Re: [wanita-muslimah] Bangkitnya ateisme: Hidup tanpa agama lebih sehat ketimbang hidup dengan agama

2007-09-19 Thread lasykar5
Mas Satria,
Tidak setiap orang memiliki pandangan yang sama, atau dengan istilah lain,
punya sensor yang sama. Kalaupun sama sensornya, mungkin sensitifitasnya
yang berbeda. Untuk itulah saat terjadi heboh pelecehan Kartun Rasulullah
SAW di harian dari Denmark pertama kali tempo hari, tidak semua share the
same sentiment kan? Hanya sebagian kecil yang -- meminjam istilah Mas --
'dewasa' yang tidak 'terpancing' dengan kehebohan itu.
Kalo kita tengok ke belakang, bagaimana berbedanya sikap Abu Bakar
Ash-Shiddieq RA dan Umar bin Khattab RA saat menerima informasi yang sama:
wafatnya kanjeng Rasulullah. Umar yang memang temperamental, langsung
menghunus pedang dan mengancam memenggal leher siapapun yang berani
menyatakan Rasul mangkat. Abu Bakar, on the other hand, malah tampil
mendekati Umar, dan sekaligus berbicara ke publik ketika itu, mengingatkan
semuanya, terutama Umar, dengan membacakan ayat yang isinya adalah bahwa
Rasul adalah manusia biasa yang juga lahir dan meninggal.
Kalo saya kembalikan ke konteks ummat, kapanpun setting waktunya, tentu akan
ada kalangan ummat yang bersikap spt Umar di atas, yang mungkin ini
mayoritas (walau pd konteks Umar, hanya  Umar yang sedemikian emosional),
dan ada juga kalangan yang lebih mirip Abu Bakar.
Saya tidak akan melabeli mana yang dewasa dan mana yang tidak. Tapi kembali
ke kondisi pribadi masing-masing saja. Apakah Umar kurang terpelajar dengan
bersikap demikian, atau semata-mata karena kecintaan dan ikatan emosional
yang mendalam kepada Rasul?
Padahal, dalam keseharian, Abu Bakarlah yang 'seharusnya' bersikap spt Umar.
Bagaimana tidak? Hampir tiap memimpin shalat wajib, Abu Bakar hampir selalu
menangis. Bahkan ada yang khawatir dengan kepemimpinan Abu Bakar mengingat
lembutnya perasaan Abu Bakar ini.
Jadi, mas Satria, saya tidak bermaksud memihak tapi hanya menunjukkan bahwa
adalah kewajaran dan keniscayaan belaka beragam dan bertingkat-tingkatnya
level ekspresi keimanan ummat tergantung pada beragam parameter dan variabel
juga. Dan saya melihat ini sebagai asset ummat. Kalo semua ummat tidak
dewasa atau malah dewasa semua, sulit juga ya membayangkannya.
Untuk kasus Luthfie, saya melihat bahwa pokok pangkal permasalahannya adalah
pada Luthfie, bukan pada sidang pembaca atau mereka yang mendapat akses
untuk tahu tulisan opininya. Luthfie cukup cerdas saya kira untuk membaca
peta ummat dan bagaimana dia memposisikan diri. Tidak semua orang bisa punya
'privilege' untuk 'bermain' baik dalam tataran tulisan atau ucapan
sebagaimana seorang kyai yang cukup kesohor dan sangat digemari di kalangan
luar ummat (saya khawatir mas tidak suka saya pakai terma 'kafir' ...) walau
di kalangan ummat dia adalah sosok yang kontroversial. Luthfie harus
menerima kenyataan itu.
Anyway, saya pribadi melihat bahwa sosok spt Luthfie atau mereka yang aktif
di JIL, Freedom Institute atau filialnya, memang punya agenda tertentu yang
buat kalangan tertentu di ummat sudah jelas terbaca. Buat mayoritas kalangan
ummat lainnya, spt saya misalnya, mungkin masih samar-samar, mengingat
pemahaman islam saya yang belum secanggih mereka di lembaga-lembaga
tersebut. Entah kalo untuk ini saya disebut belum dewasa? :-)

salam,
satriyo

NB:
ini saya salin-tempel tanggapan teman atas forward saya di atas/bawah
(tulisan Luthfie):

lucu juga ya. tmn2 Eropa ku yang ateis ga membabi buta begitu sih. ama aku
yg pake jilbab mrk biasa aja tuh. paling2 suka nanya2 kenapa pake jilbab,
kenapa puasa. kenapa sholat. gitu aja sih. pas diterangin, mrk ngerti.
sama muslim indonesia sih mereka baek. tp sama tmnku yg dr Yaman, mrk gak
dkt. tp itu krn dia menutup diri. tmnku yg Yemeni itu, kl ada acara kumpul
int'l students ga dtg. dia pemilih sekali, maunya kumpul sama yg indonesia
atau tmn sekelasnya aja. ya jelas, org pada gasuka.

ini ada tulisan adekku yg lagi Ph.D di Groningen.

http://...blogs...com/

Tahukah kebohongan-kebohongan terbesar yang menyebabkan malapetaka di dunia
ini? Perang tak habis-habisnya. Perdamaian menjadi hanya retorika. Yang kuat
menindas yang lemah. Setidaknya (mungkin masih banyak lagi) ada dua
peristiwa bohong terbesar yang menyebabkan pertumpahan darah dan
ketidakadilan terus merajalela di dunia. Keduanya merupakan konspirasi besar
yang telah sukses menjadi alat propaganda di seluruh dunia.
Pertama adalah propaganda bahwa persitiwa 9/11 adalah ulah kelompok
anti-Barat. Saya tidak namakan kelompok tersebut sebagai 'teroris' --
sebagaimana dunia Barat memanggilnya -- karena istilah ini maknanya ambigu
dan konotasinya cenderung mendiskreditkan kelompok tertentu. Menurut
teori-teori 'conspiracy' 9/11 (silakan search hasil penelitiannya di google,
youtube, dll) banyak keganjilan kasat mata yang dapat menggugurkan laporan
resmi pemerintah AS ataupun siaran 'mainstream media' (katakanlah CNN, BBC,
dkk). Diantaranya struktur baja twin towers secara ilmu sipil tidak mungkin
roboh hanya karena diterobos pesawat dan kebakaran, proses robohnya
bangunan-bangunan tersebut persis dengan robohnya bangunan-

Re: [wanita-muslimah] Bangkitnya ateisme: Hidup tanpa agama lebih sehat ketimbang hidup dengan agama

2007-09-19 Thread lasykar5
Makasih mas Radityo.

Ada tanggpan ni dari milis sebelah ni, ...

salam,
satriyo

PS: maaf japri mas Radityo, takut kelamaan ngedon di Moderator krn
dimoderasi terus kalo hanya ke milis.


*Kekerasan 'Tanpa Tuhan'*







Muak, jengah, jijik dan anti dengan agama*;* begitulah kesan yang secara
provokatif ditampilkan oleh Luthfi Assyaukanie dalam artikelnya yang
berjudul "Aku Bersaksi Tidak Ada Tuhan Selain Darwin*:* Serangan Balik Kaum
Ateis" (lihat di *attachment*).* *Seakan provokasi ini masih kurang
mengguncang, Luthfi mem-*backup*-nya pula dengan empat referensi 'tanpa
Tuhan', yaitu*:*

   - Christopher Hitchens.* **God is Not Great: How Religion Poisons
   Everything*.* *New York*:* Twelve, 2007.
   - Daniel C. Dennett.* **Breaking the Spell: Religion as a Natural
   Phenomenon*.* *New York*:* Viking, 2006.
   - Richard Dawkins.* **The God Delusion*.* *London*:* Bantam, 2006.
   - Sam Harris.* **The End of Faith: Religion, Terror, and the Future of
   Reason*.* *New York*:* Norton, 2005.



Luthfi Assyaukanie adalah seorang 'pemikir' (jika memang
provokasi-provokasinya hendak dianggap sebagai produk kegiatan berpikir)
yang sering dijadikan rujukan oleh Jaringan Islam Liberal (JIL).* *Saking
rajinnya membuat tulisan, situs
JIL[1]pun
tidak lagi dianggap cukup untuk menampung kreatifitas Luthfi.
* *Kini, Luthfi aktif mengisi situsnya
sendiri.[2]
* *Dari situlah file *attachment* yang disertakan di sini berasal.



Sebenarnya artikel Luthfi Assyaukanie kali ini benar-benar telah mengalami
penyakit secara keilmiahan, dan kesalahan fatalnya telah terlihat bahkan
sebelum kita membaca paragraf pertamanya.* *Daftar referensi yang diajukan
jelas-jelas tidak memberi ruang secuil pun pada orang yang 'pro-agama',
karena keempat buku yang diajukan kesemuanya mengacu pada dua teori*:* Tuhan
itu tidak ada, dan agama itu berbahaya.* *Dengan demikian, jelaslah bahwa
artikel ini dibuat dengan keberpihakan yang amat besar dan tidak bisa
dijadikan acuan sama sekali untuk menimbang baik-buruknya agama.* *Ini
adalah sebuah artikel propaganda yang seratus persen berpihak pada ateisme.*
*Ironisnya, artikel ini justru berasal dari seseorang yang memiliki komitmen
begitu tinggi pada organisasi induknya yang diberi nama*:* Jaringan Islam
Liberal.



Agaknya Luthfi sendiri mengalami kesulitan yang amat sangat untuk
menyembunyikan kebenciannya terhadap Islam.* *Di awal artikel, ia sudah
berusaha untuk 'tampil objektif' dengan membuka paragraf dengan
kalimat*:*"Para pendukung Ateisme mestinya berterima kasih kepada
Osama bin Laden dan
Jerry Falwell yang menjadikan agama begitu agresif dan garang."*
*Ditampilkanlah
seorang 'teroris Muslim' (Osama bin Laden) dan seorang 'provokator Kristen'
(Jerry Falwell).* *Dalam logika anak kecil yang emosional, ini sudah bisa
dianggap adil.* *Sikap 'objektif' ini ditampilkannya sekali lagi pada akhir
paragraf kedua, dimana tokoh Islam, Syiah dan Kristen sama-sama disebut
namanya sebagai teroris.* *Akan tetapi pada paragraf selanjutnya, Luthfi
'kelepasan' ketika memberikan contoh-contoh teror jaman sekarang yang
dilakukan oleh 'kaum beragama'*:*



*Kemunculan buku-buku tentang Ateisme belakangan ini dipicu oleh berbagai
peristiwa kekerasan dan kebencian yang mengatasnamakan agama. Horor 9/11,
peledakan stasiun kereta di Madrid dan London, bom bunuh diri di Timur
Tengah, dan aksi-aksi kekerasan dan keberingasan lainnya mengusik kaum Ateis
untuk kembali menyuarakan keyakinan lama mereka bahwa agama memang buruk,
agama hanya menyengsarakan manusia, dan tak ada lagi alasan manusia untuk
beragama.*



Tragedi 9/11, peledakan stasiun kereta di Madrid dan London, semuanya
dituduhkan kepada umat Islam.* *Adapun bom jihad (yang disebutnya sebagai
'bom bunuh diri') memang benar sering dilakukan oleh umat Islam.* *Dengan
kata lain, Luthfi tengah mengatakan bahwa perbuatan umat beragama, khususnya
Islam, telah membuat kaum ateis semakin yakin bahwa agama itu
merusak.* *Penekanan
khusus pada umat Islam disini, meski implisit, menunjukkan 'jati diri'
Luthfi Assyaukanie yang sebenarnya.* *



Untuk seorang pemikir masa kini, agaknya perlu dipertanyakan mengapa Luthfi
gagal mencantumkan sederet panjang aksi biadab kaum Zionis terhadap
Palestina dan Lebanon.* *Dulu, Quraish Shihab pernah berpendapat bahwa suatu
hal yang luar biasa ajaib namun terjadi secara rutin akan dianggap sebagai
hal biasa.* *Barangkali pembantaian ala Zionis pun sudah menjadi biasa bagi
Luthfi, sehingga tidak perlu dicantumkan dalam daftar kekerasan di sini.



Di sisi lain, sebenarnya kita dapat dengan mudah memahami mengapa Luthfi
berusaha keras untuk membuat para pembaca lupa dengan kesadisan
Zionisme.* *Alasannya
sederhana saja, yaitu karena hal terseb

[wanita-muslimah] Bangkitnya ateisme: Hidup tanpa agama lebih sehat ketimbang hidup dengan agama

2007-09-18 Thread radityo djadjoeri
Dicomot dari postingan Luthfi Syaukani
   
   
  Dear All,

Bagi yang ingin mendownload makalah saya untuk diskusi tentang
bangkitnya Ateisme pada Kamis, 20 September 2007, di Freedom
Institute, silakan klik link di bawah ini.

Salam
Luthfi

Aku Bersaksi Tidak Ada Tuhan Selain Darwin:
Serangan Balik Kaum Ateis

Luthfi Assyaukanie

Para pendukung Ateisme mestinya berterimakasih kepada Osama bin Laden
dan Jerry Falwell yang menjadikan agama begitu agresif dan garang.
Aksi-aksi kekerasan dan teror yang mengatasnamakan Tuhan sejak
beberapa tahun terakhir adalah puncak dari kebangkitan agama dan
sekaligus krisis bagi keberadaannya. Sejak awal tahun 1970an, kaum
Ateis dan sekular meratapi mandeknya proses sekularisasi. Agama yang
sejak abad ke-19 diramalkan bakal punah malah bangkit dan mengisi
ruang-ruang publik umat manusia. Kecuali di Eropa Barat, hampir semua
agama di dunia mengalami kebangkitannya. Jurnal-jurnal sosiologi
selama dasawarsa 1980an dipenuhi dengan perdebatan matinya sekularisme
(dan juga sekularisasi) .

August Comte, Charles Darwin, Sigmund Freud, Emile Durkheim, Karl
Marx, dan para ilmuwan sosial besar lainnya dianggap keliru karena
telah meramal bahwa masa depan umat manusia adalah masa depan sekular
yang bersih dari mitos-mitos agama. Kenyataannya, sejak 1970an, agama
bangkit dan tokoh-tokoh seperti Ayatullah Khomeini, Paus Yohannes
Paulus, Desmond Tutu, dan Dalai Lama, menggantikan nama-nama sekular
abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Kebangkitan agama telah memasuki dekade keempatnya ketika pada tanggal
11 September 2001, sekelompok kaum beriman menabrakkan dua pesawat
yang ditumpanginya ke gedung WTC di Amerika Serikat. Peristiwa yang
kemudian dikenal sebagai peristiwa 9/11 itu menjadi kulminasi bagi
kebangkitan agama di dunia modern dan sekaligus menjadi titik rawan
keberadaannya. Kaum sekular dan pendukung Ateis yang selama ini
tenggelam dalam kekecewaan seakan mendapatkan amunisi baru untuk
menyerang agama. Sekularisme tidak mati. Ateisme bangkit lagi. Justru
agamalah yang kini berada di ambang kebangkrutan.

Bukan Charles Darwin yang berbahaya bagi kemanusiaan dan peradaban
manusia, tapi para tokoh agama yang tak henti-hentinya mengkampanyekan
pandangan-pandangan obskurantis yang anti kemajuan dan peradaban.
Darwin tak pernah menyuruh manusia membunuh orang. Tapi, Osama bin
Laden dan Imam Khomeini jelas-jelas melakukannya. Agama bangkit bukan
untuk menebar kedamaian, tapi untuk menyeru kekerasan dan permusuhan.
Jerry Falwell, Pat Robertson, dan Billy Grahama memiliki segudang
dalil dan argumen untuk merekrut kaum Kristen menjadi tentara Tuhan.

Kemunculan buku-buku tentang Ateisme belakangan ini dipicu oleh
berbagai peristiwa kekerasan dan kebencian yang mengatasnamakan agama.
Horor 9/11, peledakan stasiun kereta di Madrid dan London, bom bunuh
diri di Timur Tengah, dan aksi-aksi kekerasan dan kebringasan lainnya
mengusik kaum Ateis untuk kembali menyuarakan keyakinan lama mereka
bahwa agama memang buruk, agama hanya menyengsarakan manusia, dan tak
ada lagi alasan manusia untuk beragama.

Pada 2005, Sam Harris, seorang mahasiswa filsafat yang tengah
merampungkan PhD-nya dalam bidang neuroscience (penelitiannya tentang
"saraf iman" dan "saraf kafir") menerbitkan The End of Faith, sebuah
reaksi penulisnya terhadap berbagai peristiwa teror dan kekerasan yang
mengatasnamakan agama. Pesan utama buku ini adalah bahwa agama adalah
sesuatu yang terbuka untuk didiskusikan. Agama bukanlah sesuatu yang
bisa mendapat perlakuan khusus. Kekeliruan kita selama ini adalah
menganggap agama sebagai sesuatu yang istimewa sehingga selalu ada
keraguan setiap kali hendak masuk ke wilayah ini. Harris menekankan
kembali poin ini pada bukunya yang terbaru, Letter to a Christian
Nation (2006).

Pada 2006, Daniel C. Dennet menerbitkan karyanya, Breaking the Spell:
Religion as a Natural Phenomenon, sebuah buku yang berusaha menegaskan
bahwa agama adalah fenomena alam belaka. Sama seperti Harris, Dennet
berpendapat bahwa tak ada yang suci dari agama. Ia hanyalah sebuah
produk ciptaan manusia, sebagaimana manusia menciptakan bidang
ekonomi, politik, teknologi, dan bidang-bidang kehidupan lainnya.

Pada tahun yang sama, Richard Dawkins menerbitkan The God Delusion. Di
antara buku-buku sejenis, karya Dawkins ini barangkali adalah buku
yang paling menggemparkan publik pembaca. Dalam buku ini, Dawkins
berperan lebih sebagai filsuf ketimbang seorang saintis. Dia berusaha
mengerahkan seluruh energi intelektualnya untuk membuktikan bahwa
Tuhan tidak ada dan berusaha meyakinkan kita bahwa mengajarkan agama
kepada anak-anak adalah sebentuk pelecehan (child abuse). Pada
pertengahan 2007, Christopher Hitchens menerbitkan God is not Great,
sebuah buku yang memaparkan bukti-bukti tentang ketiadaan Tuhan. Lewat
pendekatan jurnalistik dan populer, Hitchens mengajak kita bahwa hidup
tanpa agama lebih sehat ketimbang hidup dengan agama.

Download makalah lengkap:
http://www.assyauka nie.com/papers/ aku-bersaksi- tidak-ada- tuhan-se