[wanita-muslimah] Penanaman Tentang Nilai

2009-03-12 Terurut Topik muhamad agus syafii
Penanaman Tentang Nilai 

By: agussyafii

Dalam pembentukan pola anak agar menjadi Insan Mulia paling tidak ada 4 
infrastruktur, Yaitu: 

1. penanaman nilai

2. Lingkungan yang Kondusif

3. Membangun Tokoh Idola

4. Pembiasaan kepada Pola Tingkah Laku Konstruktif.

Tulisan berikut ini akan membahas bagaimana Penanaman tentang nilai yang agar 
Anak-Anak menjadi Insan Mulia (Amalia).
     
Tingkah laku Insan Mulia dipengaruhi oleh aspek-aspek kognitif, afektif, dan 
psikomotorik. Jika seseorang memiliki kapasitas yang seimbang dari ketiga aspek 
tersebut, teorinya ia dapat hidup harmoni dengan lingkungan dan dengan dirinya 
karena kemampuannya mengamati dan merespons permasalahan secara benar dan 
proporsional. 

Pengetahuan tentang nilai akhlak itu sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan 
kepribadian terutama bagi anak yang memiliki fitrah bawaan yang baik. 
Pengetahuan tentang nilai-nilai akhlak bisa disampaikan, antara lain, oleh 
orang tua dan guru:

1. Orang tua dapat melakukannya sejak dini melalui dongeng sebelum tidur dan 
nasihat rutin. Dapat juga berupa nasihat khusus sehubung dengan 
kejadian-kejadian penting, misalnya ketika akan berangkat merantau, dalam 
proses memilih jodoh, ketika menemui hidup berumah tangga, ketika memduduki 
suatu jabatan;

2. Guru sekolah menyampaikannya dalam proses belajar mengajar melalui pelajaran 
akhlak atau budi pekerti yang pada umumnya lebih berpengaruh pada aspek 
kognitif dan sedikit pengaruh pada aspek afektif. Disiplin sekolah yang 
bermuatan nilai akhlak meski boleh jadi tidak disukai oleh murid, cukup besar 
pengaruhnya dalam diri si murid, sekurang-kurangnya merasuk ke alam bawah sadar.

3. Ulama atau orang bijak menyampaikannya sesuai salat berjamaah atau dalam 
pengajian, atau dalam pertemuan khusus.

4. Cendekiawan menyampaikannya melalui forum diskusi.

5. Melalui literature yang terprogram.

6. Dapat juga diproleh seseorang dari peristiwa yang mengesankan hati yang 
kemudian dijadikan pelajaran.

Bagi anak-anak, pengetahuan tentang nilai akhlak bersifat normatif. Akan 
tetapi, pada orang dewasa, pengetahuan tentang nilai akhlak harus disampaikan 
dalam forum yang memungkinkan terjadinya dialog karena tujuan pemberitahuan 
tentang nilai bukan sekadar informatif, melainkan diharap berakhir dengan 
penghayatan nilai.  

Wassalam,
agussyafii


alhamdullilah sudah ada 5 Anak Amalia memiliki orang tua asuhmasih ada 18 
anak yang belum memiliki orang tua asuh. saudaraku... keinginan mereka utk 
bersekolah sangatlah besar...hanya sayang terbentur dengan kondisi ekonomi 
keluarga barangkali masih ada yg berkenan utk menjadikan mereka anak 
asuh.hanya dengan Rp. 200/bulan kita sudah ber PMA (Penanaman Modal 
Akhirat) .yuk, teman...kita berlomba dalam berbuat kebaikan dan 
kebajikan... insyallah Allah meridhoi langkah baik kita ini...amin ya 
robbalalamin. Bagi yang berkenan silahkan menghubungi 087 8777 12 431 atau 
http://agussyafii.blogspot.com






  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"

2009-03-12 Terurut Topik Sunny
 Learning by doing.

  - Original Message - 
  From: Ari Condro 
  To: Milis wm 
  Sent: Friday, March 13, 2009 1:42 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"


  Bukannya ini salah satu bentuk homeschooling. Belajar secara mandiri untuk 
masalah masalah seksual. 

  Secara kalo nanya langsung ke orang lain, malu maluin hehehe :)) 


  salam, 



  -Original Message- 
  From: Aldo Desatura ™  

  Date: Thu, 12 Mar 2009 11:38:09 
  To: BAOT 
  Subject: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" 


  Bom Dahsyat Narkoba Mata 
  Kerusakan otak akibat film biru dapat dibuktikan secara fisik dan 
  radiologis. 

  Suara adzan berkumandang. Hari itu Jumat, berarti saatnya salat Jumat. 
  Abud, 14 tahun (bukan nama sesungguhnya), pun bergegas ke kamar. Tak lama, 
  ia sudah rapi dengan baju koko dan celana panjang. Ia pamit kepada ibunya. 
  Bersama sejumlah temannya, Abud berkumpul di pelataran belakang masjid. 
  Namun, saat azan tidak lagi berkumandang, bukannya tempat air wudhu yang 
  mereka sambangi, melainkan warung Internet yang tak jauh dari sana. 
  Alih-alih salat Jumat, para remaja tanggung itu malah larut mengunduh film 
  biru dari dunia maya. 

  Berdasarkan observasi Yayasan Kita dan Buah Hati, kasus di atas sekarang 
  mudah ditemukan di lingkungan anak-anak. Malahan, saking candunya terhadap 
  pornografi, seorang siswa sekolah menengah pertama di Tangerang dirawat 
  akibat konsentrasi belajarnya hilang. "Memang jika perilaku tak senonoh 
  itu dilakukan terus, anak bisa menjadi adiktif," kata Ketua Pelaksana 
  Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman M.Psi. dalam seminar bertajuk 
  "Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak Akibat Kecanduan Pornografi dan 
  Narkoba dari Tinjauan Kesehatan Inteligensia" di auditorium Departemen 
  Kesehatan beberapa waktu lalu. 

  Lazimnya, perilaku anak yang demikian bukanlah sebuah aksi tunggal. Di era 
  digital kini, informasi (negatif) yang datang mengalir deras dan berulang 
  dapat membentuk persepsi dan perilaku anak. Otak, sebagai organ pengolah 
  informasi, menerima apa yang dilihat serta didengar. Kemudian memprosesnya 
  sesuai dengan kapasitas dan kemampuan inteligensia. "Apalagi otak itu 
  adaptif dan fleksibel," kata Kepala Pusat Inteligensia Departemen 
  Kesehatan dr H. Jofizal Jannis, SpS(K) pada kesempatan yang sama. Lagi 
  pula otak anak kecil berbeda dengan orang dewasa--yang sudah dijejali 
  banyak informasi. "Otak anak itu relatif lebih kosong, sehingga rentan 
  terkontaminasi." 

  Menurut Kepala Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas 
  Indonesia dr Diatri Nari Lestari, SpS, adiksi pornografi kepada anak 
  adalah perilaku yang tidak normal. Hal itu dapat membuat bagian tengah 
  depan otak menyusut dan mempengaruhi perilaku anak. Senada dengannya, ahli 
  bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton 
  Jr., mengatakan adiksi pada manusia, termasuk anak, bermuara ke perubahan 
  sirkuit otak. "Sel otak yang memproduksi dopamin menjadi mengecil, 
  sehingga sel itu mengerut dan tidak bisa berfungsi secara normal," kata 
  Hilton dalam presentasi. Gangguan inilah, menurut dia, yang membuat 
  neurotransmitter--pengirim pesan kimiawi pada otak--menjadi terganggu. 

  Dalam versi Diatri, saat anak memperoleh ekstase dari pornografi, fungsi 
  eksekutif di otak anak bakal terpengaruh. "Anak sulit konsentrasi dalam 
  belajar karena reseptor dopaminnya telah diisi hal-hal berbau porno," ia 
  menjelaskan. Pornografi mengacaukan proses retensi dalam jangka panjang 
  pada memori anak. Retensi itu adalah kemampuan otak seseorang menahan 
  informasi yang diserapnya. 

  Belum lagi, menurut Diatri, bila kecanduan yang sudah berlangsung lama dan 
  tiba-tiba dihentikan bisa membuat si anak bereaksi menyimpang. "Adiksi ini 
  memiliki tahap toleransi. Misal, mulanya cuma menonton, lalu besoknya 
  ingin mencoba lebih," dokter berkerudung ini mengungkapkan. 

  Yang pasti, kerusakan otak akibat film biru ini dapat dibuktikan secara 
  fisik dan radiologis, serta dalam bentuk gangguan perilaku si anak. 
  "Sebenarnya, kerusakan otak karena "narkoba lewat mata" (visual crack 
  cocaine) jauh lebih dahsyat ketimbang seluruh jenis narkoba," Elly menulis 
  dalam esainya. Bila kondisi itu terus berlarut, bahkan dapat mendegradasi 
  kemampuan inteligensia si anak. Yang ditakutkan adalah perilaku menyimpang 
  itu bakal menerabas tatanan nilai di masyarakat. 

  Esai berjudul "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" karya Elly 
  sangat mewakili kondisi anak Indonesia kini. Lihat saja data mencengangkan 
  hasil studi Konselor Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati terhadap 1.625 
  siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar se-Jabodetabek sepanjang 2008. Terungkap, 66 
  persen dari mereka pernah melihat pornografi lewat berbagai media. 
  Rinciannya, 24 persen anak melihatnya lewat komik, 18 persen video game, 
  16 persen situs porno, 14 

[wanita-muslimah] Re: Diskusi hangat: Benarkah - Character Assassination

2009-03-12 Terurut Topik eyang_mbelgedes
Provokasi untuk hate crime ni ye...

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko  wrote:
>
> syamsuri :
> 
> "Tentang sejarah dan riwayat yang mengisahkan pernikahan Nabi saw..."
> 
> ---
> 
> ko_jano :
> 
> http://www.answers.com/topic/character-assassination ,
> 
> A vicious personal verbal attack, especially one intended to destroy or 
> damage a public figure's reputation.
> 
> --
> 
> Silahkan belajar lebih tekun dan tertib.
> 
> -o0o-
> 
> 
> 
> 
> --- On Fri, 13/3/09, syamsuri149  wrote:
> From: syamsuri149 
> Subject: [wanita-muslimah] Diskusi hangat: Benarkah Aisyah menikah dg 
> Rasulullah saw di Usia Dini?
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Date: Friday, 13 March, 2009, 2:09 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>  
> 
>   
> 
> 
> 
>   
>
>   
>   
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>   
> 
> 
>   
>   
> 
> 
>   New Email addresses available on Yahoo!
> Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and 
> @rocketmail. 
> Hurry before someone else does!
> http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




[wanita-muslimah] Re: "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"

2009-03-12 Terurut Topik eyang_mbelgedes
Jawabnya adalah dirikanlah negara berbasis SI sehingga hal-hal seperti itu 
menjadi 'legal'. Bukankah penghulu memang dilatih untuk mengukur kedewasaan 
perempuan dengan metode melihat-lihat ujung kaki sampai ujung rambut seperti 
itu? Memang ndak ilmiah tapi halal... 

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Herni Sri Nurbayanti"  
wrote:
>
> Penghulunya juga ndak bener, mas ary. Saya pernah ke suatu desa utk 
> penyuluhan hak2 identitas, terutama utk perempuan. Disana ibu2nya menikah 
> dini, sekitar umur 12-14 thn. Umur 12 memang sudah dianggap dewasa. Si 
> penghulu memang terikat untuk mengecek kedewasaan, tapi cara dia mengecek dia 
> adalah.. si anak disuruh berdiri, diliatin dari kepala sampe kaki, kalo 
> dianggap dewasa, ya dinikahkan...
> 
> Ditambah proses nikah-cerai yg sering, poligami, wah, masalahnya tambah 
> banyak deh. Seumur segitu saya udah ngapain aja, lha mereka terjebak dng 
> problem2 rumah tangga yg aneh-aneh. Gimana mereka bisa mobilisasi sosial, 
> naik ke tingkat penghidupan yg lebih baik?
> 
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ary Setijadi Prihatmanto" 
>  wrote:
> >
> > Saya kira itulah juga sebabnya pornografi anak dan perilaku pedofil 
> > dilarang dengan keras di mana-mana.
> > 
> > Nikah memang tidak termasuk pornografi.
> > Tapi menikah dengan manusia di bawah umur, IMHO sama saja efeknya bahkan 
> > lebih buruk dari sekedar melihat gambar, karena si anak langsung merasakan 
> > dan menghayati. Sehingga memang perlu untuk menetapkan batas minimal 
> > seseorang untuk bisa legal menikah.
> > 
> > Salam
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> >   - Original Message - 
> >   From: Aldo Desatura ™ 
> >   To: BAOT 
> >   Sent: Thursday, March 12, 2009 11:38 AM
> >   Subject: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"
> > 
> > 
> >   Bom Dahsyat Narkoba Mata
> >   Kerusakan otak akibat film biru dapat dibuktikan secara fisik dan
> >   radiologis.
> > 
> >   Suara adzan berkumandang. Hari itu Jumat, berarti saatnya salat Jumat.
> >   Abud, 14 tahun (bukan nama sesungguhnya), pun bergegas ke kamar. Tak lama,
> >   ia sudah rapi dengan baju koko dan celana panjang. Ia pamit kepada ibunya.
> >   Bersama sejumlah temannya, Abud berkumpul di pelataran belakang masjid.
> >   Namun, saat azan tidak lagi berkumandang, bukannya tempat air wudhu yang
> >   mereka sambangi, melainkan warung Internet yang tak jauh dari sana.
> >   Alih-alih salat Jumat, para remaja tanggung itu malah larut mengunduh film
> >   biru dari dunia maya.
> > 
> >   Berdasarkan observasi Yayasan Kita dan Buah Hati, kasus di atas sekarang
> >   mudah ditemukan di lingkungan anak-anak. Malahan, saking candunya terhadap
> >   pornografi, seorang siswa sekolah menengah pertama di Tangerang dirawat
> >   akibat konsentrasi belajarnya hilang. "Memang jika perilaku tak senonoh
> >   itu dilakukan terus, anak bisa menjadi adiktif," kata Ketua Pelaksana
> >   Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman M.Psi. dalam seminar bertajuk
> >   "Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak Akibat Kecanduan Pornografi dan
> >   Narkoba dari Tinjauan Kesehatan Inteligensia" di auditorium Departemen
> >   Kesehatan beberapa waktu lalu.
> > 
> >   Lazimnya, perilaku anak yang demikian bukanlah sebuah aksi tunggal. Di era
> >   digital kini, informasi (negatif) yang datang mengalir deras dan berulang
> >   dapat membentuk persepsi dan perilaku anak. Otak, sebagai organ pengolah
> >   informasi, menerima apa yang dilihat serta didengar. Kemudian memprosesnya
> >   sesuai dengan kapasitas dan kemampuan inteligensia. "Apalagi otak itu
> >   adaptif dan fleksibel," kata Kepala Pusat Inteligensia Departemen
> >   Kesehatan dr H. Jofizal Jannis, SpS(K) pada kesempatan yang sama. Lagi
> >   pula otak anak kecil berbeda dengan orang dewasa--yang sudah dijejali
> >   banyak informasi. "Otak anak itu relatif lebih kosong, sehingga rentan
> >   terkontaminasi."
> > 
> >   Menurut Kepala Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
> >   Indonesia dr Diatri Nari Lestari, SpS, adiksi pornografi kepada anak
> >   adalah perilaku yang tidak normal. Hal itu dapat membuat bagian tengah
> >   depan otak menyusut dan mempengaruhi perilaku anak. Senada dengannya, ahli
> >   bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton
> >   Jr., mengatakan adiksi pada manusia, termasuk anak, bermuara ke perubahan
> >   sirkuit otak. "Sel otak yang memproduksi dopamin menjadi mengecil,
> >   sehingga sel itu mengerut dan tidak bisa berfungsi secara normal," kata
> >   Hilton dalam presentasi. Gangguan inilah, menurut dia, yang membuat
> >   neurotransmitter--pengirim pesan kimiawi pada otak--menjadi terganggu.
> > 
> >   Dalam versi Diatri, saat anak memperoleh ekstase dari pornografi, fungsi
> >   eksekutif di otak anak bakal terpengaruh. "Anak sulit konsentrasi dalam
> >   belajar karena reseptor dopaminnya telah diisi hal-hal berbau porno," ia
> >   menjelaskan. Pornografi mengacaukan proses retensi dalam jangk

[wanita-muslimah] Re: "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"

2009-03-12 Terurut Topik eyang_mbelgedes
Hehehe... homeschooling dan warnet-schooling nampaknya akan semangkin populer. 
Tapi, selain itu, mutu tayangan-tayangan tivi dan film yang menampilkan 
berbagai cerita tahayul dan alam kubur nampaknya juga berperan di dalam 
mengkonstruksi pikiran bangsa. 

Jadi, kalau kita serius mau melindungi anak-anak dan perempuan dari bom media 
ini, dirikanlah negara SI seperti di negri Aceh itu. Pasti produknya adalah 
generasi yang bersih.

Hehehe: jaman wis akhir, jaman wis akhir bumine goyng...  

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condro"  wrote:
>
> Bukannya ini salah satu bentuk homeschooling.  Belajar secara mandiri untuk 
> masalah masalah seksual.
> 
> Secara kalo nanya langsung ke orang lain, malu maluin hehehe :))
> 
> 
> salam,
> 
> 
> 
> -Original Message-
> From: Aldo Desatura ™ 
> 
> Date: Thu, 12 Mar 2009 11:38:09 
> To: BAOT
> Subject: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"
> 
> 
> Bom Dahsyat Narkoba Mata
> Kerusakan otak akibat film biru dapat dibuktikan secara fisik dan
> radiologis.
> 
> Suara adzan berkumandang. Hari itu Jumat, berarti saatnya salat Jumat.
> Abud, 14 tahun (bukan nama sesungguhnya), pun bergegas ke kamar. Tak lama,
> ia sudah rapi dengan baju koko dan celana panjang. Ia pamit kepada ibunya.
> Bersama sejumlah temannya, Abud berkumpul di pelataran belakang masjid.
> Namun, saat azan tidak lagi berkumandang, bukannya tempat air wudhu yang
> mereka sambangi, melainkan warung Internet yang tak jauh dari sana.
> Alih-alih salat Jumat, para remaja tanggung itu malah larut mengunduh film
> biru dari dunia maya.
> 
> Berdasarkan observasi Yayasan Kita dan Buah Hati, kasus di atas sekarang
> mudah ditemukan di lingkungan anak-anak. Malahan, saking candunya terhadap
> pornografi, seorang siswa sekolah menengah pertama di Tangerang dirawat
> akibat konsentrasi belajarnya hilang. "Memang jika perilaku tak senonoh
> itu dilakukan terus, anak bisa menjadi adiktif," kata Ketua Pelaksana
> Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman M.Psi. dalam seminar bertajuk
> "Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak Akibat Kecanduan Pornografi dan
> Narkoba dari Tinjauan Kesehatan Inteligensia" di auditorium Departemen
> Kesehatan beberapa waktu lalu.
> 
> Lazimnya, perilaku anak yang demikian bukanlah sebuah aksi tunggal. Di era
> digital kini, informasi (negatif) yang datang mengalir deras dan berulang
> dapat membentuk persepsi dan perilaku anak. Otak, sebagai organ pengolah
> informasi, menerima apa yang dilihat serta didengar. Kemudian memprosesnya
> sesuai dengan kapasitas dan kemampuan inteligensia. "Apalagi otak itu
> adaptif dan fleksibel," kata Kepala Pusat Inteligensia Departemen
> Kesehatan dr H. Jofizal Jannis, SpS(K) pada kesempatan yang sama. Lagi
> pula otak anak kecil berbeda dengan orang dewasa--yang sudah dijejali
> banyak informasi. "Otak anak itu relatif lebih kosong, sehingga rentan
> terkontaminasi."
> 
> Menurut Kepala Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
> Indonesia dr Diatri Nari Lestari, SpS, adiksi pornografi kepada anak
> adalah perilaku yang tidak normal. Hal itu dapat membuat bagian tengah
> depan otak menyusut dan mempengaruhi perilaku anak. Senada dengannya, ahli
> bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton
> Jr., mengatakan adiksi pada manusia, termasuk anak, bermuara ke perubahan
> sirkuit otak. "Sel otak yang memproduksi dopamin menjadi mengecil,
> sehingga sel itu mengerut dan tidak bisa berfungsi secara normal," kata
> Hilton dalam presentasi. Gangguan inilah, menurut dia, yang membuat
> neurotransmitter--pengirim pesan kimiawi pada otak--menjadi terganggu.
> 
> Dalam versi Diatri, saat anak memperoleh ekstase dari pornografi, fungsi
> eksekutif di otak anak bakal terpengaruh. "Anak sulit konsentrasi dalam
> belajar karena reseptor dopaminnya telah diisi hal-hal berbau porno," ia
> menjelaskan. Pornografi mengacaukan proses retensi dalam jangka panjang
> pada memori anak. Retensi itu adalah kemampuan otak seseorang menahan
> informasi yang diserapnya.
> 
> Belum lagi, menurut Diatri, bila kecanduan yang sudah berlangsung lama dan
> tiba-tiba dihentikan bisa membuat si anak bereaksi menyimpang. "Adiksi ini
> memiliki tahap toleransi. Misal, mulanya cuma menonton, lalu besoknya
> ingin mencoba lebih," dokter berkerudung ini mengungkapkan.
> 
> Yang pasti, kerusakan otak akibat film biru ini dapat dibuktikan secara
> fisik dan radiologis, serta dalam bentuk gangguan perilaku si anak.
> "Sebenarnya, kerusakan otak karena "narkoba lewat mata" (visual crack
> cocaine) jauh lebih dahsyat ketimbang seluruh jenis narkoba," Elly menulis
> dalam esainya. Bila kondisi itu terus berlarut, bahkan dapat mendegradasi
> kemampuan inteligensia si anak. Yang ditakutkan adalah perilaku menyimpang
> itu bakal menerabas tatanan nilai di masyarakat.
> 
> Esai berjudul "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" karya Elly
> sangat mewakili kondisi anak Indonesia kini. Lihat saja data mencengangka

[wanita-muslimah] Re: "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"

2009-03-12 Terurut Topik Herni Sri Nurbayanti
Penghulunya juga ndak bener, mas ary. Saya pernah ke suatu desa utk penyuluhan 
hak2 identitas, terutama utk perempuan. Disana ibu2nya menikah dini, sekitar 
umur 12-14 thn. Umur 12 memang sudah dianggap dewasa. Si penghulu memang 
terikat untuk mengecek kedewasaan, tapi cara dia mengecek dia adalah.. si anak 
disuruh berdiri, diliatin dari kepala sampe kaki, kalo dianggap dewasa, ya 
dinikahkan...

Ditambah proses nikah-cerai yg sering, poligami, wah, masalahnya tambah banyak 
deh. Seumur segitu saya udah ngapain aja, lha mereka terjebak dng problem2 
rumah tangga yg aneh-aneh. Gimana mereka bisa mobilisasi sosial, naik ke 
tingkat penghidupan yg lebih baik?



--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ary Setijadi Prihatmanto" 
 wrote:
>
> Saya kira itulah juga sebabnya pornografi anak dan perilaku pedofil dilarang 
> dengan keras di mana-mana.
> 
> Nikah memang tidak termasuk pornografi.
> Tapi menikah dengan manusia di bawah umur, IMHO sama saja efeknya bahkan 
> lebih buruk dari sekedar melihat gambar, karena si anak langsung merasakan 
> dan menghayati. Sehingga memang perlu untuk menetapkan batas minimal 
> seseorang untuk bisa legal menikah.
> 
> Salam
> 
> 
> 
> 
> 
>   - Original Message - 
>   From: Aldo Desatura ™ 
>   To: BAOT 
>   Sent: Thursday, March 12, 2009 11:38 AM
>   Subject: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"
> 
> 
>   Bom Dahsyat Narkoba Mata
>   Kerusakan otak akibat film biru dapat dibuktikan secara fisik dan
>   radiologis.
> 
>   Suara adzan berkumandang. Hari itu Jumat, berarti saatnya salat Jumat.
>   Abud, 14 tahun (bukan nama sesungguhnya), pun bergegas ke kamar. Tak lama,
>   ia sudah rapi dengan baju koko dan celana panjang. Ia pamit kepada ibunya.
>   Bersama sejumlah temannya, Abud berkumpul di pelataran belakang masjid.
>   Namun, saat azan tidak lagi berkumandang, bukannya tempat air wudhu yang
>   mereka sambangi, melainkan warung Internet yang tak jauh dari sana.
>   Alih-alih salat Jumat, para remaja tanggung itu malah larut mengunduh film
>   biru dari dunia maya.
> 
>   Berdasarkan observasi Yayasan Kita dan Buah Hati, kasus di atas sekarang
>   mudah ditemukan di lingkungan anak-anak. Malahan, saking candunya terhadap
>   pornografi, seorang siswa sekolah menengah pertama di Tangerang dirawat
>   akibat konsentrasi belajarnya hilang. "Memang jika perilaku tak senonoh
>   itu dilakukan terus, anak bisa menjadi adiktif," kata Ketua Pelaksana
>   Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman M.Psi. dalam seminar bertajuk
>   "Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak Akibat Kecanduan Pornografi dan
>   Narkoba dari Tinjauan Kesehatan Inteligensia" di auditorium Departemen
>   Kesehatan beberapa waktu lalu.
> 
>   Lazimnya, perilaku anak yang demikian bukanlah sebuah aksi tunggal. Di era
>   digital kini, informasi (negatif) yang datang mengalir deras dan berulang
>   dapat membentuk persepsi dan perilaku anak. Otak, sebagai organ pengolah
>   informasi, menerima apa yang dilihat serta didengar. Kemudian memprosesnya
>   sesuai dengan kapasitas dan kemampuan inteligensia. "Apalagi otak itu
>   adaptif dan fleksibel," kata Kepala Pusat Inteligensia Departemen
>   Kesehatan dr H. Jofizal Jannis, SpS(K) pada kesempatan yang sama. Lagi
>   pula otak anak kecil berbeda dengan orang dewasa--yang sudah dijejali
>   banyak informasi. "Otak anak itu relatif lebih kosong, sehingga rentan
>   terkontaminasi."
> 
>   Menurut Kepala Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
>   Indonesia dr Diatri Nari Lestari, SpS, adiksi pornografi kepada anak
>   adalah perilaku yang tidak normal. Hal itu dapat membuat bagian tengah
>   depan otak menyusut dan mempengaruhi perilaku anak. Senada dengannya, ahli
>   bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton
>   Jr., mengatakan adiksi pada manusia, termasuk anak, bermuara ke perubahan
>   sirkuit otak. "Sel otak yang memproduksi dopamin menjadi mengecil,
>   sehingga sel itu mengerut dan tidak bisa berfungsi secara normal," kata
>   Hilton dalam presentasi. Gangguan inilah, menurut dia, yang membuat
>   neurotransmitter--pengirim pesan kimiawi pada otak--menjadi terganggu.
> 
>   Dalam versi Diatri, saat anak memperoleh ekstase dari pornografi, fungsi
>   eksekutif di otak anak bakal terpengaruh. "Anak sulit konsentrasi dalam
>   belajar karena reseptor dopaminnya telah diisi hal-hal berbau porno," ia
>   menjelaskan. Pornografi mengacaukan proses retensi dalam jangka panjang
>   pada memori anak. Retensi itu adalah kemampuan otak seseorang menahan
>   informasi yang diserapnya.
> 
>   Belum lagi, menurut Diatri, bila kecanduan yang sudah berlangsung lama dan
>   tiba-tiba dihentikan bisa membuat si anak bereaksi menyimpang. "Adiksi ini
>   memiliki tahap toleransi. Misal, mulanya cuma menonton, lalu besoknya
>   ingin mencoba lebih," dokter berkerudung ini mengungkapkan.
> 
>   Yang pasti, kerusakan otak akibat film biru ini dapat dibuktikan secara
>   fisik dan radiologis, se

Re: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"

2009-03-12 Terurut Topik Ari Condro
Bukannya ini salah satu bentuk homeschooling.  Belajar secara mandiri untuk 
masalah masalah seksual.

Secara kalo nanya langsung ke orang lain, malu maluin hehehe :))


salam,



-Original Message-
From: Aldo Desatura ™ 

Date: Thu, 12 Mar 2009 11:38:09 
To: BAOT
Subject: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"


Bom Dahsyat Narkoba Mata
Kerusakan otak akibat film biru dapat dibuktikan secara fisik dan
radiologis.

Suara adzan berkumandang. Hari itu Jumat, berarti saatnya salat Jumat.
Abud, 14 tahun (bukan nama sesungguhnya), pun bergegas ke kamar. Tak lama,
ia sudah rapi dengan baju koko dan celana panjang. Ia pamit kepada ibunya.
Bersama sejumlah temannya, Abud berkumpul di pelataran belakang masjid.
Namun, saat azan tidak lagi berkumandang, bukannya tempat air wudhu yang
mereka sambangi, melainkan warung Internet yang tak jauh dari sana.
Alih-alih salat Jumat, para remaja tanggung itu malah larut mengunduh film
biru dari dunia maya.

Berdasarkan observasi Yayasan Kita dan Buah Hati, kasus di atas sekarang
mudah ditemukan di lingkungan anak-anak. Malahan, saking candunya terhadap
pornografi, seorang siswa sekolah menengah pertama di Tangerang dirawat
akibat konsentrasi belajarnya hilang. "Memang jika perilaku tak senonoh
itu dilakukan terus, anak bisa menjadi adiktif," kata Ketua Pelaksana
Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman M.Psi. dalam seminar bertajuk
"Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak Akibat Kecanduan Pornografi dan
Narkoba dari Tinjauan Kesehatan Inteligensia" di auditorium Departemen
Kesehatan beberapa waktu lalu.

Lazimnya, perilaku anak yang demikian bukanlah sebuah aksi tunggal. Di era
digital kini, informasi (negatif) yang datang mengalir deras dan berulang
dapat membentuk persepsi dan perilaku anak. Otak, sebagai organ pengolah
informasi, menerima apa yang dilihat serta didengar. Kemudian memprosesnya
sesuai dengan kapasitas dan kemampuan inteligensia. "Apalagi otak itu
adaptif dan fleksibel," kata Kepala Pusat Inteligensia Departemen
Kesehatan dr H. Jofizal Jannis, SpS(K) pada kesempatan yang sama. Lagi
pula otak anak kecil berbeda dengan orang dewasa--yang sudah dijejali
banyak informasi. "Otak anak itu relatif lebih kosong, sehingga rentan
terkontaminasi."

Menurut Kepala Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia dr Diatri Nari Lestari, SpS, adiksi pornografi kepada anak
adalah perilaku yang tidak normal. Hal itu dapat membuat bagian tengah
depan otak menyusut dan mempengaruhi perilaku anak. Senada dengannya, ahli
bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton
Jr., mengatakan adiksi pada manusia, termasuk anak, bermuara ke perubahan
sirkuit otak. "Sel otak yang memproduksi dopamin menjadi mengecil,
sehingga sel itu mengerut dan tidak bisa berfungsi secara normal," kata
Hilton dalam presentasi. Gangguan inilah, menurut dia, yang membuat
neurotransmitter--pengirim pesan kimiawi pada otak--menjadi terganggu.

Dalam versi Diatri, saat anak memperoleh ekstase dari pornografi, fungsi
eksekutif di otak anak bakal terpengaruh. "Anak sulit konsentrasi dalam
belajar karena reseptor dopaminnya telah diisi hal-hal berbau porno," ia
menjelaskan. Pornografi mengacaukan proses retensi dalam jangka panjang
pada memori anak. Retensi itu adalah kemampuan otak seseorang menahan
informasi yang diserapnya.

Belum lagi, menurut Diatri, bila kecanduan yang sudah berlangsung lama dan
tiba-tiba dihentikan bisa membuat si anak bereaksi menyimpang. "Adiksi ini
memiliki tahap toleransi. Misal, mulanya cuma menonton, lalu besoknya
ingin mencoba lebih," dokter berkerudung ini mengungkapkan.

Yang pasti, kerusakan otak akibat film biru ini dapat dibuktikan secara
fisik dan radiologis, serta dalam bentuk gangguan perilaku si anak.
"Sebenarnya, kerusakan otak karena "narkoba lewat mata" (visual crack
cocaine) jauh lebih dahsyat ketimbang seluruh jenis narkoba," Elly menulis
dalam esainya. Bila kondisi itu terus berlarut, bahkan dapat mendegradasi
kemampuan inteligensia si anak. Yang ditakutkan adalah perilaku menyimpang
itu bakal menerabas tatanan nilai di masyarakat.

Esai berjudul "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" karya Elly
sangat mewakili kondisi anak Indonesia kini. Lihat saja data mencengangkan
hasil studi Konselor Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati terhadap 1.625
siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar se-Jabodetabek sepanjang 2008. Terungkap, 66
persen dari mereka pernah melihat pornografi lewat berbagai media.
Rinciannya, 24 persen anak melihatnya lewat komik, 18 persen video game,
16 persen situs porno, 14 persen film, 10 persen DVD dan VCD, 8 persen
telepon genggam, serta 4-6 persen majalah dan koran.

Adapun alasan mereka melihat pornografi, sebanyak 27 persen, sekadar
iseng. Lantas 14 persennya terbawa teman dan takut dibilang kurang
pergaulan (kuper). Ironisnya, banyak dari mereka yang mengakses tontonan
dewasa itu di rumah sendiri, yaitu 36 persen. Lalu warung Internet
mencapai 18 persen dan di rumah teman sekitar 12 

Re: [wanita-muslimah] Diskusi hangat: Benarkah - Character Assassination

2009-03-12 Terurut Topik jano ko
syamsuri :

"Tentang sejarah dan riwayat yang mengisahkan pernikahan Nabi saw..."

---

ko_jano :

http://www.answers.com/topic/character-assassination ,

A vicious personal verbal attack, especially one intended to destroy or damage 
a public figure's reputation.

--

Silahkan belajar lebih tekun dan tertib.

-o0o-




--- On Fri, 13/3/09, syamsuri149  wrote:
From: syamsuri149 
Subject: [wanita-muslimah] Diskusi hangat: Benarkah Aisyah menikah dg 
Rasulullah saw di Usia Dini?
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Friday, 13 March, 2009, 2:09 AM















 

  




 

















  New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"

2009-03-12 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
Saya kira itulah juga sebabnya pornografi anak dan perilaku pedofil dilarang 
dengan keras di mana-mana.

Nikah memang tidak termasuk pornografi.
Tapi menikah dengan manusia di bawah umur, IMHO sama saja efeknya bahkan lebih 
buruk dari sekedar melihat gambar, karena si anak langsung merasakan dan 
menghayati. Sehingga memang perlu untuk menetapkan batas minimal seseorang 
untuk bisa legal menikah.

Salam





  - Original Message - 
  From: Aldo Desatura ™ 
  To: BAOT 
  Sent: Thursday, March 12, 2009 11:38 AM
  Subject: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"


  Bom Dahsyat Narkoba Mata
  Kerusakan otak akibat film biru dapat dibuktikan secara fisik dan
  radiologis.

  Suara adzan berkumandang. Hari itu Jumat, berarti saatnya salat Jumat.
  Abud, 14 tahun (bukan nama sesungguhnya), pun bergegas ke kamar. Tak lama,
  ia sudah rapi dengan baju koko dan celana panjang. Ia pamit kepada ibunya.
  Bersama sejumlah temannya, Abud berkumpul di pelataran belakang masjid.
  Namun, saat azan tidak lagi berkumandang, bukannya tempat air wudhu yang
  mereka sambangi, melainkan warung Internet yang tak jauh dari sana.
  Alih-alih salat Jumat, para remaja tanggung itu malah larut mengunduh film
  biru dari dunia maya.

  Berdasarkan observasi Yayasan Kita dan Buah Hati, kasus di atas sekarang
  mudah ditemukan di lingkungan anak-anak. Malahan, saking candunya terhadap
  pornografi, seorang siswa sekolah menengah pertama di Tangerang dirawat
  akibat konsentrasi belajarnya hilang. "Memang jika perilaku tak senonoh
  itu dilakukan terus, anak bisa menjadi adiktif," kata Ketua Pelaksana
  Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman M.Psi. dalam seminar bertajuk
  "Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak Akibat Kecanduan Pornografi dan
  Narkoba dari Tinjauan Kesehatan Inteligensia" di auditorium Departemen
  Kesehatan beberapa waktu lalu.

  Lazimnya, perilaku anak yang demikian bukanlah sebuah aksi tunggal. Di era
  digital kini, informasi (negatif) yang datang mengalir deras dan berulang
  dapat membentuk persepsi dan perilaku anak. Otak, sebagai organ pengolah
  informasi, menerima apa yang dilihat serta didengar. Kemudian memprosesnya
  sesuai dengan kapasitas dan kemampuan inteligensia. "Apalagi otak itu
  adaptif dan fleksibel," kata Kepala Pusat Inteligensia Departemen
  Kesehatan dr H. Jofizal Jannis, SpS(K) pada kesempatan yang sama. Lagi
  pula otak anak kecil berbeda dengan orang dewasa--yang sudah dijejali
  banyak informasi. "Otak anak itu relatif lebih kosong, sehingga rentan
  terkontaminasi."

  Menurut Kepala Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
  Indonesia dr Diatri Nari Lestari, SpS, adiksi pornografi kepada anak
  adalah perilaku yang tidak normal. Hal itu dapat membuat bagian tengah
  depan otak menyusut dan mempengaruhi perilaku anak. Senada dengannya, ahli
  bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton
  Jr., mengatakan adiksi pada manusia, termasuk anak, bermuara ke perubahan
  sirkuit otak. "Sel otak yang memproduksi dopamin menjadi mengecil,
  sehingga sel itu mengerut dan tidak bisa berfungsi secara normal," kata
  Hilton dalam presentasi. Gangguan inilah, menurut dia, yang membuat
  neurotransmitter--pengirim pesan kimiawi pada otak--menjadi terganggu.

  Dalam versi Diatri, saat anak memperoleh ekstase dari pornografi, fungsi
  eksekutif di otak anak bakal terpengaruh. "Anak sulit konsentrasi dalam
  belajar karena reseptor dopaminnya telah diisi hal-hal berbau porno," ia
  menjelaskan. Pornografi mengacaukan proses retensi dalam jangka panjang
  pada memori anak. Retensi itu adalah kemampuan otak seseorang menahan
  informasi yang diserapnya.

  Belum lagi, menurut Diatri, bila kecanduan yang sudah berlangsung lama dan
  tiba-tiba dihentikan bisa membuat si anak bereaksi menyimpang. "Adiksi ini
  memiliki tahap toleransi. Misal, mulanya cuma menonton, lalu besoknya
  ingin mencoba lebih," dokter berkerudung ini mengungkapkan.

  Yang pasti, kerusakan otak akibat film biru ini dapat dibuktikan secara
  fisik dan radiologis, serta dalam bentuk gangguan perilaku si anak.
  "Sebenarnya, kerusakan otak karena "narkoba lewat mata" (visual crack
  cocaine) jauh lebih dahsyat ketimbang seluruh jenis narkoba," Elly menulis
  dalam esainya. Bila kondisi itu terus berlarut, bahkan dapat mendegradasi
  kemampuan inteligensia si anak. Yang ditakutkan adalah perilaku menyimpang
  itu bakal menerabas tatanan nilai di masyarakat.

  Esai berjudul "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" karya Elly
  sangat mewakili kondisi anak Indonesia kini. Lihat saja data mencengangkan
  hasil studi Konselor Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati terhadap 1.625
  siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar se-Jabodetabek sepanjang 2008. Terungkap, 66
  persen dari mereka pernah melihat pornografi lewat berbagai media.
  Rinciannya, 24 persen anak melihatnya lewat komik, 18 persen video game,
  16 persen situs porno, 14 persen film, 10 persen DVD dan VCD, 8 pers

[wanita-muslimah] Hamas condemns Gaza rocket strikes on Israel

2009-03-12 Terurut Topik Sunny
http://www.haaretz.com/hasen/spages/1070646.html

Last update - 16:02 12/03/2009 
 
 
  Hamas condemns Gaza rocket strikes on Israel  
 
  By The Associated Press  
 
  Tags: Israel News, IDF, Hamas, Gaza 
 

  Gaza's Hamas rulers issued rare criticism Thursday of Palestinian rocket 
attacks on Israel from the strip, saying now is the wrong time for such 
attacks. 

  The Islamic militant group has fired thousands of rockets at southern 
Israel in recent years. But Hamas said Thursday that it was not behind recent 
attacks and that it was investigating who was responsible. 

  It apparently fears that new rocket fire could disrupt the reconciliation 
talks currently underway in Cairo. 

   
  A Hamas spokesman says Palestinian factions trying to hammer out a 
power-sharing agreement are struggling to reconcile their differences toward 
peace talks with Israel. 

  Fawzi Barhoum says the disagreement is one of the key hurdles holding up 
the formation of a new unity government between the militant Hamas group and 
the more moderate Fatah faction. 

  Meanwhile, Egypt, which is mediating between rival Palestinian factions 
in the talks that began this week in Cairo, and Palestinian President Mahmoud 
Abbas' Fatah have repeatedly said that any new Palestinian government should 
accept previous peace agreements with Israel and Arabs' peace overtures to 
Israel. 

  That would include recognizing Israel's right to exist - which Hamas 
rejects. 

  "We were not part of these agreements, and therefore, no one should 
expect us to endorse them," Barhoum told The Associated Press in Cairo. 

  Egypt has set a Saturday deadline for the factions to produce an 
agreement and hopes to host a signing ceremony by the end of March. 

  Several negotiators at the talks said Egypt's powerful intelligence chief 
Omar Suleiman will meet the delegates Thursday to try to reconcile their 
differences. They spoke on condition of anonymity because they were not 
authorized to talk to the media. 

  They also said that Hamas and Fatah still disagree on other issues, such 
as setting a date for new presidential and legislative elections for all 
Palestinians. 

  "Time is not a sword hanging over our necks. What is important is what we 
achieve," Barhoum said. 

  The Palestinian divide was made worse after Hamas violent takeover of 
Gaza in 2007 that split Palestinian territory between the West Bank, controlled 
by the internationally backed Fatah, and the Gaza Strip, ruled by the widely 
shunned Hamas. 

  Overcoming the distrust between them is key to moving ahead with 
reconstruction in Gaza after Israel's recent offensive there. Previous unity 
accords have collapsed in mistrust and infighting, but this time both sides 
appear to have a strong incentive to reach an accord. 

  Hamas is under pressure to mend fences with Fatah to help end the 
devastating blockade of Gaza imposed by Egypt and Israel and obtain foreign 
funding to rebuild Gaza. 

  Fatah and Abbas, whose popularity took a beating due to his perceived 
lack of decisiveness during the Gaza war, need to find a way to blunt the 
challenges from Hamas. 

  The delegates in Cairo are working in five committees, deliberating 
specific issues - from forming a unity government, holding new elections, 
reforming the security services, carrying out confidence-building measures and 
finding a role for Hamas in the Palestine Liberation Organization. Other 
Palestinian factions are also present. 
 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Sintong dan Prabowo Perlu Debat dalam Satu Forum

2009-03-12 Terurut Topik Sunny
http://www.detiknews.com/read/2009/03/13/052537/1098704/10/sintong-dan-prabowo-perlu-debat-dalam-satu-forum

Jumat, 13/03/2009 05:25 WIB

Luruskan Isu Counter Coup
Sintong dan Prabowo Perlu Debat dalam Satu Forum
Laurencius Simanjuntak - detikNews



Jakarta - Kisah yang diungkap Letjen (Purn) Sintong Panjaitan tentang isu 
counter coup d'etat oleh Prabowo Subianto telah mengusik capres Partai Gerindra 
tersebut. Untuk meluruskan hal yang dituturkan Sintong dalam bukunya 
'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' itu, kedua pihak harus bertemu dan 
berdebat dalam satu forum.

"Mereka harus dipertemukan dalam satu forum, kalau perlu berdebat. Agar ini
tidak menjadi bola liar sejarah," kata pengamat militer MT Arifin saat 
berbincang dengan detikcom, Kamis (12/3/2009).

Arifin juga meminta agar semua pihak yang menurut Sintong mengetahui isu 
counter coup itu bisa dihadirkan. "Berikut juga para ahli sejarah perlu 
didatangkan untuk menyelidiki pendapat-pendapat yang berbeda itu," usulnya.

Mengenai rencana Prabowo yang akan mengeluarkan buku untuk menjelaskan tuduhan 
Sintong, Arifin memandang hal itu perlu untuk jangka panjang. "Namun untuk 
jangka pendek harus dipertemukan dalam suatu forum," tegasnya.

Apakah buku ini bernuansa politis mengingat pencapresan Prabowo? "Ya itu kan
kebiasaan orang Jakarta. Penerbitan buku tidak hanya penerbitan. Tapi ada
target-target tertentu," cetus Arifin tanpa menjelaskan lebih lanjut target 
yang dimaksud.

Dalam bukunya 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando', Sintong menjelaskan 
isu kup 1983 sebagai awal keretakan hubungan Asisten Intelijen Hankam Letjen 
TNI LB Moerdani dan Wakil Komandan Den 81/Antiteror Kapten Prabowo Subianto. 
Saat itu Prabowo menengarai Moerdani akan melakukan kudeta dan Prabowo akan 
menggagalkannya.

Cara counter coup d'etat itu adalah Prabowo berencana 'mengambil' sejumlah nama 
perwira tinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Menurut Sintong, 
di antara nama-nama perwira tinggi ABRI yang akan diambil Prabowo adalah Letjen 
TNI LB Moerdani, Letjen TNI Soedharmono, Marsda TNI Ginandjar Kartasasmita, dan 
Letjen TNI Moerdiono. (lrn/fiq)


Baca juga : 
  a.. Buku Sintong Panjaitan
  Prabowo: Kapten Bisa Bikin Kudeta? 
  b.. Prabowo: Setiap Ada Buku Baru, Saya Dituduh Mau Kudeta 
  c.. Buku Sintong Panjaitan
  Menhan: 90% Pengadaan Logistik Sudah Lebih Baik 
  d.. Buku Sintong Panjaitan
  Ginandjar Lupa Kejadian Counter Coup Prabowo 1983 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Operation Miracle unstoppable throughout the world

2009-03-12 Terurut Topik Sunny
http://www.granma.cu/ingles/2009/march/juev12/milagro.html

  Havana.  March 12, 2009
 

 
  Operation Miracle unstoppable throughout the world 

  Juan Diego Nusa Peñalver

  HAVANA, March 11. - More than 1.5 million people from 35 countries, 
including Cuba, have benefited from Operation Miracle, a free ophthalmologic 
rehabilitation program sponsored by the Cuban and Venezuelan governments.

  Of this figure, more than 1.331 million are foreign patients, of whom 
266,743 underwent surgery in ophthalmological centers in Cuba, according to 
CubaCoopera, the Minister of Foreign Affairs website, reported.

  The remainder of these complex operations have been performed in 60 
ophthalmological centers, with 91 surgery posts, donated by Cuba to Venezuela, 
Bolivia, Ecuador, Guatemala, Haiti, Honduras, Panama, Nicaragua, Paraguay, 
Uruguay, Mali, and Angola.

  Likewise, Peru, St. Lucia, St. Vincent and the Grenadines and Suriname 
are benefiting from centers of this type. 

  According to estimates by the World Health Organization, more than 37 
million people in the world are blind due to preventable causes, more than 1.5 
million of whom are children under the age of 16.

  The prevalence of blindness varies in relation to countries' levels of 
economic development because, while the incidence rate of this disease in 
developed nations is only 0.25%, in states with poor economies and health 
services it  rises to 1% of the population. 

  In the so called Third World, the principal causes of blindness are 
cataract, glaucoma, diabetic retinopathy, infectious diseases - like trachoma 
and oncocercosis - and Vitamin A deficiency.

  Other ophthalmological conditions like pterygium, ptosis and strabismus 
also have a high incidence in infant and adult populations.

  The Cuban and Venezuelan presidents, Fidel Castro and Hugo Chavez, agreed 
to develop this program of cooperation on July 5, 2004. (AIN
 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Exorcising Turkey's Islamic imps

2009-03-12 Terurut Topik Sunny
http://www.atimes.com/atimes/Middle_East/KC13Ak02.html

Mar 13, 2009

KEBABBLE 

Exorcising Turkey's Islamic imps
By Fazile Zahir 

FETHIYE, Turkey - In an interesting display of Greco-Turkish friendship, 
visitors from the Greek mainland joined with locals in the coastal Aegean 
village of Yagcilar as they gathered to watch bulldozers and men with shovels 
move in on the former home of a Greek Orthodox priest. 

Under normal circumstances the demolition of a holy man's home and the 
excavation of his garden would have prompted political commentary, but in this 
case the events had been arranged collaboratively by the current Turkish 
landowners, the great grandchildren of the exiled priest, the Ministry for 
Culture and Antiquities, and the governor of the district of Urla. 

The aim of the excavators was to uncover 400 kilograms of gold and money buried 
in the garden in the mid-1920s for safekeeping. It had been entrusted to the 
priest by his religious community as they found themselves forced to evacuate 
Greece in the exchange of population that took place at the time. 

The tip on the whereabouts of the treasure came from a diary entry found by the 
priest's descendents, in which he indicates that he hid the money on the 
grounds of his house. After three days of searching, nothing but dirt was 
unearthed, leaving the treasure hunters with suspicions that the priest may 
have protected the treasure with a special spell. 

In desperation, Turks called in a well known local hoca, a local religious 
leader, to pray at the site. Eyyup Hoca directed the operation to new areas to 
in which to dig and, with the second excavation attempt coming out 
empty-handed, he announced that jinn (fairies or imps) had changed the hiding 
place of the money every 41 years since the date of its burial. This was 
accepted as a reasonable explanation, and the quest continues. 

The concept and existence of jinn is widely accepted in Islam. God is said to 
have created the jinn before humans from "hot wind" and "smokeless fire", and 
some jinn are Muslim. Like humans they were invested with intellect, 
discrimination, freedom and the power to choose between right and wrong. They 
live all over earth on a separate plane of existence from man and cannot easily 
be seen, though they are often thought to take the shape of snakes and black 
dogs. 

It is believed that some areas are particularly attractive to jinn - deserts, 
ruins and places of impurities such as dunghills, bathrooms and graveyards - 
but jinn can quite easily live alongside humans in their homes. 

Bad jinn are forever looking for ways to interfere with humans, and Muslims are 
supposed to take measures to prevent their meddling in human life. According to 
Islam, men are supposed to abstain from having sex with their wives when they 
are menstruating, as this can let in evil spirits, and a child conceived at 
this time will be sterile and considered a child of the jinn. Also as one 
begins to undress, the blessing Bismillah (in the name of God) should be 
uttered to stop the jinn from seeing your nakedness. The same blessing said 
upon entering a house or sitting down to dinner prohibits the jinn from staying 
overnight in the house or eating with the family. 

The proximity between human and jinn is an accepted part of an Islamic 
believer's life, and though the Koran provides no example of this, popular 
superstition is that the barrier between the realms can occasionally be broken, 
whereupon humans become possessed by jinn. 

In 2007 a 24-year-old mentally handicapped woman, Emrah Kaya, was undergoing 
treatment at the Ekrem Tok Mental Hospital in Adana, south-central Turkey, when 
a scandal over the abuse of its patients tainted the hospital's reputation. Her 
parents brought Emrah home and chose to call a jinn hoca from nearby Antakya, 
Abdullah Yesiltepe, for help. The hoca took Emrah to her room to start the 
exorcism that was to last for three days. The first day he said prayers over 
her, and the second day he made a blessing with water and olive oil. On the 
third day he cut her leg, burned the blood and then sat on her back to force 
out the jinn. When he heard the scream of a little girl, Emrah's father burst 
into the room and found the hoca squeezing the life out of his daughter, 
shouting that if he didn't kill her then Emrah would kill them all. Emrah died. 

As in many other cultures it seems that young women who have the most to fear 
both from jinn and from those who claim to combat them. In 2005, 17-year-old 
girl known only as "ET" consulted a man who claimed to have paranormal powers 
that enabled him to free her from what she believed was a jinn possession. He 
subsequently raped her, claiming it was part of her exorcism. Similarly, a 2007 
incident involved the young female partner of an imam and the keeper of a 
sacred tomb she visited regularly in order to pray for guidance in her life. 
The tomb's attendant, a 61-year-old retired 

[wanita-muslimah] Partai Kelas dari Rezim ke Rezim

2009-03-12 Terurut Topik Sunny
http://www.ambonekspres.com/index.php?act=news&newsid=25771

  Kamis, 12 Mar 2009, | 7 

  Partai Kelas dari Rezim ke Rezim 
  M.J. Latuconsina*)
 
 
  Dari waktu ke waktu, pengelompokan basis ideologi partai politik di 
Indonesia, senantiasa mengalami perubahan seiring dengan dinamika pergantian 
rezim pemerintahan. 
  Dimana, perubahan pengelompokan basis ideologi partai politik, terjadi 
akibat adanya regulasi kebijakan pembatasan dan kelonggaran dalam mendirikan 
partai politik oleh pemerintah, baik yang terjadi di era Orde Lama, Orde Baru 
dan era Orde Reformasi. 

  Karena itu, pengelompokan basis ideologi partai politik di Indonesia 
sejak tahun 1945-1961 terdiri dari ; komunisme, sosialisme-demokrat, Islam, 
nasionalisme radikal dan tradisionalisme Jawa. Lima aliran politik yang nyata 
dalam masyarakat Indonesia pada masa itu, merupakan basis dan polarisasi 
ideologi, yang berasal dari dua sumber utama pemikiran politik di Indonesia, 
yakni; tradisi lokal dan pengaruh pikiran barat. Pengelompokan basis ideologi 
partai politik tersebut, diperkenalkan oleh Herbert Feith (1970) dan Lance 
Castles (1970) melalui karyanya "Indonesian Political Thinking". 

  Kemudian, pengelompokan basis ideologi partai politik di Indonesia sejak 
tahun 1973-1998, terdiri dari; Golongan Nasionalis, Golongan Sprituil dan 
Golongan Karya. Pengelompokan basis ideologi partai politik tersebut, merupakan 
pengelompokan basis ideologi partai politik yang lahir dari gagasan Presiden 
Suharto (1970), dalam rangka penyederhanaan partai politik, yang dilakukan bagi 
upaya penciptaan stabilitas politik, guna memuluskan jalan bagi pelaksanaan 
pembangunan nasional saat itu. 

  Selanjutnya, pengelompokan basis ideologi partai politik di Indonesia 
sejak tahun 1998-sekarang, terdiri dari dua pengelompokan besar yakni; aliran 
dan kelas. Pengelompokan basis ideologi partai politik tersebut, diperkenalkan 
oleh Daniel Dhakidae (1999). Menurutnya, partai politik yang mengambil jalur 
aliran membedakan dirinya berdasarkan pandangannya terhadap dunia dan 
persoalannya dan bagaimana cara memecahkannya, disini jalur agama dan 
kebudayaan menjadi pilihannya. 

  Sedangkan partai politik yang mengambil jalur kelas membedakan dirinya 
dari yang lain, berdasarkan pandangannya terhadap modal, yang pada akhirnya 
membagi masyarakat atas kelas pemodal, dan kaum buruh dengan segala 
kompleksitasnya. Sumbu horisontal, memunculkan dua kutub berdasarkan kelas 
yaitu ; developmentalisme di satu pihak, yang terepresentasi oleh Partai 
Golkar, dan sosialisme radikal dipihak lain, yang terepresentasi oleh Partai 
Rakyat Demokratik (PRD). 

  Di era reformasi, partai politik yang mengambil jalur kelas 
(radikal/terbuka), sebagai basis perjuangannya dalam pentas politik nasional, 
selalu tampil dalam tiga kali pemilu yang diselengarakan. Dimana pada Pemilu 
1999 partai-partai politik tersebut, antara lain ; Partai Rakyat Demokratik 
(PRD), Partai Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia (PSPSI), Partai Solidaritas 
Pekerja (PSP), Partai Indonesia Baru (PIB) dan Partai Musyawarah Rakyat Banyak 
(Murba). 

  Pada Pemilu 2004 partai politik yang mengambil jalur kelas, yakni; Partai 
Buruh Sosial Demokrat (PBSD) dan Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB). 
Sedangkan pada Pemilu 2009 partai politik yang mengambil jalur kelas, yakni ; 
Partai Buruh (PB) dan Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB). Baik pada Pemilu 
2004 dan Pemilu 2009, jumlah partai politik yang mengambil jalur kelas sebagai 
basis perjuangan politiknya, mengalami devisit dibandingkan dengan Pemilu 1999, 
yang relatif lebih banyak jumlahnya. 

  Sementara itu, posisi pengelompokan basis ideologi dari Partai Pengusaha 
dan Pekerja Indonesia (PPI), yang tampil sebagai kontestan Pemilu 2009, berada 
pada dua jalur, yakni; develomentalisme dan kelas. Pasalnya partai politik ini 
bukan saja menampilakan dirinya sebagai partai politik, yang memperjuangkan 
aspirasi politik bagi para pengusaha, tapi juga menampilakan dirinya sebagai 
partai politik, yang memperjuangkan aspirasi politik bagi para pekerja. 
Sehingga partai ini adalah mix dari pengelompokan basis ideologi 
develomentalisme dan kelas. 

  Pada umumnya segementasi wilayah garapan pemilih dari partai-partai 
politik yang mengambil jalur kelas adalah para pekerja yang terdiri dari ; 
buruh, petani, pedagang dan nelayan. Baik itu yang mendiami wilayah perkotaan 
dan pedesaan. Sehingga isu-isu program kampanye yang sering dikampanyekan 
partai-partai politik ini dalam tiap-kali pemilu, adalah peningkatan upah 
buruh, penyediaan pupuk murah, pemberian kredit berbunga kecil. Inti dari 
isu-isu program kampanye tersebut, bermuara pada peningkatan taraf hidup rakyat 
kecil.

  Isu-isu program kampanye dari partai-partai politik ini, digunakan untuk 
menarik pemilih dari kelas bawah dalam pemilu. Dimana diharapkan akan memiliki 
pengaruh signifikan terhadap preferensi politik para pemi

[wanita-muslimah] Diskusi hangat: Benarkah Aisyah menikah dg Rasulullah saw di Usia Dini?

2009-03-12 Terurut Topik syamsuri149
Tentang sejarah dan riwayat yang mengisahkan pernikahan Nabi saw dengan Aisyah 
di usia dini mengundang kontroversial dan tak dapat dijadikan dasar sebagai 
sunnah Nabi saw. Bahkan diskusi itu mengarah pada bahwa para sahabat Nabi saw 
banyak melakukan korupsi, dan para khalifah dan gubernur membunuh orang tua 
karena tak mau menyerahkan gadis2nya yg dibawah umur kepada mereka, bahkan 
membakar kampung mereka. Waduh, waduh, waduh luar biasa.

Yang ingin bergabung dlm diskusi ini, silahkan klik disini:
http://www.facebook.com/group.php?gid=5562009




[wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"

2009-03-12 Terurut Topik Aldo Desatura ™
Bom Dahsyat Narkoba Mata
Kerusakan otak akibat film biru dapat dibuktikan secara fisik dan
radiologis.

Suara adzan berkumandang. Hari itu Jumat, berarti saatnya salat Jumat.
Abud, 14 tahun (bukan nama sesungguhnya), pun bergegas ke kamar. Tak lama,
ia sudah rapi dengan baju koko dan celana panjang. Ia pamit kepada ibunya.
Bersama sejumlah temannya, Abud berkumpul di pelataran belakang masjid.
Namun, saat azan tidak lagi berkumandang, bukannya tempat air wudhu yang
mereka sambangi, melainkan warung Internet yang tak jauh dari sana.
Alih-alih salat Jumat, para remaja tanggung itu malah larut mengunduh film
biru dari dunia maya.

Berdasarkan observasi Yayasan Kita dan Buah Hati, kasus di atas sekarang
mudah ditemukan di lingkungan anak-anak. Malahan, saking candunya terhadap
pornografi, seorang siswa sekolah menengah pertama di Tangerang dirawat
akibat konsentrasi belajarnya hilang. "Memang jika perilaku tak senonoh
itu dilakukan terus, anak bisa menjadi adiktif," kata Ketua Pelaksana
Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman M.Psi. dalam seminar bertajuk
"Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak Akibat Kecanduan Pornografi dan
Narkoba dari Tinjauan Kesehatan Inteligensia" di auditorium Departemen
Kesehatan beberapa waktu lalu.

Lazimnya, perilaku anak yang demikian bukanlah sebuah aksi tunggal. Di era
digital kini, informasi (negatif) yang datang mengalir deras dan berulang
dapat membentuk persepsi dan perilaku anak. Otak, sebagai organ pengolah
informasi, menerima apa yang dilihat serta didengar. Kemudian memprosesnya
sesuai dengan kapasitas dan kemampuan inteligensia. "Apalagi otak itu
adaptif dan fleksibel," kata Kepala Pusat Inteligensia Departemen
Kesehatan dr H. Jofizal Jannis, SpS(K) pada kesempatan yang sama. Lagi
pula otak anak kecil berbeda dengan orang dewasa--yang sudah dijejali
banyak informasi. "Otak anak itu relatif lebih kosong, sehingga rentan
terkontaminasi."

Menurut Kepala Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia dr Diatri Nari Lestari, SpS, adiksi pornografi kepada anak
adalah perilaku yang tidak normal. Hal itu dapat membuat bagian tengah
depan otak menyusut dan mempengaruhi perilaku anak. Senada dengannya, ahli
bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton
Jr., mengatakan adiksi pada manusia, termasuk anak, bermuara ke perubahan
sirkuit otak. "Sel otak yang memproduksi dopamin menjadi mengecil,
sehingga sel itu mengerut dan tidak bisa berfungsi secara normal," kata
Hilton dalam presentasi. Gangguan inilah, menurut dia, yang membuat
neurotransmitter--pengirim pesan kimiawi pada otak--menjadi terganggu.

Dalam versi Diatri, saat anak memperoleh ekstase dari pornografi, fungsi
eksekutif di otak anak bakal terpengaruh. "Anak sulit konsentrasi dalam
belajar karena reseptor dopaminnya telah diisi hal-hal berbau porno," ia
menjelaskan. Pornografi mengacaukan proses retensi dalam jangka panjang
pada memori anak. Retensi itu adalah kemampuan otak seseorang menahan
informasi yang diserapnya.

Belum lagi, menurut Diatri, bila kecanduan yang sudah berlangsung lama dan
tiba-tiba dihentikan bisa membuat si anak bereaksi menyimpang. "Adiksi ini
memiliki tahap toleransi. Misal, mulanya cuma menonton, lalu besoknya
ingin mencoba lebih," dokter berkerudung ini mengungkapkan.

Yang pasti, kerusakan otak akibat film biru ini dapat dibuktikan secara
fisik dan radiologis, serta dalam bentuk gangguan perilaku si anak.
"Sebenarnya, kerusakan otak karena "narkoba lewat mata" (visual crack
cocaine) jauh lebih dahsyat ketimbang seluruh jenis narkoba," Elly menulis
dalam esainya. Bila kondisi itu terus berlarut, bahkan dapat mendegradasi
kemampuan inteligensia si anak. Yang ditakutkan adalah perilaku menyimpang
itu bakal menerabas tatanan nilai di masyarakat.

Esai berjudul "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" karya Elly
sangat mewakili kondisi anak Indonesia kini. Lihat saja data mencengangkan
hasil studi Konselor Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati terhadap 1.625
siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar se-Jabodetabek sepanjang 2008. Terungkap, 66
persen dari mereka pernah melihat pornografi lewat berbagai media.
Rinciannya, 24 persen anak melihatnya lewat komik, 18 persen video game,
16 persen situs porno, 14 persen film, 10 persen DVD dan VCD, 8 persen
telepon genggam, serta 4-6 persen majalah dan koran.

Adapun alasan mereka melihat pornografi, sebanyak 27 persen, sekadar
iseng. Lantas 14 persennya terbawa teman dan takut dibilang kurang
pergaulan (kuper). Ironisnya, banyak dari mereka yang mengakses tontonan
dewasa itu di rumah sendiri, yaitu 36 persen. Lalu warung Internet
mencapai 18 persen dan di rumah teman sekitar 12 persen. Artinya, jika
dirasio, satu dari dua anak belia itu melihat adegan vulgar di kamarnya
sendiri.

Lebih yahud lagi hasil survei Komisi Nasional Perlindungan Anak terhadap
4.500 remaja di 12 kota besar di Indonesia pada 2007. Terungkap, sebanyak
97 persen remaja pernah mengakses adegan syur. Lalu 93,7 persen pernah
melakukan ciuman, petting, d

[wanita-muslimah] Rahasia Melanjutkan studi Dan mendapatkan beasiswa ke Jepang (harga istimewa untuk member milis

2009-03-12 Terurut Topik Jumiarti Agus





Assalamu'alaikum Wr Wb
 
Saya mau menginformasikan untuk member milis ini, mungkin ada yang berminat 
untuk memiliki buku Rahasia Melanjutkan studi dan Mendapatkan Beasiswa ke Jepang
 
Silahkan hubungi saya diberikan diskon istimewa untuk member milis milis yg 
saya ikuti
http://jumiartiagus.multiply.com/journal/item/284/Rahasia_Melanjutkan_Studi_dan_Mendapatkan_Beasiswa_ke_Jepang_Buku_Baru?replies_read=46
Untuk melihat buku silahkan kunjungi 
 
wassalam
Ijum
 














  

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Semua Menteri Bidang Politik Ajukan Cuti

2009-03-12 Terurut Topik Sunny


http://www.sinarharapan.co.id/berita/0903/12/pol01.html

Semua Menteri Bidang Politik Ajukan Cuti 

Oleh
Dina Sasti Damayanti



Jakarta-Semua menteri Kabinet Indonesia Bersatu di bidang politik sudah 
mengajukan cuti kampanye, kecuali Mensesneg Hatta Rajasa dan Mendiknas Bambang 
Sudibyo, yang sama-sama kader Partai Amanat Nasional (PAN).

"Sudah disampaikan ke KPU. Semua menteri politik sudah mengajukan cuti, kecuali 
saya dan Pak Bambang Sudibyo (Mendiknas-red)," ujar Hatta di Istana Negara, 
Jakarta, Rabu (11/3). 


Menurut Hatta, permohonan izin cuti kampanye telah ia layangkan sesuai dengan 
aturan, yaitu 12 hari sebelum masa kampanye, para menteri harus mengajukan cuti 
kepada Presiden dan selambat-lambatnya tujuh hari sebelum tanggal mengikuti 
kampanye sudah harus dilaporkan ke KPU. "Saya sudah melaporkan semuanya kepada 
KPU sejak Selasa (10/3) kemarin," katanya.


Hingga kini tidak ada menteri di bidang ekonomi yang mengajukan cuti mengikuti 
kampanye pemilu legislatif. Kampanye pemilu legislatif ini akan dilaksanakan 
tanggal 16 Maret hingga 5 April 2009. Sementara itu pemilu legislatif sendiri 
digelar tanggal 9 April 2009. Menurut Hatta, tidak semua menteri yang 
mengajukan cuti mengambil seluruh jatah cuti kampanye seperti yang diatur dalam 
PP No 14/2009, yaitu diperbolehkan mengajukan cuti satu hari kerja setiap 
minggunya.


Hatta menambahkan, semua permohonan cuti para menteri ini sudah dikabulkan 
Presiden Yudhoyono, namun dengan catatan, bila ada keperluan yang sangat 
mendesak maka Presiden bisa memanggil menteri tersebut. "Menteri ya, bukan 
Wapres. Kalau Wapres dan Presiden itu mengatur jadwalnya atas kesepakatan 
bersama, beda dengan menteri," jelas Hatta. 


Presiden Yudhoyono mengambil cuti kampanye selama tiga hari kerja dalam setiap 
minggu, yaitu setiap hari Jumat. Untuk hari Sabtu dan Minggu, imbuh Hatta, itu 
tidak dikategorikan sebagai cuti, karena merupakan hari libur. Provinsi mana 
saja yang akan didatangi Yudhoyono, Hatta mengaku tidak ingat.

Masih Banyak Pekerjaan 
Mengenai alasan dirinya tidak mengambil cuti kampanye, Hatta mengatakan, karena 
pekerjaannya masih banyak sekali. Namun, kalau pada akhir pekan ia diminta 
berkampanye oleh PAN dan waktunya memang memungkinkan, ia bisa saja mengikuti 
kampanye. "Kalau saya nanti diminta (ikut kampanye) Sabtu-Minggu, dan saya 
melihat waktu saya cukup, saya akan lakukan itu, karena saya orang PAN. Cuma 
saya rasakan, bahwa pekerjaan ini cukup banyak, jadi saya tidak ambil cuti," 
jelasnya.
Soal kemungkinan dalam satu hari kampanye itu separuh kabinet tidak berada di 
kantor, Hatta mengatakan, hal itu tidak akan terjadi. Apalagi dalam PP No 14 
Tahun 2009 sudah diatur bahwa dalam keadaan mendesak, Presiden bisa memanggil 
para menterinya sehingga tidak bisa menomorduakan pekerjaan utama mereka 
sebagai pejabat negara.


Secara terpisah, Menko Kesra Aburizal Bakrie yang juga fungsionaris DPP Partai 
Golkar ini menyatakan, dirinya belum mengajukan cuti kampanye pemilu legislatif 
karena dia lebih banyak melakukan kampanye pada hari Sabtu dan Minggu.


"Belum (mengajukan cuti kampanye-red). Nanti kami ajukan, kapan ya. Kebanyakan 
(kampanye-red) Sabtu soalnya. Kalau Sabtu-Minggu cuti, kan nggak perlu cuti. 
Ada satu (kampanye-red) yang Rabu, tapi nanti saja," ungkap menteri yang akrab 
disapa Ical ini. Ical mengaku selama kampanye pemilu legislatif nanti, dia 
mendapatkan tugas untuk berkampanye di Lampung, Sumatera Utara, Banjarmasin, 
Sulawesi Barat, dan Papua


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Buruknya Komitmen Parpol terhadap Lingkungan

2009-03-12 Terurut Topik Sunny
Refleksi :  Kalau masalah lingkungan adalah bahagian integral dari kepentingan  
kehidupan rakyat maka tentu masalahnya telah dijadikan faktor prioritas oleh 
partai politik,  tetapi kenyataannya, hutan-hutan digundulkan, sungai-sungai 
dicemarkan mereka berlagak seperti orang bisu tuli dan lagi buta. 

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0903/12/sh03.html

Buruknya Komitmen Parpol terhadap Lingkungan

Oleh
Sulung Prasetyo



JAKARTA - Lima tahun lalu, tepatnya tahun 2004, 24 partai politik (parpol) 
bertarung pada pemilihan umum (pemilu) paling demokratis yang pernah ada di 
Indonesia. Dari 24 partai tersebut, hampir keseluruhannya memiliki visi baru 
mengenai lingkungan hidup. 

Tahun 2009 ini, pemilu kembali digelar. Sebanyak 43 parpol ikut bertarung di 
dalamnya. Apakah visi lingkungan hidup tetap ada? 
Sebuah pertanyaan menggelitik mengingat jumlah parpol peserta pemilu yang makin 
membeludak. Dalam dialog yang diadakan World Wildlife Fund (WWF) Indonesia dan 
Institut Pertanian Bogor (IPB), Rabu (11/3) kemarin, hanya 10 parpol yang 
bersedia hadir membicarakan hal ini. 


Tema besar pembicaraan sebenarnya bersifat umum, yaitu mengenai beberapa krisis 
yang kini diperkirakan melanda Indonesia, termasuk di dalamnya krisis pangan, 
energi, dan air. Rektor IPB Herry Suhardiyanto pada kesempatan tersebut 
menyatakan, ada korelasi antara krisis pangan, energi, dan air yang dihadapi 
saat ini dengan kondisi lingkungan, seperti desakan membuka lahan-lahan baru 
pertanian pada wilayah kehutanan. Sementara itu, ketergantungan pada pangan 
impor juga semakin menggejala.


Pada kajian krisis energi, pengalihan dari energi minyak tanah ke gas di 
masyarakat pada kenyataannya tidak menyentuh kalangan miskin di pedesaan. 
Akhirnya, timbul pengalihan bahan bakar ke kayu bakar. Kondisi tersebut jelas 
akan mengganggu kestabilan sektor kehutanan. Sementara itu, pada masalah krisis 
air, kondisi hutan yang makin menciut karena kebakaran dan pembabatan 
besar-besaran jelas mengakibatkan berkurangnya pasokan air yang seharusnya 
dapat disimpan melalui akar-akar pohon. 


Guliran masalah tersebut jelas menimbulkan berbagai asumsi berbeda dari 
parpol-parpol yang hadir. Pendapat menarik muncul dari Syaiful Iman yang 
merupakan wakil dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Menurutnya, masalah 
lingkungan hidup tak selayaknya dinomorduakan seperti saat ini karena posisi 
tawar tinggi dapat diraih Indonesia di mata dunia internasional bila keadaan 
lingkungan hidup diperbaiki.  "Indonesia memiliki wilayah ekosistem yang 
berpengaruh bagi dunia. The Heart of Borneo dan Coral Triangle menjadi 
contohnya. Seharusnya pemerintah pusat bisa membuat blue print menangani hal 
ini, sementara pemerintah daerah mengimplementasikannya," papar Syaiful. 


Sementara itu, dalam masalah energi, menurut Syaiful, perlu perbaikan pada 
Undang-Undang (UU) Migas yang hingga saat ini masih dianggap sebagai akar 
masalah. Paradigma mengenai hemat energi dan diversifikasi energi juga perlu 
dimasyarakatkan. Selain itu, diperlukan perhatian pada perkembangan energi 
hidrogen. 
Samuel Markoto dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) lebih mengungkapkan 
hal-hal yang logis dan moderat. Menurutnya, pemanfaatan hutan tidak selamanya 
berimplikasi pada kerusakan lingkungan dan kekurangan air. "Hutan bisa ditata 
kembali dan diambil manfaatnya. Perlu kajian iptek di dalamnya. Oleh karena 
itu, peran akademisi dan universitas diperlukan dalam hal ini," ujar Samuel. 


Dasar iptek tersebut harus menjadi pedoman sehingga beberapa isu mengenai 
lingkungan hidup bisa dipahami dan dicarikan jalan keluar secara logis, bukan 
menjadi alat pencitraan politik seperti yang banyak terjadi saat ini. Beberapa 
wakil partai lain, seperti Firman Tenry dari Partai Demokrasi Indonesia 
Perjuangan (PDIP), Tri Herwanto dari Partai Pemuda Indonesia (PPI), dan 
Ambarwati dari Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI), secara garis besar 
banyak membicarakan masalah mikrolingkungan. Contohnya, adopsi pohon di pinggir 
Taman Nasional, masalah perhatian pada banjir di Jakarta, dan iming-iming 
perhatian lebih besar pada porsi lingkungan hidup. 
Satu hal yang menarik adalah masih adanya paradigma mengenai kontradiksi antara 
kepentingan ekonomi dan lingkungan. Wakil dari partai Golongan Karya (Golkar), 
Rully Chairul Azwar, mengungkapkan, "Ekosistem terjaga tanpa rakyat yang 
sejahtera sama juga bohong." 

Kesejahteraan dan lingkungan hidup memang pada kenyataan saat ini berhubungan 
secara negatif. Banyak yang memandang kesejahteraan dapat dicapai dengan 
mengeksploitasi sumber daya sebanyak-banyaknya.


Dalam Pasal 14 UU 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah 
Pusat dan Daerah, terlihat jelas paradigma tersebut, di mana pihak pemerintah 
daerah dapat memperoleh hak makin besar bila pemanfaatan sumber daya juga 
besar. Pemanfaatan sumber daya, termasuk di dalamnya mencakup Penerimaan 
Kehutanan yang berasal dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) dan Provisi 
S

[wanita-muslimah] Uji Materi UU Pornografi Lolos di MK

2009-03-12 Terurut Topik Sunny
http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=news&detail=true&id=5802

2009-03-12 
Uji Materi UU Pornografi Lolos di MK



[JAKARTA] Permohonan uji materi terhadap Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 
tentang Pornografi yang diajukan 11 masyarakat Sulawesi Utara, akhirnya lolos 
dan segera masuk ke persidangan utama.

Kepastian lolosnya uji materi UU Pornografi tersebut disampaikan Kuasa Hukum 
Pemohon, OC Kaligis, setelah perbaikan permohonan uji materi diterima majelis 
hakim konstitusi dalam sidang lanjutan di Mahkamah Konstitusi, Rabu (11/3). 
Sidang permohonan uji materi UU Pornografi ini dipimpin tiga hakim konstitusi, 
yakni Maria Farida Indrarti sebagai ketua, serta Mukthie Fadjar dan Akil 
Mochtar sebagai anggota.

Menurut OC, sidang selanjutnya sudah akan masuk ke dalam agenda pemeriksaan 
saksi ahli dari pihak pemohon. "Kita akan ajukan dua orang saksi ahli dari 
masyarakat adat Minahasa," ujarnya seusai persidangan.

Dalam draf perbaikan uji materi yang disampaikan pemohon, dijelaskan, UU 
Pornografi telah melanggar hak konstitusional masyarakat, khususnya Pasal 28C 
dan Pasal 32 Ayat (1) UUD 1945. Pasal UU Pornografi yang diuji oleh para 
pemohon, yakni Pasal 1 mengenai definisi pornografi, Pasal 4 Ayat (1) huruf d 
tentang ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan, dan Pasal 
10 yang berbunyi, "Setiap orang dilarang mempertontonkan diri atau orang lain 
dalam pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan, 
eksploitasi seksual, persenggamaan, atau yang bermuatan pornografi lainnya".

Sedangkan, sebagai alat uji dipakai Pasal 28C Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi, 
"Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, 
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan 
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi 
kesejahteraan umat manusia."

Pasal 28C Ayat (2) juga menegaskan, "Setiap orang berhak untuk memajukan 
dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, 
bangsa, dan negaranya."

Alat uji selanjutnya adalah Pasal 32 Ayat (1) yang berbunyi, "Negara memajukan 
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin 
kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya."


Rusak Kebudayaan

Pemohon menilai, dengan disahkan dan diberlakukannya UU Pornografi, kebudayaan 
yang ada di Sulawesi Utara seperti Tarian Tumetenden yang mengharuskan penari 
wanita mengenakan pakaian yang minim dan ketat, lalu Tarian Maengket, Karnaval 
Figura yang mewajibkan penari laki-laki mengenakan baju perempuan, dan begitu 
pula sebaliknya, menjadi rusak.

Para Pemohon, lanjut OC Kaligis, juga khawatir dengan pemberlakuan UU 
Pornografi akan memberi legitimasi bagi aparat untuk menangkap siapapun 
berdasarkan interpretasi mereka. [E-7


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] The return of Karl Marx

2009-03-12 Terurut Topik Sunny
http://www.marxist.com/retorn-of-karl-marx-oct-2008.htm

  The return of Karl Marx  
  By Fred Weston   

  Thursday, 23 October 2008 
 
  Articles have appeared recently in newspapers and websites around the 
world highlighting the fact that sales of Marx's books over the past year have 
risen sharply in East Germany, particularly among young people. It is worth 
quoting just a few of these articles.

  The Goethe-Institut published an article "About To Be Re-discovered: Karl 
Marx" in which we read the following:

"For some time now we have been hearing of robber capitalism, financial 
locusts and neo-Liberalism wherever the free-market system has been spoken of. 
Are Karl Marx and his theories about to undergo a renaissance?" 

"Beatrix Bouvier, director of the Museum and Study Centre of the Karl 
Marx House in Trier, prefers not to speak of a Karl Marx renaissance. All the 
same, she has observed in an interview with the German Press Agency that the 
interest in the German philosopher and economist has recently increased, 
particularly among young people." 

"The Karl Dietz Verlag is very pleased with the mounting demand for 
Marx's works. In May 2008 three times as many copies of Capital were sold as in 
May 2007. This clear rise in interest was foreshadowed in 2007 when twice as 
many copies were sold as in the previous year." 

  On the STV website we found an article under the headline "Global crisis 
sends east Germans flocking to Marx" which states the following:

"Two decades after the Berlin Wall fell, communism's founding father 
Karl Marx is back in vogue in eastern Germany   thanks to the global financial 
crisis. 

"His 1867 critical analysis of capitalism, "Das Kapital," has risen 
from the publishing graveyard to become an improbable best-seller for academic 
publisher Karl-Dietz-Verlag. 

" 'Everyone thought there would never ever again be any demand for Das 
Kapital,' managing director Joern Schuetrumpf told Reuters after selling 1,500 
copies so far this year, triple the number sold in all of 2007 and a 100-fold 
increase since 1990. 

" 'Even bankers and managers are now reading Das Kapital to try to 
understand what they've been doing to us. Marx is definitely 'in' right now,' 
Schuetrumpf said." 

  The author goes on to explain that this return to Marx reflects a 
rejection of capitalism by many people in eastern Germany and quotes a recent 
poll that shows that 52 percent of eastern Germans consider the free market 
economy as "unsuitable" and 43 percent stated that they preferred socialism to 
capitalism. These figures are backed up by a few very revealing interviews.

  The article quotes Thomas Pivitt, a 46-year-old IT worker from east 
Berlin who says, "We read about the 'horrors of capitalism' in school. They 
really got that right. Karl Marx was spot on. I had a pretty good life before 
the Wall fell. No one worried about money because money didn't really matter. 
You had a job even if you didn't want one. The communist idea wasn't all that 
bad."

  Hermann Haibel, a 76-year old retired blacksmithis quoted as saying, "I 
thought communism was shit but capitalism is even worse. The free market is 
brutal. The capitalist wants to squeeze out more, more, more"

  Here in Britain the Daily Mail also took up the story in an article, 
"Credit crunch boosts sales of Karl Marx's Das Kapital in Germany" which also 
gives the figures: "The book has sold 1,500 copies so far this year, triple the 
number sold in all of 2007 and a 100-fold increase since 1990."

  Now some bourgeois cynics may point to the fact that 1500 is still a 
small figure, but according to these figures in 1990 they were only selling 15 
a year. We can be sure that German TV channels and newspapers are not 
advertising Das Kapital. The biggest advert for Das Kapital is the world 
financial meltdown and the general conditions workers are having to suffer 
under capitalism.

  Life teaches, and today people are being forced to learn very quickly. 
With this comes a desire to really understand how this system works. What 
better authority to turn to than Karl Marx himself, who long ago explained the 
mechanism that lead to crises like the present one we are living through.

  One only needs to look at the state of Iceland at the moment to see how 
relevant Marx was. It is not just one bank or one company that has gone 
bankrupt. Here we have a whole country that has gone down the pan. Gauti 
Kristmannsson, an Icelandic journalist writing for the New York Times outlines 
the bleak picture facing his country in his article "The Ice Storm":

"One by one, the mighty banks have been seized by the government, and 
Icelanders, aghast, have been told that each and every one of us owes millions 
of dollars   to whom, we don't know. (.) 

"The first 500 bankers have lost their jobs in one go;

[wanita-muslimah] The return of Marx

2009-03-12 Terurut Topik Sunny
http://socialistworker.org/2009/02/16/return-of-marx

The return of Marx
The ideas of Karl Marx--that class society creates great wealth for the few at 
the expense of the many--ring truer every day. Brian Jones examines Marx's 
revolutionary ideas in this first of three articles.

February 16, 2009

IN THE last 150 years of U.S. history, you can't point to a generation whose 
most active, radical layers have not been drawn to the ideas of Karl Marx.


Series: Marx is back 
Read Brian Jones' three-part series of articles on Karl Marx and his 
contribution to the socialist tradition.

Part 1: The return of Marx

Part 2: Marx becomes a Marxist

Part 3: Marx's vision of socialism


This was true of the abolitionist movement (Marxist immigrants even fought with 
the Northern Army in the Civil War), the early pioneers of our labor movement, 
the hundreds of thousands (if not millions) who passed through Socialist and 
Communist Parties in the first half of the 20th century, and of the many 
thousands who joined the Black Panther Party and other parties that declared 
themselves against capitalism and in favor of socialism in the late 1960s and 
early 1970s.

Millions of people around the world have sought, from the Marxist tradition, a 
way to win a different kind of society free of poverty, oppression and war. 
That rather hopeful premise--that a different kind of world is actually 
possible--goes a long way toward explaining how it could be that the only book 
that can compete (in terms of paid sales) with the Bible is the Communist 
Manifesto.


What you can do 
Brian Jones is among the speakers at a series of Marx is Back forums in New 
York City and New Jersey. Come to a meeting to discuss these ideas and the 
struggle to change the world. For full details on all the meetings, see the 
Marx is Back Speaking Tour Web page.

New York University
Wednesday, March 11, 7 p.m.
E-mail jonah.bi...@gmail.com for information.

CUNY Grad Center
Thursday, March 12, 4:30 p.m.
E-mail dsing...@hotmail.com for information.

Baruch College
Tuesday, March 17, 7 p.m.
E-mail al.je...@gmail.com for information.

City College of New York
Thursday, March 19, 7 p.m.
E-mail nyc...@gmail.com for information.

The Diversity Center of Queens
Wednesday, March 25, 7 p.m.
E-mail lucyh1...@yahoo.com for information.


It was that project--the fight for a better world--that motivated Marx. At his 
funeral, Marx's lifelong collaborator and closest friend, Frederick Engels, 
said of him: "Marx was before all else a revolutionist. His real mission in 
life was to contribute, in one way or another, to the overthrow of capitalist 
society and of the state institutions which it had brought into 
being...Fighting was his element. And he fought with a passion, a tenacity and 
a success such as few could rival."

But when you try to go out and learn something about Marx, you will quickly 
discover that it is precisely this tenacious revolutionism that is discarded by 
mainstream treatments of him. "Marx had good ideas," they want you to believe, 
"but don't try to put them into practice." Or, as another twist on the same 
idea: "He was good at analyzing the problems of capitalism, but obviously wrong 
about the solution."

Time magazine recently published a feature article, "Rethinking Marx" 
(interestingly, it was available only in Britain), with essentially the same 
thesis:

  Marx's utopian predictions about revolution and the triumph of socialism were 
dead wrong; indeed, many of the policies carried out in his name in the 20th 
century brought misery to millions in countries ranging from Russia to China, 
and including large chunks of Africa.

  Yet...if you leave aside the prophetic, prescriptive parts of Marx's 
writings, there's a trenchant diagnosis of the underlying problems of a market 
economy that is surprisingly relevant even today...He was moved by glaring 
inequalities between rich and poor that are more topical than ever today... 


Columnist: Brian Jones 
 Brian Jones is a teacher, actor and activist in New York City. His commentary 
and writing have been featured on GritTV, SleptOn.com and the International 
Socialist Review. Jones has also lent his voice to several audiobooks, 
including Noam Chomsky's Hegemony or Survival, Howard Zinn and Anthony Arnove's 
Voices of a People's History of the United States and Zinn's one-man play Marx 
in Soho (forthcoming from Haymarket Books).


In short, Marx painted a picture of the capitalism's excesses, but forget 
trying to replace it. Replacing capitalism, Time magazine warns, leads straight 
to Stalin's prison labor camps. Time wants us to "leave aside the prescriptive 
parts," which is like going to the doctor for a diagnosis, but not for a cure.

- - - - - - - - - - - - - - - -

MARX HAD a peculiar problem: People formed groups under his name--but Marx 
actually had fundamental disagreements with their ideas. "I, at least," Marx 
was fond of joking, "am not a Marxist...God save me fr

[wanita-muslimah] The Next Thinker, "THE RETURN OF KARL MARX,"

2009-03-12 Terurut Topik Sunny
http://www.newyorker.com/archive/1997/10/20/1997_10_20_248_TNY_CARDS_000379653

John Cassidy, The Next Thinker, "THE RETURN OF KARL MARX," The New Yorker, 
October 20, 1997, p. 248 

Read the full text of this article. (Registration required.)

ABSTRACT: THE NEXT THINKER about Karl Marx's influence as an economist... 
Writer was talking with a college friend who now worked at a big Wall Street 
investment bank... To my surprise, he brought up Karl Marx. "The longer I spend 
on Wall Street, the more convinced I am that Marx was right," he said. I 
assumed he was joking. "There is a Nobel Prize waiting for the economist who 
resurrects Marx and puts it all together in a coherent model," he continued, 
quite seriously. "I am absolutely convinced that Marx's approach is the best 
way to look at capitalism." I didn't hide my astonishment. We had both studied 
economics during the early eighties at Oxford, where most of our teachers 
agreed with Keynes that Marx's economic theories were "complicated hocus-pocus" 
and Communism was "an insult to our intelligence." The prevailing attitude 
among bright students of our generation was that Marx's arguments were fit only 
for polytechnic lecturers and aspiring Labour Party politicians... More than 
fifty years ago, Edmund Wilson noted that much of Marx's prose "hypnotizes the 
reader with its paradoxes and eventually puts him to sleep." The passing 
decades have not made the going any easier. Marx was ludicrously prolix... The 
writer gradually began to understand what his friend meant. In many ways, 
Marx's legacy has been obscured by the failure of Communism, which wasn't his 
primary interest. In fact, he had little to say about how a socialist society 
should operate, and what he did write, about the withering away of the state 
and so on, wasn't very helpful--something Lenin and his comrades quickly 
discovered after seizing power... When Marx wasn't driving the reader to 
distraction, he wrote riveting passages about globalization, inequality, 
political corruption, monopolization, technical progress, the decline of high 
culture, and the enervating nature of modern existence--issues that economists 
are now confronting anew... Marx was born in 1818, and died in 1883... Marx 
wasn't a crude reductionist, but he did believe that the way in which society 
organized production ultimately shaped people's attitudes and beliefs. 
Capitalism, for example, made human beings subjugate themselves to base 
avarice... "Globalization" is the buzzword of the late twentieth century, on 
the lips of everybody from Jiang Zemin to Tony Blair, but Marx predicted most 
of its ramifications a hundred and fifty years ago... Globalization is set to 
become the biggest political issue of the next century... In one way, Marx's 
efforts were a failure. His mathematical model of the economy, which depended 
on the idea that labor is the source of all value, was riven with internal 
inconsistencies and is rarely studied these days One important lesson Marx 
taught is that capitalism tends toward monopoly--an observation that was far 
from obvious in his day--giving rise to a need for strong regulation 
Likewise endogenous-growth theory models are undoubtedly Marxist in spirit, 
since their main aim is to demonstrate how technical progress emerges from the 
competitive process, and not from Heaven, as in the neoclassical model. 
Describes Marx's "theory of immiseration" which says that profits would 
increase faster than wages, so that workers would become poorer relative to 
capitalists over time, and this is what happened during the last two decades. 
Inflation-adjusted wages are still below their 1973 levels, but profits have 
soared. ... A key question for the future, the answer to which will determine 
the fate of the soaring slock market and much else, is whether capital can hold 
on to its recent gains. Writer visits Highgate Cemetery, where he visited 
Marx's grave... Perhaps me most enduring element of Marx's work is his 
discussion of where power lies in a capitalist society. This is a subject that 
economists, with their fixation on consumer choice, have neglected for decades, 
but recently a few of them have returned to Marx's idea that the circumstances 
in which people are forced to make choices are often just as important as the 
choices... Marx, of course, delighted in declaring that politicians merely 
carry water for their corporate paymasters... The sight of a President granting 
shady businessmen access to the White House in return for campaign 
contributions would have shocked him not at all. Despite his errors, he was a 
man for whom our economic system held few surprises. His books will be worth 
reading as long as capitalism endures.


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling

2009-03-12 Terurut Topik jano ko
Satu hal yg sangat disayangkan utk yg masih muda. 

:p : ya banyak hal yang disayangkan ketika generasi muda lupa pada tanahnya ^_^

---

ko_jano :

Salut kepada Mbak Putri, ternyata memang "tangguh" dan muslimah :)
Terus belajar dan mendekatkan diri kepada Allah.

:)

Wassalam

-o0o-





--- On Thu, 12/3/09, izzuddin al qassam  wrote:
From: izzuddin al qassam 
Subject: Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Thursday, 12 March, 2009, 10:27 AM












Kenapa home schoolingnya jadi perdebatan, karena mau menyelidiki,

apakah itu jadi faktor cara berpikir kamu?



:putri : sedikit banyak iya



Kalau milis ini merupakan salah satu sumber pendidikan kamu, ya

harusnya sih ngaruh ya :) Kecuali memang pola pikirnya sudah membatu.



:putri : makanya jangan disesatin hehehehe...batu juga ngalah kok kalo 
ditetesin air

intinya adalah pengetahuan. ..kita hidup kan g cuma dengan orang2 dirumah atau 
disekitar kita

sedikit banyak kita juga harus tau bagaimana orang-orang berfikir di luar sana

untuk apa

untuk melihat dr banyak sisi



Satu hal yg sangat disayangkan utk yg masih muda. 

:p : ya banyak hal yang disayangkan ketika generasi muda lupa pada tanahnya ^_^



:putri



--- On Wed, 3/11/09, Herni Sri Nurbayanti  wrote:



From: Herni Sri Nurbayanti 

Subject: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling

To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com

Date: Wednesday, March 11, 2009, 7:52 PM



Ya bagus deh kalo gitu, put.



Kita liat aja, 10 thn ke depan kamu jadi apa.. 



dan pemikiranmu spt apa, dibanding sekarang :)



Intinya perdebatan kemarin2 kan gitu. Result oriented :P



Mau cara belajarnya gimana, yg penting hasilnya.



Wong sebenarnya yg jadi fokus debat/kritik itu cara berpikir kamu.



Bukan home schoolingnya.



Kenapa home schoolingnya jadi perdebatan, karena mau menyelidiki, apakah itu 
jadi faktor cara berpikir kamu?



Kalau milis ini merupakan salah satu sumber pendidikan kamu, ya harusnya sih 
ngaruh ya :) Kecuali memang pola pikirnya sudah membatu.



Satu hal yg sangat disayangkan utk yg masih muda. 



--- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, izzuddin al qassam 
 wrote:



ini kan pendidikan alternative



seperti kata eyang, banyak alasan untuk homeschooling, tergantung orang tuanya 
gimana dan terus terang put g suka ada orang tua yang mendoktrin anaknya untuk 
masuk kesekolah tertentu



apakah krn sekolah itu sekolah elit atau sekolah itu sekolah unggulan lalu 
anaknya dimasukkan kesitu



kalo anaknya g lulus disekolah yang disebutkan dibilang anaknya goblok



i hate that



emang homeschooling cuma belajar dirumah om ambon?



g boleh belajar dirumah tetangga yang lg bikin kue gitu?



put juga ikutan TPA di mesjid, kalo siang sekitar jam 3 an ikut ngaji Iqra'



trus sorenya pulang jalan kaki sama temen2 sambil nyari batang padi untuk 
dijadiin serunai ^_^



jd homeschooling g harus jd anak manis, yang cuma duduk didepan komputer trus 
dirumah seharian



jd anak homeschooling g harus sendiri merenung dan baca2 buku aja di rumah



homeschooling g mesti belajar dirumah kan???



:putri





 

















[Non-text portions of this message have been removed]




 

  




 

















  New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Building a Better Capitalism

2009-03-12 Terurut Topik Sunny
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2009/03/11/AR2009031103218.html?wpisrc=newsletter

Building a Better Capitalism
By Harold Meyerson
Thursday, March 12, 2009; Page A19 
So what kind of capitalism shall we craft? Now that the market fundamentalism 
to which we've adhered for the past 30 years has -- by its own criterion of 
increasing shareholder value -- totally failed? Now that Alan Greenspan has 
proclaimed himself "shocked" that "the self-interest of lending institutions to 
protect shareholders' equity" proved to be an illusion? 

Larry Summers, President Obama's senior economic adviser, cautioned in an 
interview in Monday's Financial Times against heeding "those who, just as in 
the 1930s, tried to learn the lesson that market capitalism didn't work and 
needed to be replaced with an entirely different model." But no one is 
suggesting an entirely new system. What we need -- and what we can build -- is 
a capitalism more attuned to our national concerns. 

The Reagan-Thatcher model, which favored finance over domestic manufacturing, 
has collapsed. The decline of American manufacturing has saddled us not only 
with a seemingly permanent negative balance of trade but with a business 
community less and less concerned with America's productive capacities. When 
manufacturing companies dominated what was still a national economy in the 
1950s and '60s, they favored and profited from improvements in America's 
infrastructure and education. The interstate highway system and the G.I. Bill 
were good for General Motors and for the U.S.A. From 1875 to 1975, the level of 
schooling for the average American increased by seven years, creating a more 
educated workforce than any of our competitors' had. Since 1975, however, it 
hasn't increased at all. The mutually reinforcing rise of financialization and 
globalization broke the bond between American capitalism and America's 
interests. 

Manufacturing has become too global to permit the United States to revert to 
the level of manufacturing it had in the good old days of Keynes and Ike, but 
it would be a positive development if we had a capitalism that once again 
focused on making things rather than deals. In Germany, manufacturing still 
dominates finance, which is why Germany has been the world's leader in exports. 
German capitalism didn't succumb to the financialization that swept the United 
States and Britain in the 1980s, in part because its companies raise their 
capital, as ours used to, from retained earnings and banks rather than the 
markets. Company managers set long-term policies while market pressures for 
short-term profits are held in check. The focus on long-term performance over 
short-term gain is reinforced by Germany's stakeholder, rather than 
shareholder, model of capitalism: Worker representatives sit on boards of 
directors, unionization remains high, income distribution is more equitable, 
social benefits are generous. Nonetheless, German companies are among the 
world's most competitive in their financial viability and the quality of their 
products. Yes, Germany's export-fueled economy is imperiled by the global 
collapse in consumption, but its form of capitalism has proved more sustainable 
than Wall Street's. 

So does Germany offer a model for the United States? Yes -- up to a point. 
Certainly, U.S. ratios of production to consumption and wealth creation to debt 
creation have gotten dangerously out of whack. Certainly, the one driver and 
beneficiary of this epochal change -- our financial sector -- has to be scaled 
back and regulated (if not taken out and shot). Similarly, to create a business 
culture attuned more to investment than speculation, and with a preferential 
option for the United States, corporations should be made legally answerable 
not just to shareholders but also to stakeholders -- their employees and 
community. That would require, among other things, changing the laws governing 
the composition of corporate boards. 

In addition to bolstering industry, we should take a cue from Scandinavia's 
social capitalism, which is less manufacturing-centered than the German model. 
The Scandinavians have upgraded the skills and wages of their workers in the 
retail and service sectors -- the sectors that employ the majority of our own 
workforce. In consequence, fully employed impoverished workers, of which there 
are millions in the United States, do not exist in Scandinavia. 

Making such changes here would require laws easing unionization (such as the 
Employee Free Choice Act, which was introduced this week in Congress) and 
policies that professionalize jobs in child care, elder care and private 
security. To be sure, this form of capitalism requires a larger public sector 
than we have had in recent years. But investing in more highly trained and paid 
teachers, nurses and child-care workers is more likely to produce sustained 
prosperity than investing in the asset bubbles to which Wall 

[wanita-muslimah] Bu Mus Laskar Pelangi Raih Muhammadiyah Award

2009-03-12 Terurut Topik Sunny
http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=63929


Bu Mus Laskar Pelangi Raih Muhammadiyah Award


Kamis, 12 Maret 2009 , 17:48:00
YOGYAKARTA, (PRLM).- Ny.Muslimah, tokoh sentral yang disapa Bu Mus dalam novel 
dan film Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, meraih Universitas Muhammadiyah 
Yogyakarta (UMY) Award. Bagi perempuan asal Belitung yang dikenal sebagai guru 
SD Muhammadiyah Gantung, Belitung Timur, bersama ayahnya KA Abdul Kadir Hamid 
(Harfan) merupakan kesekian kalinya sebagai penghormatan atas dedikasinya di 
bidang pendidikan. 
Dia sebelumnya mendapat Aisyiah Award, Satya Lencana, serta mendapat program 
khusus pemberdayaan pendidikan dan ekonomi dari Medco Foundation. 

Dalam novel Laskar Pelangi, penulis menggambarkan Bu Mus sebagai guru dari 10 
siswa pada sekolah reot. Tampilannya sederhana, penyabar dan penuh dedikasi 
bagi murid-muridnya dan dunia pendidikan. Andrea Hirata sebagai penulis novel 
merupakan satu dari 10 murid dia. 

Ketua PP Muhammadiyah Dr.Haedar Nashir menyatakan, Bu Mus sangat pantas meraih 
penghargaan di bidang pendidikan. "Bu Mus mencerminkan pelajaran atas 
ketulusan, kesahajaan, mendidik dengan hati. Sekarang, tidak begitu banyak 
orang menjadi dosen, guru dengan ikhlas, tulus, bersahaja karena berhadapan 
dengan suasana serba kecukupan," kata dia dalam sambutan usai penyerahan 
penghargaan. 

Dari cara pengajaran Bu Mus, menurut Haedar, ada pelajaran penting bahwa 
mendidik anak bukan semata menjadikannya cerdas secara akal. Mendidik harus 
menjadikan anak cerdas secara rokhani dan memiliki kepribadian. Pola pendidikan 
ini diterapkan Bu Mus saat mendidik Harun, seorang siswa defabel/cacat. 
Walaupun otaknya tidak mampu mencerna pelajaran, Bus Mus menganggap Harun bukan 
anak cacat tetapi memiliki kelebihan lain dalam bentuk karakter atau 
kepribadian. 

"Orangtua sekarang kebanyakan hanya menginginkan anak-anaknya cerdas otak, 
rangking 1, kurang memikirkan kecerdasan spiritual. Maka jangan disalahkan anak 
bila hasil pendidikan kita justru menghasilkan anak berpenampilan layaknya 
robot," kata Haedar. 

Rektor UMY Dasron Hamid menyatakan, Bu Mus merupakan sosok guru tanpa tanpa 
jasa yang sesungguhnya. "Dia patut diteladani, dalam situasi apapun selalu 
mengabdi, mendidik anak-anak," ujar dia. 

Bu Mus menyatakan dirinya tidak pantas menerima berbagai macam penghargaan. 
"Macam-macam penghargaan lebih pantas diterima orang-orang yang mendahului saya 
dan banyak orang lain di sekolah yang berjasa. Penghargaan ini untuk mereka 
semua melalui saya," ujar dia merendah. 

Bu Mus mengaku mengajar di Muhammadiyah sejak 1 Januari 1973-1 Juli 1986. Sejak 
1986 diangkat pegawai negeri sipil (PNS), Dinas Pendidikan setempat 'melarang' 
tetap mengabdi di Muhammadiyah karena statusnya sebagai PNS. 

"Saat itu, saya jadi menangis terus, bagaimana saya harus meninggalkan 
perguruan yang saya bina. Teman-teman membesarkan hati saya, mereka mendorong 
saya untuk mengikuti ketentuan penempatan di SDN 1 Lintang, Kec. Gantung dengan 
alasan banyak anak-anak seperti di SD Muhammadiyah yang membutuhkan 
bimbingannya. Dengan berat hati saya mengajar di sana," kata dia dengan nada 
tersendat. (A-84/das)


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Berangkat dari Keraguan - Big Bang , Al Qur'an

2009-03-12 Terurut Topik jano ko
Mas Iman :

Begitulah, akhirnya Descartes berjalan di tengah hamparan bumi yang
luas dan telah menemukan sebuah kepastian tentang pengetahuan, sambil
berjalan dia bergumam, “ Saya sekarang sedang ragu, dan karena saya
yang sedang merasakan keraguan ini adalah ada, maka saya adalah ada”,
Dia terus berjalan sambil mengulang-ulang kata tersebut dan kemudian
meyakini bahwa kepastian akan pengetahuan  itu adalah ada.
Setidak-tidaknya dia tahu pasti tentang keraguan yang dia miliki.

-
ko_jano :

Kalau boleh menambahkan, membaca Teori Big Bang mungkin sangat bagus untuk 
menambah wawasan kita, kemudian jangan lupa membaca Al Qur'an.

http://id.wikipedia.org/wiki/Big_Bang
Alam Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam 
Semesta akan mengembang terus,namun dengan kelajuan yang semakin kecil,dan 
semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata Alam 
Semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa milyar 
tahun lagi.
--Al Qur'anDan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan 
sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (QS. Adz 
Dzaariyaat, 51:47)

--

Dengan membaca fakta ilmiah diatas serta dengan beriman kepada Al Qur'an, maka 
tidak ada alasan untuk ragu, kita harus beriman kepada Allah.

Wassalam.

-o0o-

--- On Thu, 12/3/09, Iman K.  wrote:
From: Iman K. 
Subject: [wanita-muslimah] Berangkat dari Keraguan
To: apresiasi-sas...@yahoogroups.com, bac...@yahoogroups.com, 
buku-is...@yahoogroups.com, citaci...@yahoogroups.com, 
daarut-tauh...@yahoogroups.com, "dastanbooks" , 
filsa...@yahoogroups.com, "Icas" , 
indo-marx...@yahoogroups.com, indonesia_da...@yahoogroups.com, 
interdisip...@yahoogroups.com, islam_libe...@yahoogroups.com, 
islam-kris...@yahoogroups.com, islamnet...@yahoogroups.com, 
jurnali...@yahoogroups.com, keluarga-saki...@yahoogroups.com, 
keluarg...@yahoogroups.com, klub-sas...@yahoogroups.com, 
kmnu2...@yahoogroups.com, mencintai-is...@yahoogroups.com, 
musyawarah-bur...@yahoogroups.com, myqu...@yahoogroups.com, 
padhang-mbu...@yahoogroups.com, paramad...@yahoogroups.com, 
pasarb...@yahoogroups.com, pengajian-kan...@yahoogroups.com, 
penulisle...@yahoogroups.com, prole...@yahoogroups.com, 
resensib...@yahoogroups.com, sufi-is...@yahoogroups.com, 
sukasuk...@yahoogroups.com,
 wanita-muslimah@yahoogroups.com, yisc_al-az...@yahoogroups.com, 
yisc-akti...@yahoogroups.com, zama...@yahoogroups.com
Date: Thursday, 12 March, 2009, 1:44 PM
















Salam...



Kita telah mengetahui bahwa pada masa setelah Socrates, telah muncul seorang 
tokoh skeptisme yang bernama Pyrho. Berikutnya pada abad pertengahan sampai 
abad modern ini telah banyak pula bermuculan tokoh-tokoh skeptis lainnya.. 
Tokoh yang muncul belakangan tersebut ada yang tetap teguh berpendirian 
skeptis/ragu seperti pyrho dari awal hingga akhir tetapi ada juga yang bermula 
dari skeptis lalu kemudian menemukan kebenaran dan berubah menjadi seseorang 
yang mempercayai kepastian akan kebenaran.

 

Untuk meringkas tulisan, kita tidak akan mengulang pandangan tokoh-tokoh yang 
sejak awal sampai akhirnya tetap pada keragu-raguan. Tetapi kali ini kita akan 
melihat bagaimana mereka yang tadinya berangkat dari keragu-raguan kemudian 
akhirnya bersimpuh didalam kebenaran dan menemukan kebenaran itu sebagai suatu 
kepastian.

 

Diceritakan bahwa ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang filsuf besar, 
Descartes tiba kepada suatu permasalahan epistemologi yang sangat penting 
yaitu, apakah sesuatu yang telah didapat selama ini adalah merupakan suatu hal 
yang sudah pasti ataukah semuanya tidak mempunyai suatu kepastian.

 

Ia mencoba untuk memeriksa keyakinan terhadap agama yang dia anut selama ini. 
Ia mulai meneliti keyakinan agamanya dengan modal pengetahuan yang dia miliki, 
meneliti dengan filsafat dan berbagai ilmu lainnya, mungkinkah apa-apa yang 
telah dia ketahui selama ini adalah betul-betul sudah dia ketahui atau semua 
itu sebenarnya masih dalam tahap pengembangan yang tidak ada akhir dan 
kepastiannya?

 

Descartes kemudian mengatakan, “ Dengan dasar apa saya mengatakan bahwa alam 
ini ada, manusia ada, masyarakat ada dan Tuhan juga ada. Dengan dalil seperti 
apa saya akan mengatakan bahwa kota ini ada, alam semesta ini adalah demikian, 
agama yang dibawa oleh Yesus adalah begini dan begitu?”

 

Sebagaimana Pyrho, Descartes juga kemudian menelusuri apa yang bisa diperbuat 
oleh panca indra dan rasio. Descartes melihat bahwa apa saja yang bisa didapat, 
dilihat dan didengarnya dengan mengunakan panca indra dan rasio semuanya masih 
sangat lemah dan masih bisa diperdebatkan lagi. 

 

Menurut Descartes, panca indra adalah alat yang terlemah yang dimiliki oleh 
manusia, dan karenanya dia mencoba bersandar kepada kemampuan rasio. Namun 
demikian sebagaimana Pyrho, Descartespun menemukan bahwa tidak sedikit 
kesalahan yang telah pernah diperbuatnya selama didalam penelitian dengan 
menggunakan rasio. Melihat kenyataan ini, Descartes s

[wanita-muslimah] Buta Aksara Tingg, Dana Pendidikan 20% untuk Apa?

2009-03-12 Terurut Topik Sunny
Refleksi :  Sekalipun dana pendidikan  30% atau 40%  dari APBN, tetapi kalau 
politik pendidikan tak karuan  arahnya, maka angka buta  aksara akan  
membengkak sesuai  trend  pertumbuhan demografi. Selain itu kalau penguasa 
negara terdiri dari oknom-oknom tukang catut maka yang dibutuhkan bukan rakyat 
cerdas, tetapi yang mudah digembalakan yaitu yang buta huruf dan buta 
pengetahuan umum agar apa yang dimanipulasikan bisa berhasil guna menggemukan 
kantong  para kantong tukang catut tsb.

http://www.balipost.co.id:80/mediadetail.php?module=detailrubrik&kid=5&id=1627

  Kamis, 12 Maret 2009
 
  Buta Aksara Tingg, Dana Pendidikan 20% untuk Apa? 
  DARI WARUNG GLOBAL


  SULIT dipercaya bahwa di Bali banyak yang buta aksara, padahal sudah 
dianggarkan 20 persen dari anggaran pemerintah untuk pendidikan. Apalagi Bali 
memiliki kabupaten yang PAD-nya sangat besar karena sebagai daerah pariwisata. 
Sehingga perlu dipertanyakan apakah data tersebut benar. Kalau benar wajarlah 
kalau Gubernur Mangku Pastika kecewa dan mempertanyakan apa saja yang telah 
dilakukan untuk pendidikan di Bali. Karenanya harus ada Perda yang berani, 
klian banjar harus ke pelosok-pelosok untuk mengetahui siapa yang tidak 
sekolah. Jangan sampai kita mendengung-dengungkan alokasi anggaran pendidikan 
20%, tapi untuk apa? Demikian disampaikan warga masyarakat yang bergabung dalam 
Warung Global Radio Global FM Bali, Rabu (11/3) kemarin. Berikut rangkuman 
selengkapnya.

  Pande di Pandak Gede mengatakan jumlah buta aksara 8 persen memang cukup 
mengecewakan karena di atas rata-rata nasional. Padahal Bali sangat populer 
dengan budaya yang adiluhung. Budaya secara konotatif identik dengan bahasa dan 
ekspresi serta sikap laku masyarakat Bali, bahwa secara kualitatif memiliki 
intelektualitas, emosional, spritualitas cukup bagus. Namun, ketika 
disandingkan dengan konteks buta aksaranya begitu tinggi 8 % maka semuanya 
menjadi bohong. Pada konteks ini database menjadi kambing hitam yang akan 
bersuara, bahwa si pembuatnya yang penuh dengan segala kepentingan. Yang paling 
bertanggung jawab dalam urusan Bali adalah pemimpinnya karena di sana ada pusat 
kekuasaan dan pemerintahan yang justru harus menguasai dan memahami data secara 
baik sekalipun secara teknis dibuat oleh departemen bawahannya.

  Menurut Gede Biasa di Denpasar Bali yang ternyata di atas rata-rata 
nasional angka buta hurufnya tidak terlepas dari laporan ABS/asal bapak senang. 
Setelah ada pemimpin yang baru, barulah ketahuan karena selama ini tidak 
terendus. Kalau pemimpin tidak pernah turun ke lapangan tidak memiliki gambaran 
yang jelas bagaimana keadaan masyarakat yang sebenarnya. Inilah yang tidak 
nyambung. Program-program yang dicanangkankan selama ini ternyata tidak 
nyambung dengan fakta, hanya di atas kertas.

  Suardana di Negara berpendapat bahwa ini mencengangkan juga. Dia 
mengharapkan agar data ini diperjelas per kabupaten sehingga Gubernur Bali bisa 
menekan sedikit. Kadang-kadang kita di Bali lucu, APBD meningkat padahal petani 
miskin sementara pejabat kaya. Karenanya harus ada Perda yang berani seperti di 
Jembrana kelian banjar harus ke pelosok-pelosok untuk mengetahui siapa yang 
tidak sekolah. Jangan sampai kita mendengung-dengungkan alokasi anggaran 
pendidikan 20%, tapi untuk apa?

  Dewa Putu Tirta di Tabanan mengatakan bahwa yang buta aksara mereka yang 
berusia di atas 40 tahunan saja, sedangkan yang sekarang banyak adalah yang 
putus sekolah. Hal ini terjadi karena banyak faktor, semisal jarak sekolah yang 
jauh.

  Menurut Edy di Denpasar aksara wajar-wajar saja masih ada. Pejabat juga 
buta pada hati rakyat. Buta aksara ada dua yakni yang tua dan muda, yang muda 
kemungkinan karena keluarga tidak mampu. Ini bisa kita lihat dari keberadaan 
para gepeng. Berikutnya yang tua-tua ngekoh belajar lagi karena sudah tua. 
Kalau Pak Gubernur kecewa tandanya bagus karena pasti Bapak Gubernur mencari 
solusi ke depan. Apalagi dana pemerintah untuk pendidikan besar, ini harus 
ditelusuri.

  Made Bukit di Jimbaran memaparkan setiap pejabat mempunyai sensasi. Kita 
ingat di tahun 60-an ada program PBH (pemberantasan buta huruf), kemudian 
setelah itu ada sekolah-sekolah.

  Sutama di Denpasar memperkirakan bahwa data tersebut tidak benar karena 
sudah ada PBH, juga program kejar paket C sebagai bukti di desa-desa paling 
tidak sudah banyak yang bisa bahasa Indonesia. Bali sampai di mana? Karena 
sekarang Bali majemuk. Karenanya yang memberi data agar berhati-hati.

  Dewa Winaya di Tabanan menilai bahwa data tersebut mendekati kebenaran. 
Yang didata bukan orang Bali tapi penduduk Bali termasuk juga pendatang. Karena 
padatnya pendatang sehinggapemberantasan buta aksara sulit. Juga banyak 
orangtua murid berada di bawah garis kemiskinan sehingga ada yang putus sekolah.

  Santa di Sayan Ubun mengatakan inilah kebiasaan elite-elite kita dari 
atas sampai bawah selalu berpura-pura.

  Anton di Klun

[wanita-muslimah] 'Rumah Sakit Indonesia' Senilai Rp 13 Miliar di Jalur Gaza

2009-03-12 Terurut Topik Sunny
Refleksi: Apakah hanya disumbangkan bangunan atau juga termasuk pembiayaan 
selanjutnya?

http://www.detiknews.com:80/read/2009/03/10/083138/1096833/10/rumah-sakit-indonesia-senilai-rp-13-miliar-di-jalur-gaza

Selasa, 10/03/2009 08:31 WIB



'Rumah Sakit Indonesia' Senilai Rp 13 Miliar di Jalur Gaza
Hery Winarno - detikNews

Jakarta - Indonesia sangat serius dalam membantu korban perang di Jalur Gaza. 
Dari dana sumbangan masyarakat dan bantuan Dekpes, Medical Rescue Commitee 
(Mer-C) akan membangun 'Rumah Sakit Indonesia' di jalur Gaza.

"Mer-C berencana mendirikan RS di jalur Gaza. Rumah sakit ini akan diberi nama 
Rumah Sakit Indonesia," kata anggota presidium Mer-C, dr Joserizal Jurnalis, 
kepada detikcom, Senin (9/3/2009).

Jose menambahkan, RS Indonesia sengaja didirikan di daerah yang memang jarang 
terdapat rumah sakit. Dengan demikian, pertolongan terhadap korban perang 
semakin cepat.

"Rencananya Rumah Sakit tersebut akan didirikan di daerah antara Baitlehan dan 
Jabaliyah, dimana di tempat tersebut baru ada satu Rumah Sakit," kata Jose.

Meskipun demikian, pihak Imer-C mengalami banyak gangguan dalam hal ini karena 
Israel menutup jalur akses ke Palestina, termasuk boikot material bangunan yang 
akan dipergunakan untuk membangun RS Indonesia.

"Pembangunan RS Indonesia mengalami hambatan karena kita kesulitan mendatangkan 
material. Material seperti besi dan semen sudah di stop oleh Israel sejak tahun 
2007 karena takut digunakan untuk membangun basis pertahanan oleh Palestina," 
kata Jose.

"Rumah Sakit Indonesia adalah RS Traumatologi. Nantinya akan menangani pasien 
trauma perang dan amputasi korban perang," tuturnya.

"Dana pembangunan berasal dari sumbangan masyarakat sebesar Rp 13 miliar dan 
bantuan Departemen Kesehatan sebesar Rp 10 miliar," pungkasnya. (van

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Berangkat dari Keraguan

2009-03-12 Terurut Topik eyang_mbelgedes
Dari keraguan mengarah ke mana? 

Kelihatannya "kecerdasan spiritual untuk mencari kebenaran sejati" adalah 
tujuannya. 

Selanjutnya, setelah sepakat dengan instrumennya, ajaran apa yang ditawarkan 
untuk pemenuhannya? 

Kita tunggu lebih lanjut. 





[wanita-muslimah] Ibunya Rizki menangis

2009-03-12 Terurut Topik muhamad agus syafii
Ibunya Rizki menangis

By: agussyafii

Malam itu anak-anak Pengajian Amalia sedang bersemangat menghapalkan 
surat-surat pendek penuh semangat. Tak lama kemudian Ibunya Rizki datang. Kami 
berbincang bersama. Anak-anak tetap belajar mengaji diajar oleh Lusi. Istri 
saya menyapa, ”Apa kabar Ibunya Rizki?” ”Alhamdulillah baik kak.”jawabnya.

”Rizki sekarang sudah hapal surat2 pendek.” kata Ibunya Rizki.  ”Saya aja dulu 
waktu sebesar Rizki belum hapal loh kak surat2 pendek itu.” Rasa haru bercampur 
bangga menyelimuti Ibunya Rizki. ”Bahkan sekarang Rizki semangat untuk 
belajar.” Terlihat Air mata itu mengalir. Air Mata seorang ibu yang mensyukuri 
nikmat Alloh SWT diberi anugerah oleh Alloh anak yang sholeh seperti Rizki.

Cerita ini adalah gambaran Program Pendidikan Amalia adalah Program beasiswa 
bagi anak-anak tidak mampu dan anak-anak yatim di Amalia yang duduk dibangku 
sekolah SD & SMP,  Selain membiayai kegiatan sekolah anak-anak juga melakukan 
pembinaan melalui Pendidikan Al-Quran.  Program pendidikan  sudah berjalan 
setiap harinya dari hari senin hingga Ahad.

Program ini dengan pola terpadu disekolah, pengajian dan orang tua yang 
bertujuan untuk membentuk karakter anak-anak menjadi Insan Mulia.

kepribadian anak merupakan interaksi dari kualitas nafs, qalb,’aql dan 
bashirahnya; interaksi antara jiwa, hati, akal, dan hati nuraninya. Kepribadian 
seseorang disamping bermodal kapasitas fitrah bawaan sejak lahir dari warisan 
genetika orang tuanya, juga terbentuk melalui proses panjang riwayat hidupnya, 
proses internalisasi nilai pengetahuan dan pengalaman dalam dirinya. Dalam 
perspektif ini, agama yang diterima dari pengetahuan maupun yang dihayati dari 
pengalaman rohaniah masuk kedalam struktur kepribadian seseorang. Orang yang 
menguasi ilmu agama atau ilmu akhlak (sebagai ilmu) tidak otomatis memiliki 
kepribadian yang tinggi, karena kepribadian bukan hanya aspek pengetahuan.

Obsesi membentuk Insan (sebagai inividu) yang berkepribadian atau yang 
berkarakter bisa dimiliki oleh orang tua atas anaknya, guru atas anak didiknya, 
atau oleh seseorang yang memiliki perhatian khusus kepada orang-orang / 
anak-anak tertentu. Membangun kepribadian bukanlah pekerjaan yang mudah. 
Anak-anak membutuhkan situasi psikologis dan sugesti yang kondusif bagi 
internalisasi nilai. Infrastruktur yang disediakan bagi Program Pendidikan 
Amalia untuk membentuk insan yang berkepribadian yaitu:

1. penanaman nilai

2. Lingkungan yang Kondusif

3. Membangun Tokoh Idola

4. Pembiasaan kepada Pola Tingkah Laku Konstruktif.

Program yang sudah dilaksanakan setiap hari Senin sampai dengan Ahad adalah:

1. Taman Hafidz al-Quran (penghapalan al-quran untuk anak2 surah2 Juz Amma’).

2. Taman Cinta Ilmu (Kegiatan keilmuan dengan metode accelerated).

3. Taman  Munajat Ilahiah ( bersama).

4. Taman Muhasabah (Kegiatan penanaman nilai Islam).

5. Bimbingan Belajar (dilaksanakan tiap hari ahad, bahasa inggris)


Wassalam,
Agussyafii

-
alhamdullilah sudah ada 5 Anak Amalia memiliki orang tua asuhmasih ada 18 
anak yang belum memiliki orang tua asuh. saudaraku... keinginan mereka utk 
bersekolah sangatlah besar...hanya sayang terbentur dengan kondisi ekonomi 
keluarga barangkali masih ada yg berkenan utk menjadikan mereka anak 
asuh.hanya dengan Rp. 200/bulan kita sudah ber PMA (Penanaman Modal 
Akhirat) .yuk, teman...kita berlomba dalam berbuat kebaikan dan 
kebajikan... insyallah Allah meridhoi langkah baik kita ini...amin ya 
robbalalamin. Bagi yang berkenan silahkan menghubungi 087 8777 12 431 atau 
http://agussyafii.blogspot.com 




  

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Perihal Tusuk-menusuk

2009-03-12 Terurut Topik eyang_mbelgedes
Put, isilah titik-titik di bawah ini dengan satu kata:

1. Menusuk dari samping disebut ... 
2. Menusuk dari depan disebut ... 
3. Menusuk dari belakang disebut ...