Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
Sahabat Silat Menurut para arkeologist dan ahli2 geolgi dari tatar sunda menyatakan: Indonesia menonjol di Asia Tenggara (melalui proses local genius) dengan karya cipta alat2 batu pada tingkat bercocok tanam (neolitik) khususnya BELIUNG PERSEGI ALAT INI PALING BANYAK TERSEBAR DI TANAH SUNDA dengan ciri yang TERTUA bagi ASIA TENGGARA Jadi pada masa pra sejarah kebudayaan di tanah sunda sudah maju mencipta alat pakarang bela diri dari batu dan besi-baja. Membuat kujang, bedog, arit keris, parang, pedang semua dari bahan baku besi-baja sudah di kenal teknolgy maju di tatar sunda. Konon alat peledak untuk pestol dan lodong meriam di temukan awalnya di tatar sunda. Makanya peralatan senjata untuk perang adanya di tatar sunda dalam industri-insdustri saat sekarang. Mas O'ong seneng mancing ya.untuk dapat ikan hiu Kang Yana From: O'ong Maryono To: silatindonesia@yahoogroups.com Sent: Wednesday, January 28, 2009 5:48:41 PM Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat Sahabat silat Selamat Tahun Baru Luna Semoga tahun ini cepat terlepas dari crisis ekonomi. Banyak terima kasih atas tulisannya yang sangat panjang dan terinci, saya juga merasa tergugah dengan ceritera itu. Memang sesungguhnya di jawa tengah kususnya Semarang sangat banyak meninggalkan ceritera tentang jagoan silat Tiongkok. Jika mau membuka tabir ceritera kota Semarang semenjak kedatangan Admiral Cheng Ho Islamisasi di tanah jawa disana dikenal secretaris Admiral Cheng Ho yang bernama "May Huan" konon mahir ilmu Khun Tao harimau. Saya mau tanya apa masih punya ceritera tentang Lo Ban Teng yang namanya sangat terkenal saat itu diseluruh Jawa. Bukannya Lo Ban Teng juga meninggalkan keturunannya di Jakarta bernama Lo So Giok dan Lo sio Chun ? Tolong ceratain dong ..., kalau punya ceritera jago Tiongkok di Batavia. Keterbukaan proses akulturasi mungkin akan dapat membuka tabir yang terselubung dalam dunia persilatan yang ada. Terima kasih atas informasinya O'ong Maryono La Cascade Condominium, Apt 10C 1/15 Ekamai Soi 10 Bangkok 10110 Thailand. Mobile Phone: +66819020989 E-mail:oon...@yahoo. com www.kpsnusantara. com --- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta wrote: > From: Moh. Arifin Purwakananta > Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat > To: silatindonesia@ yahoogroups. com > Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM > Berikut saya posting dari > koranPendekar Tiongkok di Tanah Jawa > Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang Pada masa > lalu, pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah di > Tanah Jawa. Bagaimana sepak terjang mereka? Berikut > laporannya. > > BONG bundar di puncak bukit Menden, Parakan, Temanggung, > itu terlihat renta. Beberapa bagiannya rusak dan berlumut. > Setumpuk batu-bata tertata rapi di depan epitaf. Bagi awam, > makam yang menghadap ke Gunung Sindoro-Sumbing itu tak punya > nilai apa-apa. Tapi warga Tionghoa Parakan amat > memuliakannya. > > Itulah makam Louw Djing Tie, tokoh yang dipercaya sebagai > pendekar yang pernah malang-melintang dalam rimba persilatan > di Tanah Jawa. Konon, semasa hidup dia disegani, baik oleh > kawan maupun lawan-lawannya. Meski memiliki kemampuan bela > diri kunthauw (kungfu) yang tinggi, dia dikenal sebagai > sosok yang rendah hati. Djing Tie disebut-sebut sebagai wu > lin meng zhu, atau yang teragung di rimba persilatan. > > Sejauh ini tidak ada catatan sahih mengenai kehidupan Louw > Djing Tie. > Kisah-kisah mengenai dirinya lebih banyak bersumber dari > cerita tutur. Terkadang kisah itu dibumbui mitos. Pemerhati > budaya Pecinan Parakan, Sutrisno Murtiyoso memaparkan, Louw > Djing Tie seorang singkek kelahiran Haiting pada 1855. Dia > terlahir dengan perangai keras dan pemberani. Hampir setiap > hari ia terlibat perkelahian dengan anak-anak sebayanya. > Sebuah peristiwa kecil membawanya mengenal lebih jauh ilmu > bela diri kungfu. > > Alkisah, Djing Tie kecil yang geram dengan ulah seorang > bikhu pengemis melemparnya dengan batu. Bikhu yang kerap > menggunakan kekerasan saat meminta-minta itu marah dan > mengejarnya. Djing Tie lari dan terdesak ke sebuah kedai di > jalan buntu. Untung dia diselamatkan seorang juru masak tua > dari kedai itu. > > Sejak peristiwa itu, Louw Djing Tie jadi lebih dewasa. > Dia mulai berlatih kungfu di salah satu perguruan di > desanya. Tak merasa puas, Djing Tie melanjutkan belajar ke > kuil shaolin, kepada bikhu Biauw Tjin dan suhu Kang Too > Seng, kisah Sutrisno. > > Suatu ketika, pemerintah setempat mengadakan seleksi guru > kungfu untuk menjadi pelatih tentara. Louw Djing Tie bersama > adik seperguruannya, Lie Wan turut serta. Lie Wan mendapat > giliran menantang seorang guru kungfu dari Shan Dong yang > telah mengalahk
Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
Salam Penca Berbicara masalah budaya tertua dari mulai suara menjadi hurup, bahasa, menjadi gerak hingga penca / ulin dapat dibandingkan dengan referensi berjudul "Eden in The East, The Drowned Continent of Southeast Asia / SUNDALAND. oleh Stephen Oppenheimer. Nusantao / nusantara / achipelogo / Indonesia sekarang adalah kunci2 dari budaya yang menyebar ke India, Cina, Eropa dan Africa. Terbukti dari formula sejak dari simbul2 bahasa dan kegiatan budaya kelompok Sundaland sudah terbentuk sejak 9000 -15000 BC. Homo Sapiens sudah lebih dari 120,000 BC berada di lokasi Sundaland. Manusia tertua adanya dekat Gunung Sunda sebelum meletus yang sekarang kota Bandung menurut ahli geologi dari bandung. Kerajaan Salakanagara abad 1 m pendiri Ki Tirem jelas sekali bukan dari India jelas sekali asli suku sunda berada di tatar sunda.. Silahkan di lanjut agar silat jelas jati dirinya Kang Yana From: Denny IS To: silatindonesia@yahoogroups.com Sent: Thursday, January 29, 2009 2:01:06 AM Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat Recent Activity * 1 New MembersVisit Your Group Yahoo! Search Find it faster with Yahoo! shortcuts. Share Photos Put your favorite photos and betul sekali pak Maryono, bukankah hal demikian yang terjadi dengan terbentuknya budaya kita. justru bangsa kita dikenal dengan genius locci yang kuat. unsur2 asing yang masuk tidak ditelan mentah2, tapi telah diolah sedemikian rupa lewat proses akulturasi yg panjang. sehingga terbentuklah wujud budaya baru yang orisinil. begitulah aliran2 pencak silat di indonesia yang mencapai karakter tersendiri, yang khas, melalui interaksi dengan aliran2 lain dari daerah sendiri ataupun dari luar (china misalnya). sesuai dengan tantangan, karakter dan kondisi alam setempat. salam, --- Pada Kam, 29/1/09, O'ong Maryono menulis: Dari: O'ong Maryono Topik: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat Kepada: silatindonesia@ yahoogroups. com Tanggal: Kamis, 29 Januari, 2009, 1:16 PM Sahabat silat Sebenarnya beladiri asli bangsa kita sudah ada dan hebat, masuknya pengaruh beladiri Tiongkok ke tanah air bukan semenjak periode kolonialisasi saja, bahkan jaman Daha Kediri kita sudah berakulturasi, dengan kebudayaan Tiongkok, hanya kita tidak merasakan bawasanya yang kita punyai sudah berakulturasi dengan budaya pendatang yang lebih tua keberadaannya. Jaman kerajaan Salakanegara 130 M raja pertama Dewawarman berasal dari India sedangkan istrinya berasal dari pesisir Betawi sekarang ini. Jadi kerajaan pertama di jawa sudah mengenyam Indianisasi( Ridwan Saidi:2002:4) . Berdirinya kerajaan Islam di Jawa dan jatuhnya majapahit tidak luput dari ekspansi dinasty Ming dengan mengirimkan Armada Cheng Ho pada abad ke-13. Kita harus menyadari bahwasanya Tanah Jawa menjadi kaya budaya karena terbentuk silang budaya seperti ditulis oleh Denis Lombard dalam buku nya Nusa Jawa Silang Budaya. Silahkan lanjut yang mau menambahkan Wassalam O'ong Maryono O'ong Maryono La Cascade Condominium, Apt 10C 1/15 Ekamai Soi 10 Bangkok 10110 Thailand. Mobile Phone: +66819020989 E-mail:oong53@ yahoo. com www.kpsnusantara. com --- On Thu, 1/29/09, Herman B wrote: > From: Herman B > Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat > To: silatindonesia@ yahoogroups. com > Date: Thursday, January 29, 2009, 12:05 PM > > > > > > > > > > > > > > > > > > hmm jadi banyak silat di Indonesia ini yg > terpengaruh gerakan kungfu ya bagaimana dengan > kemampuan para pendekar kita jaman dulu ya, mis Gajah Mada, > Ken Arok, Hang Tuah, dan para tokoh lain yang mempunyai ilmu > silat tinggi. Apakah kehebatan mereka dengan mudah > dicampurkan dengan kemampuan kungfu cina yang masuk ke > Indonesia agak belakangan setelah penjajahan Belanda dll. > > > > Ada yang bisa kasih tanggapan ? > > > > --- On Wed, 1/28/09, Jamaluddin Luthfi yahoo.com> wrote: > > > > > From: Jamaluddin Luthfi yahoo.com> > > > Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap > silat > > > To: silatindonesia@ > yahoogroups. com > > > Date: Wednesday, January 28, 2009, 4:48 PM > > > terima kasih atas infon lengkapya..Mas Arifin > > > --- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta > > > yahoo.com> wrote: > > > > > > From: Moh. Arifin Purwakananta > > > yahoo.com> > > > Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap > silat > > > To: silatindonesia@ > yahoogroups. com > > > Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM > > > > > > Berikut saya posting dari koranPendekar Tiongkok di > Tanah > > > Jawa > > > Sebarkan Sikap Rendah Hat
Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
Salam Penca Berbicara masalah budaya tertua dari mulai suara menjadi hurup, bahasa, menjadi gerak hingga penca / ulin dapat dibandingkan dengan referensi berjudul "Eden in The East, The Drowned Continent of Southeast Asia / SUNDALAND. oleh Stephen Oppenheimer. Nusantao / nusantara / achipelogo / Indonesia sekarang adalah kunci2 dari budaya yang menyebar ke India, Cina, Eropa dan Africa. Terbukti dari formula sejak dari simbul2 bahasa dan kegiatan budaya kelompok Sundaland sudah terbentuk sejak 9000 -15000 BC. Homo Sapiens sudah lebih dari 120,000 BC berada di lokasi Sundaland. Manusia tertua adanya dekat Gunung Sunda sebelum meletus yang sekarang kota Bandung menurut ahli geologi dari bandung. Kerajaan Salakanagara abad 1 m pendiri Ki Tirem jelas sekali bukan dari India jelas sekali asli suku sunda berada di tatar sunda.. Silahkan di lanjut agar silat jelas jati dirinya Kang Yana From: Denny IS To: silatindonesia@yahoogroups.com Sent: Thursday, January 29, 2009 2:01:06 AM Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat betul sekali pak Maryono, bukankah hal demikian yang terjadi dengan terbentuknya budaya kita. justru bangsa kita dikenal dengan genius locci yang kuat. unsur2 asing yang masuk tidak ditelan mentah2, tapi telah diolah sedemikian rupa lewat proses akulturasi yg panjang. sehingga terbentuklah wujud budaya baru yang orisinil. begitulah aliran2 pencak silat di indonesia yang mencapai karakter tersendiri, yang khas, melalui interaksi dengan aliran2 lain dari daerah sendiri ataupun dari luar (china misalnya). sesuai dengan tantangan, karakter dan kondisi alam setempat. salam, --- Pada Kam, 29/1/09, O'ong Maryono menulis: Dari: O'ong Maryono Topik: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat Kepada: silatindonesia@ yahoogroups. com Tanggal: Kamis, 29 Januari, 2009, 1:16 PM Sahabat silat Sebenarnya beladiri asli bangsa kita sudah ada dan hebat, masuknya pengaruh beladiri Tiongkok ke tanah air bukan semenjak periode kolonialisasi saja, bahkan jaman Daha Kediri kita sudah berakulturasi, dengan kebudayaan Tiongkok, hanya kita tidak merasakan bawasanya yang kita punyai sudah berakulturasi dengan budaya pendatang yang lebih tua keberadaannya. Jaman kerajaan Salakanegara 130 M raja pertama Dewawarman berasal dari India sedangkan istrinya berasal dari pesisir Betawi sekarang ini. Jadi kerajaan pertama di jawa sudah mengenyam Indianisasi( Ridwan Saidi:2002:4) . Berdirinya kerajaan Islam di Jawa dan jatuhnya majapahit tidak luput dari ekspansi dinasty Ming dengan mengirimkan Armada Cheng Ho pada abad ke-13. Kita harus menyadari bahwasanya Tanah Jawa menjadi kaya budaya karena terbentuk silang budaya seperti ditulis oleh Denis Lombard dalam buku nya Nusa Jawa Silang Budaya. Silahkan lanjut yang mau menambahkan Wassalam O'ong Maryono O'ong Maryono La Cascade Condominium, Apt 10C 1/15 Ekamai Soi 10 Bangkok 10110 Thailand. Mobile Phone: +66819020989 E-mail:oong53@ yahoo. com www.kpsnusantara. com --- On Thu, 1/29/09, Herman B wrote: > From: Herman B > Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat > To: silatindonesia@ yahoogroups. com > Date: Thursday, January 29, 2009, 12:05 PM > > > > > > > > > > > > > > > > > > hmm jadi banyak silat di Indonesia ini yg > terpengaruh gerakan kungfu ya bagaimana dengan > kemampuan para pendekar kita jaman dulu ya, mis Gajah Mada, > Ken Arok, Hang Tuah, dan para tokoh lain yang mempunyai ilmu > silat tinggi. Apakah kehebatan mereka dengan mudah > dicampurkan dengan kemampuan kungfu cina yang masuk ke > Indonesia agak belakangan setelah penjajahan Belanda dll. > > > > Ada yang bisa kasih tanggapan ? > > > > --- On Wed, 1/28/09, Jamaluddin Luthfi yahoo.com> wrote: > > > > > From: Jamaluddin Luthfi yahoo.com> > > > Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap > silat > > > To: silatindonesia@ > yahoogroups. com > > > Date: Wednesday, January 28, 2009, 4:48 PM > > > terima kasih atas infon lengkapya..Mas Arifin > > > --- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta > > > yahoo.com> wrote: > > > > > > From: Moh. Arifin Purwakananta > > > yahoo.com> > > > Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap > silat > > > To: silatindonesia@ > yahoogroups. com > > > Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM > > > > > > Berikut saya posting dari koranPendekar Tiongkok di > Tanah > > > Jawa > > > Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang Pada > masa > > > lalu, pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah > di > > > Tanah Jawa. Bagaimana sepak terjang
Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
menambahkan.. Keliatannya nusantara sudah jadi jalur perdagangan internasional sejak jaman dahulu. Ingat bahwa di sriwijaya ada pusat kerajaan agama budha. Bahkan orang india & tibet sendiri datang ke Sriwijaya untuk belajar agama Budha. Pastinya orang cina, orang jepang, dll juga pasti dateng ke sono untuk belajar Budha. Akulturasi dalam hal keilmuan pastinya terjadi. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
betul sekali pak Maryono, bukankah hal demikian yang terjadi dengan terbentuknya budaya kita. justru bangsa kita dikenal dengan genius locci yang kuat. unsur2 asing yang masuk tidak ditelan mentah2, tapi telah diolah sedemikian rupa lewat proses akulturasi yg panjang. sehingga terbentuklah wujud budaya baru yang orisinil. begitulah aliran2 pencak silat di indonesia yang mencapai karakter tersendiri, yang khas, melalui interaksi dengan aliran2 lain dari daerah sendiri ataupun dari luar (china misalnya). sesuai dengan tantangan, karakter dan kondisi alam setempat. salam, --- Pada Kam, 29/1/09, O'ong Maryono menulis: Dari: O'ong Maryono Topik: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat Kepada: silatindonesia@yahoogroups.com Tanggal: Kamis, 29 Januari, 2009, 1:16 PM Sahabat silat Sebenarnya beladiri asli bangsa kita sudah ada dan hebat, masuknya pengaruh beladiri Tiongkok ke tanah air bukan semenjak periode kolonialisasi saja, bahkan jaman Daha Kediri kita sudah berakulturasi, dengan kebudayaan Tiongkok, hanya kita tidak merasakan bawasanya yang kita punyai sudah berakulturasi dengan budaya pendatang yang lebih tua keberadaannya. Jaman kerajaan Salakanegara 130 M raja pertama Dewawarman berasal dari India sedangkan istrinya berasal dari pesisir Betawi sekarang ini. Jadi kerajaan pertama di jawa sudah mengenyam Indianisasi( Ridwan Saidi:2002:4) . Berdirinya kerajaan Islam di Jawa dan jatuhnya majapahit tidak luput dari ekspansi dinasty Ming dengan mengirimkan Armada Cheng Ho pada abad ke-13. Kita harus menyadari bahwasanya Tanah Jawa menjadi kaya budaya karena terbentuk silang budaya seperti ditulis oleh Denis Lombard dalam buku nya Nusa Jawa Silang Budaya. Silahkan lanjut yang mau menambahkan Wassalam O'ong Maryono O'ong Maryono La Cascade Condominium, Apt 10C 1/15 Ekamai Soi 10 Bangkok 10110 Thailand. Mobile Phone: +66819020989 E-mail:oon...@yahoo. com www.kpsnusantara. com --- On Thu, 1/29/09, Herman B wrote: > From: Herman B > Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat > To: silatindonesia@ yahoogroups. com > Date: Thursday, January 29, 2009, 12:05 PM > > > > > > > > > > > > > > > > > > hmm jadi banyak silat di Indonesia ini yg > terpengaruh gerakan kungfu ya bagaimana dengan > kemampuan para pendekar kita jaman dulu ya, mis Gajah Mada, > Ken Arok, Hang Tuah, dan para tokoh lain yang mempunyai ilmu > silat tinggi. Apakah kehebatan mereka dengan mudah > dicampurkan dengan kemampuan kungfu cina yang masuk ke > Indonesia agak belakangan setelah penjajahan Belanda dll. > > > > Ada yang bisa kasih tanggapan ? > > > > --- On Wed, 1/28/09, Jamaluddin Luthfi yahoo.com> wrote: > > > > > From: Jamaluddin Luthfi yahoo.com> > > > Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap > silat > > > To: silatindonesia@ > yahoogroups. com > > > Date: Wednesday, January 28, 2009, 4:48 PM > > > terima kasih atas infon lengkapya..Mas Arifin > > > --- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta > > > yahoo.com> wrote: > > > > > > From: Moh. Arifin Purwakananta > > > yahoo.com> > > > Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap > silat > > > To: silatindonesia@ > yahoogroups. com > > > Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM > > > > > > Berikut saya posting dari koranPendekar Tiongkok di > Tanah > > > Jawa > > > Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang Pada > masa > > > lalu, pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah > di > > > Tanah Jawa. Bagaimana sepak terjang mereka? Berikut > > > laporannya. > > > > > > BONG bundar di puncak bukit Menden, Parakan, > Temanggung, > > > itu terlihat renta. Beberapa bagiannya rusak dan > berlumut. > > > Setumpuk batu-bata tertata rapi di depan epitaf. Bagi > awam, > > > makam yang menghadap ke Gunung Sindoro-Sumbing itu tak > punya > > > nilai apa-apa. Tapi warga Tionghoa Parakan amat > > > memuliakannya. > > > > > > Itulah makam Louw Djing Tie, tokoh yang dipercaya > sebagai > > > pendekar yang pernah malang-melintang dalam rimba > persilatan > > > di Tanah Jawa. Konon, semasa hidup dia disegani, baik > oleh > > > kawan maupun lawan-lawannya. Meski memiliki kemampuan > bela > > > diri kunthauw (kungfu) yang tinggi, dia dikenal > sebagai > > > sosok yang rendah hati. Djing Tie disebut-sebut > sebagai wu > > > lin meng zhu, atau yang teragung di rimba persilatan. > > > > > > Sejauh ini tidak ada ca
Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
nambah tokohnya kang herman... Maharaja Prabu Siliwangi, Wali Songo dan Sarung Kampret From: Herman B To: silatindonesia@yahoogroups.com Sent: Thursday, January 29, 2009 12:05:23 PM Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat hmm jadi banyak silat di Indonesia ini yg terpengaruh gerakan kungfu ya bagaimana dengan kemampuan para pendekar kita jaman dulu ya, mis Gajah Mada, Ken Arok, Hang Tuah, dan para tokoh lain yang mempunyai ilmu silat tinggi. Apakah kehebatan mereka dengan mudah dicampurkan dengan kemampuan kungfu cina yang masuk ke Indonesia agak belakangan setelah penjajahan Belanda dll. Ada yang bisa kasih tanggapan ? --- On Wed, 1/28/09, Jamaluddin Luthfi wrote: > From: Jamaluddin Luthfi > Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat > To: silatindonesia@ yahoogroups. com > Date: Wednesday, January 28, 2009, 4:48 PM > terima kasih atas infon lengkapya..Mas Arifin > --- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta > wrote: > > From: Moh. Arifin Purwakananta > > Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat > To: silatindonesia@ yahoogroups. com > Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM > > Berikut saya posting dari koranPendekar Tiongkok di Tanah > Jawa > Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang Pada masa > lalu, pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah di > Tanah Jawa. Bagaimana sepak terjang mereka? Berikut > laporannya. > > BONG bundar di puncak bukit Menden, Parakan, Temanggung, > itu terlihat renta. Beberapa bagiannya rusak dan berlumut. > Setumpuk batu-bata tertata rapi di depan epitaf. Bagi awam, > makam yang menghadap ke Gunung Sindoro-Sumbing itu tak punya > nilai apa-apa. Tapi warga Tionghoa Parakan amat > memuliakannya. > > Itulah makam Louw Djing Tie, tokoh yang dipercaya sebagai > pendekar yang pernah malang-melintang dalam rimba persilatan > di Tanah Jawa. Konon, semasa hidup dia disegani, baik oleh > kawan maupun lawan-lawannya. Meski memiliki kemampuan bela > diri kunthauw (kungfu) yang tinggi, dia dikenal sebagai > sosok yang rendah hati. Djing Tie disebut-sebut sebagai wu > lin meng zhu, atau yang teragung di rimba persilatan. > > Sejauh ini tidak ada catatan sahih mengenai kehidupan Louw > Djing Tie. > Kisah-kisah mengenai dirinya lebih banyak bersumber dari > cerita tutur. Terkadang kisah itu dibumbui mitos. Pemerhati > budaya Pecinan Parakan, Sutrisno Murtiyoso memaparkan, Louw > Djing Tie seorang singkek kelahiran Haiting pada 1855. Dia > terlahir dengan perangai keras dan pemberani. Hampir setiap > hari ia terlibat perkelahian dengan anak-anak sebayanya. > Sebuah peristiwa kecil membawanya mengenal lebih jauh ilmu > bela diri kungfu. > > Alkisah, Djing Tie kecil yang geram dengan ulah seorang > bikhu pengemis melemparnya dengan batu. Bikhu yang kerap > menggunakan kekerasan saat meminta-minta itu marah dan > mengejarnya. Djing Tie lari dan terdesak ke sebuah kedai di > jalan buntu. Untung dia diselamatkan seorang juru masak tua > dari kedai itu. > > ”Sejak peristiwa itu, Louw Djing Tie jadi lebih dewasa. > Dia mulai berlatih kungfu di salah satu perguruan di > desanya. Tak merasa puas, Djing Tie melanjutkan belajar ke > kuil shaolin, kepada bikhu Biauw Tjin dan suhu Kang Too > Seng,” kisah Sutrisno. > > Suatu ketika, pemerintah setempat mengadakan seleksi guru > kungfu untuk menjadi pelatih tentara. Louw Djing Tie bersama > adik seperguruannya, Lie Wan turut serta. Lie Wan mendapat > giliran menantang seorang guru kungfu dari Shan Dong yang > telah mengalahkan empat penantang. Pertarungan berjalan seru > dan seimbang. Namun pada sebuah kesempatan, Lie Wan > terancam. Tak ingin adik seperguruannya celaka, Djing Tie > spontan naik ke panggung dan melancarkan serangan telak ke > bagian terlarang lawan. Akibatnya fatal, guru kungfu dari > Shan Dong itu cidera parah, sebelum akhirnya meninggal. > > Sadar telah melakukan kesalahan besar, Djing Tie disertai > Lie Wan melarikan diri. Tak tanggung-tanggung, mereka hijrah > ke Singapura. Hanya beberapa bulan, Djing Tie memutuskan > berlayar ke Jawa. Mula-mula dia tinggal dan berdagang di > Batavia, namun karena tak beroleh keuntungan, Djing Tie > pindah ke Semarang. ”Sepanjang hidupnya, Louw Djing Tie > menyesali perbuatannya yang tak kesatria itu,” ujar > Sutrisno. > > Di Semarang, Djing Tie berdagang sambil tetap berlatih > kungfu. Beberapa warga yang melihat dia berlatih terpukau > sebelum akhirnya berguru kepadanya. Perlahan-lahan > kepiawaiannya berkungfu menjadi buah bibir masyarakat. Be > Khang Pien, pendekar yang bekerja sebagai keamanan di > kediaman Kapten China Semarang Be Ing Tjoe di Kebondalem, > pun merasa penasaran. > > Be Kh
Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
Sahabat silat Sebenarnya beladiri asli bangsa kita sudah ada dan hebat, masuknya pengaruh beladiri Tiongkok ke tanah air bukan semenjak periode kolonialisasi saja, bahkan jaman Daha Kediri kita sudah berakulturasi, dengan kebudayaan Tiongkok, hanya kita tidak merasakan bawasanya yang kita punyai sudah berakulturasi dengan budaya pendatang yang lebih tua keberadaannya. Jaman kerajaan Salakanegara 130 M raja pertama Dewawarman berasal dari India sedangkan istrinya berasal dari pesisir Betawi sekarang ini. Jadi kerajaan pertama di jawa sudah mengenyam Indianisasi(Ridwan Saidi:2002:4). Berdirinya kerajaan Islam di Jawa dan jatuhnya majapahit tidak luput dari ekspansi dinasty Ming dengan mengirimkan Armada Cheng Ho pada abad ke-13. Kita harus menyadari bahwasanya Tanah Jawa menjadi kaya budaya karena terbentuk silang budaya seperti ditulis oleh Denis Lombard dalam buku nya Nusa Jawa Silang Budaya. Silahkan lanjut yang mau menambahkan Wassalam O'ong Maryono O'ong Maryono La Cascade Condominium, Apt 10C 1/15 Ekamai Soi 10 Bangkok 10110 Thailand. Mobile Phone: +66819020989 E-mail:oon...@yahoo.com www.kpsnusantara.com --- On Thu, 1/29/09, Herman B wrote: > From: Herman B > Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat > To: silatindonesia@yahoogroups.com > Date: Thursday, January 29, 2009, 12:05 PM > > > > > > > > > > > > > > > > > > hmm jadi banyak silat di Indonesia ini yg > terpengaruh gerakan kungfu ya bagaimana dengan > kemampuan para pendekar kita jaman dulu ya, mis Gajah Mada, > Ken Arok, Hang Tuah, dan para tokoh lain yang mempunyai ilmu > silat tinggi. Apakah kehebatan mereka dengan mudah > dicampurkan dengan kemampuan kungfu cina yang masuk ke > Indonesia agak belakangan setelah penjajahan Belanda dll. > > > > Ada yang bisa kasih tanggapan ? > > > > --- On Wed, 1/28/09, Jamaluddin Luthfi yahoo.com> wrote: > > > > > From: Jamaluddin Luthfi yahoo.com> > > > Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap > silat > > > To: silatindonesia@ > yahoogroups. com > > > Date: Wednesday, January 28, 2009, 4:48 PM > > > terima kasih atas infon lengkapya..Mas Arifin > > > --- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta > > > yahoo.com> wrote: > > > > > > From: Moh. Arifin Purwakananta > > > yahoo.com> > > > Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap > silat > > > To: silatindonesia@ > yahoogroups. com > > > Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM > > > > > > Berikut saya posting dari koranPendekar Tiongkok di > Tanah > > > Jawa > > > Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang Pada > masa > > > lalu, pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah > di > > > Tanah Jawa. Bagaimana sepak terjang mereka? Berikut > > > laporannya. > > > > > > BONG bundar di puncak bukit Menden, Parakan, > Temanggung, > > > itu terlihat renta. Beberapa bagiannya rusak dan > berlumut. > > > Setumpuk batu-bata tertata rapi di depan epitaf. Bagi > awam, > > > makam yang menghadap ke Gunung Sindoro-Sumbing itu tak > punya > > > nilai apa-apa. Tapi warga Tionghoa Parakan amat > > > memuliakannya. > > > > > > Itulah makam Louw Djing Tie, tokoh yang dipercaya > sebagai > > > pendekar yang pernah malang-melintang dalam rimba > persilatan > > > di Tanah Jawa. Konon, semasa hidup dia disegani, baik > oleh > > > kawan maupun lawan-lawannya. Meski memiliki kemampuan > bela > > > diri kunthauw (kungfu) yang tinggi, dia dikenal > sebagai > > > sosok yang rendah hati. Djing Tie disebut-sebut > sebagai wu > > > lin meng zhu, atau yang teragung di rimba persilatan. > > > > > > Sejauh ini tidak ada catatan sahih mengenai kehidupan > Louw > > > Djing Tie. > > > Kisah-kisah mengenai dirinya lebih banyak bersumber > dari > > > cerita tutur. Terkadang kisah itu dibumbui mitos. > Pemerhati > > > budaya Pecinan Parakan, Sutrisno Murtiyoso memaparkan, > Louw > > > Djing Tie seorang singkek kelahiran Haiting pada 1855. > Dia > > > terlahir dengan perangai keras dan pemberani. Hampir > setiap > > > hari ia terlibat perkelahian dengan anak-anak > sebayanya. > > > Sebuah peristiwa kecil membawanya mengenal lebih jauh > ilmu > > > bela diri kungfu. > > > > > > Alkisah, Djing Tie kecil yang geram dengan ulah > seorang > > > bikhu pengemis melemparnya
Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
hmm jadi banyak silat di Indonesia ini yg terpengaruh gerakan kungfu ya bagaimana dengan kemampuan para pendekar kita jaman dulu ya, mis Gajah Mada, Ken Arok, Hang Tuah, dan para tokoh lain yang mempunyai ilmu silat tinggi. Apakah kehebatan mereka dengan mudah dicampurkan dengan kemampuan kungfu cina yang masuk ke Indonesia agak belakangan setelah penjajahan Belanda dll. Ada yang bisa kasih tanggapan ? --- On Wed, 1/28/09, Jamaluddin Luthfi wrote: > From: Jamaluddin Luthfi > Subject: Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat > To: silatindonesia@yahoogroups.com > Date: Wednesday, January 28, 2009, 4:48 PM > terima kasih atas infon lengkapya..Mas Arifin > --- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta > wrote: > > From: Moh. Arifin Purwakananta > > Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat > To: silatindonesia@yahoogroups.com > Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM > > Berikut saya posting dari koranPendekar Tiongkok di Tanah > Jawa > Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang Pada masa > lalu, pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah di > Tanah Jawa. Bagaimana sepak terjang mereka? Berikut > laporannya. > > BONG bundar di puncak bukit Menden, Parakan, Temanggung, > itu terlihat renta. Beberapa bagiannya rusak dan berlumut. > Setumpuk batu-bata tertata rapi di depan epitaf. Bagi awam, > makam yang menghadap ke Gunung Sindoro-Sumbing itu tak punya > nilai apa-apa. Tapi warga Tionghoa Parakan amat > memuliakannya. > > Itulah makam Louw Djing Tie, tokoh yang dipercaya sebagai > pendekar yang pernah malang-melintang dalam rimba persilatan > di Tanah Jawa. Konon, semasa hidup dia disegani, baik oleh > kawan maupun lawan-lawannya. Meski memiliki kemampuan bela > diri kunthauw (kungfu) yang tinggi, dia dikenal sebagai > sosok yang rendah hati. Djing Tie disebut-sebut sebagai wu > lin meng zhu, atau yang teragung di rimba persilatan. > > Sejauh ini tidak ada catatan sahih mengenai kehidupan Louw > Djing Tie. > Kisah-kisah mengenai dirinya lebih banyak bersumber dari > cerita tutur. Terkadang kisah itu dibumbui mitos. Pemerhati > budaya Pecinan Parakan, Sutrisno Murtiyoso memaparkan, Louw > Djing Tie seorang singkek kelahiran Haiting pada 1855. Dia > terlahir dengan perangai keras dan pemberani. Hampir setiap > hari ia terlibat perkelahian dengan anak-anak sebayanya. > Sebuah peristiwa kecil membawanya mengenal lebih jauh ilmu > bela diri kungfu. > > Alkisah, Djing Tie kecil yang geram dengan ulah seorang > bikhu pengemis melemparnya dengan batu. Bikhu yang kerap > menggunakan kekerasan saat meminta-minta itu marah dan > mengejarnya. Djing Tie lari dan terdesak ke sebuah kedai di > jalan buntu. Untung dia diselamatkan seorang juru masak tua > dari kedai itu. > > ”Sejak peristiwa itu, Louw Djing Tie jadi lebih dewasa. > Dia mulai berlatih kungfu di salah satu perguruan di > desanya. Tak merasa puas, Djing Tie melanjutkan belajar ke > kuil shaolin, kepada bikhu Biauw Tjin dan suhu Kang Too > Seng,” kisah Sutrisno. > > Suatu ketika, pemerintah setempat mengadakan seleksi guru > kungfu untuk menjadi pelatih tentara. Louw Djing Tie bersama > adik seperguruannya, Lie Wan turut serta. Lie Wan mendapat > giliran menantang seorang guru kungfu dari Shan Dong yang > telah mengalahkan empat penantang. Pertarungan berjalan seru > dan seimbang. Namun pada sebuah kesempatan, Lie Wan > terancam. Tak ingin adik seperguruannya celaka, Djing Tie > spontan naik ke panggung dan melancarkan serangan telak ke > bagian terlarang lawan. Akibatnya fatal, guru kungfu dari > Shan Dong itu cidera parah, sebelum akhirnya meninggal. > > Sadar telah melakukan kesalahan besar, Djing Tie disertai > Lie Wan melarikan diri. Tak tanggung-tanggung, mereka hijrah > ke Singapura. Hanya beberapa bulan, Djing Tie memutuskan > berlayar ke Jawa. Mula-mula dia tinggal dan berdagang di > Batavia, namun karena tak beroleh keuntungan, Djing Tie > pindah ke Semarang. ”Sepanjang hidupnya, Louw Djing Tie > menyesali perbuatannya yang tak kesatria itu,” ujar > Sutrisno. > > Di Semarang, Djing Tie berdagang sambil tetap berlatih > kungfu. Beberapa warga yang melihat dia berlatih terpukau > sebelum akhirnya berguru kepadanya. Perlahan-lahan > kepiawaiannya berkungfu menjadi buah bibir masyarakat. Be > Khang Pien, pendekar yang bekerja sebagai keamanan di > kediaman Kapten China Semarang Be Ing Tjoe di Kebondalem, > pun merasa penasaran. > > Be Khang Pien ingin menjajal kemampuan ilmu bela diri Djing > Tie. Dia mengajukan tantangan. Mula-mula Djing Tie enggan > melayani. Namun karena terus dipaksa, dia terpaksa menerima > tantangan itu. Dengan disaksikan sejumlah orang, mereka > bertarung. Setelah sekian lama, Djing Tie
Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
Sahabat silat Selamat Tahun Baru Luna Semoga tahun ini cepat terlepas dari crisis ekonomi. Banyak terima kasih atas tulisannya yang sangat panjang dan terinci, saya juga merasa tergugah dengan ceritera itu. Memang sesungguhnya di jawa tengah kususnya Semarang sangat banyak meninggalkan ceritera tentang jagoan silat Tiongkok. Jika mau membuka tabir ceritera kota Semarang semenjak kedatangan Admiral Cheng Ho Islamisasi di tanah jawa disana dikenal secretaris Admiral Cheng Ho yang bernama "May Huan" konon mahir ilmu Khun Tao harimau. Saya mau tanya apa masih punya ceritera tentang Lo Ban Teng yang namanya sangat terkenal saat itu diseluruh Jawa. Bukannya Lo Ban Teng juga meninggalkan keturunannya di Jakarta bernama Lo So Giok dan Lo sio Chun ? Tolong ceratain dong ..., kalau punya ceritera jago Tiongkok di Batavia. Keterbukaan proses akulturasi mungkin akan dapat membuka tabir yang terselubung dalam dunia persilatan yang ada. Terima kasih atas informasinya O'ong Maryono La Cascade Condominium, Apt 10C 1/15 Ekamai Soi 10 Bangkok 10110 Thailand. Mobile Phone: +66819020989 E-mail:oon...@yahoo.com www.kpsnusantara.com --- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta wrote: > From: Moh. Arifin Purwakananta > Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat > To: silatindonesia@yahoogroups.com > Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM > Berikut saya posting dari > koranPendekar Tiongkok di Tanah Jawa > Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang Pada masa > lalu, pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah di > Tanah Jawa. Bagaimana sepak terjang mereka? Berikut > laporannya. > > BONG bundar di puncak bukit Menden, Parakan, Temanggung, > itu terlihat renta. Beberapa bagiannya rusak dan berlumut. > Setumpuk batu-bata tertata rapi di depan epitaf. Bagi awam, > makam yang menghadap ke Gunung Sindoro-Sumbing itu tak punya > nilai apa-apa. Tapi warga Tionghoa Parakan amat > memuliakannya. > > Itulah makam Louw Djing Tie, tokoh yang dipercaya sebagai > pendekar yang pernah malang-melintang dalam rimba persilatan > di Tanah Jawa. Konon, semasa hidup dia disegani, baik oleh > kawan maupun lawan-lawannya. Meski memiliki kemampuan bela > diri kunthauw (kungfu) yang tinggi, dia dikenal sebagai > sosok yang rendah hati. Djing Tie disebut-sebut sebagai wu > lin meng zhu, atau yang teragung di rimba persilatan. > > Sejauh ini tidak ada catatan sahih mengenai kehidupan Louw > Djing Tie. > Kisah-kisah mengenai dirinya lebih banyak bersumber dari > cerita tutur. Terkadang kisah itu dibumbui mitos. Pemerhati > budaya Pecinan Parakan, Sutrisno Murtiyoso memaparkan, Louw > Djing Tie seorang singkek kelahiran Haiting pada 1855. Dia > terlahir dengan perangai keras dan pemberani. Hampir setiap > hari ia terlibat perkelahian dengan anak-anak sebayanya. > Sebuah peristiwa kecil membawanya mengenal lebih jauh ilmu > bela diri kungfu. > > Alkisah, Djing Tie kecil yang geram dengan ulah seorang > bikhu pengemis melemparnya dengan batu. Bikhu yang kerap > menggunakan kekerasan saat meminta-minta itu marah dan > mengejarnya. Djing Tie lari dan terdesak ke sebuah kedai di > jalan buntu. Untung dia diselamatkan seorang juru masak tua > dari kedai itu. > > ”Sejak peristiwa itu, Louw Djing Tie jadi lebih dewasa. > Dia mulai berlatih kungfu di salah satu perguruan di > desanya. Tak merasa puas, Djing Tie melanjutkan belajar ke > kuil shaolin, kepada bikhu Biauw Tjin dan suhu Kang Too > Seng,” kisah Sutrisno. > > Suatu ketika, pemerintah setempat mengadakan seleksi guru > kungfu untuk menjadi pelatih tentara. Louw Djing Tie bersama > adik seperguruannya, Lie Wan turut serta. Lie Wan mendapat > giliran menantang seorang guru kungfu dari Shan Dong yang > telah mengalahkan empat penantang. Pertarungan berjalan seru > dan seimbang. Namun pada sebuah kesempatan, Lie Wan > terancam. Tak ingin adik seperguruannya celaka, Djing Tie > spontan naik ke panggung dan melancarkan serangan telak ke > bagian terlarang lawan. Akibatnya fatal, guru kungfu dari > Shan Dong itu cidera parah, sebelum akhirnya meninggal. > > Sadar telah melakukan kesalahan besar, Djing Tie disertai > Lie Wan melarikan diri. Tak tanggung-tanggung, mereka hijrah > ke Singapura. Hanya beberapa bulan, Djing Tie memutuskan > berlayar ke Jawa. Mula-mula dia tinggal dan berdagang di > Batavia, namun karena tak beroleh keuntungan, Djing Tie > pindah ke Semarang. ”Sepanjang hidupnya, Louw Djing Tie > menyesali perbuatannya yang tak kesatria itu,” ujar > Sutrisno. > > Di Semarang, Djing Tie berdagang sambil tetap berlatih > kungfu. Beberapa warga yang melihat dia berlatih terpukau > sebelum akhirnya berguru kepadanya. Perlahan-lahan > kepiawaiannya berkungfu menjadi buah bibir masyarakat. Be > Khang Pien,
Re: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
terima kasih atas infon lengkapya..Mas Arifin --- On Wed, 1/28/09, Moh. Arifin Purwakananta wrote: From: Moh. Arifin Purwakananta Subject: [silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat To: silatindonesia@yahoogroups.com Date: Wednesday, January 28, 2009, 10:00 PM Berikut saya posting dari koranPendekar Tiongkok di Tanah Jawa Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang Pada masa lalu, pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah di Tanah Jawa. Bagaimana sepak terjang mereka? Berikut laporannya. BONG bundar di puncak bukit Menden, Parakan, Temanggung, itu terlihat renta. Beberapa bagiannya rusak dan berlumut. Setumpuk batu-bata tertata rapi di depan epitaf. Bagi awam, makam yang menghadap ke Gunung Sindoro-Sumbing itu tak punya nilai apa-apa. Tapi warga Tionghoa Parakan amat memuliakannya. Itulah makam Louw Djing Tie, tokoh yang dipercaya sebagai pendekar yang pernah malang-melintang dalam rimba persilatan di Tanah Jawa. Konon, semasa hidup dia disegani, baik oleh kawan maupun lawan-lawannya. Meski memiliki kemampuan bela diri kunthauw (kungfu) yang tinggi, dia dikenal sebagai sosok yang rendah hati. Djing Tie disebut-sebut sebagai wu lin meng zhu, atau yang teragung di rimba persilatan. Sejauh ini tidak ada catatan sahih mengenai kehidupan Louw Djing Tie. Kisah-kisah mengenai dirinya lebih banyak bersumber dari cerita tutur. Terkadang kisah itu dibumbui mitos. Pemerhati budaya Pecinan Parakan, Sutrisno Murtiyoso memaparkan, Louw Djing Tie seorang singkek kelahiran Haiting pada 1855. Dia terlahir dengan perangai keras dan pemberani. Hampir setiap hari ia terlibat perkelahian dengan anak-anak sebayanya. Sebuah peristiwa kecil membawanya mengenal lebih jauh ilmu bela diri kungfu. Alkisah, Djing Tie kecil yang geram dengan ulah seorang bikhu pengemis melemparnya dengan batu. Bikhu yang kerap menggunakan kekerasan saat meminta-minta itu marah dan mengejarnya. Djing Tie lari dan terdesak ke sebuah kedai di jalan buntu. Untung dia diselamatkan seorang juru masak tua dari kedai itu. Sejak peristiwa itu, Louw Djing Tie jadi lebih dewasa. Dia mulai berlatih kungfu di salah satu perguruan di desanya. Tak merasa puas, Djing Tie melanjutkan belajar ke kuil shaolin, kepada bikhu Biauw Tjin dan suhu Kang Too Seng, kisah Sutrisno. Suatu ketika, pemerintah setempat mengadakan seleksi guru kungfu untuk menjadi pelatih tentara. Louw Djing Tie bersama adik seperguruannya, Lie Wan turut serta. Lie Wan mendapat giliran menantang seorang guru kungfu dari Shan Dong yang telah mengalahkan empat penantang. Pertarungan berjalan seru dan seimbang. Namun pada sebuah kesempatan, Lie Wan terancam. Tak ingin adik seperguruannya celaka, Djing Tie spontan naik ke panggung dan melancarkan serangan telak ke bagian terlarang lawan. Akibatnya fatal, guru kungfu dari Shan Dong itu cidera parah, sebelum akhirnya meninggal. Sadar telah melakukan kesalahan besar, Djing Tie disertai Lie Wan melarikan diri. Tak tanggung-tanggung, mereka hijrah ke Singapura. Hanya beberapa bulan, Djing Tie memutuskan berlayar ke Jawa. Mula-mula dia tinggal dan berdagang di Batavia, namun karena tak beroleh keuntungan, Djing Tie pindah ke Semarang. Sepanjang hidupnya, Louw Djing Tie menyesali perbuatannya yang tak kesatria itu, ujar Sutrisno. Di Semarang, Djing Tie berdagang sambil tetap berlatih kungfu. Beberapa warga yang melihat dia berlatih terpukau sebelum akhirnya berguru kepadanya. Perlahan-lahan kepiawaiannya berkungfu menjadi buah bibir masyarakat. Be Khang Pien, pendekar yang bekerja sebagai keamanan di kediaman Kapten China Semarang Be Ing Tjoe di Kebondalem, pun merasa penasaran. Be Khang Pien ingin menjajal kemampuan ilmu bela diri Djing Tie. Dia mengajukan tantangan. Mula-mula Djing Tie enggan melayani. Namun karena terus dipaksa, dia terpaksa menerima tantangan itu. Dengan disaksikan sejumlah orang, mereka bertarung. Setelah sekian lama, Djing Tie memiliki kesempatan menghantam lawan. Namun, pendekar yang rendah hati itu enggan melakukannya. Dari sana Be Khang Pien tahu Djing Tie bukan orang sembarangan. Tak hanya hebat, dia juga rendah hati. Menyadari hal itu, Be Khang Pin kemudian menjalin persahabatan dengan Djing Tie.Pindah ke ParakanSuatu hari seorang kenalan mengajak Djing Tie mengajar kungfu di Ambarawa. Setelah itu dia juga melakukan hal sama di Wonosobo. Saat berada di kota berhawa sejuk itu, Djing Tie beroleh tawaran untuk bertarung dengan harimau di Parakan. Awalnya enggan, namun atas desakan seorang kawan, dia menyanggupi tantangan itu. Terlebih dengan iming-iming bayaran tinggi. Tapi acara gila itu tak pernah terlaksana. Sebab aparat keamanan Belanda keburu melarangnya, kata Sutrisno. Djing Tie selanjutnya memilih bermukim di Parakan. Dia mengajar ilmu bela diri kepada sebuah keluarga juragan tembakau di kota itu. Warga menyambutnya dengan baik. Namun The Soei, seorang guru kungfu di daerah itu merasa ingin menguji kehebatan Djing tie. Tantangan itu
[silatindonesia] Pengaruh kungfu terhadap silat
Berikut saya posting dari koranPendekar Tiongkok di Tanah Jawa Sebarkan Sikap Rendah Hati kepada Semua Orang Pada masa lalu, pendekar-pendekar asal Tiongkok pernah berkiprah di Tanah Jawa. Bagaimana sepak terjang mereka? Berikut laporannya. BONG bundar di puncak bukit Menden, Parakan, Temanggung, itu terlihat renta. Beberapa bagiannya rusak dan berlumut. Setumpuk batu-bata tertata rapi di depan epitaf. Bagi awam, makam yang menghadap ke Gunung Sindoro-Sumbing itu tak punya nilai apa-apa. Tapi warga Tionghoa Parakan amat memuliakannya. Itulah makam Louw Djing Tie, tokoh yang dipercaya sebagai pendekar yang pernah malang-melintang dalam rimba persilatan di Tanah Jawa. Konon, semasa hidup dia disegani, baik oleh kawan maupun lawan-lawannya. Meski memiliki kemampuan bela diri kunthauw (kungfu) yang tinggi, dia dikenal sebagai sosok yang rendah hati. Djing Tie disebut-sebut sebagai wu lin meng zhu, atau yang teragung di rimba persilatan. Sejauh ini tidak ada catatan sahih mengenai kehidupan Louw Djing Tie. Kisah-kisah mengenai dirinya lebih banyak bersumber dari cerita tutur. Terkadang kisah itu dibumbui mitos. Pemerhati budaya Pecinan Parakan, Sutrisno Murtiyoso memaparkan, Louw Djing Tie seorang singkek kelahiran Haiting pada 1855. Dia terlahir dengan perangai keras dan pemberani. Hampir setiap hari ia terlibat perkelahian dengan anak-anak sebayanya. Sebuah peristiwa kecil membawanya mengenal lebih jauh ilmu bela diri kungfu. Alkisah, Djing Tie kecil yang geram dengan ulah seorang bikhu pengemis melemparnya dengan batu. Bikhu yang kerap menggunakan kekerasan saat meminta-minta itu marah dan mengejarnya. Djing Tie lari dan terdesak ke sebuah kedai di jalan buntu. Untung dia diselamatkan seorang juru masak tua dari kedai itu. Sejak peristiwa itu, Louw Djing Tie jadi lebih dewasa. Dia mulai berlatih kungfu di salah satu perguruan di desanya. Tak merasa puas, Djing Tie melanjutkan belajar ke kuil shaolin, kepada bikhu Biauw Tjin dan suhu Kang Too Seng, kisah Sutrisno. Suatu ketika, pemerintah setempat mengadakan seleksi guru kungfu untuk menjadi pelatih tentara. Louw Djing Tie bersama adik seperguruannya, Lie Wan turut serta. Lie Wan mendapat giliran menantang seorang guru kungfu dari Shan Dong yang telah mengalahkan empat penantang. Pertarungan berjalan seru dan seimbang. Namun pada sebuah kesempatan, Lie Wan terancam. Tak ingin adik seperguruannya celaka, Djing Tie spontan naik ke panggung dan melancarkan serangan telak ke bagian terlarang lawan. Akibatnya fatal, guru kungfu dari Shan Dong itu cidera parah, sebelum akhirnya meninggal. Sadar telah melakukan kesalahan besar, Djing Tie disertai Lie Wan melarikan diri. Tak tanggung-tanggung, mereka hijrah ke Singapura. Hanya beberapa bulan, Djing Tie memutuskan berlayar ke Jawa. Mula-mula dia tinggal dan berdagang di Batavia, namun karena tak beroleh keuntungan, Djing Tie pindah ke Semarang. Sepanjang hidupnya, Louw Djing Tie menyesali perbuatannya yang tak kesatria itu, ujar Sutrisno. Di Semarang, Djing Tie berdagang sambil tetap berlatih kungfu. Beberapa warga yang melihat dia berlatih terpukau sebelum akhirnya berguru kepadanya. Perlahan-lahan kepiawaiannya berkungfu menjadi buah bibir masyarakat. Be Khang Pien, pendekar yang bekerja sebagai keamanan di kediaman Kapten China Semarang Be Ing Tjoe di Kebondalem, pun merasa penasaran. Be Khang Pien ingin menjajal kemampuan ilmu bela diri Djing Tie. Dia mengajukan tantangan. Mula-mula Djing Tie enggan melayani. Namun karena terus dipaksa, dia terpaksa menerima tantangan itu. Dengan disaksikan sejumlah orang, mereka bertarung. Setelah sekian lama, Djing Tie memiliki kesempatan menghantam lawan. Namun, pendekar yang rendah hati itu enggan melakukannya. Dari sana Be Khang Pien tahu Djing Tie bukan orang sembarangan. Tak hanya hebat, dia juga rendah hati. Menyadari hal itu, Be Khang Pin kemudian menjalin persahabatan dengan Djing Tie.Pindah ke ParakanSuatu hari seorang kenalan mengajak Djing Tie mengajar kungfu di Ambarawa. Setelah itu dia juga melakukan hal sama di Wonosobo. Saat berada di kota berhawa sejuk itu, Djing Tie beroleh tawaran untuk bertarung dengan harimau di Parakan. Awalnya enggan, namun atas desakan seorang kawan, dia menyanggupi tantangan itu. Terlebih dengan iming-iming bayaran tinggi. Tapi acara gila itu tak pernah terlaksana. Sebab aparat keamanan Belanda keburu melarangnya, kata Sutrisno. Djing Tie selanjutnya memilih bermukim di Parakan. Dia mengajar ilmu bela diri kepada sebuah keluarga juragan tembakau di kota itu. Warga menyambutnya dengan baik. Namun The Soei, seorang guru kungfu di daerah itu merasa ingin menguji kehebatan Djing tie. Tantangan itu dilayani. Maka waktu yang telah ditentukan, mereka mengadu kehebatan. Menurut Sutrisno, untuk menghindari jatuhnya korban, mereka mengganti senjata tajam dengan sebatang kuas yang ujungnya dicelup tinta cina. Kedua jagoan itu saling menyerang, tusuk-menusuk secara bergant