Sumber: http://www.geocities.com/CapitolHill/3925/sd9/mengapa_belum_9.html Mengapa Belum Muncul Partai Sosialis Berdasarkan Islam? Oleh: Sulangkang Suwalu Saat ini telah ada 48 parpol yang terdaftar di Depdagri. Di antaranya beberapa parpol itu berazaskan Islam, yaitu PSII (Dr Bustaman SH), Partai Umat Muslimin Indonesia (Anwar Yunus SH) dan Partai Islam Indonesia (Syuud Bajeber)
Di samping yang sudah terdaftar di Dep-dagri, masih ada beberapa lagi yang nampaknya belum terdaftar, meskipun sudah diberitakan oleh pers, di antaranya adalah Partai Islam (Deliar Noer), Partai Kebangkitan Bangsa (didirikan NU), Partai Amanah Bangsa (didirikan Amien Rais, Muhammaddiyah) dan Partai Bintang Bulan (lambang Masyumi tempo dulu). Pertanyaan yang muncul: mengapa belum ada tokoh-tokoh Islam yang mengibarkan bendera "Sosialisme berdasarkan Islam" seperti yang dikibarkan HOS Tjokroaminoto pada 1924? Apakah Sosialisme berdasarkan Islam HOS Tjokroaminoto itu bertentangan dengan ajaran Islam? Kalau sesuai dengan ajaran Islam, mengapa tidak ada yang mengibarkannya? Mungkin bagi generasi muda Islam yang lahir pada zaman Orde Baru Suharto, belum mengenal buku "Islam dan Sosialisme" buah tangan HOS Tjokroaminoto. Karena tak kenal, maka tak cinta. Sekedar membantu generasi muda Islam yang belum mengenalnya, dicupliki hal-hal yang terpenting dari buah tangan HOS Tjokroaminoto tersebut. Inilah di antaranya: Islam dan Sosialisme Tujuh puluh empat tahun lalu, tepatnya November 1924 di Mataram, HOS Tjokroaminoto menulis buku "Islam dan Sosialisme". Pada 1951 buku itu diterbitkan kembali oleh penerbit Bintang Bulan, Jakarta. Buku itu terdiri dari beberapa bab: 1. Sosialisme dalam Islam 2. Peri-keadaan pergaulan hidup diantara bangsa Arab sebelumnya Nabi Muhammad 3. Sosialisme Nabi Muhammad yang bersifat sosialistis 4. Sahabat-sahabat Muhammad yang bersifat sosialistis 5. Contoh-contohnya sosialisme berdasarkan Islam 6. Imperialisme muslim 7. Agama dan sosialisme 8. Gouvernment secara sosialistis 9. Penghargaan di kelak kemudian hari l0. Pemberian ingat dan penunjuk jalan kepada umat Islam Karena terbatasnya ruangan, maka penulis kutip sementara dari isi buku tersebut, antara lain sebagai berikut. Dalam rangka menjelaskan "Apakah sosialisme itu?", HOS Tjokroaminoto mengemukakan: "...sosialisme yang wajib dituntut dan dilakukan oleh umat Islam itu bukannya sosialisme yang lain, melainkan sosialisme yang berdasar kepada azas-azas Islam belaka" (hal 11) "Cita-cita Sosialisme di dalam Islam ini tidak kurang dari 13 abad umurnya dan tidak boleh dikatakan terbit daripada pengaruhnya bangsa Eropah. ..azas-azas sosialisme itu telah terkenal di dalam pergaulan hidup Islam bersama pada za-mannya Nabi kita Muhammad SAW" (hal 13-14) "...keawasan Nabi Muhammad SAW yang terang benderang itu tidak lupa memperingati perkara pekerjaan (arbeid), industri dan kapital (modal). Islam melarang (mengharamkan) riba (woeker) dan dengan begitu Islam bermusuhan keras kepada kapitalisme. "Menghisap keringatnya orang-orang yang bekerja, memakan hasil pekerjaannya lain orang, tidak memberikan bahagian keuntungan yang mestinya (dengan seharusnya) kebahagiannya lain orang yang turut bekerja mengeluarkan keuntungan itu, itu,--semua perbuatan yang serupa ini (oleh Karl Marx disebut memakan keuntungan "meerwaarde" (nilai lebih) adalah dilarang dengan sekeras-kerasnya oleh agama Islam, karena itulah perbuatan memakan "riba" belaka. Dengan begitu maka nyatalah agama Islam memerangi kapitalisme sampai pada "akarnya", membunuh kapitalisme mulai daripada "benihnya", oleh karena pertama-tama sekali yang menjadi dasarnya kapitalisme, yaitu "memakan keuntungan meer-waarde" sepanjang fahamnya Karl Marx dan "me-makan riba" sepanjang fahamnya Islam (hal 17). "Ada pun yang menjadi dasarnya pengertian sosialismenya Nabi Muhammad SAW, yaitu kemajuan pri-keutamaan dan kemajuan budi pekertinya rakyat" (hal: 18). Dalam rangka menjelaskan "Dasarnya Sosialisme Islam", HOS Tjokroaminoto antara lain mengemukakan bahwa Peri-kemanusiaan adalah menjadi satu persatuan. Begitulah pengajaran di dalam Al Quran yang suci itu, yang menjadi pokoknya sosialisme (hal 25). Dalam rangka menjelaskan "Islam dan anasir-anasirnya sosialisme", HOS Tjokroaminoto antara lain mengemukakan: "Menurut pendapat saya dalam faham sosialisme adalah 3 anasir, yaitu "kemerdekaan (vrijheid-liberty), persamaan (gelijk-heid-equality), dan persaudaraan (broederschap-fraternity). Ketiganya anasir ini adalah dimasukkan sebanyak-banyaknya di dalam peraturan-peraturan Islam dan di dalam perikatan hidup bersama yang telah dijadikan oleh Nabi kita yang suci, Muhammad Saw (hal 31). Mengenai penghidupan Nabi Muhammad dan pekerjaannya sebagai utusan dan hubungannya dengan Sosialisme dikemukakan: "Kita tidak mengirimkan kamu (O, Muhammad) melainkan sebagai kemurahan kepada sekalian makhluk" (Al Quran, surat XXI). Mengenai sikap terhadap budak-budak, Nabi Muhammad berkata: "Tentang budak-budakmu --baik laki-laki maupun perempuan-- berilah makan padanya saperti yang kamu makan sendiri, dan beri lah pakaian padanya seperti pakaian yang kamu pakai sendiri. Apabila kamu tidak dapat meme-lihara mereka, atau mereka itu memperbuat sesua-tu kesalahan, berilah lepas padanya. Mereka itu hamba Allah seperti kamu juga, dan kamu harus lah berlaku baik-baik kepada mereka" (hal 39). "Sesungguhnya aku hanya seorang manusia belaka seperti kamu" (hal 40). Nabi kita yang suci itu tidak pernah menunjukkan tanda menyuruh orang menjunjung-junjung dia lebih daripada seharusnya. "Wet-wet yang telah ditetapkan oleh Nabi Muhammad Saw dengan pikiran yang masak dan dalam-dalam, memantangkan dan merintangi sebab-sebabnya orang bisa menjadi hartawan dengan mempunyai uang atau harta benda yang berjuta-juta harganya (hal 48). "Janganlah berlaku tidak adil di atas lain-lain orang dan kamu tidak akan dilakukan tidak adil oleh lain-lain orang" (hal 49) "Tiap-tiap wet oleh Islam, maka azas yang menuntun Nabi kita yang suci ini ialah azas: sebesar-besarnya keselamatan hendaknya menjadi bahagiannya sebanyak-banyaknya manusia, dan keperluannya seseorang hendaknya bertakluk kepada keperluannya orang banyak"(hal 50) Selanjutnya HOS Tjokroaminoto memberikan contoh-contohnya Sosialisme berdasarkan Islam. Seperti diketahui dalam tarikh Islam ditemui sebuah kisah sbb: Nabi Muhammad SAW mempunyai satu taman bernama Fidak. Sepeninggalnya Nabi kita yang suci itu, maka Fatimah, puterinya, menuntut akan mendapat Taman itu menurut hak-turunan. Tetapi Presiden Republik (maksudnya Khalifak Abubakar-pen) membantah haknya Fatimah, dengan alasan: bahwa Nabi Muhammad tidak mempunyai kekayaan dengan hak bagi dirinya sendiri, dan oleh karenanya maka segala sesuatu yang ditinggalkan olehnya, harus menjadi kepunyaan orang banyak. Begitulah Taman (kebon) tersebut dijadikan kepunyaan orang banyak (hal: 58). Keelokan Sosialisme Islam, kata HOS Tjokroaminoto, bahwa Sosialisme Islam tidak merusakkan nafsu kerajinan dan tidak pula menggoda keniatan orang akan mencari kemajuan, tetapi ditegah dan dipantangkan seseorang menindas dan merusakkan lain orang, ditegah dan dipantangkan seseorang menjadi kaya lantaran merugikan atau memakan hasil pekerjaan dan hasil usahanya lain orang (hal: 34). Demikian antara lain HOS Tjokroaminoto. Hos Tjokroamnoto belum pelajari Islam secara mendalam. Tampaknya "Sosialisme Islam" HOS Tjokroaminoto belum menemui apinya Al Quran, baru memungut bagian permukaan dan malah kadangkala telah mengambil kesimpulan hanya dengan bertolak dari "sepotong" (misalnya supaya yang miskin merasa bahagia dalam kemiskinannya, hal 29). Sementara fakta yang diketengahkan kurang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya (misalnya mengatakan di Kerajaan Saudi Arabi ada persamaan kehidupan rakyat, hal: 30). Maksudnya untuk membela Sosialisme Islam, justru memperlemah Sosialisme Islam itu sendiri. Pula Sosialisme Islam itu anti kapitalismenya tidak dihubungkan dengan surat Al Hujazah: (l) "Celakalah (azablah) untuk tiap-tiap pengumpat dan pencela (2) Yang menumpuk harta benda dan menghitung-hitungnya". Juga Sosialismenya sen-diri tidak dihubungkan dengan surat Al Qashash ayat 5: "Dan kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas (mustadhafin atau dhuafa) di bumi dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi bumi". Sebenarnya kekurangan HOS Tjokroaminoto itu wajar saja, karena seperti dikatakan Dawam Rahardjo dalam tulisannya (Intelektual Intelegensia dan perilaku politik bangsa-pen. Mizan, Bandung, 1993) dikatakan bahwa Tjokro sendiri, walaupun seorang muslim yang saleh, belum mempelajari Islam secara mendalam. Tujuan Tjokro menulis Sosialisme Islam adalah membuat perhitungan terhadap ideologi sosialisme. Di sini pertama-tama Tjokro mengambil sikap seorang Islam sejati dengan sendirinya menjadi sosialis dan kita kaum muslimin menjadi kaum sosialisten (hal 245). Buku Islam dan Sosialisme, ternyata hanya merupakan kajian awal (hal 246). Too Late and too Little Kuntowijoyo melalui tulisannya "SI dan pembaruan pemikiran Islam" (Kompas 7/6/95) mengatakan, "Kalau SI telah mengadakan pembaruan pemikiran dan keluar dengan ideologi Sosialisme Islam, dengan apa kah umat Islam keluar pada abad ke-21 yang menghadapi industrialisasi yang lebih lanjut?" Itulah problem yang ditampilkan Kuntowijoyo melalui tulisannya di atas. Problem itu dimunculkannya, karena kata Kuntowijoyo, pada awal Abad XX, ketika menghadapi kebangkitan kaum buruh, SI telah menghasilkan pembaruan pemikiran dengan ideologi Sosialisme Islam. Waktu itu Islam keluar dari sejarah "alamiah" dan mencoba "merekayasa" sejarah, tetapi rupanya kurang berhasil. SI yang terbiasa dengan perjuangan Wong Cilik yang umumnya telah berusaha menanggapi kepentingan Wong Cilik khusus yang bernama kaum buruh. Tetapi jawab SI atas tantangan itu too late and too little, SI kalah duluan dari marxisme dan kurang memuaskan kaum buruh yang sudah kehilangan kepercayaan pada kebaikan hati perseorangan dan "menghendaki kebaikan" hati kolektif. Pada akhir tulisannya Kuntowijoyo menjawab sendiri problema yang dimunculkannya dengan mengatakan bahwa pembaruan pemikiran Abad XXI nanti adalah pergantian cara berpikir ideologi menjadi berpikir ilmu. Benarkah akan demikian? Faktor dukungan finansial Lain pula yang dikatakan Dawam Rahardjo tentang Sosialisme Islam Tjokroaminoto ini. Dawam Rahardjo mengatakan, Tjokro yang sangat gandrung terhadap persatuan, dan barangkali juga melihat dirinya sebagai pemimpin utama yang harus berdiri di atas semua golongan, tidak setuju terhadap maksud menyingkirkan unsur komunis dalam SI. Baru ketika Tjokro masih berada dalam tahanan karena peristiwa Garut, duet Salim-Muis yang menguasai persidangan Kongres Nasional VI SI di Surabaya berhasil melaksanakan tindakan disiplin partai kepada golongan komunis yang ternyata telah mendapat dukungan kuat dari cabang-cabang Semarang, Solo, Salatiga, Sukabumi dan Bandung. "Dalam dasawarsa 1930-an," kata Dawam Rahardjo, "Pergerakan tidak berbicara lagi mengenai sosialisme. Buku Tjokro gagal mengajak golongan terpelajar muslim, baik yang bergabung dalam Jong Islamisten Bond, maupun Studenten Islam Studieclub yang berdiri pada tahun 1936 untuk menggali ajaran sosial Islam dalam kerangka sosialisme". Dawam Rahardjo dalam bukunya itu juga mengemukakan bahwa "Kesulitan untuk berbicara apalagi mengembangkan teori sosialis, sekalipun berdasarkan Islam, adalah kenyataan bahwa gerakan politik, organisasi sosial dan kegiatan dakwah Islam di Indonesia, dari segi finansial, didukung oleh pengusaha dan pedagang yang beraspirasi ingin bisa meningkatkan skala ekonomi mereka. Dalam proses peningkatan itu mereka mengharapkan perangsang-perangsang moneter, fiskal dan institusional dalam kerangka sistem kapitalis yang berlaku". Kesimpulan Dengan mendalami keterangan Dawam Rahardjo terakhir dalam bukunya itu, bahwa kesulitan mereka dalam mengembangkan teori sosialis, karena yang mendukung gerakan politik, organisasi sosial dan kegiatan dakwah adalah pengusaha dan pedagang yang kapitalis. Hal itu mudah difahami. Memangkepentingan kapitalis bertentangan dengan kepentingan sosialis. Tampaknya karena faktor pendanaan itu jugalah yang memegang peranan, hingga kini belum ada tokoh yang memunculkan partai sosialis yang berdasarkan Islam. Meskipun Amien Rais dengan "Tauhid Sosialnya" menentang eksploitasi manusia atas manusia. Jadi, belum ada tokoh Islam yang memunculkan partai sosialis berdasarkan Islam adalah karena ideologi yang akan memberikan dukungan finansial padanya nanti, bukan dari yang berideologi Sosialis Islam, melainkan dari yang berideologi kapitalis. Disinilah tidak tepatnya Kuntowijoyo yang menyimpulkan perjuangan ideologi, dianggapnya sudah berakhir memasuki abad ke-21, ternyata kini masih kental. Berpegangan kepada keterangan Dawam Rahardjo di atas, mudah diperkirakan bahwa kehidupan partai-partai Islam yang telah muncul, nantinya, secara finansial akan tergantung dari pengusaha dan pedagang yang berideologi membenarkan orang menumpuh-numpuk harta kekayaan, melakukan eksploitasi manusia atas manusia. Sukar diharap mereka akan sungguh-sungguh menegakkan yang hak dan melawan yang batil. Dengan kata lain mereka itu akan menentang sosialisme yang berdasarkan Islam.*** Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/ http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ --------------------------------- Want to be your own boss? Learn how on Yahoo! Small Business. [Non-text portions of this message have been removed] ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/