[wanita-muslimah] jurnal toddopuli: sastra nusantara adalah sastra kepulauan

2008-11-29 Terurut Topik sangumang kusni

Jurnal Toddopuli:
 
 
SASTRA NUSANTARA ADALAH SASTRA KEPULAUAN 
 
 
 
Les Insolindes, Insulinde,   barangkali adalah istilah lain dari Nusantara yang 
menunjukkan kepada suatu kawasan yang terdiri dari berbagai pulau. Pengertian 
sempitnya, barangkali identik dengan wilayah yang sekarang menjadi wilayah 
negara Republik Indonesia dan budaya Melayu sehingga mencakup Malaysia  Barat & 
Timur serta Brunei. Mungkin termasuk juga Filipina Selatan dan Muangthai 
Selatan serta Timor Leste.
 
 
Sedangkan dalam dunia sastra, saya kira istilah ini  menunjukkan kepada 
karya-karya seni yang menggunakan berbagai bahasa di berbagai pulau dan daerah 
di wilayah Republik Indonesia  sebagai sarana utama pengungkapan diri, 
pengungkapan rasa dan karsa. Jika pemahaman begini benar maka konsekwensi 
nalarnya, bahwa yang disebut sastra Nusantara, tidaklah sebatas karya-karyaa 
sastra yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Sastra berbahasa Indonesia hanyalah 
menjadi salah satu saja dari sastra Nusantara atau sastra Indonesia. 
 
 
Jika kita sepakat dengan pengertian Nusantara seperti ini maka kita akan 
memasukkan karya-karya besar seperti I La Galigo dari TanahBugis, Sansana 
Bandar Bandar,Sansana Kayau Pulang dari Tanah Dayak, pantun-pantun, gurindam 
dan seloka Melayu , karya-karya yang ditulis oleh warga dari etnik Tionghoa 
atau Indo sebagai bagian dari sastra Nusantara dan bukan hanya membatasinya 
pada karya-karya yang ditulis dalam bahasa Indonesia "Modern" yang secara usia 
sangat pendek usianya dibandingkan dengan karya-karya tersebut dan yang kita 
sangat kurang indahkan. Sedangkansastra Indonesia jauh lebih tua usianya 
daripada sastra berbahasa Indonesia. Membatasi cakupan sastra Nusantara pada 
yang berbahasa Indonesia "modern" lebih memperlihatkan kepongahan , kekenesan 
dan kecupetan atau sektarisme   pandangan. Barangkali. Terdapat masalah jika 
dilihat secara otntologi sebagai sisa  atau varian dari pandangan 
hegemonik "modernitas" dan yang disebut besar dan puncak
 sebagaimana yang dirumuskan dalam UUD '45 dahulu.  
 
 
Nusantara dan Indonesia adalah dua istilah berbeda makna jika dilihat dari 
periodisasi sejarah. Nusantara ada jauh sebelum Indonesia lahir. Sedangkan 
Indonesia dilihat dari segi politik menunjuk kepada wilayah Rempublik 
Indonesia. Wilayah Republik Indonesia ini, jika kita mau jujur dan realis, juga 
terdiri dari berbagai pulau dengan budaya masing-masing. Dengan sastra 
masing-masing pula. Kalau kita mengakui yang disebut Indonesia itu adalah 
wilayah Republik Indonesia maka sastra yang hidup dan terdapat di berbagai 
daerah dan  pulau, termasuk sastra Indonesia juga, tidak hanya sebatas sastra 
berbahasa Indonesia. Tidak ada dominasi suku dan budaya besar atau kecil  
-- yang bertentangan dengan prinsip bhinneka tunggal ika yang secara singkat 
disebut Indonesia dengan nilai republiken sebagai perekat. Saya khawatir bahwa 
di sekolah-sekolah dan di publik justru pandangan sempit inilah yang dominan 
dan diajarkan.Pandangan menyempitkan yang disebut sastra
 Indonesia begini sama sekali tidak representatif. Kita fasih menyebut 
Indoneisia, republik, bhinneka tunggal ika tapi apakah maknanya belum dikhayati 
benar. Pendekatan dan pemahaman salah tentang prinsip-prinsip ini , apalagi 
hanya sebatas barang hapalan,  akan menjalar dan  berdampak negatif ke berbagai 
bidang, terutama pendidikan dan pengajaran. Dari segi ini, saya melihat karya 
Prof Teeuw yang dijadikan pegangan dalam pengajaran sastra Indonesia menjadi 
sangat timpang.  Sastra lokal sama sekali diabaikan. Padahal di segi lain, 
dalam kurikulum sekolah-sekolah, terdapat  yang disebut "muatan lokal". 
Barangkali pelaksanaan kurikulum ini ada tautannnya dengan penyediaan bahan 
lokal,  kebijakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan lokal,  dan tidak kurang 
pentingnya, mungkin pada soal cara ajar-mengajar sastra di sekolah. Tidak 
kurang pentingnya adalah tulisan-tulisan apresiasi terhadap karya-karya sastra 
di suratkabar, radio dan televisi. Tapi di atas
 segalanya, barangkali yang perlu disepakati dahulu apakah yang disebut sastra 
Indonesia itu. Apakah hanya sebatas yang disebut karya-karya yang ditulis dalam 
bahasa Indonesia ataukah juga yang dituangkan dalam bahasa-bahasa lokal  Apakah 
sastra yang berbahasa Sunda dan Jawa yang sekarang cukup berkembang, baik 
melalui majalah, koran dan radio bisa dihitung sebagai sastra Indonesia atau 
tidak? Apakah sastra lisan seperti misalnya sansana kayau yang masih hidup di 
Tanah Dayak bisa dimasukkan sebagai bagian dari sastra Indonesia atau tidak? 
Apakah soal sastra lokal ada disentuh-sentuh oleh Prof. Teeuw? Mengapa kita 
harus menggunakan karya Teeuw sebagai bukan pegangan dan bukan karya yang kita 
susun sendiri dan lebih mewakimi Indonesia dan bersifat republken? Sekedar 
pertanyaan. 
 
 
Saya sendiri memandang bahwa semua sastra, baik yang ditulis dalam bahasa 
Indonesia atau pun bahasa daerah, termasuk yang ditulis oleh orang-orang 
Indonesia di negeri orang, seniscayanya tergol

Re: [wanita-muslimah] Re: PENGAJIAN LEPAS KANTOR

2008-11-29 Terurut Topik Mohammad Rizal
Judulnya pengajian, yang diomongin sex mulu.minta gratis lagi!


-Rizal-


--- On Fri, 11/28/08, Wikan Danar Sunindyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Wikan Danar Sunindyo <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: PENGAJIAN LEPAS KANTOR
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Friday, November 28, 2008, 9:46 PM

yang jelas, saya nggak merasa bayar buat sex dengan istri :)

salam,
--
wikan

2008/11/28 Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED]>:
> Sebetulnya sex dengan istri juga gak gratis kan? Karena sudah
> dibayar dimuka dengan segala mahar dan ijab kabul...:-))



===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment
Yahoo! Groups Links






  

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Teror Rapi ala Mumbai

2008-11-29 Terurut Topik Sunny
Jawa Pos
[ Sabtu, 29 November 2008 ] 


Teror Rapi ala Mumbai 
Oleh Ridlwan *)

Sepuluh hari menjelang ibadah wukuf di Padang Arafah, Kota Mumbai, India, 
digenangi darah. Aksi terorisme terkoordinasi memakan korban sedikitnya 125 
nyawa manusia. Belum lagi ratusan yang lain yang terluka fisik dan mengalami 
gangguan trauma mendalam. 

Gerakan teror yang dilakukan saat masyarakat Amerika Serikat merayakan 
Thanksgiving itu juga membuat ekonomi Mumbai lumpuh sesaat. Bursa tutup, 
perusahaan multinasional mengevakuasi karyawan, dan negara-negara maju 
beramai-ramai mengeluarkan travel warning ke India. Efek domino kengerian 
akibat aksi itu berhasil dicapai.

Aksi sadis tak berperikemanusiaan tersebut merupakan teror ke-11 yang terjadi 
tahun ini di Negeri Sungai Gangga itu. Pada 13 Mei lalu, enam ledakan terjadi 
di Jaipur, kota tujuan wisata di negara bagian Rajasthan di wilayah barat 
India. Rangkaian ledakan menewaskan 63 orang dan melukai sedikitnya 150 orang. 
Lalu, 25 Juli, tujuh ledakan terjadi secara beruntun di Bangalore, salah satu 
kota maju di wilayah selatan India. Satu orang tewas dan lebih dari 150 orang 
terluka.

Pada 26 Juli, di Ahmedabad, terjadi 20 ledakan bom dalam waktu kurang dari dua 
jam. Sebanyak 57 orang tewas dan lebih dari 150 orang terluka. Pada 13 
September, di New Delhi terjadi enam ledakan. Sebanyak, 26 orang tewas dan 
sedikitnya 100 orang terluka. Masih di New Delhi, 27 September, tiga ledakan di 
pasar bunga yang ramai menewaskan tiga orang.

Dua hari kemudian (29/9) di Modasa, Gujarat, satu orang terbunuh dan beberapa 
orang terluka akibat ledakan bom berdaya ledak rendah. Pada hari yang sama, di 
Malegaon, Maharashtra, lima orang meninggal akibat ledakan bom yang dibawa 
dengan sepeda motor. Lalu, 14 Oktober di Kanpur, delapan orang terluka akibat 
bom di pasar.

Berikutnya, 21 Oktober di Imphal, ledakan dahsyat di dekat kompleks Komando 
Polisi Manipur menewaskan 17 orang. Juga, 30 Oktober di Assam, sedikitnya 61 
orang tewas dan lebih dari 300 orang terluka akibat 18 teror bom di Assam yang 
terletak di wilayah timur laut India.

Tapi, dari 10 aksi teror sebelumnya, serangan Mumbai bisa dibilang yang paling 
terkoordinasi. Bayangkan, mereka menyerang 11 target dengan jarak amat dekat 
(tak lebih setengah jam jalan kaki), menyandera tawanan di hotel mewah, 
meledakkan granat di stasiun kereta dan berani adu tembak dengan pasukan khusus 
terbaik India, National Security Guards ( NSG).

Belum jelas siapa yang harus dituding. Sebuah kelompok, Deccan Al Mujahedeen, 
memang mengirim e-mail, tapi masih terburu-buru menyimpulkan otak serangan. 
Apalagi mengkaitkan kelompok itu dengan tandzhim (struktur) Al Qaidah 
Internasional.

Yang jelas, kelompok itu sangat rapi, terlatih, dan menguasai medan. Bukti 
sederhananya, mereka berhasil bertahan baku tembak 33 jam dengan NSG yang 
terkenal sebagai pasukan khusus terbaik di Asia.

NSG India yang dijuluki Black Cat (Kucing Hitam) didirikan pada 1985 dengan 
kekuatan 7.500 personel. Disebut kucing hitam karena mereka selalu memakai 
pakaian hitam-hitam dan cadar hitam saat bertugas. Personel NSG direkrut dari 
angkatan bersenjata India yang lolos seleksi ketat di Manesar, 50 kilometer 
dari New Delhi. Yang lolos berhak menyandang emblem Sudarshan Cakra dan 
dilindungi identitasnya. NSG juga dilatih oleh personel Israel dan dikenal 
sebagai pasukan yang sangat cepat dimobilisasi (30 menit setelah kejadian).

Paham akan risiko itu, teroris Mumbai tampaknya lebih memilih strategi perang 
kota. Dengan persenjataan NSG seperti senapan mesin Uzi 9 mm, senapan sniper 
PSG -17,62 mm, dan shotgun Heckler & Koch 512, teroris itu memilih bersembunyi 
di hotel padat pengunjung untuk memperbesar risiko salah tembak. Mereka juga 
membagi target menjadi 11 untuk memecah konsentrasi pasukan komando India.

Kepada saya, seorang analis Departemen Pertahanan Indonesia menduga teroris 
Mumbai termasuk dalam jaringan cross border militant network yang beroperasi 
sepanjang Asia Selatan dan Asia Tengah. Koneksi militan bersenjata itu 
terbentang mulai India, Pakistan, Afghanistan, bahkan sampai Provinsi Xinjiang 
Uigur di pinggir Tiongkok.

Sejarah konflik Kashmir membuat India menjadi hot spot sekaligus target empuk 
serangan. Apalagi, jaringan itu cukup kuat di Pakistan. Kita tahu, setelah 
Jenderal Pervez Musharaf tak lagi menjabat presiden, penanganan organisasi 
militan dan ekstrem di Pakistan semakin kendur. Ditambah, pidato presiden 
terpilih AS Barrack Obama yang berjanji menambah pasukan di Afghanistan kian 
membuat kawasan itu memanas.

Kebobolan 

Dari berbagai spekulasi tersebut, yang jelas intelijen India kebobolan. Aksi 
serapi itu tentu disiapkan berhari-hari, tapi sayang lolos dari endusan aparat 
telik sandi. Pejabat keamanan Indonesia harus mengambil hikmah dari teror 
Mumbai. Apalagi, Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri pernah 
menyampaikan bahwa sasaran teror mulai bergeser, yakni pejabat negara dan 
fasilitas-fasilitas vit

[wanita-muslimah] MUI investigates yoga, tells Muslims to suspend practicing

2008-11-29 Terurut Topik Sunny
http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/25/mui-investigates-yoga-tells-muslims-suspend-practicing.html

MUI investigates yoga, tells Muslims to suspend practicing
The Jakarta Post ,  Jakarta   |  Tue, 11/25/2008 8:20 PM  |  National 

The Indonesian Ulema Council (MUI) is telling Indonesian Muslims to stop 
practicing yoga while the council investigates the practice after public 
concern rose when a Malaysian top Muslim body banned the practice.

MUI head of edict affairs said Tuesday the council would invite yoga experts to 
explain the practice within the next two weeks.

"We will let them explain it to us before we issue an edict on the practice," 
he said as quoted by Tempointeraktif.com

The council plans to study whether yoga includes rituals, actions or teachings 
that run counter to Islamic teachings.

Last week Malaysia's National Fatwa Council, which has the authority to rule 
over how Muslims practice their faith, issued an edict banning Muslims from 
practicing yoga, saying the Indian physical exercise contains spiritual 
elements including chanting and Hindu worship practices that could corrupt 
Muslims. 

Many analysts have said the edict reflects the growing strain of conservatism 
in Malaysia. The majority of Malaysians are Muslim. (dre)


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] How sad

2008-11-29 Terurut Topik Kartono Mohamad

Bombing At Mosque In Iraq
Suicide Attack Before Prayers Kills at Least 12


By Sudarsan Raghavan and Saad Sarhan
Washington Post Foreign Service 
Saturday, November 29, 2008; Page A08 
BAGHDAD, Nov. 28 -- A suicide bomber detonated explosives outside a Shiite
mosque south of Baghdad on Friday, police said, killing at least 12 people
and injuring 23 a day after Iraqi lawmakers approved a security pact to
extend the U.S. military presence in Iraq. 
The attack in the city of Musayyib, 40 miles south of the capital, occurred
as people were gathered outside the mosque before the start of Friday
prayers, witnesses and police said. The mosque is run by loyalists of Shiite
cleric Moqtada al-Sadr. 
"Suddenly, a huge explosion shook the entire building," said Dawood Ahmad,
23, a worshiper. "Window glass flew in all directions, hitting me in the
back. Heavy black smoke filled the main hall. Despite my injury, I rushed
outside. I saw bodies lying on the ground, parts of human flesh scattered
around. And many screaming for help." 
After the prayers, the several hundred worshipers had planned to march in
protest against the security agreement, which still requires approval from
Iraq's presidency council. The Sadrists have long opposed the U.S. military
presence in Iraq. 
Sadr issued a statement through his key aides Friday, calling for three days
of mourning and peaceful demonstrations against the pact. 
No group asserted responsibility for the bombing, but suicide attacks are
typically the trademark of Sunni extremists. 
The U.S. military said in a statement that eight civilians were killed and
15 wounded. 
Last month, the U.S. military handed over control of security in Babil
province, which includes Musayyib, to Iraqi forces. The city is
predominantly Shiite, but pockets of Sunnis live in villages and on farms in
the surrounding area. Both Shiite and Sunni extremists have operated in the
area. On July 16, 2005, a suicide bombing killed an estimated 90 people in
the city. 
In the city of Kufa, also in southern Iraq, about 500 Sadrists carrying
black flags and photos of Sadr demonstrated against the pact after Friday
prayers. "No, no agreement!" and "Death, death to those who signed the
agreement!" they chanted. 
"We shall continue to protest the agreement because it does not serve Iraq
or its people," said Kadhim Alwan, 25, a protester. "We reject this
agreement because we have our own beliefs, and we do not want to be tied
down to the West and its culture." 
Waad Khazaly, 30, a taxi driver, said Sadr's U.S.-backed rivals had signed
the agreement only to "keep their dominance" ahead of provincial elections
scheduled for next year. 
Before the protest, an influential Sadrist aide said the attack in Musayyib
was a result of the security agreement. 
"The Iraqi government cannot survive without the U.S. presence, and as long
as the Americans remain here, Iraq will be still a battlefield," Abdul Hadi
al-Muhammadawi told worshipers at the Kufa mosque. 
Meanwhile, a car bomb exploded in a square in central Baghdad, killing two
people and wounding 15, police said. 
Sarhan reported from Kufa. Special correspondents Zaid Sabah, K.I. Ibrahim
and Aziz Alwan contributed to this report.r its people," said Kadhim Alwan,
25, a protester. "We reject this agreement because we have our own beliefs,
and we do not want to be tied down to the West and its culture." 
Waad Khazaly, 30, a taxi driver, said Sadr's U.S.-backed rivals had signed
the agreement only to "keep their dominance" ahead of provincial elections
scheduled for next year. 
Before the protest, an influential Sadrist aide said the attack in Musayyib
was a result of the security agreement. 
"The Iraqi government cannot survive without the U.S. presence, and as long
as the Americans remain here, Iraq will be still a battlefield," Abdul Hadi
al-Muhammadawi told worshipers at the Kufa mosque. 
Meanwhile, a car bomb exploded in a square in central Baghdad, killing two
people and wounding 15, police said. 
Sarhan reported from Kufa. Special correspondents Zaid Sabah, K.I. Ibrahim and 
Aziz Alwan contributed to this report.

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Doctors, schools blamed for poor services

2008-11-29 Terurut Topik Sunny
Refleksi: Ketidakberpihak rezim berkuasa kepada kepentingan rakyat mudah  
diketahui, antara lain  dengan melihat pada bidang pelayanan kesehatan dan 
pendidikan. Dua bidang ini cukup menjadi indikator penilian  keberpihakan 
pemerintah kepada rakyat. Agaknya hanya keajaiban bisa merubah kemalangan 
rakyat NKRI, tetapi  sayang seribu sayang keajaiban hanya terdapat dalam cerita 
dogeng. 

http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/29/doctors-schools-blamed-poor-services.html

Doctors, schools blamed for poor services
Erwida Maulia ,  The Jakarta Post ,  Jakarta   |  Sat, 11/29/2008 11:33 AM  |  
National 

Inconsistent standards and unethical recruitment methods in the health industry 
are to blame for Indonesia's costly yet ineffective medical services, a study 
says. 

The study, jointly conducted by Indonesian and Australian researchers between 
March and September this year, found that doctors' "uncontrolled freedom" in 
setting prices and employment standards has led to the cost blowout and poor 
quality in services across the country. 

"Doctors can charge unreasonably high prices for their services without 
patients' having any idea what is reasonable. The price of medical treatment in 
a Jakarta state hospital could be significantly higher than in a private 
hospital in Malaysia," the study coordinator, Hasbullah Thabrany from the 
University of Indonesia, told press in Jakarta on Thursday. 

He said measures ensuring the quality of medical services were very weak, with 
audits rarely carried out into hospitals' performance. 

Hasbullah said doctors should also just focus on one practise, instead of 
multiple areas, because it was leading to discriminative practices based on a 
patient's financial status. 

"The current system is seeing doctors treat wealthier patients above all 
others. This is a threat to the quality of medical services, which should be 
equal for all," he said. An increase in government remuneration has been 
suggested as a way of enticing doctors to stay in one just area. 

Civil servant doctors are paid the same salary as other civil servants in 
Indonesia, while a fresh-graduate state doctor may receive as little as Rp 1.2 
million (US$100) per month. Low incomes have forced doctors to expand their 
services to multiple areas, though under the 2004 Medical Practices Act one 
doctor is limited to working in three places. 

Hasbullah said a lack of standards also plagued the recruitment and education 
process of would-be doctors. Medical schools, he argued, where becoming 
"liberal" and selecting students based on their financial status instead of 
abilities. 

The study recommended the government immediately reform its overall medical 
workforce management policy. 

Secretary general of the Indonesian Doctors Association (IDI), Zaenal Abidin, 
said there were no standards for medical services in the country and the Health 
Ministry had not yet developed a regulation for the industry. 

He said doctors should obey ethical standards set by the Indonesian Medical 
Council. 

Concerns have been raised over the growing trend in medical schools to recruit 
students based on financial capacities and said the IDI had been urging 
lawmakers and the government to fix the situation. 

"Such a selection process will produce graduates who only care about money. It 
will create problems because doctors are directly involved in people's 
wellbeing," he said. 

The study into the quality of medical services is among nine other research 
projects being developed this year under the Australia-Indonesia Governance 
Research Partnership (AIGRP) program. The results of the studies will be 
presented before industry experts on Dec. 1. 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] House wants CIA book banned

2008-11-29 Terurut Topik Sunny
Refleksi:  Tidak mengherankan bila DPR melarang buku "The Legacy of Ashes", 
karena sesuai dengan fungsinya sebagai Dewn Penipu Rakyat (DPR), maka tentunya  
mereka tidak mau supaya rakyat mengetahui rahasia umum.

http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/24/house-wants-cia-book-banned.html

House wants CIA book banned
The Jakarta Post   |  Mon, 11/24/2008 4:47 PM  |  National 

House Speaker Agung Laksono on Monday said he had requested the Attorney 
General's Office (AGO) ban a recently published translation of a book on CIA 
history, which claims an important Indonesian figure was a CIA agent.

"We have entrusted the matter to the AGO," he said as quoted by 
tempointeraktif.com.

The book, titled Legacy of ashes, the history of the CIA and written by New 
York Times journalist Tim Weiner, discusses CIA history in relation to 
international political events including
the bloody political situation in Indonesia of 1965.

Weiner quoted former CIA top agent Clyde McAvoy saying "Adam Malik was a CIA 
agent in 1964".

Malik was Indonesia's top diplomat and served as the country's vice president 
from 1978 to 1983. 

Separately on Monday, AGO spokesman Jasman Panjaitan said his office was still 
analyzing the book and had yet to decide whether to ban it.

"Our Social-Political Affairs Directorate is studying the book. We are looking 
into the substance of the book, and have yet to summon its writer," he said.

Jasman, however, said Malik's family could file a complaint over the book if 
they felt slandered. (anb/ewd) 

Comments (8)  |   Post comment 
A  |   A  |   A  | |   ||||   
Rabin Dranir (not verified) - Fri, 11/28/2008 - 5:28pm

Excuse me, but isn't it a cool thing if you join CIA? what's with all the fuss?

Lynda (not verified) - Thu, 11/27/2008 - 1:36pm

Umm, great, just like when Soeharto banned Adam Schwartz "The Nation in 
Waiting" back in '80s-'90s. I remember feverishly finally securing a copy 
during my time overseas, and after reading it I went "Meh?" out of confusion of 
what the fuss had been all about. That book is now widely sold in Indonesia and 
no revolution has been inspired by it.

Adam Malik's family reserves the rights to sue for defamation. But banning the 
public to read and subjectively think for themselves is equal to dumbing the 
nation -- 'pembodohan bangsa'.

Adamsen (not verified) - Wed, 11/26/2008 - 1:43am

I agree with all comments prior to mine.

Everybody knows that the Coup led by Suharto had CIA links. I am surprised that 
Suharto himself was not mentioned in the book?

I think the GOI still has the paranoia?

Sledet (not verified) - Tue, 11/25/2008 - 9:51am

A democratic system does not ban on books. What message will we send to the 
world and to our own people? Malik's family can sue Weiner, for that matter, 
and the government should not ban his book or any books based on fear that the 
family will do just that.

If the government needs something to do, why not chase the patented Indonesian 
folk songs by the Malaysian?

Rafiq Mahmood, Bogor (not verified) - Tue, 11/25/2008 - 9:08am

Excellent. The author will be pleased. Nothing is better to boost sales than by 
banning something.

I hardly think that the CIA's and MI6's engineering of the Soeharto coup and 
their accompanying death lists something to pretend didn't happen any more. If 
someone thinks he has been libelled by the book sue in the courts where it is 
published. Surely nothing to worry about now, though: few people who survived 
those dark times have their hands clean. 

If anyone wants to hush up what the CIA did then it is surely the CIA 
themselves? Why do their work for them and be more enthusiastic they they are?

Don't be silly.

Nairdah (not verified) - Mon, 11/24/2008 - 11:35pm

Note the name of the book. The History of the CIA. It is a global topic, not a 
book on Indonesia. The book is already published and selling like fresh cooked 
sate. Yes, there is a mention of Adam Malik. But the book contains other more 
serious aspects of Indonesian history that has been kept from Indonesians for 
decades. Indonesians are entitled to find out for themselves. The rest of the 
world already knows.

Please don't ban a comprehensive history of the CIA just because there is a 
short section on Indonesia you don't agree with.

And as for summoning the writer. He is probably too busy doing book 
signings and media interviews.

Nairdah (not verified) - Mon, 11/24/2008 - 11:17pm

I think after all those decades of censorship of history by Soeharto, 
Indonesians don't need another Big Brother after the style of Soviet Russia or 
Maoist China to tell them what they can read or not read. Eventually the facts 
will be flushed out. And banned books.

Why is the automatic reaction of our politicians in Indonesia to ban anything 
they fear or dislike - the clothes that people wear, the movies they see, the 
books they can read,..the things they are allowed to think. Like the recent 
police de

Re: [wanita-muslimah] Pandangan lain Re: larangan yoga?

2008-11-29 Terurut Topik vandamanis
Ude deh
Placuran ga bisa dihapus
Itu kebutuhan hajat hidup orang kebanyakan.
Lebih baik di berikan lokasi shg kliatan legal. Ada cek up sbulan skali oleh 
dr. Kmdn  Psk diberi asuransi. Ada tim penilai kelayakan kerja. Bgitu .. 
Sama halnya dgn pemberantasan aids bukan melarang seks bebas tapi menghimbau 
ngeseks pakai kondom.
Peace,
*van* 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: donnie damana <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Sat, 29 Nov 2008 17:44:06 
To: 
Subject: Re: [wanita-muslimah] Pandangan lain Re: larangan yoga?


Apakah kalau tidak membuang sampah di sungai dibelakang rumah atau  
tidak menaruh kotoran di bawah karpet sama dengan memelihara sampah/ 
kotoran?

Donnie

On Nov 28, 2008, at 3:00 PM, Lina Dahlan wrote:

> Kalau "Membubarkan pelacuran sama saja menaruh kotoran dibawah
> karpet, atau > membuang sampah disungai dibelakang rumah", apa
> ungkapan yang sepadan dengan itu untuk "Memelihara pelacuran"?
>
> wassalam,
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, donnie damana
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Idealnya tidak ada pelacuran boss..
> > Tapi dunia kita tidak ada dalam pikiran ideal kita.
> > Membubarkan pelacuran sama saja menaruh kotoran dibawah karpet,
> atau
> > membuang sampah disungai dibelakang rumah. Rumah kita keliatan
> > bersih, tapi begitu musim hujan seluruh kompleks kebanjiran..
> >
> > salim,
> > Donnie
> >
> > On Nov 27, 2008, at 3:46 PM, Robert Sianturi wrote:
> >
> > > Yoga dilarang 
> > > Naik mobil ya harus dilarang... Bid'ah.. karena tidak pernah
> > > dilakukan oleh Nabi
> > > Pergi ke dokter harus dilarang... Musyrik.. karena percaya
> kepada
> > > kekuatan dokter
> > > Juga Bid'ah karena tidak pernah ada dokter di zaman Nabi...
> > > Wudhu pakai air PDAM, najis... karena sumber dari air sungai
> yang
> > > kotor bercampur najis
> > >
> > > pendapat saya ini mungkin akan ada yang membantah...
> > > Tapi itu hak bagi mereka yang punya pandangan lain...
> > >
> > > Maka sebaiknya yang percaya Yoga itu bertentangan dengan Islam
> ya
> > > silahkan tidak melakukan Yoga...
> > > Yang percaya Yoga tidak bertentangan dengan islam ya silahkan
> > > melakukan yoga (kalau bisa)
> > >
> > > Ulama (yang merasa mewakili umat/ yang merasa paling berhak
> > > menafsirkan syariat) tidak perlu sampai ada aturan melarang
> hal2
> > > yang masih samar...
> > > kalau nanti aturan pada hal
> > > yang masih samar itu dibuat jangan2 akan jadi tradisi dimasa
> > > depan Iya kalau benar... kalau kurang tepat???.. kan bisa
> buat
> > > tersesat generasi mendatang..
> > >
> > > fakta: 12 tahun setelah Nabi wafat ada peristiwa penting...
> > > Yakni ditetapkannya penanggalan Hijriyah...
> > > dimana perhitungan harinya adalah memakai perhitungan Lunar
> (bulan)
> > >
> > > Fakta lain: pada zaman nabi penanggalan memakai perhitungan
> solar
> > > (matahari)
> > >
> > > pertanyaan: berarti perhitungan hari, bulan dan tahun berbeda,
> lalu
> > > bagaimanakah perhitungan bulan ramadhan, haji dsb.. karena
> > > perhitungan dibuat dengan dasar yang sudah berbeda dengan dasar
> > > yang dipakai waktu zaman Nabi Muhammad..
> > >
> > > fakta berikutnya: seperti perhitungan bulan ramadhan, syawal,
> idul
> > > adha dsb sering muncul polemik... semuanya sama2 memakai
> > > perhitungan lunar dengan berbagai dalil yang masing2 merasa
> benar.
> > > padahal semuanya dibuat oleh ulama terdahulu yang sudah
> berdasar
> > > perhitungan yang sebenarnya sudah
> > > bergeser dari dasar perhitungan zaman Nabi yang waktu beliau
> hidup
> > > perhitungan adalah memakai perhitungan peredaran matahari (solar)
> > >
> > > Untuk itu.. kata kawan saya yang mbeling... 'Gitu aja kok
> repot'...
> > > Mungkin benar juga, Tuhan tidak perlu (atau malah tidak butuh)
> > > dibela...
> > > Tapi manusia yang merasa paling berhak sebagai pembuat tafsir..
> itu
> > > mungkin yang perlu (butuh) dibela.. butuh dipercaya...
> > >
> > > Mohon Pencerahan... lebih lanjut khususnya beliau2 yang
> mendalami
> > > ilmu agama
> > >
> > > Tapi yang pasti saya sepakat..
> > > Kompleks pelacuran ditutup...
> > > Koruptor ditangkap (meskipun mungkin tiap jumat pergi ke
> masjid,
> > > atau mungkin tiap minggu pergi ke gereja, atau tiap purnama ke
> > > vihara)..
> > > jadi jangan karena sudah bergelar Haji, atau dengan riya
> memberikan
> > > zakat.. atau tiap tahun baru imlek memberikan sumbangan
> besar...
> > > tetap korupsi dan tidak dihukum, malah tidak merasa malu...
> > >
> > > karena orang masih sangat menghargai orang yang mampu
> > > secara ekonomi... apalagi jika kaya raya (meskipun koruptor)..
> > > merasa bangga jika bisa dekat.. dan tidak malu sebagai keluarga
> > > koruptor.. (yang korupsi atau merampok uang rakyat aja tidak
> malu
> > > dan malah dihargai oleh masyarakat) apalagi jka sudah mendapat
> > > predikat dengan para pemuka agama, atau malah jadi pemuka
> agama
> > >
> > > Fakta ini bisa dilihat disekitar kita
> > >
> > > --- Pada Kam, 27/11/08, Al Faqir Ilm

[wanita-muslimah] Depkes Harus Ambil Alih Pendidikan Kedokteran + 50 Persen Dokter Tidak Kompeten

2008-11-29 Terurut Topik Sunny
Refleksi: Kalau Depkes ambil alih  pendidikan kedokteran, apakah pelanyanan 
kesehatan akan menguntungkan jaminan kesehatan rakyat jika negara dikuasai  
penguasa tukang copet bin bandit?

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0811/29/kesra01.html

Depkes Harus Ambil Alih Pendidikan Kedokteran

Oleh
Web Warouw



Jakarta - Pendidikan kedokteran merupakan hulu persoalan kedokteran di 
Indonesia yang harus segera ditertibkan agar kualitas dan kompetensi dokter 
dalam pelayanan kesehatan dapat dibina dari awal serta tetap terjaga.

Untuk itu, sudah waktunya Departemen Kesehatan (Depkes) mengambil alih 
pendidikan kedokteran, ketimbang pendidikan kedokteran ditangani oleh 
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)."Kalau ini dibiarkan terus, 
perbaikan dan peningkatan kesehatan rakyat akan selalu menghadapi hambatan 
karena kualitas dokter terus menurun menyesuaikan pasar. Sudah waktunya 
Departemen Pendidikan menyerahkan pendidikan kedokteran kepada Departemen 
Kesehatan," tegas Pimpinan Ikatan Dokter Anak Indonesia dr H Tubagus Rachmat 
Sentika, SpA MARS ketika dihubungi SH, Sabtu (29/11) di Jakarta. Ia 
melanjutkan, di bawah Depdiknas, dokter dikondisikan menjadi profit oriented 
(berorientasi pada keungungan) ketimbang sebagai pelayan masyarakat. Sejak 
awal, biaya pendidikan sudah mahal sehingga saat menjadi dokter orientasinya 
adalah mencari uang sebanyak mungkin ketimbang bekerja secara profesional untuk 
melayani masyarakat. 


Menurutnya, pendidikan kedokteran adalah pendidikan profesi, dari co asisten 
dokter sampai spesialis, menjadi bagian dari Departemen Kesehatan. Untuk 
menjadi sarjana, diberikan mata kuliah yang 75 persen persoalan profesi 
kedokteran, sisanya tentang pendidikan. Walaupun di bawah Depdiknas, 70 persen 
tenaga pendidiknya adalah bagian dari Depkes. 

Kekurangan Dokter Anak
"Secara teknis, lebih mudah diambil oleh Departemen Kesehatan sehingga semua 
tenaga pendidik menjadi bagian dari Pusat Pendidikan Kedokteran Indonesia. 
Untuk itu, semua rumah sakit tipe B dan C harus didorong menjadi rumah sakit 
pendidikan, ketimbang tidak jelas seperti saat ini," lanjutnya.


Sentika memberi contoh, saat ini hanya ada 2.800 dokter anak di seluruh 
Indonesia. Padahal, yang dibutuhkan 22.000 dokter anak. Setiap tahun fakultas 
kedokteran hanya bisa meluluskan 70 dokter anak. "Di Jakarta, hanya ada 600 
dokter anak sehingga terjadi jurang kebutuhan yang lebar antara Jakarta dengan 
daerah," jelasnya.


Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Umum Konsil Kedokteran Indonesia dr 
Hardi Yusa. Menurutnya, di beberapa negara, fakultas kedokteran memang dibawahi 
Departemen Kesehatan. Walau berat, mungkin sudah waktunya Depkes mengambil 
tanggung jawab pendidikan dokter, tidak hanya yang spesialis seperti sekarang, 
tetapi juga sejak pendidikan dokter awal.


Tentang kompetensi dokter yang rendah, menurutnya, ada pada dokter-dokter yang 
baru lulus dan belum berpengalaman. Dalam kuliah enam tahun, pendidikan klinis 
dijadikan satu dengan pendidkan akademi umum sehingga saat lulus pengalaman 
dokter sangat rendah. Saat ini, jumlah dokter Indonesia sebanyak 90.000 dokter. 
Setiap tahun, kompetensi mereka diperiksa oleh Konsil kedokteran Indonesia, 
jelasnya. Sebelumnya, Profesor Hasbullah Thabrany dari Fakultas Kesehatan 
Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), kepada SH, Kamis (27/11) 
mengungkapkan bahwa lebih dari 50 persen dokter yang memperoleh izin praktik, 
ternyata tidak mempunyai kompetensi untuk melayani pasien, meskipun sudah 
mempunyai sertifikat Continuing Medical Education (CME). n

  
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0811/28/sh03.html

50 Persen Dokter Tidak Kompeten 



Jakarta - Lebih dari 50 persen dokter yang memperoleh izin praktik, ternyata 
tidak mempunyai kompetensi untuk melayani pasien. Ini terjadi karena pemerintah 
tidak melakukan kontrol terhadap praktik dokter. Oleh sebab itu, Departemen 
Pendidikan Nasional (Depdiknas) harus bekerja sama dengan Departemen Kesehatan 
(Depkes) menciptakan tenaga medis berkualitas.


Selain itu, Depkes harus membentuk Gugus Tugas Tata Kelola Kesehatan yang 
dipimpin Menteri Kesehatan dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan utama. 
Tugasnya untuk menyusun rencana nasional mengenai tata laksana pelayanan 
kesehatan. "Lebih dari 50 persen dokter kurang kompeten. Meskipun sudah 
mempunyai sertifikat Continuing Medical Education (CME), belum tentu dia dokter 
yang baik, karena bagaimana dengan kompetensinya?" kata Profesor Hasbullah 
Thabrany dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), 
kepada SH, Kamis (27/11), seusai memaparkan hasil penelitiannya bersama 
peneliti dari Australia tentang Tata Kelola Pelayanan Medis di Indonesia.


Penelitian diadakan Maret-September 2008 di Jakarta, Bali, Kalimantan Selatan, 
dan Sumatera Utara, dengan menggali narasumber dari Ikatan Dokter Indonesia 
(IDI), perhimpunan rumah sakit, masyarakat konsumen, Departemen Kesehatan, dan 
Dinas Kesehatan. Hasilnya, ada ancaman 

[wanita-muslimah] Argumen Kuota Pencalonan Perempuan

2008-11-29 Terurut Topik Sunny
http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=news&detail=true&id=1349

28/11/2008

Argumen Kuota Pencalonan Perempuan


Oleh Didik Supriyanto




Hari-hari ini, Mahkamah Konstitusi sedang menyidangkan gugatan Mohammad Sholeh 
terhadap Pasal 55 dan 214 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu 
Legislatif, yang mengatur keterwakilan 30 persen perempuan. Inilah kali pertama 
kebijakan afirmasi dalam bentuk kuota 30 persen perempuan dalam pencalonan 
anggota legislatif di pemilu ditantang secara terbuka lewat jalur hukum. 
Sebelumnya, perlawanan muncul di forum-forum politik yang melebar dalam 
perdebatan publik di media massa.

Pasal 55 UU No 10/2008 menyebutkan, dalam daftar calon anggota legislatif yang 
disusun partai politik, pada setiap tiga calon, sedikitnya terdapat satu 
perempuan. Sementara Pasal 214 mengatakan, calon terpilih adalah mereka yang 
memperoleh suara sedikitnya 30 persen BPP (bilangan pembagi pemilih). Jika tak 
ada calon yang meraihnya, kursi diberikan berdasar nomor urut. Jadi, meskipun 
dalam Pemilu 2009 nanti daftar calon bersifat terbuka, namun calon terpilih 
tidak ditentukan berdasar suara terbanyak.

Dalam gugatannya, Sholeh mendalilkan, pasal-pasal tersebut telah menghilangkan 
hak-hak konstitusional dirinya sebagai warga negara. Ia merasa telah 
didiskriminasi oleh ketentuan pasal tersebut. Menurutnya, pemilu sebagai arena 
terbuka untuk memperebutkan jabatan publik, semestinya berlaku ketentuan yang 
sama kepada semua warga negara, tidak peduli apakah dia itu laki-laki atau 
perempuan.

Dalil Sholeh tersebut mau tidak mau membawa kita pada perbincangan tentang apa 
itu prinsip persamaan warga negara dalam sistem pemilu. Sholeh benar, tiadanya 
persamaan perlakuan dalam sistem pemilu tidak saja mencederai konstitusi, 
tetapi juga nilai-nilai demokrasi yang dijunjung tinggi oleh umat manusia. 
Tetapi, sadarkah kita bahwa sejak prinsip persamaan itu diterapkan dalam sistem 
pemilu, ternyata hasil pemilu tidak pernah menunjukkan representasi warga 
negara yang sesungguhnya?


Prinsip Demokrasi

Prinsip demokrasi menuntut sistem perwakilan yang memungkinkan semua kelompok 
masyarakat terwakili. Tujuannya agar dalam pengambilan keputusan tidak ada 
kelompok yang ditinggalkan. Namun, sejak gagasan demokrasi digulirkan dan 
dipraktikkan, parlemen nyaris tidak pernah mewakili semua kelompok di 
masyarakat. Kenyataan itu menyebabkan parlemen sering mengeluarkan kebijakan 
yang justru mendiskriminasi kelompok masyarakat yang diklaim diwakilinya. 

Menurut Sensus Penduduk 2000, jumlah perempuan Indonesia mencapai 101.625.816, 
atau 51 persen dari jumlah penduduk. Sementara jumlah perempuan di DPR hasil 
Pemilu 2004, hanya 9 persen dari 550 kursi. Itu artinya, perempuan Indonesia 
hanya diwakili oleh beberapa orang, sehingga 101 juta lebih perempuan Indonesia 
terdiskriminasi oleh kebijakan DPR. Bentuk diskriminasi itu bisa dilihat dari 
sedikitnya produk perundang-undangan yang melindungi kepentingan perempuan.

Banyak politisi, termasuk Sholeh tentu saja, dengan gampang menyalahkan 
perempuan jika tidak bisa memasuki parlemen. Sebab, sistem pemilu dibuka buat 
siapa saja untuk bertanding secara fair. Jika tidak banyak calon perempuan yang 
terpilih, itu bukan salah sistemnya, tapi lebih karena pemilih memang tidak 
menyukai calon perempuan.

Dalih tersebut mengandaikan bahwa semua calon bertarung tidak hanya dalam 
sistem yang sama, tetapi juga memiliki kemampuan yang sama. Padahal, 
kenyataannya tidaklah demikian. Perempuan yang terdiskriminasi oleh sistem 
sosial yang didominasi laki-laki selama berabad-abad punya keterbatan dan 
kelemahan hampir di semua lini kehidupan. Kondisi ini menyebabkan perempuan 
tidak akan mampu bersaing dalam pertarungan politik yang terbuka. 

Secara ekonomi, perempuan tidak memiliki akses yang cukup, sehingga dalam 
pemilu yang membutuhkan dana yang tidak sedikit, calon perempuan akan 
menghadapi banyak kesulitan. Secara politik, perempuan jelas tidak menguasai 
struktur partai, sehingga pencalonannya nyaris tanpa dukungan partai. Yang tak 
kalah penting adalah kultur perempuan yang tidak bisa "menghalalkan" segala 
cara, sehingga dalam pertarungan keras, mudah disingkirkan.

Kenyataan tersebut membuat perempuan sulit untuk meraih kursi legislatif. 
Inilah yang melatarbelakangi lahirnya kebijakan afirmasi dalam bentuk kuota 30 
persen perempuan dalam pencalonan anggota pemilu legislatif. Kebijakan ini 
berarti memberikan ruang yang lebih terbuka buat perempuan agar berhasil 
memasuki parlemen. Namun, sifat kebijakan afirmasi ini sementara. Saat 
perempuan sudah dalam kondisi yang sama untuk bersaing dengan laki-laki, maka 
kebijakan tersebut bisa dihapus.


Jatah Kursi

Dibandingkan dengan praktik di beberapa negara, kebijakan afirmasi dalam bentuk 
kuota 30 persen perempuan di Indonesia masih lebih "adil" bila dilihat dari 
kacamata kepentingan politik lagi-laki. Sebab, di beberapa negara kebijakan itu 
diwujudkan dalam bentuk 30 persen kursi ter

[wanita-muslimah] iraqi girls dancing

2008-11-29 Terurut Topik Sunny
http://www.youtube.com/watch?v=Ogmib5XQZfo&feature=related

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Everywoman - Apostasy

2008-11-29 Terurut Topik Sunny
Click :  http://www.youtube.com/watch?v=mgnncfYRPxk

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Pandangan lain Re: larangan yoga?

2008-11-29 Terurut Topik donnie damana
Apakah kalau tidak membuang sampah di sungai dibelakang rumah atau  
tidak menaruh kotoran di bawah karpet sama dengan memelihara sampah/ 
kotoran?

Donnie

On Nov 28, 2008, at 3:00 PM, Lina Dahlan wrote:

> Kalau "Membubarkan pelacuran sama saja menaruh kotoran dibawah
> karpet, atau > membuang sampah disungai dibelakang rumah", apa
> ungkapan yang sepadan dengan itu untuk "Memelihara pelacuran"?
>
> wassalam,
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, donnie damana
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Idealnya tidak ada pelacuran boss..
> > Tapi dunia kita tidak ada dalam pikiran ideal kita.
> > Membubarkan pelacuran sama saja menaruh kotoran dibawah karpet,
> atau
> > membuang sampah disungai dibelakang rumah. Rumah kita keliatan
> > bersih, tapi begitu musim hujan seluruh kompleks kebanjiran..
> >
> > salim,
> > Donnie
> >
> > On Nov 27, 2008, at 3:46 PM, Robert Sianturi wrote:
> >
> > > Yoga dilarang 
> > > Naik mobil ya harus dilarang... Bid'ah.. karena tidak pernah
> > > dilakukan oleh Nabi
> > > Pergi ke dokter harus dilarang... Musyrik.. karena percaya
> kepada
> > > kekuatan dokter
> > > Juga Bid'ah karena tidak pernah ada dokter di zaman Nabi...
> > > Wudhu pakai air PDAM, najis... karena sumber dari air sungai
> yang
> > > kotor bercampur najis
> > >
> > > pendapat saya ini mungkin akan ada yang membantah...
> > > Tapi itu hak bagi mereka yang punya pandangan lain...
> > >
> > > Maka sebaiknya yang percaya Yoga itu bertentangan dengan Islam
> ya
> > > silahkan tidak melakukan Yoga...
> > > Yang percaya Yoga tidak bertentangan dengan islam ya silahkan
> > > melakukan yoga (kalau bisa)
> > >
> > > Ulama (yang merasa mewakili umat/ yang merasa paling berhak
> > > menafsirkan syariat) tidak perlu sampai ada aturan melarang
> hal2
> > > yang masih samar...
> > > kalau nanti aturan pada hal
> > > yang masih samar itu dibuat jangan2 akan jadi tradisi dimasa
> > > depan Iya kalau benar... kalau kurang tepat???.. kan bisa
> buat
> > > tersesat generasi mendatang..
> > >
> > > fakta: 12 tahun setelah Nabi wafat ada peristiwa penting...
> > > Yakni ditetapkannya penanggalan Hijriyah...
> > > dimana perhitungan harinya adalah memakai perhitungan Lunar
> (bulan)
> > >
> > > Fakta lain: pada zaman nabi penanggalan memakai perhitungan
> solar
> > > (matahari)
> > >
> > > pertanyaan: berarti perhitungan hari, bulan dan tahun berbeda,
> lalu
> > > bagaimanakah perhitungan bulan ramadhan, haji dsb.. karena
> > > perhitungan dibuat dengan dasar yang sudah berbeda dengan dasar
> > > yang dipakai waktu zaman Nabi Muhammad..
> > >
> > > fakta berikutnya: seperti perhitungan bulan ramadhan, syawal,
> idul
> > > adha dsb sering muncul polemik... semuanya sama2 memakai
> > > perhitungan lunar dengan berbagai dalil yang masing2 merasa
> benar.
> > > padahal semuanya dibuat oleh ulama terdahulu yang sudah
> berdasar
> > > perhitungan yang sebenarnya sudah
> > > bergeser dari dasar perhitungan zaman Nabi yang waktu beliau
> hidup
> > > perhitungan adalah memakai perhitungan peredaran matahari (solar)
> > >
> > > Untuk itu.. kata kawan saya yang mbeling... 'Gitu aja kok
> repot'...
> > > Mungkin benar juga, Tuhan tidak perlu (atau malah tidak butuh)
> > > dibela...
> > > Tapi manusia yang merasa paling berhak sebagai pembuat tafsir..
> itu
> > > mungkin yang perlu (butuh) dibela.. butuh dipercaya...
> > >
> > > Mohon Pencerahan... lebih lanjut khususnya beliau2 yang
> mendalami
> > > ilmu agama
> > >
> > > Tapi yang pasti saya sepakat..
> > > Kompleks pelacuran ditutup...
> > > Koruptor ditangkap (meskipun mungkin tiap jumat pergi ke
> masjid,
> > > atau mungkin tiap minggu pergi ke gereja, atau tiap purnama ke
> > > vihara)..
> > > jadi jangan karena sudah bergelar Haji, atau dengan riya
> memberikan
> > > zakat.. atau tiap tahun baru imlek memberikan sumbangan
> besar...
> > > tetap korupsi dan tidak dihukum, malah tidak merasa malu...
> > >
> > > karena orang masih sangat menghargai orang yang mampu
> > > secara ekonomi... apalagi jika kaya raya (meskipun koruptor)..
> > > merasa bangga jika bisa dekat.. dan tidak malu sebagai keluarga
> > > koruptor.. (yang korupsi atau merampok uang rakyat aja tidak
> malu
> > > dan malah dihargai oleh masyarakat) apalagi jka sudah mendapat
> > > predikat dengan para pemuka agama, atau malah jadi pemuka
> agama
> > >
> > > Fakta ini bisa dilihat disekitar kita
> > >
> > > --- Pada Kam, 27/11/08, Al Faqir Ilmi <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
> > > Dari: Al Faqir Ilmi <[EMAIL PROTECTED]>
> > > Topik: Re: [parapemikir] Re: Re: Re: Re: larangan yoga?
> > > Kepada: [EMAIL PROTECTED]
> > > Tanggal: Kamis, 27 November, 2008, 9:51 AM
> > >
> > > malaysia kok ditiru jelas-jelas di Genting Island, perjudian
> dan
> > > kawan-kawannya legal kok, begitu juga di Indonesia MUI kok
> ngurus
> > > yang harusnya tidak diurus, tuh di dolly surabaya sudah jelas
> > > dilihat dari kaca mata manapun nggak bener dan ilegal kok yo
> aman-
> > > aman ae
> > >
> > > --- On Wed, 11/26/08, Ahmad Sam