[wanita-muslimah] Penanaman Tentang Nilai
Penanaman Tentang Nilai By: agussyafii Dalam pembentukan pola anak agar menjadi Insan Mulia paling tidak ada 4 infrastruktur, Yaitu: 1. penanaman nilai 2. Lingkungan yang Kondusif 3. Membangun Tokoh Idola 4. Pembiasaan kepada Pola Tingkah Laku Konstruktif. Tulisan berikut ini akan membahas bagaimana Penanaman tentang nilai yang agar Anak-Anak menjadi Insan Mulia (Amalia). Tingkah laku Insan Mulia dipengaruhi oleh aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jika seseorang memiliki kapasitas yang seimbang dari ketiga aspek tersebut, teorinya ia dapat hidup harmoni dengan lingkungan dan dengan dirinya karena kemampuannya mengamati dan merespons permasalahan secara benar dan proporsional. Pengetahuan tentang nilai akhlak itu sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan kepribadian terutama bagi anak yang memiliki fitrah bawaan yang baik. Pengetahuan tentang nilai-nilai akhlak bisa disampaikan, antara lain, oleh orang tua dan guru: 1. Orang tua dapat melakukannya sejak dini melalui dongeng sebelum tidur dan nasihat rutin. Dapat juga berupa nasihat khusus sehubung dengan kejadian-kejadian penting, misalnya ketika akan berangkat merantau, dalam proses memilih jodoh, ketika menemui hidup berumah tangga, ketika memduduki suatu jabatan; 2. Guru sekolah menyampaikannya dalam proses belajar mengajar melalui pelajaran akhlak atau budi pekerti yang pada umumnya lebih berpengaruh pada aspek kognitif dan sedikit pengaruh pada aspek afektif. Disiplin sekolah yang bermuatan nilai akhlak meski boleh jadi tidak disukai oleh murid, cukup besar pengaruhnya dalam diri si murid, sekurang-kurangnya merasuk ke alam bawah sadar. 3. Ulama atau orang bijak menyampaikannya sesuai salat berjamaah atau dalam pengajian, atau dalam pertemuan khusus. 4. Cendekiawan menyampaikannya melalui forum diskusi. 5. Melalui literature yang terprogram. 6. Dapat juga diproleh seseorang dari peristiwa yang mengesankan hati yang kemudian dijadikan pelajaran. Bagi anak-anak, pengetahuan tentang nilai akhlak bersifat normatif. Akan tetapi, pada orang dewasa, pengetahuan tentang nilai akhlak harus disampaikan dalam forum yang memungkinkan terjadinya dialog karena tujuan pemberitahuan tentang nilai bukan sekadar informatif, melainkan diharap berakhir dengan penghayatan nilai. Wassalam, agussyafii alhamdullilah sudah ada 5 Anak Amalia memiliki orang tua asuhmasih ada 18 anak yang belum memiliki orang tua asuh. saudaraku... keinginan mereka utk bersekolah sangatlah besar...hanya sayang terbentur dengan kondisi ekonomi keluarga barangkali masih ada yg berkenan utk menjadikan mereka anak asuh.hanya dengan Rp. 200/bulan kita sudah ber PMA (Penanaman Modal Akhirat) .yuk, teman...kita berlomba dalam berbuat kebaikan dan kebajikan... insyallah Allah meridhoi langkah baik kita ini...amin ya robbalalamin. Bagi yang berkenan silahkan menghubungi 087 8777 12 431 atau http://agussyafii.blogspot.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"
Learning by doing. - Original Message - From: Ari Condro To: Milis wm Sent: Friday, March 13, 2009 1:42 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" Bukannya ini salah satu bentuk homeschooling. Belajar secara mandiri untuk masalah masalah seksual. Secara kalo nanya langsung ke orang lain, malu maluin hehehe :)) salam, -Original Message- From: Aldo Desatura ™ Date: Thu, 12 Mar 2009 11:38:09 To: BAOT Subject: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" Bom Dahsyat Narkoba Mata Kerusakan otak akibat film biru dapat dibuktikan secara fisik dan radiologis. Suara adzan berkumandang. Hari itu Jumat, berarti saatnya salat Jumat. Abud, 14 tahun (bukan nama sesungguhnya), pun bergegas ke kamar. Tak lama, ia sudah rapi dengan baju koko dan celana panjang. Ia pamit kepada ibunya. Bersama sejumlah temannya, Abud berkumpul di pelataran belakang masjid. Namun, saat azan tidak lagi berkumandang, bukannya tempat air wudhu yang mereka sambangi, melainkan warung Internet yang tak jauh dari sana. Alih-alih salat Jumat, para remaja tanggung itu malah larut mengunduh film biru dari dunia maya. Berdasarkan observasi Yayasan Kita dan Buah Hati, kasus di atas sekarang mudah ditemukan di lingkungan anak-anak. Malahan, saking candunya terhadap pornografi, seorang siswa sekolah menengah pertama di Tangerang dirawat akibat konsentrasi belajarnya hilang. "Memang jika perilaku tak senonoh itu dilakukan terus, anak bisa menjadi adiktif," kata Ketua Pelaksana Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman M.Psi. dalam seminar bertajuk "Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak Akibat Kecanduan Pornografi dan Narkoba dari Tinjauan Kesehatan Inteligensia" di auditorium Departemen Kesehatan beberapa waktu lalu. Lazimnya, perilaku anak yang demikian bukanlah sebuah aksi tunggal. Di era digital kini, informasi (negatif) yang datang mengalir deras dan berulang dapat membentuk persepsi dan perilaku anak. Otak, sebagai organ pengolah informasi, menerima apa yang dilihat serta didengar. Kemudian memprosesnya sesuai dengan kapasitas dan kemampuan inteligensia. "Apalagi otak itu adaptif dan fleksibel," kata Kepala Pusat Inteligensia Departemen Kesehatan dr H. Jofizal Jannis, SpS(K) pada kesempatan yang sama. Lagi pula otak anak kecil berbeda dengan orang dewasa--yang sudah dijejali banyak informasi. "Otak anak itu relatif lebih kosong, sehingga rentan terkontaminasi." Menurut Kepala Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Diatri Nari Lestari, SpS, adiksi pornografi kepada anak adalah perilaku yang tidak normal. Hal itu dapat membuat bagian tengah depan otak menyusut dan mempengaruhi perilaku anak. Senada dengannya, ahli bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton Jr., mengatakan adiksi pada manusia, termasuk anak, bermuara ke perubahan sirkuit otak. "Sel otak yang memproduksi dopamin menjadi mengecil, sehingga sel itu mengerut dan tidak bisa berfungsi secara normal," kata Hilton dalam presentasi. Gangguan inilah, menurut dia, yang membuat neurotransmitter--pengirim pesan kimiawi pada otak--menjadi terganggu. Dalam versi Diatri, saat anak memperoleh ekstase dari pornografi, fungsi eksekutif di otak anak bakal terpengaruh. "Anak sulit konsentrasi dalam belajar karena reseptor dopaminnya telah diisi hal-hal berbau porno," ia menjelaskan. Pornografi mengacaukan proses retensi dalam jangka panjang pada memori anak. Retensi itu adalah kemampuan otak seseorang menahan informasi yang diserapnya. Belum lagi, menurut Diatri, bila kecanduan yang sudah berlangsung lama dan tiba-tiba dihentikan bisa membuat si anak bereaksi menyimpang. "Adiksi ini memiliki tahap toleransi. Misal, mulanya cuma menonton, lalu besoknya ingin mencoba lebih," dokter berkerudung ini mengungkapkan. Yang pasti, kerusakan otak akibat film biru ini dapat dibuktikan secara fisik dan radiologis, serta dalam bentuk gangguan perilaku si anak. "Sebenarnya, kerusakan otak karena "narkoba lewat mata" (visual crack cocaine) jauh lebih dahsyat ketimbang seluruh jenis narkoba," Elly menulis dalam esainya. Bila kondisi itu terus berlarut, bahkan dapat mendegradasi kemampuan inteligensia si anak. Yang ditakutkan adalah perilaku menyimpang itu bakal menerabas tatanan nilai di masyarakat. Esai berjudul "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" karya Elly sangat mewakili kondisi anak Indonesia kini. Lihat saja data mencengangkan hasil studi Konselor Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati terhadap 1.625 siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar se-Jabodetabek sepanjang 2008. Terungkap, 66 persen dari mereka pernah melihat pornografi lewat berbagai media. Rinciannya, 24 persen anak melihatnya lewat komik, 18 persen video game, 16 persen situs porno, 14
[wanita-muslimah] Re: Diskusi hangat: Benarkah - Character Assassination
Provokasi untuk hate crime ni ye... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko wrote: > > syamsuri : > > "Tentang sejarah dan riwayat yang mengisahkan pernikahan Nabi saw..." > > --- > > ko_jano : > > http://www.answers.com/topic/character-assassination , > > A vicious personal verbal attack, especially one intended to destroy or > damage a public figure's reputation. > > -- > > Silahkan belajar lebih tekun dan tertib. > > -o0o- > > > > > --- On Fri, 13/3/09, syamsuri149 wrote: > From: syamsuri149 > Subject: [wanita-muslimah] Diskusi hangat: Benarkah Aisyah menikah dg > Rasulullah saw di Usia Dini? > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Date: Friday, 13 March, 2009, 2:09 AM > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > New Email addresses available on Yahoo! > Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and > @rocketmail. > Hurry before someone else does! > http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ > > [Non-text portions of this message have been removed] >
[wanita-muslimah] Re: "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"
Jawabnya adalah dirikanlah negara berbasis SI sehingga hal-hal seperti itu menjadi 'legal'. Bukankah penghulu memang dilatih untuk mengukur kedewasaan perempuan dengan metode melihat-lihat ujung kaki sampai ujung rambut seperti itu? Memang ndak ilmiah tapi halal... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Herni Sri Nurbayanti" wrote: > > Penghulunya juga ndak bener, mas ary. Saya pernah ke suatu desa utk > penyuluhan hak2 identitas, terutama utk perempuan. Disana ibu2nya menikah > dini, sekitar umur 12-14 thn. Umur 12 memang sudah dianggap dewasa. Si > penghulu memang terikat untuk mengecek kedewasaan, tapi cara dia mengecek dia > adalah.. si anak disuruh berdiri, diliatin dari kepala sampe kaki, kalo > dianggap dewasa, ya dinikahkan... > > Ditambah proses nikah-cerai yg sering, poligami, wah, masalahnya tambah > banyak deh. Seumur segitu saya udah ngapain aja, lha mereka terjebak dng > problem2 rumah tangga yg aneh-aneh. Gimana mereka bisa mobilisasi sosial, > naik ke tingkat penghidupan yg lebih baik? > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ary Setijadi Prihatmanto" > wrote: > > > > Saya kira itulah juga sebabnya pornografi anak dan perilaku pedofil > > dilarang dengan keras di mana-mana. > > > > Nikah memang tidak termasuk pornografi. > > Tapi menikah dengan manusia di bawah umur, IMHO sama saja efeknya bahkan > > lebih buruk dari sekedar melihat gambar, karena si anak langsung merasakan > > dan menghayati. Sehingga memang perlu untuk menetapkan batas minimal > > seseorang untuk bisa legal menikah. > > > > Salam > > > > > > > > > > > > - Original Message - > > From: Aldo Desatura ⢠> > To: BAOT > > Sent: Thursday, March 12, 2009 11:38 AM > > Subject: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" > > > > > > Bom Dahsyat Narkoba Mata > > Kerusakan otak akibat film biru dapat dibuktikan secara fisik dan > > radiologis. > > > > Suara adzan berkumandang. Hari itu Jumat, berarti saatnya salat Jumat. > > Abud, 14 tahun (bukan nama sesungguhnya), pun bergegas ke kamar. Tak lama, > > ia sudah rapi dengan baju koko dan celana panjang. Ia pamit kepada ibunya. > > Bersama sejumlah temannya, Abud berkumpul di pelataran belakang masjid. > > Namun, saat azan tidak lagi berkumandang, bukannya tempat air wudhu yang > > mereka sambangi, melainkan warung Internet yang tak jauh dari sana. > > Alih-alih salat Jumat, para remaja tanggung itu malah larut mengunduh film > > biru dari dunia maya. > > > > Berdasarkan observasi Yayasan Kita dan Buah Hati, kasus di atas sekarang > > mudah ditemukan di lingkungan anak-anak. Malahan, saking candunya terhadap > > pornografi, seorang siswa sekolah menengah pertama di Tangerang dirawat > > akibat konsentrasi belajarnya hilang. "Memang jika perilaku tak senonoh > > itu dilakukan terus, anak bisa menjadi adiktif," kata Ketua Pelaksana > > Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman M.Psi. dalam seminar bertajuk > > "Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak Akibat Kecanduan Pornografi dan > > Narkoba dari Tinjauan Kesehatan Inteligensia" di auditorium Departemen > > Kesehatan beberapa waktu lalu. > > > > Lazimnya, perilaku anak yang demikian bukanlah sebuah aksi tunggal. Di era > > digital kini, informasi (negatif) yang datang mengalir deras dan berulang > > dapat membentuk persepsi dan perilaku anak. Otak, sebagai organ pengolah > > informasi, menerima apa yang dilihat serta didengar. Kemudian memprosesnya > > sesuai dengan kapasitas dan kemampuan inteligensia. "Apalagi otak itu > > adaptif dan fleksibel," kata Kepala Pusat Inteligensia Departemen > > Kesehatan dr H. Jofizal Jannis, SpS(K) pada kesempatan yang sama. Lagi > > pula otak anak kecil berbeda dengan orang dewasa--yang sudah dijejali > > banyak informasi. "Otak anak itu relatif lebih kosong, sehingga rentan > > terkontaminasi." > > > > Menurut Kepala Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas > > Indonesia dr Diatri Nari Lestari, SpS, adiksi pornografi kepada anak > > adalah perilaku yang tidak normal. Hal itu dapat membuat bagian tengah > > depan otak menyusut dan mempengaruhi perilaku anak. Senada dengannya, ahli > > bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton > > Jr., mengatakan adiksi pada manusia, termasuk anak, bermuara ke perubahan > > sirkuit otak. "Sel otak yang memproduksi dopamin menjadi mengecil, > > sehingga sel itu mengerut dan tidak bisa berfungsi secara normal," kata > > Hilton dalam presentasi. Gangguan inilah, menurut dia, yang membuat > > neurotransmitter--pengirim pesan kimiawi pada otak--menjadi terganggu. > > > > Dalam versi Diatri, saat anak memperoleh ekstase dari pornografi, fungsi > > eksekutif di otak anak bakal terpengaruh. "Anak sulit konsentrasi dalam > > belajar karena reseptor dopaminnya telah diisi hal-hal berbau porno," ia > > menjelaskan. Pornografi mengacaukan proses retensi dalam jangk
[wanita-muslimah] Re: "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"
Hehehe... homeschooling dan warnet-schooling nampaknya akan semangkin populer. Tapi, selain itu, mutu tayangan-tayangan tivi dan film yang menampilkan berbagai cerita tahayul dan alam kubur nampaknya juga berperan di dalam mengkonstruksi pikiran bangsa. Jadi, kalau kita serius mau melindungi anak-anak dan perempuan dari bom media ini, dirikanlah negara SI seperti di negri Aceh itu. Pasti produknya adalah generasi yang bersih. Hehehe: jaman wis akhir, jaman wis akhir bumine goyng... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condro" wrote: > > Bukannya ini salah satu bentuk homeschooling. Belajar secara mandiri untuk > masalah masalah seksual. > > Secara kalo nanya langsung ke orang lain, malu maluin hehehe :)) > > > salam, > > > > -Original Message- > From: Aldo Desatura ⢠> > Date: Thu, 12 Mar 2009 11:38:09 > To: BAOT > Subject: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" > > > Bom Dahsyat Narkoba Mata > Kerusakan otak akibat film biru dapat dibuktikan secara fisik dan > radiologis. > > Suara adzan berkumandang. Hari itu Jumat, berarti saatnya salat Jumat. > Abud, 14 tahun (bukan nama sesungguhnya), pun bergegas ke kamar. Tak lama, > ia sudah rapi dengan baju koko dan celana panjang. Ia pamit kepada ibunya. > Bersama sejumlah temannya, Abud berkumpul di pelataran belakang masjid. > Namun, saat azan tidak lagi berkumandang, bukannya tempat air wudhu yang > mereka sambangi, melainkan warung Internet yang tak jauh dari sana. > Alih-alih salat Jumat, para remaja tanggung itu malah larut mengunduh film > biru dari dunia maya. > > Berdasarkan observasi Yayasan Kita dan Buah Hati, kasus di atas sekarang > mudah ditemukan di lingkungan anak-anak. Malahan, saking candunya terhadap > pornografi, seorang siswa sekolah menengah pertama di Tangerang dirawat > akibat konsentrasi belajarnya hilang. "Memang jika perilaku tak senonoh > itu dilakukan terus, anak bisa menjadi adiktif," kata Ketua Pelaksana > Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman M.Psi. dalam seminar bertajuk > "Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak Akibat Kecanduan Pornografi dan > Narkoba dari Tinjauan Kesehatan Inteligensia" di auditorium Departemen > Kesehatan beberapa waktu lalu. > > Lazimnya, perilaku anak yang demikian bukanlah sebuah aksi tunggal. Di era > digital kini, informasi (negatif) yang datang mengalir deras dan berulang > dapat membentuk persepsi dan perilaku anak. Otak, sebagai organ pengolah > informasi, menerima apa yang dilihat serta didengar. Kemudian memprosesnya > sesuai dengan kapasitas dan kemampuan inteligensia. "Apalagi otak itu > adaptif dan fleksibel," kata Kepala Pusat Inteligensia Departemen > Kesehatan dr H. Jofizal Jannis, SpS(K) pada kesempatan yang sama. Lagi > pula otak anak kecil berbeda dengan orang dewasa--yang sudah dijejali > banyak informasi. "Otak anak itu relatif lebih kosong, sehingga rentan > terkontaminasi." > > Menurut Kepala Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas > Indonesia dr Diatri Nari Lestari, SpS, adiksi pornografi kepada anak > adalah perilaku yang tidak normal. Hal itu dapat membuat bagian tengah > depan otak menyusut dan mempengaruhi perilaku anak. Senada dengannya, ahli > bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton > Jr., mengatakan adiksi pada manusia, termasuk anak, bermuara ke perubahan > sirkuit otak. "Sel otak yang memproduksi dopamin menjadi mengecil, > sehingga sel itu mengerut dan tidak bisa berfungsi secara normal," kata > Hilton dalam presentasi. Gangguan inilah, menurut dia, yang membuat > neurotransmitter--pengirim pesan kimiawi pada otak--menjadi terganggu. > > Dalam versi Diatri, saat anak memperoleh ekstase dari pornografi, fungsi > eksekutif di otak anak bakal terpengaruh. "Anak sulit konsentrasi dalam > belajar karena reseptor dopaminnya telah diisi hal-hal berbau porno," ia > menjelaskan. Pornografi mengacaukan proses retensi dalam jangka panjang > pada memori anak. Retensi itu adalah kemampuan otak seseorang menahan > informasi yang diserapnya. > > Belum lagi, menurut Diatri, bila kecanduan yang sudah berlangsung lama dan > tiba-tiba dihentikan bisa membuat si anak bereaksi menyimpang. "Adiksi ini > memiliki tahap toleransi. Misal, mulanya cuma menonton, lalu besoknya > ingin mencoba lebih," dokter berkerudung ini mengungkapkan. > > Yang pasti, kerusakan otak akibat film biru ini dapat dibuktikan secara > fisik dan radiologis, serta dalam bentuk gangguan perilaku si anak. > "Sebenarnya, kerusakan otak karena "narkoba lewat mata" (visual crack > cocaine) jauh lebih dahsyat ketimbang seluruh jenis narkoba," Elly menulis > dalam esainya. Bila kondisi itu terus berlarut, bahkan dapat mendegradasi > kemampuan inteligensia si anak. Yang ditakutkan adalah perilaku menyimpang > itu bakal menerabas tatanan nilai di masyarakat. > > Esai berjudul "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" karya Elly > sangat mewakili kondisi anak Indonesia kini. Lihat saja data mencengangka
[wanita-muslimah] Re: "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"
Penghulunya juga ndak bener, mas ary. Saya pernah ke suatu desa utk penyuluhan hak2 identitas, terutama utk perempuan. Disana ibu2nya menikah dini, sekitar umur 12-14 thn. Umur 12 memang sudah dianggap dewasa. Si penghulu memang terikat untuk mengecek kedewasaan, tapi cara dia mengecek dia adalah.. si anak disuruh berdiri, diliatin dari kepala sampe kaki, kalo dianggap dewasa, ya dinikahkan... Ditambah proses nikah-cerai yg sering, poligami, wah, masalahnya tambah banyak deh. Seumur segitu saya udah ngapain aja, lha mereka terjebak dng problem2 rumah tangga yg aneh-aneh. Gimana mereka bisa mobilisasi sosial, naik ke tingkat penghidupan yg lebih baik? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ary Setijadi Prihatmanto" wrote: > > Saya kira itulah juga sebabnya pornografi anak dan perilaku pedofil dilarang > dengan keras di mana-mana. > > Nikah memang tidak termasuk pornografi. > Tapi menikah dengan manusia di bawah umur, IMHO sama saja efeknya bahkan > lebih buruk dari sekedar melihat gambar, karena si anak langsung merasakan > dan menghayati. Sehingga memang perlu untuk menetapkan batas minimal > seseorang untuk bisa legal menikah. > > Salam > > > > > > - Original Message - > From: Aldo Desatura ⢠> To: BAOT > Sent: Thursday, March 12, 2009 11:38 AM > Subject: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" > > > Bom Dahsyat Narkoba Mata > Kerusakan otak akibat film biru dapat dibuktikan secara fisik dan > radiologis. > > Suara adzan berkumandang. Hari itu Jumat, berarti saatnya salat Jumat. > Abud, 14 tahun (bukan nama sesungguhnya), pun bergegas ke kamar. Tak lama, > ia sudah rapi dengan baju koko dan celana panjang. Ia pamit kepada ibunya. > Bersama sejumlah temannya, Abud berkumpul di pelataran belakang masjid. > Namun, saat azan tidak lagi berkumandang, bukannya tempat air wudhu yang > mereka sambangi, melainkan warung Internet yang tak jauh dari sana. > Alih-alih salat Jumat, para remaja tanggung itu malah larut mengunduh film > biru dari dunia maya. > > Berdasarkan observasi Yayasan Kita dan Buah Hati, kasus di atas sekarang > mudah ditemukan di lingkungan anak-anak. Malahan, saking candunya terhadap > pornografi, seorang siswa sekolah menengah pertama di Tangerang dirawat > akibat konsentrasi belajarnya hilang. "Memang jika perilaku tak senonoh > itu dilakukan terus, anak bisa menjadi adiktif," kata Ketua Pelaksana > Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman M.Psi. dalam seminar bertajuk > "Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak Akibat Kecanduan Pornografi dan > Narkoba dari Tinjauan Kesehatan Inteligensia" di auditorium Departemen > Kesehatan beberapa waktu lalu. > > Lazimnya, perilaku anak yang demikian bukanlah sebuah aksi tunggal. Di era > digital kini, informasi (negatif) yang datang mengalir deras dan berulang > dapat membentuk persepsi dan perilaku anak. Otak, sebagai organ pengolah > informasi, menerima apa yang dilihat serta didengar. Kemudian memprosesnya > sesuai dengan kapasitas dan kemampuan inteligensia. "Apalagi otak itu > adaptif dan fleksibel," kata Kepala Pusat Inteligensia Departemen > Kesehatan dr H. Jofizal Jannis, SpS(K) pada kesempatan yang sama. Lagi > pula otak anak kecil berbeda dengan orang dewasa--yang sudah dijejali > banyak informasi. "Otak anak itu relatif lebih kosong, sehingga rentan > terkontaminasi." > > Menurut Kepala Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas > Indonesia dr Diatri Nari Lestari, SpS, adiksi pornografi kepada anak > adalah perilaku yang tidak normal. Hal itu dapat membuat bagian tengah > depan otak menyusut dan mempengaruhi perilaku anak. Senada dengannya, ahli > bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton > Jr., mengatakan adiksi pada manusia, termasuk anak, bermuara ke perubahan > sirkuit otak. "Sel otak yang memproduksi dopamin menjadi mengecil, > sehingga sel itu mengerut dan tidak bisa berfungsi secara normal," kata > Hilton dalam presentasi. Gangguan inilah, menurut dia, yang membuat > neurotransmitter--pengirim pesan kimiawi pada otak--menjadi terganggu. > > Dalam versi Diatri, saat anak memperoleh ekstase dari pornografi, fungsi > eksekutif di otak anak bakal terpengaruh. "Anak sulit konsentrasi dalam > belajar karena reseptor dopaminnya telah diisi hal-hal berbau porno," ia > menjelaskan. Pornografi mengacaukan proses retensi dalam jangka panjang > pada memori anak. Retensi itu adalah kemampuan otak seseorang menahan > informasi yang diserapnya. > > Belum lagi, menurut Diatri, bila kecanduan yang sudah berlangsung lama dan > tiba-tiba dihentikan bisa membuat si anak bereaksi menyimpang. "Adiksi ini > memiliki tahap toleransi. Misal, mulanya cuma menonton, lalu besoknya > ingin mencoba lebih," dokter berkerudung ini mengungkapkan. > > Yang pasti, kerusakan otak akibat film biru ini dapat dibuktikan secara > fisik dan radiologis, se
Re: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"
Bukannya ini salah satu bentuk homeschooling. Belajar secara mandiri untuk masalah masalah seksual. Secara kalo nanya langsung ke orang lain, malu maluin hehehe :)) salam, -Original Message- From: Aldo Desatura ™ Date: Thu, 12 Mar 2009 11:38:09 To: BAOT Subject: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" Bom Dahsyat Narkoba Mata Kerusakan otak akibat film biru dapat dibuktikan secara fisik dan radiologis. Suara adzan berkumandang. Hari itu Jumat, berarti saatnya salat Jumat. Abud, 14 tahun (bukan nama sesungguhnya), pun bergegas ke kamar. Tak lama, ia sudah rapi dengan baju koko dan celana panjang. Ia pamit kepada ibunya. Bersama sejumlah temannya, Abud berkumpul di pelataran belakang masjid. Namun, saat azan tidak lagi berkumandang, bukannya tempat air wudhu yang mereka sambangi, melainkan warung Internet yang tak jauh dari sana. Alih-alih salat Jumat, para remaja tanggung itu malah larut mengunduh film biru dari dunia maya. Berdasarkan observasi Yayasan Kita dan Buah Hati, kasus di atas sekarang mudah ditemukan di lingkungan anak-anak. Malahan, saking candunya terhadap pornografi, seorang siswa sekolah menengah pertama di Tangerang dirawat akibat konsentrasi belajarnya hilang. "Memang jika perilaku tak senonoh itu dilakukan terus, anak bisa menjadi adiktif," kata Ketua Pelaksana Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman M.Psi. dalam seminar bertajuk "Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak Akibat Kecanduan Pornografi dan Narkoba dari Tinjauan Kesehatan Inteligensia" di auditorium Departemen Kesehatan beberapa waktu lalu. Lazimnya, perilaku anak yang demikian bukanlah sebuah aksi tunggal. Di era digital kini, informasi (negatif) yang datang mengalir deras dan berulang dapat membentuk persepsi dan perilaku anak. Otak, sebagai organ pengolah informasi, menerima apa yang dilihat serta didengar. Kemudian memprosesnya sesuai dengan kapasitas dan kemampuan inteligensia. "Apalagi otak itu adaptif dan fleksibel," kata Kepala Pusat Inteligensia Departemen Kesehatan dr H. Jofizal Jannis, SpS(K) pada kesempatan yang sama. Lagi pula otak anak kecil berbeda dengan orang dewasa--yang sudah dijejali banyak informasi. "Otak anak itu relatif lebih kosong, sehingga rentan terkontaminasi." Menurut Kepala Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Diatri Nari Lestari, SpS, adiksi pornografi kepada anak adalah perilaku yang tidak normal. Hal itu dapat membuat bagian tengah depan otak menyusut dan mempengaruhi perilaku anak. Senada dengannya, ahli bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton Jr., mengatakan adiksi pada manusia, termasuk anak, bermuara ke perubahan sirkuit otak. "Sel otak yang memproduksi dopamin menjadi mengecil, sehingga sel itu mengerut dan tidak bisa berfungsi secara normal," kata Hilton dalam presentasi. Gangguan inilah, menurut dia, yang membuat neurotransmitter--pengirim pesan kimiawi pada otak--menjadi terganggu. Dalam versi Diatri, saat anak memperoleh ekstase dari pornografi, fungsi eksekutif di otak anak bakal terpengaruh. "Anak sulit konsentrasi dalam belajar karena reseptor dopaminnya telah diisi hal-hal berbau porno," ia menjelaskan. Pornografi mengacaukan proses retensi dalam jangka panjang pada memori anak. Retensi itu adalah kemampuan otak seseorang menahan informasi yang diserapnya. Belum lagi, menurut Diatri, bila kecanduan yang sudah berlangsung lama dan tiba-tiba dihentikan bisa membuat si anak bereaksi menyimpang. "Adiksi ini memiliki tahap toleransi. Misal, mulanya cuma menonton, lalu besoknya ingin mencoba lebih," dokter berkerudung ini mengungkapkan. Yang pasti, kerusakan otak akibat film biru ini dapat dibuktikan secara fisik dan radiologis, serta dalam bentuk gangguan perilaku si anak. "Sebenarnya, kerusakan otak karena "narkoba lewat mata" (visual crack cocaine) jauh lebih dahsyat ketimbang seluruh jenis narkoba," Elly menulis dalam esainya. Bila kondisi itu terus berlarut, bahkan dapat mendegradasi kemampuan inteligensia si anak. Yang ditakutkan adalah perilaku menyimpang itu bakal menerabas tatanan nilai di masyarakat. Esai berjudul "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" karya Elly sangat mewakili kondisi anak Indonesia kini. Lihat saja data mencengangkan hasil studi Konselor Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati terhadap 1.625 siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar se-Jabodetabek sepanjang 2008. Terungkap, 66 persen dari mereka pernah melihat pornografi lewat berbagai media. Rinciannya, 24 persen anak melihatnya lewat komik, 18 persen video game, 16 persen situs porno, 14 persen film, 10 persen DVD dan VCD, 8 persen telepon genggam, serta 4-6 persen majalah dan koran. Adapun alasan mereka melihat pornografi, sebanyak 27 persen, sekadar iseng. Lantas 14 persennya terbawa teman dan takut dibilang kurang pergaulan (kuper). Ironisnya, banyak dari mereka yang mengakses tontonan dewasa itu di rumah sendiri, yaitu 36 persen. Lalu warung Internet mencapai 18 persen dan di rumah teman sekitar 12
Re: [wanita-muslimah] Diskusi hangat: Benarkah - Character Assassination
syamsuri : "Tentang sejarah dan riwayat yang mengisahkan pernikahan Nabi saw..." --- ko_jano : http://www.answers.com/topic/character-assassination , A vicious personal verbal attack, especially one intended to destroy or damage a public figure's reputation. -- Silahkan belajar lebih tekun dan tertib. -o0o- --- On Fri, 13/3/09, syamsuri149 wrote: From: syamsuri149 Subject: [wanita-muslimah] Diskusi hangat: Benarkah Aisyah menikah dg Rasulullah saw di Usia Dini? To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Friday, 13 March, 2009, 2:09 AM New Email addresses available on Yahoo! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"
Saya kira itulah juga sebabnya pornografi anak dan perilaku pedofil dilarang dengan keras di mana-mana. Nikah memang tidak termasuk pornografi. Tapi menikah dengan manusia di bawah umur, IMHO sama saja efeknya bahkan lebih buruk dari sekedar melihat gambar, karena si anak langsung merasakan dan menghayati. Sehingga memang perlu untuk menetapkan batas minimal seseorang untuk bisa legal menikah. Salam - Original Message - From: Aldo Desatura ™ To: BAOT Sent: Thursday, March 12, 2009 11:38 AM Subject: [wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" Bom Dahsyat Narkoba Mata Kerusakan otak akibat film biru dapat dibuktikan secara fisik dan radiologis. Suara adzan berkumandang. Hari itu Jumat, berarti saatnya salat Jumat. Abud, 14 tahun (bukan nama sesungguhnya), pun bergegas ke kamar. Tak lama, ia sudah rapi dengan baju koko dan celana panjang. Ia pamit kepada ibunya. Bersama sejumlah temannya, Abud berkumpul di pelataran belakang masjid. Namun, saat azan tidak lagi berkumandang, bukannya tempat air wudhu yang mereka sambangi, melainkan warung Internet yang tak jauh dari sana. Alih-alih salat Jumat, para remaja tanggung itu malah larut mengunduh film biru dari dunia maya. Berdasarkan observasi Yayasan Kita dan Buah Hati, kasus di atas sekarang mudah ditemukan di lingkungan anak-anak. Malahan, saking candunya terhadap pornografi, seorang siswa sekolah menengah pertama di Tangerang dirawat akibat konsentrasi belajarnya hilang. "Memang jika perilaku tak senonoh itu dilakukan terus, anak bisa menjadi adiktif," kata Ketua Pelaksana Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman M.Psi. dalam seminar bertajuk "Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak Akibat Kecanduan Pornografi dan Narkoba dari Tinjauan Kesehatan Inteligensia" di auditorium Departemen Kesehatan beberapa waktu lalu. Lazimnya, perilaku anak yang demikian bukanlah sebuah aksi tunggal. Di era digital kini, informasi (negatif) yang datang mengalir deras dan berulang dapat membentuk persepsi dan perilaku anak. Otak, sebagai organ pengolah informasi, menerima apa yang dilihat serta didengar. Kemudian memprosesnya sesuai dengan kapasitas dan kemampuan inteligensia. "Apalagi otak itu adaptif dan fleksibel," kata Kepala Pusat Inteligensia Departemen Kesehatan dr H. Jofizal Jannis, SpS(K) pada kesempatan yang sama. Lagi pula otak anak kecil berbeda dengan orang dewasa--yang sudah dijejali banyak informasi. "Otak anak itu relatif lebih kosong, sehingga rentan terkontaminasi." Menurut Kepala Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Diatri Nari Lestari, SpS, adiksi pornografi kepada anak adalah perilaku yang tidak normal. Hal itu dapat membuat bagian tengah depan otak menyusut dan mempengaruhi perilaku anak. Senada dengannya, ahli bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton Jr., mengatakan adiksi pada manusia, termasuk anak, bermuara ke perubahan sirkuit otak. "Sel otak yang memproduksi dopamin menjadi mengecil, sehingga sel itu mengerut dan tidak bisa berfungsi secara normal," kata Hilton dalam presentasi. Gangguan inilah, menurut dia, yang membuat neurotransmitter--pengirim pesan kimiawi pada otak--menjadi terganggu. Dalam versi Diatri, saat anak memperoleh ekstase dari pornografi, fungsi eksekutif di otak anak bakal terpengaruh. "Anak sulit konsentrasi dalam belajar karena reseptor dopaminnya telah diisi hal-hal berbau porno," ia menjelaskan. Pornografi mengacaukan proses retensi dalam jangka panjang pada memori anak. Retensi itu adalah kemampuan otak seseorang menahan informasi yang diserapnya. Belum lagi, menurut Diatri, bila kecanduan yang sudah berlangsung lama dan tiba-tiba dihentikan bisa membuat si anak bereaksi menyimpang. "Adiksi ini memiliki tahap toleransi. Misal, mulanya cuma menonton, lalu besoknya ingin mencoba lebih," dokter berkerudung ini mengungkapkan. Yang pasti, kerusakan otak akibat film biru ini dapat dibuktikan secara fisik dan radiologis, serta dalam bentuk gangguan perilaku si anak. "Sebenarnya, kerusakan otak karena "narkoba lewat mata" (visual crack cocaine) jauh lebih dahsyat ketimbang seluruh jenis narkoba," Elly menulis dalam esainya. Bila kondisi itu terus berlarut, bahkan dapat mendegradasi kemampuan inteligensia si anak. Yang ditakutkan adalah perilaku menyimpang itu bakal menerabas tatanan nilai di masyarakat. Esai berjudul "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" karya Elly sangat mewakili kondisi anak Indonesia kini. Lihat saja data mencengangkan hasil studi Konselor Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati terhadap 1.625 siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar se-Jabodetabek sepanjang 2008. Terungkap, 66 persen dari mereka pernah melihat pornografi lewat berbagai media. Rinciannya, 24 persen anak melihatnya lewat komik, 18 persen video game, 16 persen situs porno, 14 persen film, 10 persen DVD dan VCD, 8 pers
[wanita-muslimah] Hamas condemns Gaza rocket strikes on Israel
http://www.haaretz.com/hasen/spages/1070646.html Last update - 16:02 12/03/2009 Hamas condemns Gaza rocket strikes on Israel By The Associated Press Tags: Israel News, IDF, Hamas, Gaza Gaza's Hamas rulers issued rare criticism Thursday of Palestinian rocket attacks on Israel from the strip, saying now is the wrong time for such attacks. The Islamic militant group has fired thousands of rockets at southern Israel in recent years. But Hamas said Thursday that it was not behind recent attacks and that it was investigating who was responsible. It apparently fears that new rocket fire could disrupt the reconciliation talks currently underway in Cairo. A Hamas spokesman says Palestinian factions trying to hammer out a power-sharing agreement are struggling to reconcile their differences toward peace talks with Israel. Fawzi Barhoum says the disagreement is one of the key hurdles holding up the formation of a new unity government between the militant Hamas group and the more moderate Fatah faction. Meanwhile, Egypt, which is mediating between rival Palestinian factions in the talks that began this week in Cairo, and Palestinian President Mahmoud Abbas' Fatah have repeatedly said that any new Palestinian government should accept previous peace agreements with Israel and Arabs' peace overtures to Israel. That would include recognizing Israel's right to exist - which Hamas rejects. "We were not part of these agreements, and therefore, no one should expect us to endorse them," Barhoum told The Associated Press in Cairo. Egypt has set a Saturday deadline for the factions to produce an agreement and hopes to host a signing ceremony by the end of March. Several negotiators at the talks said Egypt's powerful intelligence chief Omar Suleiman will meet the delegates Thursday to try to reconcile their differences. They spoke on condition of anonymity because they were not authorized to talk to the media. They also said that Hamas and Fatah still disagree on other issues, such as setting a date for new presidential and legislative elections for all Palestinians. "Time is not a sword hanging over our necks. What is important is what we achieve," Barhoum said. The Palestinian divide was made worse after Hamas violent takeover of Gaza in 2007 that split Palestinian territory between the West Bank, controlled by the internationally backed Fatah, and the Gaza Strip, ruled by the widely shunned Hamas. Overcoming the distrust between them is key to moving ahead with reconstruction in Gaza after Israel's recent offensive there. Previous unity accords have collapsed in mistrust and infighting, but this time both sides appear to have a strong incentive to reach an accord. Hamas is under pressure to mend fences with Fatah to help end the devastating blockade of Gaza imposed by Egypt and Israel and obtain foreign funding to rebuild Gaza. Fatah and Abbas, whose popularity took a beating due to his perceived lack of decisiveness during the Gaza war, need to find a way to blunt the challenges from Hamas. The delegates in Cairo are working in five committees, deliberating specific issues - from forming a unity government, holding new elections, reforming the security services, carrying out confidence-building measures and finding a role for Hamas in the Palestine Liberation Organization. Other Palestinian factions are also present. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Sintong dan Prabowo Perlu Debat dalam Satu Forum
http://www.detiknews.com/read/2009/03/13/052537/1098704/10/sintong-dan-prabowo-perlu-debat-dalam-satu-forum Jumat, 13/03/2009 05:25 WIB Luruskan Isu Counter Coup Sintong dan Prabowo Perlu Debat dalam Satu Forum Laurencius Simanjuntak - detikNews Jakarta - Kisah yang diungkap Letjen (Purn) Sintong Panjaitan tentang isu counter coup d'etat oleh Prabowo Subianto telah mengusik capres Partai Gerindra tersebut. Untuk meluruskan hal yang dituturkan Sintong dalam bukunya 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' itu, kedua pihak harus bertemu dan berdebat dalam satu forum. "Mereka harus dipertemukan dalam satu forum, kalau perlu berdebat. Agar ini tidak menjadi bola liar sejarah," kata pengamat militer MT Arifin saat berbincang dengan detikcom, Kamis (12/3/2009). Arifin juga meminta agar semua pihak yang menurut Sintong mengetahui isu counter coup itu bisa dihadirkan. "Berikut juga para ahli sejarah perlu didatangkan untuk menyelidiki pendapat-pendapat yang berbeda itu," usulnya. Mengenai rencana Prabowo yang akan mengeluarkan buku untuk menjelaskan tuduhan Sintong, Arifin memandang hal itu perlu untuk jangka panjang. "Namun untuk jangka pendek harus dipertemukan dalam suatu forum," tegasnya. Apakah buku ini bernuansa politis mengingat pencapresan Prabowo? "Ya itu kan kebiasaan orang Jakarta. Penerbitan buku tidak hanya penerbitan. Tapi ada target-target tertentu," cetus Arifin tanpa menjelaskan lebih lanjut target yang dimaksud. Dalam bukunya 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando', Sintong menjelaskan isu kup 1983 sebagai awal keretakan hubungan Asisten Intelijen Hankam Letjen TNI LB Moerdani dan Wakil Komandan Den 81/Antiteror Kapten Prabowo Subianto. Saat itu Prabowo menengarai Moerdani akan melakukan kudeta dan Prabowo akan menggagalkannya. Cara counter coup d'etat itu adalah Prabowo berencana 'mengambil' sejumlah nama perwira tinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Menurut Sintong, di antara nama-nama perwira tinggi ABRI yang akan diambil Prabowo adalah Letjen TNI LB Moerdani, Letjen TNI Soedharmono, Marsda TNI Ginandjar Kartasasmita, dan Letjen TNI Moerdiono. (lrn/fiq) Baca juga : a.. Buku Sintong Panjaitan Prabowo: Kapten Bisa Bikin Kudeta? b.. Prabowo: Setiap Ada Buku Baru, Saya Dituduh Mau Kudeta c.. Buku Sintong Panjaitan Menhan: 90% Pengadaan Logistik Sudah Lebih Baik d.. Buku Sintong Panjaitan Ginandjar Lupa Kejadian Counter Coup Prabowo 1983 [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Operation Miracle unstoppable throughout the world
http://www.granma.cu/ingles/2009/march/juev12/milagro.html Havana. March 12, 2009 Operation Miracle unstoppable throughout the world Juan Diego Nusa Peñalver HAVANA, March 11. - More than 1.5 million people from 35 countries, including Cuba, have benefited from Operation Miracle, a free ophthalmologic rehabilitation program sponsored by the Cuban and Venezuelan governments. Of this figure, more than 1.331 million are foreign patients, of whom 266,743 underwent surgery in ophthalmological centers in Cuba, according to CubaCoopera, the Minister of Foreign Affairs website, reported. The remainder of these complex operations have been performed in 60 ophthalmological centers, with 91 surgery posts, donated by Cuba to Venezuela, Bolivia, Ecuador, Guatemala, Haiti, Honduras, Panama, Nicaragua, Paraguay, Uruguay, Mali, and Angola. Likewise, Peru, St. Lucia, St. Vincent and the Grenadines and Suriname are benefiting from centers of this type. According to estimates by the World Health Organization, more than 37 million people in the world are blind due to preventable causes, more than 1.5 million of whom are children under the age of 16. The prevalence of blindness varies in relation to countries' levels of economic development because, while the incidence rate of this disease in developed nations is only 0.25%, in states with poor economies and health services it rises to 1% of the population. In the so called Third World, the principal causes of blindness are cataract, glaucoma, diabetic retinopathy, infectious diseases - like trachoma and oncocercosis - and Vitamin A deficiency. Other ophthalmological conditions like pterygium, ptosis and strabismus also have a high incidence in infant and adult populations. The Cuban and Venezuelan presidents, Fidel Castro and Hugo Chavez, agreed to develop this program of cooperation on July 5, 2004. (AIN [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Exorcising Turkey's Islamic imps
http://www.atimes.com/atimes/Middle_East/KC13Ak02.html Mar 13, 2009 KEBABBLE Exorcising Turkey's Islamic imps By Fazile Zahir FETHIYE, Turkey - In an interesting display of Greco-Turkish friendship, visitors from the Greek mainland joined with locals in the coastal Aegean village of Yagcilar as they gathered to watch bulldozers and men with shovels move in on the former home of a Greek Orthodox priest. Under normal circumstances the demolition of a holy man's home and the excavation of his garden would have prompted political commentary, but in this case the events had been arranged collaboratively by the current Turkish landowners, the great grandchildren of the exiled priest, the Ministry for Culture and Antiquities, and the governor of the district of Urla. The aim of the excavators was to uncover 400 kilograms of gold and money buried in the garden in the mid-1920s for safekeeping. It had been entrusted to the priest by his religious community as they found themselves forced to evacuate Greece in the exchange of population that took place at the time. The tip on the whereabouts of the treasure came from a diary entry found by the priest's descendents, in which he indicates that he hid the money on the grounds of his house. After three days of searching, nothing but dirt was unearthed, leaving the treasure hunters with suspicions that the priest may have protected the treasure with a special spell. In desperation, Turks called in a well known local hoca, a local religious leader, to pray at the site. Eyyup Hoca directed the operation to new areas to in which to dig and, with the second excavation attempt coming out empty-handed, he announced that jinn (fairies or imps) had changed the hiding place of the money every 41 years since the date of its burial. This was accepted as a reasonable explanation, and the quest continues. The concept and existence of jinn is widely accepted in Islam. God is said to have created the jinn before humans from "hot wind" and "smokeless fire", and some jinn are Muslim. Like humans they were invested with intellect, discrimination, freedom and the power to choose between right and wrong. They live all over earth on a separate plane of existence from man and cannot easily be seen, though they are often thought to take the shape of snakes and black dogs. It is believed that some areas are particularly attractive to jinn - deserts, ruins and places of impurities such as dunghills, bathrooms and graveyards - but jinn can quite easily live alongside humans in their homes. Bad jinn are forever looking for ways to interfere with humans, and Muslims are supposed to take measures to prevent their meddling in human life. According to Islam, men are supposed to abstain from having sex with their wives when they are menstruating, as this can let in evil spirits, and a child conceived at this time will be sterile and considered a child of the jinn. Also as one begins to undress, the blessing Bismillah (in the name of God) should be uttered to stop the jinn from seeing your nakedness. The same blessing said upon entering a house or sitting down to dinner prohibits the jinn from staying overnight in the house or eating with the family. The proximity between human and jinn is an accepted part of an Islamic believer's life, and though the Koran provides no example of this, popular superstition is that the barrier between the realms can occasionally be broken, whereupon humans become possessed by jinn. In 2007 a 24-year-old mentally handicapped woman, Emrah Kaya, was undergoing treatment at the Ekrem Tok Mental Hospital in Adana, south-central Turkey, when a scandal over the abuse of its patients tainted the hospital's reputation. Her parents brought Emrah home and chose to call a jinn hoca from nearby Antakya, Abdullah Yesiltepe, for help. The hoca took Emrah to her room to start the exorcism that was to last for three days. The first day he said prayers over her, and the second day he made a blessing with water and olive oil. On the third day he cut her leg, burned the blood and then sat on her back to force out the jinn. When he heard the scream of a little girl, Emrah's father burst into the room and found the hoca squeezing the life out of his daughter, shouting that if he didn't kill her then Emrah would kill them all. Emrah died. As in many other cultures it seems that young women who have the most to fear both from jinn and from those who claim to combat them. In 2005, 17-year-old girl known only as "ET" consulted a man who claimed to have paranormal powers that enabled him to free her from what she believed was a jinn possession. He subsequently raped her, claiming it was part of her exorcism. Similarly, a 2007 incident involved the young female partner of an imam and the keeper of a sacred tomb she visited regularly in order to pray for guidance in her life. The tomb's attendant, a 61-year-old retired
[wanita-muslimah] Partai Kelas dari Rezim ke Rezim
http://www.ambonekspres.com/index.php?act=news&newsid=25771 Kamis, 12 Mar 2009, | 7 Partai Kelas dari Rezim ke Rezim M.J. Latuconsina*) Dari waktu ke waktu, pengelompokan basis ideologi partai politik di Indonesia, senantiasa mengalami perubahan seiring dengan dinamika pergantian rezim pemerintahan. Dimana, perubahan pengelompokan basis ideologi partai politik, terjadi akibat adanya regulasi kebijakan pembatasan dan kelonggaran dalam mendirikan partai politik oleh pemerintah, baik yang terjadi di era Orde Lama, Orde Baru dan era Orde Reformasi. Karena itu, pengelompokan basis ideologi partai politik di Indonesia sejak tahun 1945-1961 terdiri dari ; komunisme, sosialisme-demokrat, Islam, nasionalisme radikal dan tradisionalisme Jawa. Lima aliran politik yang nyata dalam masyarakat Indonesia pada masa itu, merupakan basis dan polarisasi ideologi, yang berasal dari dua sumber utama pemikiran politik di Indonesia, yakni; tradisi lokal dan pengaruh pikiran barat. Pengelompokan basis ideologi partai politik tersebut, diperkenalkan oleh Herbert Feith (1970) dan Lance Castles (1970) melalui karyanya "Indonesian Political Thinking". Kemudian, pengelompokan basis ideologi partai politik di Indonesia sejak tahun 1973-1998, terdiri dari; Golongan Nasionalis, Golongan Sprituil dan Golongan Karya. Pengelompokan basis ideologi partai politik tersebut, merupakan pengelompokan basis ideologi partai politik yang lahir dari gagasan Presiden Suharto (1970), dalam rangka penyederhanaan partai politik, yang dilakukan bagi upaya penciptaan stabilitas politik, guna memuluskan jalan bagi pelaksanaan pembangunan nasional saat itu. Selanjutnya, pengelompokan basis ideologi partai politik di Indonesia sejak tahun 1998-sekarang, terdiri dari dua pengelompokan besar yakni; aliran dan kelas. Pengelompokan basis ideologi partai politik tersebut, diperkenalkan oleh Daniel Dhakidae (1999). Menurutnya, partai politik yang mengambil jalur aliran membedakan dirinya berdasarkan pandangannya terhadap dunia dan persoalannya dan bagaimana cara memecahkannya, disini jalur agama dan kebudayaan menjadi pilihannya. Sedangkan partai politik yang mengambil jalur kelas membedakan dirinya dari yang lain, berdasarkan pandangannya terhadap modal, yang pada akhirnya membagi masyarakat atas kelas pemodal, dan kaum buruh dengan segala kompleksitasnya. Sumbu horisontal, memunculkan dua kutub berdasarkan kelas yaitu ; developmentalisme di satu pihak, yang terepresentasi oleh Partai Golkar, dan sosialisme radikal dipihak lain, yang terepresentasi oleh Partai Rakyat Demokratik (PRD). Di era reformasi, partai politik yang mengambil jalur kelas (radikal/terbuka), sebagai basis perjuangannya dalam pentas politik nasional, selalu tampil dalam tiga kali pemilu yang diselengarakan. Dimana pada Pemilu 1999 partai-partai politik tersebut, antara lain ; Partai Rakyat Demokratik (PRD), Partai Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia (PSPSI), Partai Solidaritas Pekerja (PSP), Partai Indonesia Baru (PIB) dan Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba). Pada Pemilu 2004 partai politik yang mengambil jalur kelas, yakni; Partai Buruh Sosial Demokrat (PBSD) dan Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB). Sedangkan pada Pemilu 2009 partai politik yang mengambil jalur kelas, yakni ; Partai Buruh (PB) dan Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB). Baik pada Pemilu 2004 dan Pemilu 2009, jumlah partai politik yang mengambil jalur kelas sebagai basis perjuangan politiknya, mengalami devisit dibandingkan dengan Pemilu 1999, yang relatif lebih banyak jumlahnya. Sementara itu, posisi pengelompokan basis ideologi dari Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPI), yang tampil sebagai kontestan Pemilu 2009, berada pada dua jalur, yakni; develomentalisme dan kelas. Pasalnya partai politik ini bukan saja menampilakan dirinya sebagai partai politik, yang memperjuangkan aspirasi politik bagi para pengusaha, tapi juga menampilakan dirinya sebagai partai politik, yang memperjuangkan aspirasi politik bagi para pekerja. Sehingga partai ini adalah mix dari pengelompokan basis ideologi develomentalisme dan kelas. Pada umumnya segementasi wilayah garapan pemilih dari partai-partai politik yang mengambil jalur kelas adalah para pekerja yang terdiri dari ; buruh, petani, pedagang dan nelayan. Baik itu yang mendiami wilayah perkotaan dan pedesaan. Sehingga isu-isu program kampanye yang sering dikampanyekan partai-partai politik ini dalam tiap-kali pemilu, adalah peningkatan upah buruh, penyediaan pupuk murah, pemberian kredit berbunga kecil. Inti dari isu-isu program kampanye tersebut, bermuara pada peningkatan taraf hidup rakyat kecil. Isu-isu program kampanye dari partai-partai politik ini, digunakan untuk menarik pemilih dari kelas bawah dalam pemilu. Dimana diharapkan akan memiliki pengaruh signifikan terhadap preferensi politik para pemi
[wanita-muslimah] Diskusi hangat: Benarkah Aisyah menikah dg Rasulullah saw di Usia Dini?
Tentang sejarah dan riwayat yang mengisahkan pernikahan Nabi saw dengan Aisyah di usia dini mengundang kontroversial dan tak dapat dijadikan dasar sebagai sunnah Nabi saw. Bahkan diskusi itu mengarah pada bahwa para sahabat Nabi saw banyak melakukan korupsi, dan para khalifah dan gubernur membunuh orang tua karena tak mau menyerahkan gadis2nya yg dibawah umur kepada mereka, bahkan membakar kampung mereka. Waduh, waduh, waduh luar biasa. Yang ingin bergabung dlm diskusi ini, silahkan klik disini: http://www.facebook.com/group.php?gid=5562009
[wanita-muslimah] "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia"
Bom Dahsyat Narkoba Mata Kerusakan otak akibat film biru dapat dibuktikan secara fisik dan radiologis. Suara adzan berkumandang. Hari itu Jumat, berarti saatnya salat Jumat. Abud, 14 tahun (bukan nama sesungguhnya), pun bergegas ke kamar. Tak lama, ia sudah rapi dengan baju koko dan celana panjang. Ia pamit kepada ibunya. Bersama sejumlah temannya, Abud berkumpul di pelataran belakang masjid. Namun, saat azan tidak lagi berkumandang, bukannya tempat air wudhu yang mereka sambangi, melainkan warung Internet yang tak jauh dari sana. Alih-alih salat Jumat, para remaja tanggung itu malah larut mengunduh film biru dari dunia maya. Berdasarkan observasi Yayasan Kita dan Buah Hati, kasus di atas sekarang mudah ditemukan di lingkungan anak-anak. Malahan, saking candunya terhadap pornografi, seorang siswa sekolah menengah pertama di Tangerang dirawat akibat konsentrasi belajarnya hilang. "Memang jika perilaku tak senonoh itu dilakukan terus, anak bisa menjadi adiktif," kata Ketua Pelaksana Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman M.Psi. dalam seminar bertajuk "Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak Akibat Kecanduan Pornografi dan Narkoba dari Tinjauan Kesehatan Inteligensia" di auditorium Departemen Kesehatan beberapa waktu lalu. Lazimnya, perilaku anak yang demikian bukanlah sebuah aksi tunggal. Di era digital kini, informasi (negatif) yang datang mengalir deras dan berulang dapat membentuk persepsi dan perilaku anak. Otak, sebagai organ pengolah informasi, menerima apa yang dilihat serta didengar. Kemudian memprosesnya sesuai dengan kapasitas dan kemampuan inteligensia. "Apalagi otak itu adaptif dan fleksibel," kata Kepala Pusat Inteligensia Departemen Kesehatan dr H. Jofizal Jannis, SpS(K) pada kesempatan yang sama. Lagi pula otak anak kecil berbeda dengan orang dewasa--yang sudah dijejali banyak informasi. "Otak anak itu relatif lebih kosong, sehingga rentan terkontaminasi." Menurut Kepala Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Diatri Nari Lestari, SpS, adiksi pornografi kepada anak adalah perilaku yang tidak normal. Hal itu dapat membuat bagian tengah depan otak menyusut dan mempengaruhi perilaku anak. Senada dengannya, ahli bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton Jr., mengatakan adiksi pada manusia, termasuk anak, bermuara ke perubahan sirkuit otak. "Sel otak yang memproduksi dopamin menjadi mengecil, sehingga sel itu mengerut dan tidak bisa berfungsi secara normal," kata Hilton dalam presentasi. Gangguan inilah, menurut dia, yang membuat neurotransmitter--pengirim pesan kimiawi pada otak--menjadi terganggu. Dalam versi Diatri, saat anak memperoleh ekstase dari pornografi, fungsi eksekutif di otak anak bakal terpengaruh. "Anak sulit konsentrasi dalam belajar karena reseptor dopaminnya telah diisi hal-hal berbau porno," ia menjelaskan. Pornografi mengacaukan proses retensi dalam jangka panjang pada memori anak. Retensi itu adalah kemampuan otak seseorang menahan informasi yang diserapnya. Belum lagi, menurut Diatri, bila kecanduan yang sudah berlangsung lama dan tiba-tiba dihentikan bisa membuat si anak bereaksi menyimpang. "Adiksi ini memiliki tahap toleransi. Misal, mulanya cuma menonton, lalu besoknya ingin mencoba lebih," dokter berkerudung ini mengungkapkan. Yang pasti, kerusakan otak akibat film biru ini dapat dibuktikan secara fisik dan radiologis, serta dalam bentuk gangguan perilaku si anak. "Sebenarnya, kerusakan otak karena "narkoba lewat mata" (visual crack cocaine) jauh lebih dahsyat ketimbang seluruh jenis narkoba," Elly menulis dalam esainya. Bila kondisi itu terus berlarut, bahkan dapat mendegradasi kemampuan inteligensia si anak. Yang ditakutkan adalah perilaku menyimpang itu bakal menerabas tatanan nilai di masyarakat. Esai berjudul "Tidak Perlu Bom untuk Menghancurkan Indonesia" karya Elly sangat mewakili kondisi anak Indonesia kini. Lihat saja data mencengangkan hasil studi Konselor Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati terhadap 1.625 siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar se-Jabodetabek sepanjang 2008. Terungkap, 66 persen dari mereka pernah melihat pornografi lewat berbagai media. Rinciannya, 24 persen anak melihatnya lewat komik, 18 persen video game, 16 persen situs porno, 14 persen film, 10 persen DVD dan VCD, 8 persen telepon genggam, serta 4-6 persen majalah dan koran. Adapun alasan mereka melihat pornografi, sebanyak 27 persen, sekadar iseng. Lantas 14 persennya terbawa teman dan takut dibilang kurang pergaulan (kuper). Ironisnya, banyak dari mereka yang mengakses tontonan dewasa itu di rumah sendiri, yaitu 36 persen. Lalu warung Internet mencapai 18 persen dan di rumah teman sekitar 12 persen. Artinya, jika dirasio, satu dari dua anak belia itu melihat adegan vulgar di kamarnya sendiri. Lebih yahud lagi hasil survei Komisi Nasional Perlindungan Anak terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar di Indonesia pada 2007. Terungkap, sebanyak 97 persen remaja pernah mengakses adegan syur. Lalu 93,7 persen pernah melakukan ciuman, petting, d
[wanita-muslimah] Rahasia Melanjutkan studi Dan mendapatkan beasiswa ke Jepang (harga istimewa untuk member milis
Assalamu'alaikum Wr Wb Saya mau menginformasikan untuk member milis ini, mungkin ada yang berminat untuk memiliki buku Rahasia Melanjutkan studi dan Mendapatkan Beasiswa ke Jepang Silahkan hubungi saya diberikan diskon istimewa untuk member milis milis yg saya ikuti http://jumiartiagus.multiply.com/journal/item/284/Rahasia_Melanjutkan_Studi_dan_Mendapatkan_Beasiswa_ke_Jepang_Buku_Baru?replies_read=46 Untuk melihat buku silahkan kunjungi wassalam Ijum [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Semua Menteri Bidang Politik Ajukan Cuti
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0903/12/pol01.html Semua Menteri Bidang Politik Ajukan Cuti Oleh Dina Sasti Damayanti Jakarta-Semua menteri Kabinet Indonesia Bersatu di bidang politik sudah mengajukan cuti kampanye, kecuali Mensesneg Hatta Rajasa dan Mendiknas Bambang Sudibyo, yang sama-sama kader Partai Amanat Nasional (PAN). "Sudah disampaikan ke KPU. Semua menteri politik sudah mengajukan cuti, kecuali saya dan Pak Bambang Sudibyo (Mendiknas-red)," ujar Hatta di Istana Negara, Jakarta, Rabu (11/3). Menurut Hatta, permohonan izin cuti kampanye telah ia layangkan sesuai dengan aturan, yaitu 12 hari sebelum masa kampanye, para menteri harus mengajukan cuti kepada Presiden dan selambat-lambatnya tujuh hari sebelum tanggal mengikuti kampanye sudah harus dilaporkan ke KPU. "Saya sudah melaporkan semuanya kepada KPU sejak Selasa (10/3) kemarin," katanya. Hingga kini tidak ada menteri di bidang ekonomi yang mengajukan cuti mengikuti kampanye pemilu legislatif. Kampanye pemilu legislatif ini akan dilaksanakan tanggal 16 Maret hingga 5 April 2009. Sementara itu pemilu legislatif sendiri digelar tanggal 9 April 2009. Menurut Hatta, tidak semua menteri yang mengajukan cuti mengambil seluruh jatah cuti kampanye seperti yang diatur dalam PP No 14/2009, yaitu diperbolehkan mengajukan cuti satu hari kerja setiap minggunya. Hatta menambahkan, semua permohonan cuti para menteri ini sudah dikabulkan Presiden Yudhoyono, namun dengan catatan, bila ada keperluan yang sangat mendesak maka Presiden bisa memanggil menteri tersebut. "Menteri ya, bukan Wapres. Kalau Wapres dan Presiden itu mengatur jadwalnya atas kesepakatan bersama, beda dengan menteri," jelas Hatta. Presiden Yudhoyono mengambil cuti kampanye selama tiga hari kerja dalam setiap minggu, yaitu setiap hari Jumat. Untuk hari Sabtu dan Minggu, imbuh Hatta, itu tidak dikategorikan sebagai cuti, karena merupakan hari libur. Provinsi mana saja yang akan didatangi Yudhoyono, Hatta mengaku tidak ingat. Masih Banyak Pekerjaan Mengenai alasan dirinya tidak mengambil cuti kampanye, Hatta mengatakan, karena pekerjaannya masih banyak sekali. Namun, kalau pada akhir pekan ia diminta berkampanye oleh PAN dan waktunya memang memungkinkan, ia bisa saja mengikuti kampanye. "Kalau saya nanti diminta (ikut kampanye) Sabtu-Minggu, dan saya melihat waktu saya cukup, saya akan lakukan itu, karena saya orang PAN. Cuma saya rasakan, bahwa pekerjaan ini cukup banyak, jadi saya tidak ambil cuti," jelasnya. Soal kemungkinan dalam satu hari kampanye itu separuh kabinet tidak berada di kantor, Hatta mengatakan, hal itu tidak akan terjadi. Apalagi dalam PP No 14 Tahun 2009 sudah diatur bahwa dalam keadaan mendesak, Presiden bisa memanggil para menterinya sehingga tidak bisa menomorduakan pekerjaan utama mereka sebagai pejabat negara. Secara terpisah, Menko Kesra Aburizal Bakrie yang juga fungsionaris DPP Partai Golkar ini menyatakan, dirinya belum mengajukan cuti kampanye pemilu legislatif karena dia lebih banyak melakukan kampanye pada hari Sabtu dan Minggu. "Belum (mengajukan cuti kampanye-red). Nanti kami ajukan, kapan ya. Kebanyakan (kampanye-red) Sabtu soalnya. Kalau Sabtu-Minggu cuti, kan nggak perlu cuti. Ada satu (kampanye-red) yang Rabu, tapi nanti saja," ungkap menteri yang akrab disapa Ical ini. Ical mengaku selama kampanye pemilu legislatif nanti, dia mendapatkan tugas untuk berkampanye di Lampung, Sumatera Utara, Banjarmasin, Sulawesi Barat, dan Papua [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Buruknya Komitmen Parpol terhadap Lingkungan
Refleksi : Kalau masalah lingkungan adalah bahagian integral dari kepentingan kehidupan rakyat maka tentu masalahnya telah dijadikan faktor prioritas oleh partai politik, tetapi kenyataannya, hutan-hutan digundulkan, sungai-sungai dicemarkan mereka berlagak seperti orang bisu tuli dan lagi buta. http://www.sinarharapan.co.id/berita/0903/12/sh03.html Buruknya Komitmen Parpol terhadap Lingkungan Oleh Sulung Prasetyo JAKARTA - Lima tahun lalu, tepatnya tahun 2004, 24 partai politik (parpol) bertarung pada pemilihan umum (pemilu) paling demokratis yang pernah ada di Indonesia. Dari 24 partai tersebut, hampir keseluruhannya memiliki visi baru mengenai lingkungan hidup. Tahun 2009 ini, pemilu kembali digelar. Sebanyak 43 parpol ikut bertarung di dalamnya. Apakah visi lingkungan hidup tetap ada? Sebuah pertanyaan menggelitik mengingat jumlah parpol peserta pemilu yang makin membeludak. Dalam dialog yang diadakan World Wildlife Fund (WWF) Indonesia dan Institut Pertanian Bogor (IPB), Rabu (11/3) kemarin, hanya 10 parpol yang bersedia hadir membicarakan hal ini. Tema besar pembicaraan sebenarnya bersifat umum, yaitu mengenai beberapa krisis yang kini diperkirakan melanda Indonesia, termasuk di dalamnya krisis pangan, energi, dan air. Rektor IPB Herry Suhardiyanto pada kesempatan tersebut menyatakan, ada korelasi antara krisis pangan, energi, dan air yang dihadapi saat ini dengan kondisi lingkungan, seperti desakan membuka lahan-lahan baru pertanian pada wilayah kehutanan. Sementara itu, ketergantungan pada pangan impor juga semakin menggejala. Pada kajian krisis energi, pengalihan dari energi minyak tanah ke gas di masyarakat pada kenyataannya tidak menyentuh kalangan miskin di pedesaan. Akhirnya, timbul pengalihan bahan bakar ke kayu bakar. Kondisi tersebut jelas akan mengganggu kestabilan sektor kehutanan. Sementara itu, pada masalah krisis air, kondisi hutan yang makin menciut karena kebakaran dan pembabatan besar-besaran jelas mengakibatkan berkurangnya pasokan air yang seharusnya dapat disimpan melalui akar-akar pohon. Guliran masalah tersebut jelas menimbulkan berbagai asumsi berbeda dari parpol-parpol yang hadir. Pendapat menarik muncul dari Syaiful Iman yang merupakan wakil dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Menurutnya, masalah lingkungan hidup tak selayaknya dinomorduakan seperti saat ini karena posisi tawar tinggi dapat diraih Indonesia di mata dunia internasional bila keadaan lingkungan hidup diperbaiki. "Indonesia memiliki wilayah ekosistem yang berpengaruh bagi dunia. The Heart of Borneo dan Coral Triangle menjadi contohnya. Seharusnya pemerintah pusat bisa membuat blue print menangani hal ini, sementara pemerintah daerah mengimplementasikannya," papar Syaiful. Sementara itu, dalam masalah energi, menurut Syaiful, perlu perbaikan pada Undang-Undang (UU) Migas yang hingga saat ini masih dianggap sebagai akar masalah. Paradigma mengenai hemat energi dan diversifikasi energi juga perlu dimasyarakatkan. Selain itu, diperlukan perhatian pada perkembangan energi hidrogen. Samuel Markoto dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) lebih mengungkapkan hal-hal yang logis dan moderat. Menurutnya, pemanfaatan hutan tidak selamanya berimplikasi pada kerusakan lingkungan dan kekurangan air. "Hutan bisa ditata kembali dan diambil manfaatnya. Perlu kajian iptek di dalamnya. Oleh karena itu, peran akademisi dan universitas diperlukan dalam hal ini," ujar Samuel. Dasar iptek tersebut harus menjadi pedoman sehingga beberapa isu mengenai lingkungan hidup bisa dipahami dan dicarikan jalan keluar secara logis, bukan menjadi alat pencitraan politik seperti yang banyak terjadi saat ini. Beberapa wakil partai lain, seperti Firman Tenry dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Tri Herwanto dari Partai Pemuda Indonesia (PPI), dan Ambarwati dari Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI), secara garis besar banyak membicarakan masalah mikrolingkungan. Contohnya, adopsi pohon di pinggir Taman Nasional, masalah perhatian pada banjir di Jakarta, dan iming-iming perhatian lebih besar pada porsi lingkungan hidup. Satu hal yang menarik adalah masih adanya paradigma mengenai kontradiksi antara kepentingan ekonomi dan lingkungan. Wakil dari partai Golongan Karya (Golkar), Rully Chairul Azwar, mengungkapkan, "Ekosistem terjaga tanpa rakyat yang sejahtera sama juga bohong." Kesejahteraan dan lingkungan hidup memang pada kenyataan saat ini berhubungan secara negatif. Banyak yang memandang kesejahteraan dapat dicapai dengan mengeksploitasi sumber daya sebanyak-banyaknya. Dalam Pasal 14 UU 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, terlihat jelas paradigma tersebut, di mana pihak pemerintah daerah dapat memperoleh hak makin besar bila pemanfaatan sumber daya juga besar. Pemanfaatan sumber daya, termasuk di dalamnya mencakup Penerimaan Kehutanan yang berasal dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) dan Provisi S
[wanita-muslimah] Uji Materi UU Pornografi Lolos di MK
http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=news&detail=true&id=5802 2009-03-12 Uji Materi UU Pornografi Lolos di MK [JAKARTA] Permohonan uji materi terhadap Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi yang diajukan 11 masyarakat Sulawesi Utara, akhirnya lolos dan segera masuk ke persidangan utama. Kepastian lolosnya uji materi UU Pornografi tersebut disampaikan Kuasa Hukum Pemohon, OC Kaligis, setelah perbaikan permohonan uji materi diterima majelis hakim konstitusi dalam sidang lanjutan di Mahkamah Konstitusi, Rabu (11/3). Sidang permohonan uji materi UU Pornografi ini dipimpin tiga hakim konstitusi, yakni Maria Farida Indrarti sebagai ketua, serta Mukthie Fadjar dan Akil Mochtar sebagai anggota. Menurut OC, sidang selanjutnya sudah akan masuk ke dalam agenda pemeriksaan saksi ahli dari pihak pemohon. "Kita akan ajukan dua orang saksi ahli dari masyarakat adat Minahasa," ujarnya seusai persidangan. Dalam draf perbaikan uji materi yang disampaikan pemohon, dijelaskan, UU Pornografi telah melanggar hak konstitusional masyarakat, khususnya Pasal 28C dan Pasal 32 Ayat (1) UUD 1945. Pasal UU Pornografi yang diuji oleh para pemohon, yakni Pasal 1 mengenai definisi pornografi, Pasal 4 Ayat (1) huruf d tentang ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan, dan Pasal 10 yang berbunyi, "Setiap orang dilarang mempertontonkan diri atau orang lain dalam pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan, eksploitasi seksual, persenggamaan, atau yang bermuatan pornografi lainnya". Sedangkan, sebagai alat uji dipakai Pasal 28C Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi, "Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia." Pasal 28C Ayat (2) juga menegaskan, "Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya." Alat uji selanjutnya adalah Pasal 32 Ayat (1) yang berbunyi, "Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya." Rusak Kebudayaan Pemohon menilai, dengan disahkan dan diberlakukannya UU Pornografi, kebudayaan yang ada di Sulawesi Utara seperti Tarian Tumetenden yang mengharuskan penari wanita mengenakan pakaian yang minim dan ketat, lalu Tarian Maengket, Karnaval Figura yang mewajibkan penari laki-laki mengenakan baju perempuan, dan begitu pula sebaliknya, menjadi rusak. Para Pemohon, lanjut OC Kaligis, juga khawatir dengan pemberlakuan UU Pornografi akan memberi legitimasi bagi aparat untuk menangkap siapapun berdasarkan interpretasi mereka. [E-7 [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] The return of Karl Marx
http://www.marxist.com/retorn-of-karl-marx-oct-2008.htm The return of Karl Marx By Fred Weston Thursday, 23 October 2008 Articles have appeared recently in newspapers and websites around the world highlighting the fact that sales of Marx's books over the past year have risen sharply in East Germany, particularly among young people. It is worth quoting just a few of these articles. The Goethe-Institut published an article "About To Be Re-discovered: Karl Marx" in which we read the following: "For some time now we have been hearing of robber capitalism, financial locusts and neo-Liberalism wherever the free-market system has been spoken of. Are Karl Marx and his theories about to undergo a renaissance?" "Beatrix Bouvier, director of the Museum and Study Centre of the Karl Marx House in Trier, prefers not to speak of a Karl Marx renaissance. All the same, she has observed in an interview with the German Press Agency that the interest in the German philosopher and economist has recently increased, particularly among young people." "The Karl Dietz Verlag is very pleased with the mounting demand for Marx's works. In May 2008 three times as many copies of Capital were sold as in May 2007. This clear rise in interest was foreshadowed in 2007 when twice as many copies were sold as in the previous year." On the STV website we found an article under the headline "Global crisis sends east Germans flocking to Marx" which states the following: "Two decades after the Berlin Wall fell, communism's founding father Karl Marx is back in vogue in eastern Germany thanks to the global financial crisis. "His 1867 critical analysis of capitalism, "Das Kapital," has risen from the publishing graveyard to become an improbable best-seller for academic publisher Karl-Dietz-Verlag. " 'Everyone thought there would never ever again be any demand for Das Kapital,' managing director Joern Schuetrumpf told Reuters after selling 1,500 copies so far this year, triple the number sold in all of 2007 and a 100-fold increase since 1990. " 'Even bankers and managers are now reading Das Kapital to try to understand what they've been doing to us. Marx is definitely 'in' right now,' Schuetrumpf said." The author goes on to explain that this return to Marx reflects a rejection of capitalism by many people in eastern Germany and quotes a recent poll that shows that 52 percent of eastern Germans consider the free market economy as "unsuitable" and 43 percent stated that they preferred socialism to capitalism. These figures are backed up by a few very revealing interviews. The article quotes Thomas Pivitt, a 46-year-old IT worker from east Berlin who says, "We read about the 'horrors of capitalism' in school. They really got that right. Karl Marx was spot on. I had a pretty good life before the Wall fell. No one worried about money because money didn't really matter. You had a job even if you didn't want one. The communist idea wasn't all that bad." Hermann Haibel, a 76-year old retired blacksmithis quoted as saying, "I thought communism was shit but capitalism is even worse. The free market is brutal. The capitalist wants to squeeze out more, more, more" Here in Britain the Daily Mail also took up the story in an article, "Credit crunch boosts sales of Karl Marx's Das Kapital in Germany" which also gives the figures: "The book has sold 1,500 copies so far this year, triple the number sold in all of 2007 and a 100-fold increase since 1990." Now some bourgeois cynics may point to the fact that 1500 is still a small figure, but according to these figures in 1990 they were only selling 15 a year. We can be sure that German TV channels and newspapers are not advertising Das Kapital. The biggest advert for Das Kapital is the world financial meltdown and the general conditions workers are having to suffer under capitalism. Life teaches, and today people are being forced to learn very quickly. With this comes a desire to really understand how this system works. What better authority to turn to than Karl Marx himself, who long ago explained the mechanism that lead to crises like the present one we are living through. One only needs to look at the state of Iceland at the moment to see how relevant Marx was. It is not just one bank or one company that has gone bankrupt. Here we have a whole country that has gone down the pan. Gauti Kristmannsson, an Icelandic journalist writing for the New York Times outlines the bleak picture facing his country in his article "The Ice Storm": "One by one, the mighty banks have been seized by the government, and Icelanders, aghast, have been told that each and every one of us owes millions of dollars to whom, we don't know. (.) "The first 500 bankers have lost their jobs in one go;
[wanita-muslimah] The return of Marx
http://socialistworker.org/2009/02/16/return-of-marx The return of Marx The ideas of Karl Marx--that class society creates great wealth for the few at the expense of the many--ring truer every day. Brian Jones examines Marx's revolutionary ideas in this first of three articles. February 16, 2009 IN THE last 150 years of U.S. history, you can't point to a generation whose most active, radical layers have not been drawn to the ideas of Karl Marx. Series: Marx is back Read Brian Jones' three-part series of articles on Karl Marx and his contribution to the socialist tradition. Part 1: The return of Marx Part 2: Marx becomes a Marxist Part 3: Marx's vision of socialism This was true of the abolitionist movement (Marxist immigrants even fought with the Northern Army in the Civil War), the early pioneers of our labor movement, the hundreds of thousands (if not millions) who passed through Socialist and Communist Parties in the first half of the 20th century, and of the many thousands who joined the Black Panther Party and other parties that declared themselves against capitalism and in favor of socialism in the late 1960s and early 1970s. Millions of people around the world have sought, from the Marxist tradition, a way to win a different kind of society free of poverty, oppression and war. That rather hopeful premise--that a different kind of world is actually possible--goes a long way toward explaining how it could be that the only book that can compete (in terms of paid sales) with the Bible is the Communist Manifesto. What you can do Brian Jones is among the speakers at a series of Marx is Back forums in New York City and New Jersey. Come to a meeting to discuss these ideas and the struggle to change the world. For full details on all the meetings, see the Marx is Back Speaking Tour Web page. New York University Wednesday, March 11, 7 p.m. E-mail jonah.bi...@gmail.com for information. CUNY Grad Center Thursday, March 12, 4:30 p.m. E-mail dsing...@hotmail.com for information. Baruch College Tuesday, March 17, 7 p.m. E-mail al.je...@gmail.com for information. City College of New York Thursday, March 19, 7 p.m. E-mail nyc...@gmail.com for information. The Diversity Center of Queens Wednesday, March 25, 7 p.m. E-mail lucyh1...@yahoo.com for information. It was that project--the fight for a better world--that motivated Marx. At his funeral, Marx's lifelong collaborator and closest friend, Frederick Engels, said of him: "Marx was before all else a revolutionist. His real mission in life was to contribute, in one way or another, to the overthrow of capitalist society and of the state institutions which it had brought into being...Fighting was his element. And he fought with a passion, a tenacity and a success such as few could rival." But when you try to go out and learn something about Marx, you will quickly discover that it is precisely this tenacious revolutionism that is discarded by mainstream treatments of him. "Marx had good ideas," they want you to believe, "but don't try to put them into practice." Or, as another twist on the same idea: "He was good at analyzing the problems of capitalism, but obviously wrong about the solution." Time magazine recently published a feature article, "Rethinking Marx" (interestingly, it was available only in Britain), with essentially the same thesis: Marx's utopian predictions about revolution and the triumph of socialism were dead wrong; indeed, many of the policies carried out in his name in the 20th century brought misery to millions in countries ranging from Russia to China, and including large chunks of Africa. Yet...if you leave aside the prophetic, prescriptive parts of Marx's writings, there's a trenchant diagnosis of the underlying problems of a market economy that is surprisingly relevant even today...He was moved by glaring inequalities between rich and poor that are more topical than ever today... Columnist: Brian Jones Brian Jones is a teacher, actor and activist in New York City. His commentary and writing have been featured on GritTV, SleptOn.com and the International Socialist Review. Jones has also lent his voice to several audiobooks, including Noam Chomsky's Hegemony or Survival, Howard Zinn and Anthony Arnove's Voices of a People's History of the United States and Zinn's one-man play Marx in Soho (forthcoming from Haymarket Books). In short, Marx painted a picture of the capitalism's excesses, but forget trying to replace it. Replacing capitalism, Time magazine warns, leads straight to Stalin's prison labor camps. Time wants us to "leave aside the prescriptive parts," which is like going to the doctor for a diagnosis, but not for a cure. - - - - - - - - - - - - - - - - MARX HAD a peculiar problem: People formed groups under his name--but Marx actually had fundamental disagreements with their ideas. "I, at least," Marx was fond of joking, "am not a Marxist...God save me fr
[wanita-muslimah] The Next Thinker, "THE RETURN OF KARL MARX,"
http://www.newyorker.com/archive/1997/10/20/1997_10_20_248_TNY_CARDS_000379653 John Cassidy, The Next Thinker, "THE RETURN OF KARL MARX," The New Yorker, October 20, 1997, p. 248 Read the full text of this article. (Registration required.) ABSTRACT: THE NEXT THINKER about Karl Marx's influence as an economist... Writer was talking with a college friend who now worked at a big Wall Street investment bank... To my surprise, he brought up Karl Marx. "The longer I spend on Wall Street, the more convinced I am that Marx was right," he said. I assumed he was joking. "There is a Nobel Prize waiting for the economist who resurrects Marx and puts it all together in a coherent model," he continued, quite seriously. "I am absolutely convinced that Marx's approach is the best way to look at capitalism." I didn't hide my astonishment. We had both studied economics during the early eighties at Oxford, where most of our teachers agreed with Keynes that Marx's economic theories were "complicated hocus-pocus" and Communism was "an insult to our intelligence." The prevailing attitude among bright students of our generation was that Marx's arguments were fit only for polytechnic lecturers and aspiring Labour Party politicians... More than fifty years ago, Edmund Wilson noted that much of Marx's prose "hypnotizes the reader with its paradoxes and eventually puts him to sleep." The passing decades have not made the going any easier. Marx was ludicrously prolix... The writer gradually began to understand what his friend meant. In many ways, Marx's legacy has been obscured by the failure of Communism, which wasn't his primary interest. In fact, he had little to say about how a socialist society should operate, and what he did write, about the withering away of the state and so on, wasn't very helpful--something Lenin and his comrades quickly discovered after seizing power... When Marx wasn't driving the reader to distraction, he wrote riveting passages about globalization, inequality, political corruption, monopolization, technical progress, the decline of high culture, and the enervating nature of modern existence--issues that economists are now confronting anew... Marx was born in 1818, and died in 1883... Marx wasn't a crude reductionist, but he did believe that the way in which society organized production ultimately shaped people's attitudes and beliefs. Capitalism, for example, made human beings subjugate themselves to base avarice... "Globalization" is the buzzword of the late twentieth century, on the lips of everybody from Jiang Zemin to Tony Blair, but Marx predicted most of its ramifications a hundred and fifty years ago... Globalization is set to become the biggest political issue of the next century... In one way, Marx's efforts were a failure. His mathematical model of the economy, which depended on the idea that labor is the source of all value, was riven with internal inconsistencies and is rarely studied these days One important lesson Marx taught is that capitalism tends toward monopoly--an observation that was far from obvious in his day--giving rise to a need for strong regulation Likewise endogenous-growth theory models are undoubtedly Marxist in spirit, since their main aim is to demonstrate how technical progress emerges from the competitive process, and not from Heaven, as in the neoclassical model. Describes Marx's "theory of immiseration" which says that profits would increase faster than wages, so that workers would become poorer relative to capitalists over time, and this is what happened during the last two decades. Inflation-adjusted wages are still below their 1973 levels, but profits have soared. ... A key question for the future, the answer to which will determine the fate of the soaring slock market and much else, is whether capital can hold on to its recent gains. Writer visits Highgate Cemetery, where he visited Marx's grave... Perhaps me most enduring element of Marx's work is his discussion of where power lies in a capitalist society. This is a subject that economists, with their fixation on consumer choice, have neglected for decades, but recently a few of them have returned to Marx's idea that the circumstances in which people are forced to make choices are often just as important as the choices... Marx, of course, delighted in declaring that politicians merely carry water for their corporate paymasters... The sight of a President granting shady businessmen access to the White House in return for campaign contributions would have shocked him not at all. Despite his errors, he was a man for whom our economic system held few surprises. His books will be worth reading as long as capitalism endures. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling
Satu hal yg sangat disayangkan utk yg masih muda. :p : ya banyak hal yang disayangkan ketika generasi muda lupa pada tanahnya ^_^ --- ko_jano : Salut kepada Mbak Putri, ternyata memang "tangguh" dan muslimah :) Terus belajar dan mendekatkan diri kepada Allah. :) Wassalam -o0o- --- On Thu, 12/3/09, izzuddin al qassam wrote: From: izzuddin al qassam Subject: Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Thursday, 12 March, 2009, 10:27 AM Kenapa home schoolingnya jadi perdebatan, karena mau menyelidiki, apakah itu jadi faktor cara berpikir kamu? :putri : sedikit banyak iya Kalau milis ini merupakan salah satu sumber pendidikan kamu, ya harusnya sih ngaruh ya :) Kecuali memang pola pikirnya sudah membatu. :putri : makanya jangan disesatin hehehehe...batu juga ngalah kok kalo ditetesin air intinya adalah pengetahuan. ..kita hidup kan g cuma dengan orang2 dirumah atau disekitar kita sedikit banyak kita juga harus tau bagaimana orang-orang berfikir di luar sana untuk apa untuk melihat dr banyak sisi Satu hal yg sangat disayangkan utk yg masih muda. :p : ya banyak hal yang disayangkan ketika generasi muda lupa pada tanahnya ^_^ :putri --- On Wed, 3/11/09, Herni Sri Nurbayanti wrote: From: Herni Sri Nurbayanti Subject: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Re: Alasan Homeschooling To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Date: Wednesday, March 11, 2009, 7:52 PM Ya bagus deh kalo gitu, put. Kita liat aja, 10 thn ke depan kamu jadi apa.. dan pemikiranmu spt apa, dibanding sekarang :) Intinya perdebatan kemarin2 kan gitu. Result oriented :P Mau cara belajarnya gimana, yg penting hasilnya. Wong sebenarnya yg jadi fokus debat/kritik itu cara berpikir kamu. Bukan home schoolingnya. Kenapa home schoolingnya jadi perdebatan, karena mau menyelidiki, apakah itu jadi faktor cara berpikir kamu? Kalau milis ini merupakan salah satu sumber pendidikan kamu, ya harusnya sih ngaruh ya :) Kecuali memang pola pikirnya sudah membatu. Satu hal yg sangat disayangkan utk yg masih muda. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, izzuddin al qassam wrote: ini kan pendidikan alternative seperti kata eyang, banyak alasan untuk homeschooling, tergantung orang tuanya gimana dan terus terang put g suka ada orang tua yang mendoktrin anaknya untuk masuk kesekolah tertentu apakah krn sekolah itu sekolah elit atau sekolah itu sekolah unggulan lalu anaknya dimasukkan kesitu kalo anaknya g lulus disekolah yang disebutkan dibilang anaknya goblok i hate that emang homeschooling cuma belajar dirumah om ambon? g boleh belajar dirumah tetangga yang lg bikin kue gitu? put juga ikutan TPA di mesjid, kalo siang sekitar jam 3 an ikut ngaji Iqra' trus sorenya pulang jalan kaki sama temen2 sambil nyari batang padi untuk dijadiin serunai ^_^ jd homeschooling g harus jd anak manis, yang cuma duduk didepan komputer trus dirumah seharian jd anak homeschooling g harus sendiri merenung dan baca2 buku aja di rumah homeschooling g mesti belajar dirumah kan??? :putri [Non-text portions of this message have been removed] New Email addresses available on Yahoo! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Building a Better Capitalism
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2009/03/11/AR2009031103218.html?wpisrc=newsletter Building a Better Capitalism By Harold Meyerson Thursday, March 12, 2009; Page A19 So what kind of capitalism shall we craft? Now that the market fundamentalism to which we've adhered for the past 30 years has -- by its own criterion of increasing shareholder value -- totally failed? Now that Alan Greenspan has proclaimed himself "shocked" that "the self-interest of lending institutions to protect shareholders' equity" proved to be an illusion? Larry Summers, President Obama's senior economic adviser, cautioned in an interview in Monday's Financial Times against heeding "those who, just as in the 1930s, tried to learn the lesson that market capitalism didn't work and needed to be replaced with an entirely different model." But no one is suggesting an entirely new system. What we need -- and what we can build -- is a capitalism more attuned to our national concerns. The Reagan-Thatcher model, which favored finance over domestic manufacturing, has collapsed. The decline of American manufacturing has saddled us not only with a seemingly permanent negative balance of trade but with a business community less and less concerned with America's productive capacities. When manufacturing companies dominated what was still a national economy in the 1950s and '60s, they favored and profited from improvements in America's infrastructure and education. The interstate highway system and the G.I. Bill were good for General Motors and for the U.S.A. From 1875 to 1975, the level of schooling for the average American increased by seven years, creating a more educated workforce than any of our competitors' had. Since 1975, however, it hasn't increased at all. The mutually reinforcing rise of financialization and globalization broke the bond between American capitalism and America's interests. Manufacturing has become too global to permit the United States to revert to the level of manufacturing it had in the good old days of Keynes and Ike, but it would be a positive development if we had a capitalism that once again focused on making things rather than deals. In Germany, manufacturing still dominates finance, which is why Germany has been the world's leader in exports. German capitalism didn't succumb to the financialization that swept the United States and Britain in the 1980s, in part because its companies raise their capital, as ours used to, from retained earnings and banks rather than the markets. Company managers set long-term policies while market pressures for short-term profits are held in check. The focus on long-term performance over short-term gain is reinforced by Germany's stakeholder, rather than shareholder, model of capitalism: Worker representatives sit on boards of directors, unionization remains high, income distribution is more equitable, social benefits are generous. Nonetheless, German companies are among the world's most competitive in their financial viability and the quality of their products. Yes, Germany's export-fueled economy is imperiled by the global collapse in consumption, but its form of capitalism has proved more sustainable than Wall Street's. So does Germany offer a model for the United States? Yes -- up to a point. Certainly, U.S. ratios of production to consumption and wealth creation to debt creation have gotten dangerously out of whack. Certainly, the one driver and beneficiary of this epochal change -- our financial sector -- has to be scaled back and regulated (if not taken out and shot). Similarly, to create a business culture attuned more to investment than speculation, and with a preferential option for the United States, corporations should be made legally answerable not just to shareholders but also to stakeholders -- their employees and community. That would require, among other things, changing the laws governing the composition of corporate boards. In addition to bolstering industry, we should take a cue from Scandinavia's social capitalism, which is less manufacturing-centered than the German model. The Scandinavians have upgraded the skills and wages of their workers in the retail and service sectors -- the sectors that employ the majority of our own workforce. In consequence, fully employed impoverished workers, of which there are millions in the United States, do not exist in Scandinavia. Making such changes here would require laws easing unionization (such as the Employee Free Choice Act, which was introduced this week in Congress) and policies that professionalize jobs in child care, elder care and private security. To be sure, this form of capitalism requires a larger public sector than we have had in recent years. But investing in more highly trained and paid teachers, nurses and child-care workers is more likely to produce sustained prosperity than investing in the asset bubbles to which Wall
[wanita-muslimah] Bu Mus Laskar Pelangi Raih Muhammadiyah Award
http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=63929 Bu Mus Laskar Pelangi Raih Muhammadiyah Award Kamis, 12 Maret 2009 , 17:48:00 YOGYAKARTA, (PRLM).- Ny.Muslimah, tokoh sentral yang disapa Bu Mus dalam novel dan film Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, meraih Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Award. Bagi perempuan asal Belitung yang dikenal sebagai guru SD Muhammadiyah Gantung, Belitung Timur, bersama ayahnya KA Abdul Kadir Hamid (Harfan) merupakan kesekian kalinya sebagai penghormatan atas dedikasinya di bidang pendidikan. Dia sebelumnya mendapat Aisyiah Award, Satya Lencana, serta mendapat program khusus pemberdayaan pendidikan dan ekonomi dari Medco Foundation. Dalam novel Laskar Pelangi, penulis menggambarkan Bu Mus sebagai guru dari 10 siswa pada sekolah reot. Tampilannya sederhana, penyabar dan penuh dedikasi bagi murid-muridnya dan dunia pendidikan. Andrea Hirata sebagai penulis novel merupakan satu dari 10 murid dia. Ketua PP Muhammadiyah Dr.Haedar Nashir menyatakan, Bu Mus sangat pantas meraih penghargaan di bidang pendidikan. "Bu Mus mencerminkan pelajaran atas ketulusan, kesahajaan, mendidik dengan hati. Sekarang, tidak begitu banyak orang menjadi dosen, guru dengan ikhlas, tulus, bersahaja karena berhadapan dengan suasana serba kecukupan," kata dia dalam sambutan usai penyerahan penghargaan. Dari cara pengajaran Bu Mus, menurut Haedar, ada pelajaran penting bahwa mendidik anak bukan semata menjadikannya cerdas secara akal. Mendidik harus menjadikan anak cerdas secara rokhani dan memiliki kepribadian. Pola pendidikan ini diterapkan Bu Mus saat mendidik Harun, seorang siswa defabel/cacat. Walaupun otaknya tidak mampu mencerna pelajaran, Bus Mus menganggap Harun bukan anak cacat tetapi memiliki kelebihan lain dalam bentuk karakter atau kepribadian. "Orangtua sekarang kebanyakan hanya menginginkan anak-anaknya cerdas otak, rangking 1, kurang memikirkan kecerdasan spiritual. Maka jangan disalahkan anak bila hasil pendidikan kita justru menghasilkan anak berpenampilan layaknya robot," kata Haedar. Rektor UMY Dasron Hamid menyatakan, Bu Mus merupakan sosok guru tanpa tanpa jasa yang sesungguhnya. "Dia patut diteladani, dalam situasi apapun selalu mengabdi, mendidik anak-anak," ujar dia. Bu Mus menyatakan dirinya tidak pantas menerima berbagai macam penghargaan. "Macam-macam penghargaan lebih pantas diterima orang-orang yang mendahului saya dan banyak orang lain di sekolah yang berjasa. Penghargaan ini untuk mereka semua melalui saya," ujar dia merendah. Bu Mus mengaku mengajar di Muhammadiyah sejak 1 Januari 1973-1 Juli 1986. Sejak 1986 diangkat pegawai negeri sipil (PNS), Dinas Pendidikan setempat 'melarang' tetap mengabdi di Muhammadiyah karena statusnya sebagai PNS. "Saat itu, saya jadi menangis terus, bagaimana saya harus meninggalkan perguruan yang saya bina. Teman-teman membesarkan hati saya, mereka mendorong saya untuk mengikuti ketentuan penempatan di SDN 1 Lintang, Kec. Gantung dengan alasan banyak anak-anak seperti di SD Muhammadiyah yang membutuhkan bimbingannya. Dengan berat hati saya mengajar di sana," kata dia dengan nada tersendat. (A-84/das) [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Berangkat dari Keraguan - Big Bang , Al Qur'an
Mas Iman : Begitulah, akhirnya Descartes berjalan di tengah hamparan bumi yang luas dan telah menemukan sebuah kepastian tentang pengetahuan, sambil berjalan dia bergumam, “ Saya sekarang sedang ragu, dan karena saya yang sedang merasakan keraguan ini adalah ada, maka saya adalah ada”, Dia terus berjalan sambil mengulang-ulang kata tersebut dan kemudian meyakini bahwa kepastian akan pengetahuan itu adalah ada. Setidak-tidaknya dia tahu pasti tentang keraguan yang dia miliki. - ko_jano : Kalau boleh menambahkan, membaca Teori Big Bang mungkin sangat bagus untuk menambah wawasan kita, kemudian jangan lupa membaca Al Qur'an. http://id.wikipedia.org/wiki/Big_Bang Alam Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam Semesta akan mengembang terus,namun dengan kelajuan yang semakin kecil,dan semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata Alam Semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa milyar tahun lagi. --Al Qur'anDan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (QS. Adz Dzaariyaat, 51:47) -- Dengan membaca fakta ilmiah diatas serta dengan beriman kepada Al Qur'an, maka tidak ada alasan untuk ragu, kita harus beriman kepada Allah. Wassalam. -o0o- --- On Thu, 12/3/09, Iman K. wrote: From: Iman K. Subject: [wanita-muslimah] Berangkat dari Keraguan To: apresiasi-sas...@yahoogroups.com, bac...@yahoogroups.com, buku-is...@yahoogroups.com, citaci...@yahoogroups.com, daarut-tauh...@yahoogroups.com, "dastanbooks" , filsa...@yahoogroups.com, "Icas" , indo-marx...@yahoogroups.com, indonesia_da...@yahoogroups.com, interdisip...@yahoogroups.com, islam_libe...@yahoogroups.com, islam-kris...@yahoogroups.com, islamnet...@yahoogroups.com, jurnali...@yahoogroups.com, keluarga-saki...@yahoogroups.com, keluarg...@yahoogroups.com, klub-sas...@yahoogroups.com, kmnu2...@yahoogroups.com, mencintai-is...@yahoogroups.com, musyawarah-bur...@yahoogroups.com, myqu...@yahoogroups.com, padhang-mbu...@yahoogroups.com, paramad...@yahoogroups.com, pasarb...@yahoogroups.com, pengajian-kan...@yahoogroups.com, penulisle...@yahoogroups.com, prole...@yahoogroups.com, resensib...@yahoogroups.com, sufi-is...@yahoogroups.com, sukasuk...@yahoogroups.com, wanita-muslimah@yahoogroups.com, yisc_al-az...@yahoogroups.com, yisc-akti...@yahoogroups.com, zama...@yahoogroups.com Date: Thursday, 12 March, 2009, 1:44 PM Salam... Kita telah mengetahui bahwa pada masa setelah Socrates, telah muncul seorang tokoh skeptisme yang bernama Pyrho. Berikutnya pada abad pertengahan sampai abad modern ini telah banyak pula bermuculan tokoh-tokoh skeptis lainnya.. Tokoh yang muncul belakangan tersebut ada yang tetap teguh berpendirian skeptis/ragu seperti pyrho dari awal hingga akhir tetapi ada juga yang bermula dari skeptis lalu kemudian menemukan kebenaran dan berubah menjadi seseorang yang mempercayai kepastian akan kebenaran. Untuk meringkas tulisan, kita tidak akan mengulang pandangan tokoh-tokoh yang sejak awal sampai akhirnya tetap pada keragu-raguan. Tetapi kali ini kita akan melihat bagaimana mereka yang tadinya berangkat dari keragu-raguan kemudian akhirnya bersimpuh didalam kebenaran dan menemukan kebenaran itu sebagai suatu kepastian. Diceritakan bahwa ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang filsuf besar, Descartes tiba kepada suatu permasalahan epistemologi yang sangat penting yaitu, apakah sesuatu yang telah didapat selama ini adalah merupakan suatu hal yang sudah pasti ataukah semuanya tidak mempunyai suatu kepastian. Ia mencoba untuk memeriksa keyakinan terhadap agama yang dia anut selama ini. Ia mulai meneliti keyakinan agamanya dengan modal pengetahuan yang dia miliki, meneliti dengan filsafat dan berbagai ilmu lainnya, mungkinkah apa-apa yang telah dia ketahui selama ini adalah betul-betul sudah dia ketahui atau semua itu sebenarnya masih dalam tahap pengembangan yang tidak ada akhir dan kepastiannya? Descartes kemudian mengatakan, “ Dengan dasar apa saya mengatakan bahwa alam ini ada, manusia ada, masyarakat ada dan Tuhan juga ada. Dengan dalil seperti apa saya akan mengatakan bahwa kota ini ada, alam semesta ini adalah demikian, agama yang dibawa oleh Yesus adalah begini dan begitu?” Sebagaimana Pyrho, Descartes juga kemudian menelusuri apa yang bisa diperbuat oleh panca indra dan rasio. Descartes melihat bahwa apa saja yang bisa didapat, dilihat dan didengarnya dengan mengunakan panca indra dan rasio semuanya masih sangat lemah dan masih bisa diperdebatkan lagi. Menurut Descartes, panca indra adalah alat yang terlemah yang dimiliki oleh manusia, dan karenanya dia mencoba bersandar kepada kemampuan rasio. Namun demikian sebagaimana Pyrho, Descartespun menemukan bahwa tidak sedikit kesalahan yang telah pernah diperbuatnya selama didalam penelitian dengan menggunakan rasio. Melihat kenyataan ini, Descartes s
[wanita-muslimah] Buta Aksara Tingg, Dana Pendidikan 20% untuk Apa?
Refleksi : Sekalipun dana pendidikan 30% atau 40% dari APBN, tetapi kalau politik pendidikan tak karuan arahnya, maka angka buta aksara akan membengkak sesuai trend pertumbuhan demografi. Selain itu kalau penguasa negara terdiri dari oknom-oknom tukang catut maka yang dibutuhkan bukan rakyat cerdas, tetapi yang mudah digembalakan yaitu yang buta huruf dan buta pengetahuan umum agar apa yang dimanipulasikan bisa berhasil guna menggemukan kantong para kantong tukang catut tsb. http://www.balipost.co.id:80/mediadetail.php?module=detailrubrik&kid=5&id=1627 Kamis, 12 Maret 2009 Buta Aksara Tingg, Dana Pendidikan 20% untuk Apa? DARI WARUNG GLOBAL SULIT dipercaya bahwa di Bali banyak yang buta aksara, padahal sudah dianggarkan 20 persen dari anggaran pemerintah untuk pendidikan. Apalagi Bali memiliki kabupaten yang PAD-nya sangat besar karena sebagai daerah pariwisata. Sehingga perlu dipertanyakan apakah data tersebut benar. Kalau benar wajarlah kalau Gubernur Mangku Pastika kecewa dan mempertanyakan apa saja yang telah dilakukan untuk pendidikan di Bali. Karenanya harus ada Perda yang berani, klian banjar harus ke pelosok-pelosok untuk mengetahui siapa yang tidak sekolah. Jangan sampai kita mendengung-dengungkan alokasi anggaran pendidikan 20%, tapi untuk apa? Demikian disampaikan warga masyarakat yang bergabung dalam Warung Global Radio Global FM Bali, Rabu (11/3) kemarin. Berikut rangkuman selengkapnya. Pande di Pandak Gede mengatakan jumlah buta aksara 8 persen memang cukup mengecewakan karena di atas rata-rata nasional. Padahal Bali sangat populer dengan budaya yang adiluhung. Budaya secara konotatif identik dengan bahasa dan ekspresi serta sikap laku masyarakat Bali, bahwa secara kualitatif memiliki intelektualitas, emosional, spritualitas cukup bagus. Namun, ketika disandingkan dengan konteks buta aksaranya begitu tinggi 8 % maka semuanya menjadi bohong. Pada konteks ini database menjadi kambing hitam yang akan bersuara, bahwa si pembuatnya yang penuh dengan segala kepentingan. Yang paling bertanggung jawab dalam urusan Bali adalah pemimpinnya karena di sana ada pusat kekuasaan dan pemerintahan yang justru harus menguasai dan memahami data secara baik sekalipun secara teknis dibuat oleh departemen bawahannya. Menurut Gede Biasa di Denpasar Bali yang ternyata di atas rata-rata nasional angka buta hurufnya tidak terlepas dari laporan ABS/asal bapak senang. Setelah ada pemimpin yang baru, barulah ketahuan karena selama ini tidak terendus. Kalau pemimpin tidak pernah turun ke lapangan tidak memiliki gambaran yang jelas bagaimana keadaan masyarakat yang sebenarnya. Inilah yang tidak nyambung. Program-program yang dicanangkankan selama ini ternyata tidak nyambung dengan fakta, hanya di atas kertas. Suardana di Negara berpendapat bahwa ini mencengangkan juga. Dia mengharapkan agar data ini diperjelas per kabupaten sehingga Gubernur Bali bisa menekan sedikit. Kadang-kadang kita di Bali lucu, APBD meningkat padahal petani miskin sementara pejabat kaya. Karenanya harus ada Perda yang berani seperti di Jembrana kelian banjar harus ke pelosok-pelosok untuk mengetahui siapa yang tidak sekolah. Jangan sampai kita mendengung-dengungkan alokasi anggaran pendidikan 20%, tapi untuk apa? Dewa Putu Tirta di Tabanan mengatakan bahwa yang buta aksara mereka yang berusia di atas 40 tahunan saja, sedangkan yang sekarang banyak adalah yang putus sekolah. Hal ini terjadi karena banyak faktor, semisal jarak sekolah yang jauh. Menurut Edy di Denpasar aksara wajar-wajar saja masih ada. Pejabat juga buta pada hati rakyat. Buta aksara ada dua yakni yang tua dan muda, yang muda kemungkinan karena keluarga tidak mampu. Ini bisa kita lihat dari keberadaan para gepeng. Berikutnya yang tua-tua ngekoh belajar lagi karena sudah tua. Kalau Pak Gubernur kecewa tandanya bagus karena pasti Bapak Gubernur mencari solusi ke depan. Apalagi dana pemerintah untuk pendidikan besar, ini harus ditelusuri. Made Bukit di Jimbaran memaparkan setiap pejabat mempunyai sensasi. Kita ingat di tahun 60-an ada program PBH (pemberantasan buta huruf), kemudian setelah itu ada sekolah-sekolah. Sutama di Denpasar memperkirakan bahwa data tersebut tidak benar karena sudah ada PBH, juga program kejar paket C sebagai bukti di desa-desa paling tidak sudah banyak yang bisa bahasa Indonesia. Bali sampai di mana? Karena sekarang Bali majemuk. Karenanya yang memberi data agar berhati-hati. Dewa Winaya di Tabanan menilai bahwa data tersebut mendekati kebenaran. Yang didata bukan orang Bali tapi penduduk Bali termasuk juga pendatang. Karena padatnya pendatang sehinggapemberantasan buta aksara sulit. Juga banyak orangtua murid berada di bawah garis kemiskinan sehingga ada yang putus sekolah. Santa di Sayan Ubun mengatakan inilah kebiasaan elite-elite kita dari atas sampai bawah selalu berpura-pura. Anton di Klun
[wanita-muslimah] 'Rumah Sakit Indonesia' Senilai Rp 13 Miliar di Jalur Gaza
Refleksi: Apakah hanya disumbangkan bangunan atau juga termasuk pembiayaan selanjutnya? http://www.detiknews.com:80/read/2009/03/10/083138/1096833/10/rumah-sakit-indonesia-senilai-rp-13-miliar-di-jalur-gaza Selasa, 10/03/2009 08:31 WIB 'Rumah Sakit Indonesia' Senilai Rp 13 Miliar di Jalur Gaza Hery Winarno - detikNews Jakarta - Indonesia sangat serius dalam membantu korban perang di Jalur Gaza. Dari dana sumbangan masyarakat dan bantuan Dekpes, Medical Rescue Commitee (Mer-C) akan membangun 'Rumah Sakit Indonesia' di jalur Gaza. "Mer-C berencana mendirikan RS di jalur Gaza. Rumah sakit ini akan diberi nama Rumah Sakit Indonesia," kata anggota presidium Mer-C, dr Joserizal Jurnalis, kepada detikcom, Senin (9/3/2009). Jose menambahkan, RS Indonesia sengaja didirikan di daerah yang memang jarang terdapat rumah sakit. Dengan demikian, pertolongan terhadap korban perang semakin cepat. "Rencananya Rumah Sakit tersebut akan didirikan di daerah antara Baitlehan dan Jabaliyah, dimana di tempat tersebut baru ada satu Rumah Sakit," kata Jose. Meskipun demikian, pihak Imer-C mengalami banyak gangguan dalam hal ini karena Israel menutup jalur akses ke Palestina, termasuk boikot material bangunan yang akan dipergunakan untuk membangun RS Indonesia. "Pembangunan RS Indonesia mengalami hambatan karena kita kesulitan mendatangkan material. Material seperti besi dan semen sudah di stop oleh Israel sejak tahun 2007 karena takut digunakan untuk membangun basis pertahanan oleh Palestina," kata Jose. "Rumah Sakit Indonesia adalah RS Traumatologi. Nantinya akan menangani pasien trauma perang dan amputasi korban perang," tuturnya. "Dana pembangunan berasal dari sumbangan masyarakat sebesar Rp 13 miliar dan bantuan Departemen Kesehatan sebesar Rp 10 miliar," pungkasnya. (van [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Berangkat dari Keraguan
Dari keraguan mengarah ke mana? Kelihatannya "kecerdasan spiritual untuk mencari kebenaran sejati" adalah tujuannya. Selanjutnya, setelah sepakat dengan instrumennya, ajaran apa yang ditawarkan untuk pemenuhannya? Kita tunggu lebih lanjut.
[wanita-muslimah] Ibunya Rizki menangis
Ibunya Rizki menangis By: agussyafii Malam itu anak-anak Pengajian Amalia sedang bersemangat menghapalkan surat-surat pendek penuh semangat. Tak lama kemudian Ibunya Rizki datang. Kami berbincang bersama. Anak-anak tetap belajar mengaji diajar oleh Lusi. Istri saya menyapa, ”Apa kabar Ibunya Rizki?” ”Alhamdulillah baik kak.”jawabnya. ”Rizki sekarang sudah hapal surat2 pendek.” kata Ibunya Rizki. ”Saya aja dulu waktu sebesar Rizki belum hapal loh kak surat2 pendek itu.” Rasa haru bercampur bangga menyelimuti Ibunya Rizki. ”Bahkan sekarang Rizki semangat untuk belajar.” Terlihat Air mata itu mengalir. Air Mata seorang ibu yang mensyukuri nikmat Alloh SWT diberi anugerah oleh Alloh anak yang sholeh seperti Rizki. Cerita ini adalah gambaran Program Pendidikan Amalia adalah Program beasiswa bagi anak-anak tidak mampu dan anak-anak yatim di Amalia yang duduk dibangku sekolah SD & SMP, Selain membiayai kegiatan sekolah anak-anak juga melakukan pembinaan melalui Pendidikan Al-Quran. Program pendidikan sudah berjalan setiap harinya dari hari senin hingga Ahad. Program ini dengan pola terpadu disekolah, pengajian dan orang tua yang bertujuan untuk membentuk karakter anak-anak menjadi Insan Mulia. kepribadian anak merupakan interaksi dari kualitas nafs, qalb,’aql dan bashirahnya; interaksi antara jiwa, hati, akal, dan hati nuraninya. Kepribadian seseorang disamping bermodal kapasitas fitrah bawaan sejak lahir dari warisan genetika orang tuanya, juga terbentuk melalui proses panjang riwayat hidupnya, proses internalisasi nilai pengetahuan dan pengalaman dalam dirinya. Dalam perspektif ini, agama yang diterima dari pengetahuan maupun yang dihayati dari pengalaman rohaniah masuk kedalam struktur kepribadian seseorang. Orang yang menguasi ilmu agama atau ilmu akhlak (sebagai ilmu) tidak otomatis memiliki kepribadian yang tinggi, karena kepribadian bukan hanya aspek pengetahuan. Obsesi membentuk Insan (sebagai inividu) yang berkepribadian atau yang berkarakter bisa dimiliki oleh orang tua atas anaknya, guru atas anak didiknya, atau oleh seseorang yang memiliki perhatian khusus kepada orang-orang / anak-anak tertentu. Membangun kepribadian bukanlah pekerjaan yang mudah. Anak-anak membutuhkan situasi psikologis dan sugesti yang kondusif bagi internalisasi nilai. Infrastruktur yang disediakan bagi Program Pendidikan Amalia untuk membentuk insan yang berkepribadian yaitu: 1. penanaman nilai 2. Lingkungan yang Kondusif 3. Membangun Tokoh Idola 4. Pembiasaan kepada Pola Tingkah Laku Konstruktif. Program yang sudah dilaksanakan setiap hari Senin sampai dengan Ahad adalah: 1. Taman Hafidz al-Quran (penghapalan al-quran untuk anak2 surah2 Juz Amma’). 2. Taman Cinta Ilmu (Kegiatan keilmuan dengan metode accelerated). 3. Taman Munajat Ilahiah ( bersama). 4. Taman Muhasabah (Kegiatan penanaman nilai Islam). 5. Bimbingan Belajar (dilaksanakan tiap hari ahad, bahasa inggris) Wassalam, Agussyafii - alhamdullilah sudah ada 5 Anak Amalia memiliki orang tua asuhmasih ada 18 anak yang belum memiliki orang tua asuh. saudaraku... keinginan mereka utk bersekolah sangatlah besar...hanya sayang terbentur dengan kondisi ekonomi keluarga barangkali masih ada yg berkenan utk menjadikan mereka anak asuh.hanya dengan Rp. 200/bulan kita sudah ber PMA (Penanaman Modal Akhirat) .yuk, teman...kita berlomba dalam berbuat kebaikan dan kebajikan... insyallah Allah meridhoi langkah baik kita ini...amin ya robbalalamin. Bagi yang berkenan silahkan menghubungi 087 8777 12 431 atau http://agussyafii.blogspot.com [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Perihal Tusuk-menusuk
Put, isilah titik-titik di bawah ini dengan satu kata: 1. Menusuk dari samping disebut ... 2. Menusuk dari depan disebut ... 3. Menusuk dari belakang disebut ...