[wanita-muslimah] Fw: Seruan Toleransi dan Pluralisme yang Menyesatkan !

2010-08-19 Terurut Topik Yudi Yuliyadi
 

  

Seruan Toleransi dan Pluralisme yang Menyesatkan ! 

Kalaulah menjalankan syariah Islam yang kaffah (menyeluruh) dianggap hak
umat Islam Indonesia yang mayoritas , justru pemerintah yang didukung oleh
elit minoritas liberal-sekuler telah menghambat hak utama umat Islam ini. 

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan perlunya toleransi keagamaan
sementara meningkatnya seruan kepadanya agar mengambil tindakan tegas
terhadap golongan Islam radikal, yang terus menyerang golongan minoritas.
Dalam pesan kemerdekaannya, Presiden SBY menekankan perlunya toleransi
keagamaan sementara meningkatnya seruan kepadanya agar mengambil tindakan
tegas terhadap golongan Islam radikal, yang terus menyerang golongan
minoritas. 

Dalam pidato penting di depan parlemen pada malam menjelang Peringatan HUT
Kemerdekaan RI, Presiden SBY menyerukan kepada rakyat Indonesia agar
menghayati kehidupan harmonis sejati dalam masyarakat pluralistis.SBY
menghendaki pembangunan kehidupan demokratis dan adil dan menekankan
perlunya memelihara dan memperkuat persaudaraan, harmoni dan toleransi
sebagai bangsa.(VOA ; Senin, 16 Agustus 2010) 

Sehari sebelumnya, ribuan orang dari Jemaat Gereja Huria Kristen Batak
Protestan, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Perhimpunan Mahasiswa
Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Wahid Institut, dan elemen organisasi
masyarakat lain berunjuk rasa di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat,
Ahad (15/8). Mereka menagih janji pemerintah tentang kebebasan beragama. 

Tampak sebuah gerakan yang sistematis belakangan ini yang membangun opini
bahwa di Indonesia tidak ada kebebasan beragama, golongan Islam radikal
menyerang golongan minoritas, gereja dibakar, gereja dirubuhkan . Opini
kemudian disertai dengan pernyataan bahwa pluralism di Indonesia terancam,
Pancasila terancam, dan berujung pada NKRI terancam. Siapa yang mengancam ?
Kelompok-kelompok Islam radikal yang memperjuangkan syariah. 

Jelas ada penyesatan politik luar biasa dibalik ini semua. Benarkah di
Indonesia tidak ada kebebasan beragama ? Benarkah di Indonesia pembangunan
gereja terhambat ? Kenyataannya tidaklah seperti itu. Menurut Kepala Badan
Litbang Departemen Agama, Atho Mudzhar pertumbuhan tempat ibadah yang
terjadi sejak 1977 hingga 2004 justru meningkat. Pertumbuhan rumah ibadah
Kristen justru lebih besar dibandingkan dengan masjid. Rumah ibadah umat
Islam, pada periode itu meningkat 64,22 persen, Kristen Protestan 131,38
persen, Kristen Katolik meningkat hingga 152 persen (Republika: 18 Februari
2006) 

Laporan Majalah Time juga berbicara lain, dalam tulisan yang berjudul
Christianity's Surge in Indonesia
(http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,1982223,00.html) majalah
itu menunjukkan gelora peribadahan pemeluk kristen di Indonesia. "Banyak
yang mengira Indonesia adalah sebuah negeri Muslim, tetapi lihatlah
orang-orang ini " kata pendeta David Nugroho. Dia membanggakan jemaat
gerejanya yang berkembang , sekarang berjumlah 400 orang , naik dari 30
orang saat didirikan pada tahun 1967. "Kami tidak takut untuk menunjukkan
iman kami .",ujar Pendeta David 

Dalam laporan yang ditulis Hannach Beech (26/04/2010) itu gelora pertumbuhan
kristen di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari ledakan penganut kristen di
Asia. Jumlah umat Kristen Asia meledak menjadi 351 juta pengikut pada tahun
2005, naik dari 101 juta di tahun 1970 (merujuk kepada the Pew Forum on
Religion and Public Life yang berbasis Washington, D.C. ) 

Masih menurut laporan TIME, sensus penduduk tahun 2000 jumlah penduduk
kristen hanya 10% dari penduduk Indonesia. Sesuatu yang tidak dipercaya oleh
pemimpin-pemimpin kristiani. Bukti sederhananya, di Tamenggung pada tahun
1960 tidak ada gereja Evangelical sama sekali. Namun sekarang terdapat lebih
dari 40 gereja Evangelical. 

Di ibukota Jakarta sekarang dibangun'megachurches' gereja megah yang baru,
seperti layaknya Texas (yang dikenal banyak terdapat gereja) dengan menara
yang menjulang tinggi ke langit .Penganut kristen lain ramai-ramai beribadah
di gereja-gereja tidak resmi di hotel-hotel dan mall , bersaing dengan para
pengunjung yang meningkat di akhir pekan. Patung Yesus Kristus tertinggi
dibangun pada tahun 2007, di kota Manado di Indonesia timur. Sementara TV
kabel Indonesia menyiarkan chanel yang mendakwahkan Kristen 24-jam terus
menerus. 

Melarang Beribadah ? 

Disamping itu tentu sangat keliru menyimpulkan ketika pembangunan sebuah
gereja dihambat berarti tidak ada kebebasan beragama. Umat Islam selama ini
tidaklah mempersoalan hak umat Kristen untuk beribadah. Ajaran Islam juga
memberikan hak kepada agama lain seperti Kristen untuk beribadah
sebebas-bebasnya. Islam melarang pemaksaan untuk memeluk ajaran Islam
apalagi menghancurkan tempat-tempat ibadah umat non muslim. Dalam sejarah
Khilafah Islam , umat kristen hidup berdampngan secara harmonis dibawah
naungan syariah Islam. 

Yang dipersoalkan umat Islam selama ini adalah pembangunan gereja yang
melanggar aturan. Seperti membangun gereja di tempat

[wanita-muslimah] Mesjid GZ

2010-08-19 Terurut Topik aldiy
Pak DWS, apa si cerita lokal sana ttg mesjid GZ ini sampe obama angkat bicara 
vs opini publik?
Salam
Mia



[wanita-muslimah] Fwd: [dpr-indonesia] Indonesia's Aceh Province and Shariah

2010-08-19 Terurut Topik Dharma Hutauruk
-- Forwarded message --
From: sunny 
Date: Fri, Aug 20, 2010 at 3:40 AM
Subject: [dpr-indonesia] Indonesia's Aceh Province and Shariah
To:





http://www.asiasentinel.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2650&Itemid=175

*Indonesia's Aceh Province and Shariah*

Written by Dewi Kurniawati

Thursday, 19 August 2010 [image: Image]
Eroding Indonesia's Secular Freedoms


Agnes Monica, the famous Indonesian actress and singer, is given to wearing
sexy clothes, whether on stage, TV or advertising billboards -- but not in
the provincial capital of Aceh province.

Just across from the 19th-century Baiturrahman Grand Mosque is a large
billboard that features Monica wearing a headscarf — even though she's a
Christian. Also absent is the tank-top exposing her bare arms and navel that
Monica wears in the ad for cell-phone service running in the rest of the
country.

Although the headscarf, or jilbab, is familiar attire in Indonesia, the
world's largest Muslim-majority nation, only in Aceh is it required for
Muslim women. Failure to wear "Islamic dress" is a violation of one of
Aceh's Islamic bylaws, and violators can either be reprimanded or hauled
into court by the Shariah Police.

Despite Indonesia having a secular Constitution, devoutly Muslim Aceh was
allowed to adopt parts of ghariah law, presumably to prevent the Acehnese
from joining the rebellious Free Aceh Movement (GAM). In 1999,
then-President BJ Habibie signed a special law on Aceh that, among other
things, granted the province a special status and the right to partly
implement shariah. However, the law did not stipulate how Islamic law would
be implemented. Two years later, President Megawati Sukarnoputri signed into
law an autonomy package that included comprehensive regulations on
establishing Shariah courts and Shariah bylaws. Based on these two pieces of
legislation — that were drafted, discussed, and approved in Jakarta, Aceh
established its first shariah court in 2003, and publicly caned its first
violator in 2005.

Five years later, the obvious question has yet to be asked: why was shariah
rammed through the national legislative system and "given" to Aceh when
neither the populace nor the GAM guerrillas ever asked for it and perhaps
few people, with the exception of the provincial ulema council, actually
want it?

The answer has become increasingly crucial given that scholars, activists
and politicians believe shariah goes against the basic principles of
Indonesia's Pancasila state ideology, which asserts that the country is
multi-religious but secularly governed.

Worse, it has allowed a creeping Islamic fundamentalism to gain a foothold,
with other provinces and districts steadily applying shariah-inspired bylaws
since 2003 under pressure from hard-line groups.

"Just like the majority of Acehnese, I was born a Muslim, but we don't need
shariah," said Muhammad Chaidir, a rental car driver in Banda Aceh. "shariah
doesn't bring us prosperity."

Indeed, the Islamic bylaws seem to have brought the strife-torn province
trouble, as well as negative publicity. Chaider's comments are typical of
many Acehnese who long for security, prosperity and a sense of belonging
after a protracted 29-year civil war between the GAM and the Indonesian
military killed at least 20,000 Acehnese and the 2004 Asian tsunami, which
killed an additional 177,000 people in the province.

Today, the Acehnese are governed by both national criminal law and local
Islamic bylaws. And as if that weren't enough, the chief of the West Aceh
district began enforcing a new regulation in May that bans Muslims there
from wearing tight clothing.

This bylaw — clearly aimed at women — as well as other controversial events
including religious police breaking into a United Nations compound looking
for Westerners drinking alcohol, and numerous instances of public caning,
have put Aceh in a negative international spotlight.

"After being wracked by conflict, the central and local governments should
focus on a truth and reconciliation program, not shariah," said Evi Narti
Zain, executive director of the Aceh Human Rights NGO Coalition. "If we
raise objections to shariah, then we will be labeled as infidels and accused
of disturbing the peace in Aceh."

Independent reports on the implementation of shariah in Aceh have concluded
that it discriminates against the poor, in particular women, who are at the
mercy of the Shariah Police.

Middle and upper-class Acehnese, meanwhile, have ways to skirt around
shariah stipulations so they can enjoy their share of romance and alcohol.

"They go to fancy hotels, or spend the weekend in Medan," in nearby North
Sumatra Province, Zain said, laughing.

But some of the side affects of shariah are no laughing matter, including
abuse of power by those sworn to uphold it.

On July 15, the Langsa District Court in East Aceh district sentenced two
members of the Shariah Police to eight years in prison each for the rape and
torture of a 20-year-ol

[wanita-muslimah] Doku Umarov Bantah Mundur

2010-08-19 Terurut Topik Yudi Yuliyadi

Doku Umarov Bantah Mundur, "Saya Akan Terus Berjuang di Jalan Allah"


Pimpinan kelompok militan muslim Chechnya Doku Umarov membantah bahwa
dirinya akan mundur sebagai pimpinan pejuang Chechnya seperti yang disiarkan
dalam sebuah rekaman video.

Rekaman video itu pertama kali diunggah oleh situs Kavkazcenter.com beberapa
hari yang lalu. Dalam rekaman tersebut Umarov menyatakan akan mundur sebagai
pimpinan kelompok pejuang Chechnya karena alasan kesehatan dan akan
menyerahkan kepemimpinannya pada penerusnya yang "lebih energik".

Namun Umarov hari Rabu (4/8) kemarin menyatakan bahwa rekaman video itu
palsu dan membantah pernyataan bahwa dirinya akan mundur dari perjuangan di
Chechnya. "Karen situasi di Kaukasus, saya menyatakan, tidak mungkin bagi
saya untuk mundur dari tugas saya," kata Umarov dalam rekaman video yang
baru yang juga diunggah oleh Kavkazcenter.com.

Ia juga mengatakan bahwa dirinya sehat-sehat saja dan siap berjuang melayani
Allah Swt. "Saya akan berjuang di jalan Allah dan akan membunuh para musuh
Allah kapan saja sepanjang saya masih hidup di bumi ini," sambung Umarov.

Umarov menyebut dirinya sebagai "Amir Emirat Kaukasus". Ia dan kelompoknya
selama bertahun-tahun berjuang melawan penindasan pemerintah Rusia yang
mengawasi wilayah Kaukasus Utara yang didominasi warga Muslim. Umarov
menginginkan wilayahnya menjadi negara yang menerapkan syariah Islam.

Umarov yang juga dikenal dengan nama Abu Usman bergabung dengan kelompok
pejuang muslim Chechnya sejak tahun 1992. Ia mengaku bertanggung jawab atas
dua serangan bom; di jalur transportasi metro di Moskow yang menewaskan 40
orang dan serangan ke kereta jurusan Moskow-St. Petersburg yang menewaskan
26 orang. Kedua insiden itu terjadi pada bulan November 2009.

Umarov beberapa kali dilaporkan terluka dalam beberapa tahun belakangan ini.
Pemerintah Rusia bahkan pernah beberapaka kali mengumukan berita tentang
tewasnya Umarov. Selain menjadi buronan pemerintah Rusia, negara AS juga
memasukan nama Umarov ke dalam daftar teroris. (ln/aljz)

 



[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] para pejuang dakwah di batumarta

2010-08-19 Terurut Topik Yudi Yuliyadi
Pesantren Lukmanul Hakim, Batumarta, Sumatera Selatan. 

 Rabu, 4 Agustus


2010, jam di laptop saya menunjukkan pukul 03.03 dini hari. Mata saya
sulit terpejam. Padahal, saya ingat benar, pukul 00.05 saya baru
merebahkan badan. Ini tidak seperti biasanya. Saya tergolong orang yang
mudah tidur, di mana saja, dan kapan saja. Apalagi, Selasa, sehari
sebelumnya, seharian penuh saya harus menempuh perjalanan dari Surabaya
ke Batumarta. Berangkat dari Surabaya pukul 08.15 sampai di Batumarta
pukul 23.00.

Empat jam saya sempat menunggu di
Bandara Soekarno Hatta, ditambah sekitar enam jam perjalanan darat dari
Palembang ke Batumarta. Tentu cukup melelahkan. Senin malam sebelumnya,
saya dipaksa dokter Abdul Gofir SpPd, kawan saya, harus menjalani
pemeriksaan darah di kliniknya, di Jombang, Jawa Timur. Ternyata kadar
Trigliserid saya mencapai 336,7 mg/dl, cukup tinggi dari kadar normal
yang harusnya dibawah 150 mg/dl.

Tentu saja, perjalanan panjang dengan
kondisi tubuh yang tak terlalu prima itu sangat berat. Tapi, entah
mengapa, Rabu dini hari itu, saya merasa ada energi yang menggerakkan
untuk menulis kisah-kisah ini. Ya, bisa saya katakan kisah-kisah, sebab
ternyata bekas lokasi transmigrasi di Batumarta ini menyimpan
serangkaian kisah perjuangan yang penuh hikmah.

Sekitar tiga pekan lalu,  saya
dihubungi Ustad Syuhada Bahri, Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah
Indonesia (DDII), agar menyiapkan jadwal ke Baturaja, Sumatera Selatan.
Ada serangkaian acara dakwah, katanya. Saya sanggupi saja permintaan
itu. Tetapi, hari Senin, 2 Agustus 2010, usai mengisi sebuah acara di
Bojonegoro, kondisi kesehatan saya menurun. Kepala pusing, perut
mual-mual, dan beberapa kali harus buang hajat.

Satu SMS saya kirim ke Sekretaris DDII,
Pak Amlir Syaifa: “Mohon maaf, saya tidak bisa ke Baturaja, karena
kondisi kesehatan saya.”  Tiket sudah dibelikan. Saya harus mencari
pengganti. Walhasil, sampai Selasa paginya, tak kunjung ketemu seorang
pun yang bisa menggantikan saya.

Akhirnya, bismillah. Selasa, 3 Agustus
2010, saya putuskan berangkat ke Baturaja. Empat jenis obat dari dokter
tak lupa saya bawa. Jadwal keberangkatan pesawat ke Palembang pukul
14.10. Karena pesawat dari Surabaya tiba di Cengkareng pukul 09.30,
saya memutuskan untuk menunggu di Bandara. Sekitar pukul 13.00, Ustad
Syuhada Bahri tiba di Bandara Soekarno Hatta bersama Rusdi, staf DDII
Bidang IT dan dokumentasi.

Seperti sudah menjadi tradisi, pesawat
ke Palembang telat 30 menit. Kami mendarat di Palembang pukul 15.35. 
Dua orang menjemput kami: seorang pengemudi, dan satunya lagi
diperkenalkan namanya,  Ahmad Ramadhan.  Ternyata, dia dai DDII yang
sudah bertugas di Batumarta sejak tahun 1979, saat daerah Batumarta
masih belantara.

Sepanjang perjalanan itulah, saya tekun
mendengar cerita tentang Batumarta dari Ustad Syuhada Bahri dan Ahmad
Ramadhan. Saat pertama kali diutus berdakwah di Batumarta tahun 1984,
menurut Ustad Syuhada, jalanan masih berupa tanah. “Jika hujan,
lumpurnya setinggi mata kaki,” paparnya.  Ahmad mengaku pernah
berpapasan dengan ular sanca berdiameter paha manusia. Ular itu lewat
saja di hadapannya.  Ia belum pernah bertemu harimau. Tapi, seorang
kenalannya pernah menabrak harimau dengan motornya saat harimau itu
mengejar seekor babi hutan. Motor terjungkal. Harimau itu menatap teman
Ahmad. “Aneh, setelah tertabrak dan diam, harimau tidak menerkam
manusia, tapi kembali lari mengejar babi,” tutur Ahmad.

“Itu harimau yang istiqamah, konsisten mengejar tujuan awalnya” canda Ustad
Syuhada.

Saat itu, keluar masuk hutan, naik
turun sungai – meskipun di malam hari – tidak membuat khawatir, apakah
bertemu ular atau harimau. “Justru kini rumah-rumah transmigran sudah
berbeton dan berkeramik, ada dua warga meninggal dipatok ular kobra,”
papar Ahmad lagi.

Kisah-kisah dai-dai DDII di daerah
Batumarta itu sangat menggairahkan, sampai berhasil mengusir rasa
kantuk. Saya penasaran, ingin melihat kondisi Batumarta,   sebuah dunia
baru yang belum pernah terlintas dalam mimpi saya.  Beberapa kali saya
telah menjelajah area Sumatera Selatan, tapi baru kali itu, saya
menemukan rangkaian kisah nyata yang sangat menarik. Naluri
kewartawanan saya seperti hidup lagi. Kisah-kisah itu sayang untuk
dilewatkan. Saya khawatir, kisah-kisah perjuangan – bahkan bisa
dikatakan kisah-kisah jihad – putra-putra muslim itu tak akan pernah
terekam dalam goresan pena sejarah.

*

Setiba di Pesantren Luqmanul Hakim,
pukul 23.00, sesosok laki-laki mungil menyambut kami. Ia bernama Mansur
Suryadi (59 tahun). Orangnya terkesan pendiam. “Beliau ini dai pertama
Dewan Da’wah,” Ahmad Ramadhan mengenalkannya pada saya.  Saya berusaha
mengorek dan mengais kisah-kisah awal Suryadi datang ke Batumarta.

Kisah itu bermula 32 tahun lalu.

Tahun 1978, saat itu Suryadi masih
berumur 27 tahun. Terdorong untuk mencari penghidupan yang lebih baik,
tamatan sebuah Madrasah Aliyah di Ngawi, Jawa Timur, ini memberanikan
diri mendaftar sebagai calon transmigran umum. Bersamanya ada 100
kepala ke

[wanita-muslimah] Fw: Bila Shaum Menjadi Benteng Individu Kita, Dimana Khilafah yang Menjadi Benteng Umat ?

2010-08-19 Terurut Topik Yudi Yuliyadi
  

Bila Shaum Menjadi Benteng Individu Kita, Dimana Khilafah yang Menjadi
Benteng Umat ? 

Suatu waktu Rasulullah SAW bersabda: "Shaum itu adalah benteng (junnah).
Maka, orang yang sedang shaum hendaknya tidak berkata jorok dan tidak
bertindak bodoh. Apabila ada pihak yang memeranginya atau mengejeknya, maka
katakanlah kepadanya 'Aku sedang berpuasa!' (beliau mengulanginya dua kali)"
(HR. Bukhari, Muslim). Ada hal amat menarik dalam hadits ini. Shaum disebut
sebagai junnah atau benteng. Junnah artinya penjaga (wiqoyah) dan penutup
(satrah) dari terjerumusnya seseorang kedalam kemaksiatan yang menyebabkan
pelakunya masuk neraka. Juga, junnah bermakna penjaga dari neraka karena
menahan syahwat (al-Jami' ash-Shahih al-Mukhtashar, Juz II, hal. 670). 

Hal ini menegaskan bahwa shaum (puasa) merupakan benteng yang sifatnya
individual. Shaum menjadi penawar terhadap nafsu dan syahwat pribadi dan
berujung pada penjagaan kemaksiatan secara individual. Perkara tersebut
menjadi lebih jelas ketika kita memperhatikan penuturan Abdullah bin Mas'ud.
Dahulu kala, beliau berjalan bersama dengan Rasulullah SAW. Pada saat
berjalan bersama-sama itu, Nabi bersabda: "Barangsiapa yang sudah mampu,
hendaklah dia kawin (menikah) karena menikah itu lebih bisa menundukkan
pandangan dan lebih bisa menjaga kemaluan. Barangsiapa yang tidak sanggup
(menikah) maka hendaklah dia berpuasa karena puasa itu akan menjadi benteng
(wijaun) baginya" (HR. Bukhari). Hadits ini mengisyaratkan puasa sebagai
benteng 'nafsu dan syahwat individual'. Karenanya, dapat dipahami bahwa
shaum memang merupakan benteng individual. 

Bila shaum merupakan benteng individual maka hal-hal yang merusak
masyarakat, tentu, tidak dapat dicegah dan dijaga oleh semata-mata shaum.
Namanya juga individual hanya akan dapat menuntaskan perkara yang sifatnya
juga individual. Karenanya dapat dipahami mengapa kristenisasi masih
terjadi, aliran sesat terus dibiarkan, peredaran video mesum tak terbendung,
harta kekayaan rakyat terus digasak pejabat dan dijual kepada asing, korupsi
para pejabat tambah menggila, stigma Islam dengan terorisme tak berhenti,
pemutar balikan Islam ala liberal makin dilegalisasi. Adalah kurang relevan
bila untuk melindungi umat dari semua itu sekedar mengandalkan shaum yang
sifatnya individual. 

Islam memang agama paripurna. Allah SWT bukan hanya mensyariatkan shaum
sebagai benteng individual, melainkan juga mensyariatkan kepemimpinan umat
(imamah, khilafah) sebagai benteng masyarakat secara keseluruhan. Berkaitan
dengan masalah ini, Junjungan kita Muhammad SAW bersabda: "Dan sesungguhnya
imam adalah laksana benteng (junnah), dimana orang-orang akan berperang
mengikutinya dan berlindung dengannya. Maka jika dia memerintah dengan
berlandaskan taqwa kepada Allah dan keadilan, maka dia akan mendapatkan
pahala. Namun jika dia berkata sebaliknya maka dia akan menanggung dosa"
(HR. Bukhari dan Muslim). 

Dari berbagai kitab hadits maupun syarahnya dapat dipahami bahwa istilah
imam maksudnya sama dengan khilafah. Menurut Muhammad bin Ismail Abu
Abdillah al-Bukhariy, imam disini maknanya pemerintah tertinggi yang
mengurusi urusan umat. Dengan menjadi benteng, imam mencegah musuh menyakiti
kaum Muslim dan mencegah masyarakat saling menyakiti satu sama lain
(al-Jami' ash-Shahih al-Mukhtashar, Juz III, hal. 1080). Sementara itu,
meminjam penjelasan Imam as-Suyuthi, imam sebagai benteng berarti imam
sebagai pelindung sehingga dapat mencegah musuh menyakiti kaum Muslim dan
mencegah masyarakat saling menyakiti satu sama lain. Juga, memelihara
kekayaan Islam. Kaum Muslim bersama dengan imam tersebut memerangi kaum
kafir, pembangkang dan penentang kekuasaan Islam, dan semua pelaku
kerusakan. Imam melindungi umat dari seluruh keburukan musuh, pelaku
kerusakan, dan kezhaliman (ad-Dibaj Syarhu Shahih Muslim bin al-Hujaj, Juz
IV, hal. 454; Syarh an-Nawawi 'ala Muslim, Juz XII, hal. 230). 

Kenyataan bahwa imam/khalifah sebagai benteng kaum Muslim ini dicatat dengan
baik dalam sejarah Islam. Sekedar contoh, ketika Islam diterapkan pada masa
Khalifah Umar bin Abdul Aziz (rh), pendapatan Negara surplus hingga tak ada
seorang pun yang berhak mendapatkan zakat. Rakyat betul-betul
tersejahterakan. Dulu pernah ada tentara Romawi melecehkan perempuan dengan
menarik jilbabnya, segeralah Khalifah Mu'tashim mengerahkan pasukan untuk
melindungi keamanan dan kehormatan perempuan itu. Berbeda dengan itu,
perempuan Islam sekarang nyawanya saja tidak dihargai. Menurut Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), penjajahan AS di Afghanistan telah membunuh 2 juta
perempuan muslimah, sementara sebanyak 744.000 perempuan Muslim di Irak
tewas. Saat Islam diterapkan, kehormatan perempuan dijaga dengan
sebaik-baiknya. 

Nyatalah, kita perlu dua benteng. Shaum sebagai benteng individual, dan yang
tak kalah pentingnya adalah khalifah sebagai benteng umat Islam secara
keseluruhan. Karenanya, benteng individual yang diraih pada bulan Ramadhan
selayaknya dijadikan modal untuk mewujudkan kekhilafahan sebagai

[wanita-muslimah] Old and new faces of Indonesian terror

2010-08-19 Terurut Topik sunny
http://www.atimes.com/atimes/Southeast_Asia/LH20Ae02.html

Aug 20, 2010 

Old and new faces of Indonesian terror  
 

By Clifford McCoy 



The arrest last week of radical Indonesian cleric Abu Bakar Bashir was the 
highlight of a government crackdown on Islamic militants following the 
discovery in February of a training camp in Aceh province. Once regarded as the 
spiritual leader of the Jemaah Islamiyah (JI) terror group, Bashir's popularity 
has wavered in recent years and his position is emblematic of the evolving 
nature of militant Islam in Southeast Asia. 

The 72-year-old Bashir was arrested together with his wife and five bodyguards 
on August 9 while traveling to deliver a sermon in West Java. The arrest came 
only a day before the start of the Muslim fasting month of Ramadan and a week 
before Indonesia's nationally celebrated independence day on August 17. Bashir 
has
denied any involvement with the camp, and even claimed that his arrest was 
arranged by the United States. 

Bashir's arrest is the latest in an ongoing crackdown since the discovery of a 
jihadi training camp in northern Aceh run by a new coalition of militant 
groups. The training camp was established by seven groups who joined together 
to form the lintas tanzim, or cross-organizational project. 

The coalition was led by one of Southeast Asia's most wanted terrorists, 
Dulmatin, who is also believed to have been one of the leaders of the 2002 Bali 
bombings that killed over 200 people. Until February, Dulmatin was believed to 
be in hiding in the Philippines. 

Analysts and counter-terrorism officials see the group as a new strain of 
militant Islam in Indonesia. The grouping was highly critical of JI and 
rejected what it perceived as its overly passive and soft approach to jihad. 

Members of the new group have also reportedly criticized now deceased Noordin 
Top's more violent form of terrorism for its lack of long-term direction. 
Noordin Top masterminded the July 2009 bombings of the JW Marriot and Ritz 
Carlton hotels in Jakarta, among other bombings, and was killed in a police 
raid in September 2009. 

Instead, the new group aims to establish Islamic law across all of Indonesia, 
and to do so without the collateral killing of fellow Muslims, as happened with 
JI attacks. According to an April 2010 report by the International Crisis Group 
(ICG), the new group's enemy has become defined as ''not simply the US or 
allied countries, but as anyone who obstructed the application of Islamic law - 
and that meant that many Indonesian officials were high on the list.'' 

Indonesian authorities say the group was allegedly planning a Mumbai-style 
attack on luxury hotels in Jakarta frequented by foreigners, as well as several 
assassinations of high profile public figures, including President Susilo 
Bambang Yudhoyono. Although the group referred to itself as "al-Qaeda in Aceh", 
there is so far no evidence of any concrete ties to Osama bin Laden's 
organization. 

Since the raid on the camp in February, some 100 members of the group have been 
captured or killed by police, including Dulmatin. Among those arrested, and 
only two days before Bashir's arrest, were five suspected terrorists in three 
different locations in West Java on charges of plotting a car bombing. An 
explosive device and bomb-making materials were reportedly found in one of the 
locations. Police claim all five men are members of an organization established 
by Bashir in 2008 called the Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). 

With Bashir as its alleged chairman, JAT reportedly aims to establish Islamic 
sharia law across Indonesia. As an above-ground organization, the group largely 
concentrates on religious outreach, albeit with a distinctly jihadi bent. 
Combined with Bashir's celebrity status, the group rapidly expanded a 
nationwide membership in only two years. 

Bashir's involvement in the organization made it suspect to counter-terrorism 
officials from the start and this was reinforced by the group's embrace of 
individuals with known ties to extremist organizations, especially JI and 
Noordin Top's splinter group. According to ICG, many members of JI either 
became members of JAT or maintained dual memberships in both organizations. 

Police claim that many suspected terrorists, captured or killed in the raid on 
the Aceh camp, have links to JAT. One JAT executive committee member, Lutfi 
Haedaroh, alias Ubeid, had previously spent time in prison for involvement in 
Noordin Top's bombing campaign. Ubeid was captured fleeing the Aceh camp in 
February. A May 6 raid on JAT's offices nabbed three officials charged with 
providing funds to the training camp. 

Counter-terrorism officials say Bashir, through JAT, was involved in setting up 
and providing funding for the Aceh camp and received regular reports from the 
field. He is also believed to have had a role in appointing operational leaders 
to the new group. According to ICG, the establishment of the

[wanita-muslimah] Indonesia's Aceh Province and Shariah

2010-08-19 Terurut Topik sunny
http://www.asiasentinel.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2650&Itemid=175

Indonesia's Aceh Province and Shariah 

Written by Dewi Kurniawati   
 Thursday, 19 August 2010 
Eroding Indonesia's Secular Freedoms 


Agnes Monica, the famous Indonesian actress and singer, is given to wearing 
sexy clothes, whether on stage, TV or advertising billboards -- but not in the 
provincial capital of Aceh province. 

Just across from the 19th-century Baiturrahman Grand Mosque is a large 
billboard that features Monica wearing a headscarf - even though she's a 
Christian. Also absent is the tank-top exposing her bare arms and navel that 
Monica wears in the ad for cell-phone service running in the rest of the 
country. 

Although the headscarf, or jilbab, is familiar attire in Indonesia, the world's 
largest Muslim-majority nation, only in Aceh is it required for Muslim women. 
Failure to wear "Islamic dress" is a violation of one of Aceh's Islamic bylaws, 
and violators can either be reprimanded or hauled into court by the Shariah 
Police. 

Despite Indonesia having a secular Constitution, devoutly Muslim Aceh was 
allowed to adopt parts of ghariah law, presumably to prevent the Acehnese from 
joining the rebellious Free Aceh Movement (GAM). In 1999, then-President BJ 
Habibie signed a special law on Aceh that, among other things, granted the 
province a special status and the right to partly implement shariah. However, 
the law did not stipulate how Islamic law would be implemented. Two years 
later, President Megawati Sukarnoputri signed into law an autonomy package that 
included comprehensive regulations on establishing Shariah courts and Shariah 
bylaws. Based on these two pieces of legislation - that were drafted, 
discussed, and approved in Jakarta, Aceh established its first shariah court in 
2003, and publicly caned its first violator in 2005. 

Five years later, the obvious question has yet to be asked: why was shariah 
rammed through the national legislative system and "given" to Aceh when neither 
the populace nor the GAM guerrillas ever asked for it and perhaps few people, 
with the exception of the provincial ulema council, actually want it? 

The answer has become increasingly crucial given that scholars, activists and 
politicians believe shariah goes against the basic principles of Indonesia's 
Pancasila state ideology, which asserts that the country is multi-religious but 
secularly governed. 

Worse, it has allowed a creeping Islamic fundamentalism to gain a foothold, 
with other provinces and districts steadily applying shariah-inspired bylaws 
since 2003 under pressure from hard-line groups. 

"Just like the majority of Acehnese, I was born a Muslim, but we don't need 
shariah," said Muhammad Chaidir, a rental car driver in Banda Aceh. "shariah 
doesn't bring us prosperity." 

Indeed, the Islamic bylaws seem to have brought the strife-torn province 
trouble, as well as negative publicity. Chaider's comments are typical of many 
Acehnese who long for security, prosperity and a sense of belonging after a 
protracted 29-year civil war between the GAM and the Indonesian military killed 
at least 20,000 Acehnese and the 2004 Asian tsunami, which killed an additional 
177,000 people in the province. 

Today, the Acehnese are governed by both national criminal law and local 
Islamic bylaws. And as if that weren't enough, the chief of the West Aceh 
district began enforcing a new regulation in May that bans Muslims there from 
wearing tight clothing. 

This bylaw - clearly aimed at women - as well as other controversial events 
including religious police breaking into a United Nations compound looking for 
Westerners drinking alcohol, and numerous instances of public caning, have put 
Aceh in a negative international spotlight. 

"After being wracked by conflict, the central and local governments should 
focus on a truth and reconciliation program, not shariah," said Evi Narti Zain, 
executive director of the Aceh Human Rights NGO Coalition. "If we raise 
objections to shariah, then we will be labeled as infidels and accused of 
disturbing the peace in Aceh." 

Independent reports on the implementation of shariah in Aceh have concluded 
that it discriminates against the poor, in particular women, who are at the 
mercy of the Shariah Police. 

Middle and upper-class Acehnese, meanwhile, have ways to skirt around shariah 
stipulations so they can enjoy their share of romance and alcohol. 

"They go to fancy hotels, or spend the weekend in Medan," in nearby North 
Sumatra Province, Zain said, laughing. 

But some of the side affects of shariah are no laughing matter, including abuse 
of power by those sworn to uphold it. 

On July 15, the Langsa District Court in East Aceh district sentenced two 
members of the Shariah Police to eight years in prison each for the rape and 
torture of a 20-year-old female student they had in custody. 

What happened? 

So where did it all start and why? Experts hav

[wanita-muslimah] Puasa, Pencoleng Merampok Rakyat!

2010-08-19 Terurut Topik sunny
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2010081907141416

  Kamis, 19 Agustus 2010 
 

  BURAS 
 
 
 

Puasa, Pencoleng Merampok Rakyat!


   
  IBU kembali dari pasar tanpa bawa belanjaan, "Pusing melihat orang ramai 
sekali di pasar!"

  "Bulan puasa orang ramai ke pasar cari yang lebih lengkap!" timpal pria 
di angkot. "Harga pun naik!"

  "Logikanya mayoritas orang berpuasa, konsumsi turun!" timpal ibu. "Tapi 
yang terjadi sebaliknya! Ragam kebutuhan dan konsumsinya justru naik!"

  "Anehnya, kata ustaz, saat Ramadan semua setan dibelenggu! Orang hanya 
diuji kendali nafsunya!" timpal pria. "Peningkatan konsumsi saat Ramadan 
menunjukkan orang lebih tak kuasa mengatasi nafsu sendiri, lebih buruk dari 
saat setan bebas!"

  "Jauh lebih aneh, perilaku masif tak terkendali yang 
konvensional-berulang setiap Ramadan-mendorong kenaikan harga barang itu, tak 
pernah bisa diatasi pemerintah, baik lewat mekanisme pasar, hukum, maupun cara 
lain!" tegas ibu. "Pihak yang berwenang mengendalikan harga malah lepas tangan, 
menyatakan kenaikan harga saat Ramadan wajar! Tak peduli negara wajib 
melindungi seluruh warganya, tanpa kecuali dari perampokan atas nilai riil 
pendapatan rakyat oleh kenaikan harga barang yang laten menjadi inflasi tinggi! 
Terlalu naif penguasa menyatakan perampokan terus-terusan nilai pendapatan 
rakyatnya yang justru membuktikan kegagalan dirinya melindungi rakyat itu, dia 
sebut wajar!"

  "Berarti dia anggap wajar pula dirinya gagal menjalankan fungsi 
melindungi rakyat!" timpal pria. "Padahal dua abad lalu Adam Smith telah 
menghadirkan invisible hands-tangan tak terlihat-dalam mekanisme pasar, salah 
satunya intervensi pemerintah! Jadi, sebelum Ramadan pemerintah seharusnya 
lebih dulu siap dengan penawaran (persediaan) yang tinggi sebelum permintaan 
bergerak naik, agar naik setinggi apa pun permintaan selalu di bawah penawaran!"

  "Lalu, jika stok penawaran itu dikuasai pencoleng yang menimbun barang 
agar harga naik dan dia dapat untung besar, ada hukum (UU) yang bisa menjerat 
penjahat itu dengan hukuman berat-subversi ekonomi!" tegas ibu. "Tapi semua 
'turf card' pemerintah itu tak dimainkan! Tak peduli perampokan nilai 
pendapatan rakyat berlanjut-dilakukan oleh pencoleng penimbun barang!"

  "Lebih parah lagi, sudahlah pemerintah tak efektif menjalankan fungsinya 
mengendalikan harga, kebijakan pemerintah justru memicu kenaikan harga lebih 
signifikan!" tukas pria. "Contohnya kebijakan daging sapi yang kacau! (Kompas, 
[14-8]) Harga daging sapi naik sampai di atas 50 persen! Jadi, boro-boro 
menstabilkan harga, kebijakan pemerintah sendiri malah menyulut kenaikan harga 
jadi lebih spektakuler!"

  H. Bambang Eka Wijaya
 







[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Puasa of the day : Keluhan Sakit Kala Berpuasa

2010-08-19 Terurut Topik L.Meilany
Keluhan Sakit Kala Berpuasa

1. Sakit Kepala Di Sore Hari - 
Biasanya menimpa para perokok dan yang gemar minum kopi. 
Juga akibat kurang tidur, banyak beraktivitas dalam sehari, atau karena 
rasa lapar yang semakin menjadi. 
Gejala ini akan lebih parah jika seseorang menderita tekanan darah rendah. 

Maka kurangilah konsumsi kafein dan tembakau secara bertahap, pilihlah 
minuman yang bebas kafein. Sesuaikan jadwal kerja dengan kemampuan 
dan kekuatan fisik, sehingga ada banyak waktu untuk tidur dan beristirahat. 

2. Sistim Pencernaan Terganggu -  Yang disertai Kembung dan Sembelit-
Karena terlalu banyak makan saat sahur dan berbuka. Terlalu banyak 
mengkonsumsi makanan berlemak, kaya bumbu, serta bahan makanan 
pembentuk gas; seperti telur, kol, kacang-kacangan, minuman bersoda. 
Jadi makanlah secukupnya, minum jus buah dan perbanyak minum air putih.

Kembung, juga akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan yang diproses - 
misalnya, produk makanan instan, makanan kalengan. Selain itu karena kurang 
minum air putih, kurang mengonsumsi bahan makanan berserat. 
Usahakan tidak berlebihan mengonsumsi produk makanan instan. Minum air putih 
lebih banyak, perbanyak makanan berserat tinggi - terutama sayur dan buah. - 
[lm-13]
[Sumber- Intisari]
--
l.meilany
190810/9ramadhan1431h


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Forbes.com, 18 August 2010 - Commentary: The National Security Mosque

2010-08-19 Terurut Topik Dharmawan Ronodipuro
 

 

From: Susan Sim [mailto:susan.lk@gmail.com] 
Sent: Thursday, 19 August, 2010 09:16
To: dharmawan.ronodip...@gmail.com; Louisa Tuhatu
Subject: Forbes Op-ed by Ali Soufan on Controversy over Mosque near WTC

 


 Forbes.com  


Commentary
The National Security Mosque
Ali Soufan, 08.18.10, 12:40 PM ET

The furor over the proposed Islamic cultural center and mosque near Ground
Zero makes me think back to one of the most important lessons I learned from
al Qaeda terrorists I interrogated--that they have a warped view of America.
To them--and this they get from Osama Bin Laden's rhetoric--the U.S. is a
country at war with Islam and Muslims, and so they had a duty to fight us.

While I was serving on the frontlines I found that this distorted view of
America was common among ordinary Muslims too, and it was only by correcting
this image did we encourage locals to help our investigations and turn
against al Qaeda. Our efforts were helped by public statements, like from
President Bush in the days after 9/11, declaring that America was at war
with al Qaeda and not with Islam. I was in Sana, Yemen, on that day, and I
remember our military and law enforcement group feeling encouraged that our
leadership understood how to frame our battle.

But while we started off on the right note in dealing with the Muslim world,
our leadership soon demonstrated that they failed to understand that our war
against al Qaeda was not just a military fight, but an asymmetrical battle
for the proverbial hearts and minds of Muslims across the world too. We
should have been highlighting that al Qaeda has killed thousands of Muslims
and blown up dozens of mosques around the world. But instead we failed to
appreciate the importance of rebutting al Qaeda's propaganda and of turning
ordinary Muslims against the terror network.

When we eventually did this, we had great successes. As commander in Iraq
Gen. Petraeus reached out to local Sunni groups and convinced them that al
Qaeda was their enemy and America their friend. That led to a remarkable
turnaround in our fortunes in Iraq. He is now trying to do the same in
Afghanistan. Just this weekend Meet the Press reported that when Gen.
Petraeus learned that the Taliban attacked a mosque near the border with
Pakistan, he ordered it to be publicized among the local population.

There are many reasons for supporting the Muslim community's right to build
a cultural center and mosque on private property, not least of all the First
Amendment of the Constitution guaranteeing freedom of religion. But from a
national security perspective, our leaders need to understand that no one is
likely to be happier with the opposition to building a mosque than Osama Bin
Laden. His next video script has just written itself.

The potential damage to our national security is not only to our work
abroad, but at home too. Today in America we are facing an increased threat
of homegrown terrorism. While Bin Laden couldn't find a single
American-Muslim to be part of the 9/11 plot, today, thanks to mixture of
poor (and even harmful) leadership within the American-Muslim community and
failed strategies from our government in dealing with the threat, some young
Muslims are finding themselves increasingly isolated and marginalized--and
are becoming easy prey for radicals.

When demagogues appear to be equating Islam with terrorism, it's making
young Muslims unsure about their place in the country. It bolsters the
message that radicalizers are selling: That the war is against Islam, and
Muslims are not welcome in America. As a Muslim-American, I know that isn't
true. Whatever some rabble-raising politicians say about one mosque doesn't
trump what America really stands for--the values enshrined by our
constitution that guarantee equality and freedom for all, whatever your
race, religion or creed.

Young American-Muslims need to focus on comments by leaders like Mayor
Bloomberg, whose stand on the issue exemplifies the very best in American
leadership: educating people and standing up for the values of our
Constitution, rather than playing on fear and ignorance.

It is because of the principles enshrined in our constitution that thousands
of American-Muslims, like Americans from all races and religions, volunteer
to serve our country in the military, intelligence and law enforcement
communities. The Pledge of Allegiance, ending "one nation under God,
indivisible, with liberty and justice for all," is a constant reminder that
America is worth fighting for.

  _  

To those politicians now saying a mosque can't be built near Ground Zero, I
would like them to take a walk through Arlington Cemetery and learn the
names and stories of American-Muslims who have died in service to our
country. They should also learn a bit more about the victims of 9/11, such
as Mohammad Salman Hamdani, a Muslim-American who was a New York City Police
cadet and paramedic. When he saw

[wanita-muslimah] Fwd: [erlangga_samarinda] Katalog Ramadhan 2010

2010-08-19 Terurut Topik Dharma Hutauruk
Dear all,

Menyambut Bulan suci Ramadhan yang sudah kita jalani bersama, kami
mengirimkan kepada Anda sekalian katalog Ramadhan yang semoga bermanfaat dan
mendukung ibadah kita masing-masing.

Bahan bacaan telah kami pilihkan untuk Anda sekalian dan mudah didapat di
berbagai toko buku di tempat Anda berdiam.

Seandainya dibutuhkan pelayanan khusus, umpama akan dihadiahkan ke pada
seseorang atau untuk dikirimkan ke alamat anda sendiri, silahkan menghubungi
alamat kami, dharma.hutau...@gmail.com.

· *Katalog Ramadhan 2010 harga Nasional dengan halaman depan seperti
berikut, untuk download klik
**disini
***

*[image: Katalog Ramadhan 2010 (NAS).jpg]***

·  Demikian kami sampaikan dan terima kasih.



Best regards,


Dharma Hutauruk

Jakarta
.___
  Reply to sender  | Reply
to group |
Reply
via web 
post|
Start
a New 
Topic
Messages in this
topic(
1)
 Recent Activity:


 Visit Your 
Group
 MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get
the Yahoo! Toolbar
now.
  --

Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new
interests.
 --

Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers
Center.
  [image: Yahoo!
Groups]
Switch to: 
Text-Only,
Daily 
Digest•
Unsubscribe•
Terms
of Use 
   .




[Non-text portions of this message have been removed]





===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[wanita-muslimah] Kolom IBRAHIM ISA - URUN MENGANTAR KARYA SUAR SUROSO

2010-08-19 Terurut Topik isa


*Kolom IBRAHIM ISA*

*Kemis, 19 Agustus 2010*

*-*



*URUN MENGANTAR KARYA SUAR SUROSO*



Hari ini, 19 Agustus 2010, Jakarta menghadirkan karya Suar Suroso, 
*"PERISTIWA MADIUN: REALISASI DOKTRIN TRUMAN DI ASIA". Di-edit dan 
diterbitkan oleh sejarawan muda Bonnie Triyana. * Ini berlangsung dengan 
sebuah diskusi dimana antara lain bicara *Teguh Santosa*, MA Pemimpin 
Redaksi Rakyat Merdeka Online, alumnus University Hawaii, Manoa, AS), 
dan *Hendri F. Isnaeni* (wartawan Majalah Historia Online).

Dalam sambutannya Suar Suroso menjelaskan a.l sbb:

/Naskah tulisan ini saya selesaikan tahun 2008, dimaksudkan untuk 
memperingati 60 tahun Peristiwa Madiun. Pak Joesoef Isak telah bersedia 
menjadi editor, mulai mengedit, tapi karena berpulang, Hasta Mitra tak 
sempat menerbitan. /

/Syukur sekali Bung Bonnie Triyana bersedia melanjutkan usaha Pak 
Joesoef Isak yang terbengkalai. Karena itu saya sangat berterima kasih 
pada Bung Bonnie Triyana yang berhasil mengedit dan menerbitkan buku ini./

Suar menutup sambutannya dengan kata-kata menggugah sbb:

/Berbeda dengan berbagai buku mengenai Peristiwa Madiun yang pernah ada, 
buku PERISTIWA MADIUN: REALISASI DOKTRIN TRUMAN DI ASIA memusatkan studi 
pada masalah peranan Amerika Serikat, Doktrin Truman di belakang layar. 
Mudah-mudahan ada manfaatnya bagi pencerahan, penulisan sejarah yang 
bertolak dari kenyataan. Semoga para sejarawan setia pada kebenaran, 
menulis sejarah bertolak dari pendirian "cari kebenaran dari kenyataan"./

/* * */



Banyak tulisan mempersoalkan Peristiwa Madiun, dengan latar belakang 
tujuan politik, terutama untuk mendeskreditkan PKI. Tulisan-tulisan tsb 
tidak dimaksudkan untuk memperoleh kejernihan dan kebenaran, sehingga 
bangsa ini bisa menarik pelajaran berguna bagi masa depannya, sebagai 
satu nasion baru yang hendak menegakkan negara Republik Indonesia yang 
didasarkan atas hukum dan HAM.

Karya Suar Suroso menelaah, meneliti Peristiwa Madiun, dengan DOKTRIN 
TRUMAN, sebagai latar belakangnya. Cara penelitian dan mempersoalkan 
seperti yang dilakukan oleh Suar Suroso, bukan saja lain daripada yang 
lain, tetapi juga menggugah, unik dan serius.

Usaha penelitian yang dilakukan Suar Suroso patut disambut hangat. 
Karena ia memperkaya khazanah literatur politik kita. Suar Suroso 
membawa kita ke suatu cara penelitian historis/politis menyangkut 
sejarah bangsa yang krusial.

* * *

Di bawah ini dipublikasikan 'Sekapur Sirih' yang ditulis menyambut karya 
Suar Suroso yang penting ini. Bung Suar, Selamat dan sukses!



* * *

*SEKAPUR SIRIH, <*Oleh Ibrahim Isa, * *Amsterdam, 29 Maret 2010>

*Urun Mengantar Karya SUAR SUROSO** ** *

"*PERISTIWA MADIUN REALISASI DOKTRIN TRUMAN DI ASIA" *


* * *


Buku berjudul "Peristiwa Madiun Realisasi Doktrin Truman di Asia", karya 
Suar Suroso, menampilkan hasil jerih-payah studi sejarah. Penulisnya 
dengan cermat, sistimatis dan jelas, membeberkan dokumen-dokumen dan 
fakta-fakta sejarah, meneropongnya diproyeksikan pada situasi 
internasional pada dewasa itu. Ketika mulai berkecamuknya dengan sengit 
strategi Perang Dingin AS dan sekutu-sekutunya. Dengan segala dampak dan 
kelanjutannya bagi banyak negeri. Dalam analisisnya Suar Suroso 
mengungkapkan bahwa, kasus sejarah yang dikenal sebagai "Pemberontakan 
Madiun 1948", itu --- tak lain adalah kelanjutan dari 'Realisasi Doktrin 
Truman di Asia".

Buku Suar Suroso adalah karya penelitian sejarah mengenai sebagian 
penting dari sejarah bangsa kita sejak Proklamasi Kemerdekaan. Dengan 
demikian merupakan langkah penting serta sumbangsih menuju pelurusan 
penulisan sejarah, yang terutama dalam periode rezim Orba mengalami 
rekayasa dan pemelintiran sewenang-wenang. Benar seperti yang 
disimpulkan oleh penulis Suar Surso, penulisan sejarah bangsa seperti 
yang berlaku pada periode rezim Orba adalah suatu tindakan 'pembodohan 
bangsa'.

Terbitnya karya sejarah Suar Suroso bersangkutan dengan Peristwa Madiun 
1948, telah mengangkat masalah sejarah bangsa yang krusial ini, ke tahap 
baru. Yaitu tahap penelitian, studi yang ditujukan pada pelurusan 
sejarah bangsa.

Apa yang dikenal sebagai 'Peristiwa Madiun 1948', sejak terjadinya 
peristiwa tsb berbagai versi asal-usul dan jalannya peristiwa yang 
direkaya oleh penguasa telah disebar-luaskan sebagai suatu 
'Pemberontakan PKI' terhadap pemerintah Republik Indonesia yang sah. 
Bukan fihak lain, tetapi adalah fihak PKI sendiri, melalui ketua CC PKI 
ketika itu, D.N. Aidit, dalam salah satu sidang pengadilan Jakarta, 
secara terbuka dan langsung mengajukan saran bahkan tuntutan kepada 
lembaga negara yang berwewenang, agar yang disebarluaskan sebagai 
'Pemberontakan PKI' itu, diajukan ke pangadilan. Agar mantan PM Hatta 
diajukan sebagai saksi. Sedangkan PKI, mengambil sikap seperti yang 
diuraikan DN Aidit, dalam pidatonya di DPR (11 Pebruari 1957), sbb:


". . . . /sudah saja njatakan kesediaan saja kepada pengadilan untuk 
membuktikan dengan saksi2 bahwa Peristiwa Madiun m