Salam...
Kita telah mengetahui bahwa salah satu alat yang diperlukan oleh manusia untuk
mengetahui alam sekitarnya adalah pancaindra. Kehilangan satu indra akan
menyebabkan hilangnya satu ilmu yang terkait secara langsung dengan indra
tersebut.
Sekarang pertanyaannya adalah, apakah jika semua indra kita berfungsi normal
maka secara otomatis kita bisa mengetahui hakikat dari sesuatu? Jawabannya
tentu saja tidak.
Dalam banyak hal pancaindra tidak bisa dijadikan sebagai patokan untuk
mengetahui keapa-an objek yang ingin kita ketahui. Tidak semua hal bisa
diteliti dan dibawa ke laboratorium untuk dilihat dengan mikroskop.
Orang tidak akan sanggup memperlihatkan bukti bagaimana bentuknya rindu, marah,
sedih, cinta dan lain-lain kecuali hanya menunjukkan gejala atau
perumpamaan-perumpamaan yang bisa dimengerti sebagai rasa rindu, marah, sedih
dan cinta.
Jikapun sains ingin meneliti bukti-bukti dari sesuatu yang bersifat abstrak,
maka sains hanya bisa meneliti kepada effek atau kecenderungan melekul, hormon,
darah atau semacamnya yang berhubungan dengan bagian-bagian phisik atau organ
tubuh seseorang.
Melihat persoalan ini, maka tentunya kita membutuhkan alat lain sebagai
pendamping indra, yaitu akal atau rasio.
Dengan rasio kita akan mampu memilah dan menguraikan semua informasi yang sudah
terekam oleh pancaindra. Dalam mengolah informasi tersebut kita biasanya
membuat katagori-katagori untuk mempermudah mengenali semua persoalan yang
telah dimediasi oleh indra tersebut. Yang ini kita masukkan kedalam katagori
kuantitas dan yang itu kita masukkan dalam katagori kualitas.
Misalnya, untuk ukuran luas persegi kita namai meter persegi, untuk ukuran
jarak kita namai meter, untuk berat kita namai kilogram dan kesemuaanya itu
kita masukkan kedalam katagori kuantitas. Ramah, suka senyum, galak dan
lain-lain kita masukkan kedalam katagori kualitas.
Untuk sesuatu yang tidak bisa kita katagorikan kedalam katagori kuantitas
ataupun kualitas kita masukkan kedalam katagori relatif. Beribu-ribu perkara
kita masukkan kedalam katagori relatif dan untuk perkara-perkara yang tidak
masuk kedalam katagori kuantitas, kualitas ataupun relatif kita kelompokkan
kedalam kelompok yang lain, yaitu katagori substansi.
Tentang pengkatagorian ini sendiri sebenarnya banyak pendapat dan sudut pandang
sehingga tidak semua ilmuwan seragam didalam pembuatan katagori-katagorinya.
Aristoteles misalnya, dia membuat 10 katagori dan ilmuwan yang lain mengatakan
5 katagori, Hegel dengan katagorinya sendiri, Kant juga demikian..
Pengkatagorian ini adalah merupakan aktivitas rasio dan pemikiran yang sifatnya
rasional. Rasio memproses sesuatu dari yang sifatnya partial menjadi general
dan kemudian universal.
Mungkin tidak semua dari kita mengetahui ataupun menyadari bahwa rasio memiliki
kecanggihan yang sangat luar biasa dalam urusan melepas (tajrid). Dengan
mengetahui sedikit saja kemampuan melepas (tajrid) rasio maka sesungguhnya
sangat mudah untuk mementahkan teori matrialisme yang berpangkal kepada
pembuktian indrawi semata.
Kita tahu bahwa hampir semua perkara di alam objektif/alam nyata ini sebenarnya
hanya ada satu perkara dan tidak mungkin dapat dipisah-pisahkan.
Misalnya :
“ada Budi” , “ada Alexander” , “ada Kursi” .
“5 mobil” , “10 orang” , “1000 supporter”
Contoh yang kita lihat diatas, di alam nyata itu hanyalah satu perkara. Kita
tidak bisa pisahkan 2 hal yang berbeda pada perkara tersebut pada alam nyata.
Kita tidak bisa pisahkan antara “Ada” dan “Budi” , kita tidak mungkin
mengatakan “ yang ini adalah si ADA dan yang itu adalah si BUDI”
Atau..
Kita tidak bisa mengatakan “ yang ini adalah si 5 dan yang itu adalah si
MOBIL”. Di alam nyata “2 hal” tersebut adalah satu kesatuan dan tidak bisa
dipisahkan.
Kita tidak bisa menghadirkan “ADA” untuk disaksikan atau menyaksikan sesuatu
tanpa dikaitkan kepada sesuatu yang lain, seperti mobil, Alexander, Budi dan
seterusnya.
Pun demikian, kita tidak bisa menghadirkan 5 untuk disaksikan atau menyaksikan
kecuali di ikatkan kepada ‘benda’ objektif seperti mobil, orang, angka,
supporter dan lain-lain.
Realitas yang hanya ada satu pada alam objektif tersebut bisa kita pisahkan
atau lepaskan (tajrib) menjadi 2 di alam rasio. Di alam rasio kita bisa saja
menghadirkan 5 tanpa mengikatkan kepada benda apapun. Kita bisa mengatakan
5x5=25 dengan tanpa mengatakan 25 mobil, motor dan lain-lain.
Sampai disini kita sudah bisa melihat bahwa, ruang gerak dan liputan yang bisa
diolah oleh rasio ternyata jauh melampaui ruang gerak yang bisa disampaikan
oleh indra.
Dan secara tidak langsung kita juga sudah bisa melihat hubungan kekerabatan
yang begitu dekat antara alat indra (baca :menghadirkan mobil ) dan alat rasio
( baca :menghadirkan 5 ) untuk wilayah dan otoritas masing-masing alat
mengetahui tersebut.
Salam,
Iman K.
www.parapemikir.com
Try cool new skins, plus more space for friends.
Download Sin