, semasa hidup dia disegani, baik oleh
> kawan maupun lawan-lawannya. Meski memiliki kemampuan bela
> diri kunthauw (kungfu) yang tinggi, dia dikenal sebagai
> sosok yang rendah hati. Djing Tie disebut-sebut sebagai wu
> lin meng zhu, atau yang teragung di rimba persilatan.
> 
> Sejauh ini tidak ada catatan sahih mengenai kehidupan Louw
> Djing Tie.
> Kisah-kisah mengenai dirinya lebih banyak bersumber dari
> cerita tutur. Terkadang kisah itu dibumbui mitos. Pemerhati
> budaya Pecinan Parakan, Sutrisno Murtiyoso memaparkan, Louw
> Djing Tie seorang singkek kelahiran Haiting pada 1855. Dia
> terlahir dengan perangai keras dan pemberani. Hampir setiap
> hari ia terlibat perkelahian dengan anak-anak sebayanya.
> Sebuah peristiwa kecil membawanya mengenal lebih jauh ilmu
> bela diri kungfu. 
> 
> Alkisah, Djing Tie kecil yang geram dengan ulah seorang
> bikhu pengemis melemparnya dengan batu. Bikhu yang kerap
> menggunakan kekerasan saat meminta-minta itu marah dan
> mengejarnya. Djing Tie lari dan terdesak ke sebuah kedai di
> jalan buntu. Untung dia diselamatkan seorang juru masak tua
> dari kedai itu.
> 
> ”Sejak peristiwa itu, Louw Djing Tie jadi lebih dewasa.
> Dia mulai berlatih kungfu di salah satu perguruan di
> desanya. Tak merasa puas, Djing Tie melanjutkan belajar ke
> kuil shaolin, kepada bikhu Biauw Tjin dan suhu Kang Too
> Seng,” kisah Sutrisno.
> 
> Suatu ketika, pemerintah setempat mengadakan seleksi guru
> kungfu untuk menjadi pelatih tentara. Louw Djing Tie bersama
> adik seperguruannya, Lie Wan turut serta. Lie Wan mendapat
> giliran menantang seorang guru kungfu dari Shan Dong yang
> telah mengalahkan empat penantang. Pertarungan berjalan seru
> dan seimbang. Namun pada sebuah kesempatan, Lie Wan
> terancam. Tak ingin adik seperguruannya celaka, Djing Tie
> spontan naik ke panggung dan melancarkan serangan telak ke
> bagian terlarang lawan. Akibatnya fatal, guru kungfu dari
> Shan Dong itu cidera parah, sebelum akhirnya meninggal.
> 
> Sadar telah melakukan kesalahan besar, Djing Tie disertai
> Lie Wan melarikan diri. Tak tanggung-tanggung, mereka hijrah
> ke Singapura. Hanya beberapa bulan, Djing Tie memutuskan
> berlayar ke Jawa. Mula-mula dia tinggal dan berdagang di
> Batavia, namun karena tak beroleh keuntungan, Djing Tie
> pindah ke Semarang. ”Sepanjang hidupnya, Louw Djing Tie
> menyesali perbuatannya yang tak kesatria itu,” ujar
> Sutrisno.
> 
> Di Semarang, Djing Tie berdagang sambil tetap berlatih
> kungfu. Beberapa warga yang melihat dia berlatih terpukau
> sebelum akhirnya berguru kepadanya. Perlahan-lahan
> kepiawaiannya berkungfu menjadi buah bibir masyarakat. Be
> Khang Pien,

Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat

2009-01-28 Terurut Topik Jamaluddin Luthfi

terima kasih atas infon lengkapya..Mas Arifin
--- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta  wrote:

From: Moh. Arifin Purwakananta 
Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
To: silatindonesia@yahoogroups.com
Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM

Berikut saya posting dari koranPendekar Tiongkok di Tanah Jawa 
Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang  Pada masa lalu, 
pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah di Tanah Jawa. Bagaimana sepak 
terjang mereka? Berikut laporannya.

BONG bundar di puncak bukit Menden, Parakan, Temanggung, itu terlihat renta. 
Beberapa bagiannya rusak dan berlumut. Setumpuk batu-bata tertata rapi di depan 
epitaf. Bagi awam, makam yang menghadap ke Gunung Sindoro-Sumbing itu tak punya 
nilai apa-apa. Tapi warga Tionghoa Parakan amat memuliakannya.

Itulah makam Louw Djing Tie, tokoh yang dipercaya sebagai pendekar yang pernah 
malang-melintang dalam rimba persilatan di Tanah Jawa. Konon, semasa hidup dia 
disegani, baik oleh kawan maupun lawan-lawannya. Meski memiliki kemampuan bela 
diri kunthauw (kungfu) yang tinggi, dia dikenal sebagai sosok yang rendah hati. 
Djing Tie disebut-sebut sebagai wu lin meng zhu, atau yang teragung di rimba 
persilatan.

Sejauh ini tidak ada catatan sahih mengenai kehidupan Louw Djing Tie.
Kisah-kisah mengenai dirinya lebih banyak bersumber dari cerita tutur. 
Terkadang kisah itu dibumbui mitos. Pemerhati budaya Pecinan Parakan, Sutrisno 
Murtiyoso memaparkan, Louw Djing Tie seorang singkek kelahiran Haiting pada 
1855. Dia terlahir dengan perangai keras dan pemberani. Hampir setiap hari ia 
terlibat perkelahian dengan anak-anak sebayanya. Sebuah peristiwa kecil 
membawanya mengenal lebih jauh ilmu bela diri kungfu. 

Alkisah, Djing Tie kecil yang geram dengan ulah seorang bikhu pengemis 
melemparnya dengan batu. Bikhu yang kerap menggunakan kekerasan saat 
meminta-minta itu marah dan mengejarnya. Djing Tie lari dan terdesak ke sebuah 
kedai di jalan buntu. Untung dia diselamatkan seorang juru masak tua dari kedai 
itu.

”Sejak peristiwa itu, Louw Djing Tie jadi lebih dewasa. Dia mulai berlatih 
kungfu di salah satu perguruan di desanya. Tak merasa puas, Djing Tie 
melanjutkan belajar ke kuil shaolin, kepada bikhu Biauw Tjin dan suhu Kang Too 
Seng,” kisah Sutrisno.

Suatu ketika, pemerintah setempat mengadakan seleksi guru kungfu untuk menjadi 
pelatih tentara. Louw Djing Tie bersama adik seperguruannya, Lie Wan turut 
serta. Lie Wan mendapat giliran menantang seorang guru kungfu dari Shan Dong 
yang telah mengalahkan empat penantang. Pertarungan berjalan seru dan seimbang. 
Namun pada sebuah kesempatan, Lie Wan terancam. Tak ingin adik seperguruannya 
celaka, Djing Tie spontan naik ke panggung dan melancarkan serangan telak ke 
bagian terlarang lawan. Akibatnya fatal, guru kungfu dari Shan Dong itu cidera 
parah, sebelum akhirnya meninggal.

Sadar telah melakukan kesalahan besar, Djing Tie disertai Lie Wan melarikan 
diri. Tak tanggung-tanggung, mereka hijrah ke Singapura. Hanya beberapa bulan, 
Djing Tie memutuskan berlayar ke Jawa. Mula-mula dia tinggal dan berdagang di 
Batavia, namun karena tak beroleh keuntungan, Djing Tie pindah ke Semarang. 
”Sepanjang hidupnya, Louw Djing Tie menyesali perbuatannya yang tak kesatria 
itu,” ujar Sutrisno.

Di Semarang, Djing Tie berdagang sambil tetap berlatih kungfu. Beberapa warga 
yang melihat dia berlatih terpukau sebelum akhirnya berguru kepadanya. 
Perlahan-lahan kepiawaiannya berkungfu menjadi buah bibir masyarakat. Be Khang 
Pien, pendekar yang bekerja sebagai keamanan di kediaman Kapten China Semarang 
Be Ing Tjoe di Kebondalem, pun merasa penasaran.

Be Khang Pien ingin menjajal kemampuan ilmu bela diri Djing Tie. Dia mengajukan 
tantangan. Mula-mula Djing Tie enggan melayani. Namun karena terus dipaksa, dia 
terpaksa menerima tantangan itu. Dengan disaksikan sejumlah orang, mereka 
bertarung. Setelah sekian lama, Djing Tie memiliki kesempatan menghantam lawan. 
Namun, pendekar yang rendah hati itu enggan melakukannya. Dari sana Be Khang 
Pien tahu Djing Tie bukan orang sembarangan. Tak hanya hebat, dia juga rendah 
hati. Menyadari hal itu, Be Khang Pin kemudian menjalin persahabatan dengan 
Djing Tie.Pindah ke ParakanSuatu hari seorang kenalan mengajak Djing Tie 
mengajar kungfu di Ambarawa. Setelah itu dia juga melakukan hal sama di 
Wonosobo. Saat berada di kota berhawa sejuk itu, Djing Tie beroleh tawaran 
untuk bertarung dengan harimau di Parakan. Awalnya enggan, namun atas desakan 
seorang kawan, dia menyanggupi tantangan itu. Terlebih dengan iming-iming 
bayaran tinggi. 
”Tapi acara gila itu tak pernah terlaksana. Sebab aparat keamanan Belanda 
keburu melarangnya,” kata Sutrisno.

Djing Tie selanjutnya memilih bermukim di Parakan. Dia mengajar ilmu bela diri 
kepada sebuah keluarga juragan tembakau di kota itu. Warga menyambutnya dengan 
baik. Namun The Soei, seorang guru kungfu di daerah itu merasa ingin menguji 
kehebatan Djing tie. Tantangan itu

[silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat

2009-01-28 Terurut Topik Moh. Arifin Purwakananta
Berikut saya posting dari koranPendekar Tiongkok di Tanah Jawa 
Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang  Pada masa lalu, 
pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah di Tanah Jawa. Bagaimana sepak 
terjang mereka? Berikut laporannya.

BONG bundar di puncak bukit Menden, Parakan, Temanggung, itu terlihat renta. 
Beberapa bagiannya rusak dan berlumut. Setumpuk batu-bata tertata rapi di depan 
epitaf. Bagi awam, makam yang menghadap ke Gunung Sindoro-Sumbing itu tak punya 
nilai apa-apa. Tapi warga Tionghoa Parakan amat memuliakannya.

Itulah makam Louw Djing Tie, tokoh yang dipercaya sebagai pendekar yang pernah 
malang-melintang dalam rimba persilatan di Tanah Jawa. Konon, semasa hidup dia 
disegani, baik oleh kawan maupun lawan-lawannya. Meski memiliki kemampuan bela 
diri kunthauw (kungfu) yang tinggi, dia dikenal sebagai sosok yang rendah hati. 
Djing Tie disebut-sebut sebagai wu lin meng zhu, atau yang teragung di rimba 
persilatan.

Sejauh ini tidak ada catatan sahih mengenai kehidupan Louw Djing Tie.
Kisah-kisah mengenai dirinya lebih banyak bersumber dari cerita tutur. 
Terkadang kisah itu dibumbui mitos. Pemerhati budaya Pecinan Parakan, Sutrisno 
Murtiyoso memaparkan, Louw Djing Tie seorang singkek kelahiran Haiting pada 
1855. Dia terlahir dengan perangai keras dan pemberani. Hampir setiap hari ia 
terlibat perkelahian dengan anak-anak sebayanya. Sebuah peristiwa kecil 
membawanya mengenal lebih jauh ilmu bela diri kungfu. 

Alkisah, Djing Tie kecil yang geram dengan ulah seorang bikhu pengemis 
melemparnya dengan batu. Bikhu yang kerap menggunakan kekerasan saat 
meminta-minta itu marah dan mengejarnya. Djing Tie lari dan terdesak ke sebuah 
kedai di jalan buntu. Untung dia diselamatkan seorang juru masak tua dari kedai 
itu.

”Sejak peristiwa itu, Louw Djing Tie jadi lebih dewasa. Dia mulai berlatih 
kungfu di salah satu perguruan di desanya. Tak merasa puas, Djing Tie 
melanjutkan belajar ke kuil shaolin, kepada bikhu Biauw Tjin dan suhu Kang Too 
Seng,” kisah Sutrisno.

Suatu ketika, pemerintah setempat mengadakan seleksi guru kungfu untuk menjadi 
pelatih tentara. Louw Djing Tie bersama adik seperguruannya, Lie Wan turut 
serta. Lie Wan mendapat giliran menantang seorang guru kungfu dari Shan Dong 
yang telah mengalahkan empat penantang. Pertarungan berjalan seru dan seimbang. 
Namun pada sebuah kesempatan, Lie Wan terancam. Tak ingin adik seperguruannya 
celaka, Djing Tie spontan naik ke panggung dan melancarkan serangan telak ke 
bagian terlarang lawan. Akibatnya fatal, guru kungfu dari Shan Dong itu cidera 
parah, sebelum akhirnya meninggal.

Sadar telah melakukan kesalahan besar, Djing Tie disertai Lie Wan melarikan 
diri. Tak tanggung-tanggung, mereka hijrah ke Singapura. Hanya beberapa bulan, 
Djing Tie memutuskan berlayar ke Jawa. Mula-mula dia tinggal dan berdagang di 
Batavia, namun karena tak beroleh keuntungan, Djing Tie pindah ke Semarang. 
”Sepanjang hidupnya, Louw Djing Tie menyesali perbuatannya yang tak kesatria 
itu,” ujar Sutrisno.

Di Semarang, Djing Tie berdagang sambil tetap berlatih kungfu. Beberapa warga 
yang melihat dia berlatih terpukau sebelum akhirnya berguru kepadanya. 
Perlahan-lahan kepiawaiannya berkungfu menjadi buah bibir masyarakat. Be Khang 
Pien, pendekar yang bekerja sebagai keamanan di kediaman Kapten China Semarang 
Be Ing Tjoe di Kebondalem, pun merasa penasaran.

Be Khang Pien ingin menjajal kemampuan ilmu bela diri Djing Tie. Dia mengajukan 
tantangan. Mula-mula Djing Tie enggan melayani. Namun karena terus dipaksa, dia 
terpaksa menerima tantangan itu. Dengan disaksikan sejumlah orang, mereka 
bertarung. Setelah sekian lama, Djing Tie memiliki kesempatan menghantam lawan. 
Namun, pendekar yang rendah hati itu enggan melakukannya. Dari sana Be Khang 
Pien tahu Djing Tie bukan orang sembarangan. Tak hanya hebat, dia juga rendah 
hati. Menyadari hal itu, Be Khang Pin kemudian menjalin persahabatan dengan 
Djing Tie.Pindah ke ParakanSuatu hari seorang kenalan mengajak Djing Tie 
mengajar kungfu di Ambarawa. Setelah itu dia juga melakukan hal sama di 
Wonosobo. Saat berada di kota berhawa sejuk itu, Djing Tie beroleh tawaran 
untuk bertarung dengan harimau di Parakan. Awalnya enggan, namun atas desakan 
seorang kawan, dia menyanggupi tantangan itu. Terlebih dengan iming-iming 
bayaran tinggi. 
”Tapi acara gila itu tak pernah terlaksana. Sebab aparat keamanan Belanda 
keburu melarangnya,” kata Sutrisno.

Djing Tie selanjutnya memilih bermukim di Parakan. Dia mengajar ilmu bela diri 
kepada sebuah keluarga juragan tembakau di kota itu. Warga menyambutnya dengan 
baik. Namun The Soei, seorang guru kungfu di daerah itu merasa ingin menguji 
kehebatan Djing tie. Tantangan itu dilayani. Maka waktu yang telah ditentukan, 
mereka mengadu kehebatan. 

Menurut Sutrisno, untuk menghindari jatuhnya korban, mereka mengganti senjata 
tajam dengan sebatang kuas yang ujungnya dicelup tinta cina. Kedua jagoan itu 
saling menyerang, tusuk-menusuk secara bergant