http://www.acehkita.com/?dir=news&file=detail&id=861

    
            Sabtu, 22 April 2006, 09:28 WIB
            REPORTASE


            Bekas Terhukum Cambuk yang Sakit-sakitan



            Reporter : Halim Mubary

            ZAKARIA (61) merupakan salah seorang terhukum cambuk dalam kasus maisir (judi) yang pertama kali dilaksanakan di Bireuen tahun lalu. Bersama enam temannya sesama warga Desa Pulo Kiton, Kecamatan Kota Juang, Bireuen, ayah lima anak ini menjalani hukuman cambuk di halaman Masjid Agung Bireuen pada Juni 2005, persis hampir satu tahun yang lalu. Saat itu polisi menggerebek Zakaria dan enam orang temannya, saat sedang bermain judi jenis joker beromset Rp 45.000 di sebuah kebun pisang di desa setempat.


            Nama Zakaria lah yang paling sering disebut-sebut di media elektronik dan cetak, menjelang dan saat hukuman cambuk digelar kala itu. Dia pula yang sangat impresif saat cambuk mendarat di punggungnya dengan berkali-kali mengacungkan tangan ke atas bak seorang petinju yang memenangi pertarungan, begitu sang algojo usai membenturkan rotan ke punggung ringkihnya.


            Mengenai ada salah seorang terhukum yang melarikan diri saat mau dihukum pada akhir Februari lalu yang bertempat di sebuah lapangan Kota Matangglumpang Dua, Peusangan, Zakaria spontan mangatakan agar terhukum yang lari itu, juga harus dicambuk. "Jangan karena dia seorang pegawai, maka hukumannya boleh dihilangkan. Jika ini yang terjadi, maka kami mantan terhukum, akan menuntut keadilan!" seru Zakaria.


            Laki-laki ini juga minta agar bukan hanya masyarakat kecil saja yang dicambuk, tapi para koruptor dan pejabat yang memperminkan uang rakyat, juga harus dicambuk. "Kalau perlu, potong tangannya!" lanjutnya berapi-api.


            Lalu apa kabar Zakaria sekarang setelah hampir satu tahun menjalani hukuman cambuk? Ditemui acehkita.com, di tengah keramaian Kota Bireuen pada Jumat (21/4). Siang menjelang shalat Jumat itu, kakek dua cucu ini tengah berada di salah satu depot obat, langsung menegur reporter situs ini sambil bertanya, "masih kenal saya?" sapanya dalam bahasa Aceh.  


            Karena pernah mewawancarainya menjelang menjalani hukuman cambuk dulu, acehkita.com pun merasa terkejut juga begitu ada yang tegur. Kendatipun rasa sakit dan bilur-bilur biru akibat terkena enam kali cambukan di punggungnya, sudah hilang tak berbekas, namun ayah lima anak ini sekarang suka mengeluh, karena dadanya yang sering sesak.


            Menurut Zakaria, dia membeli obat ke depot untuk dirinya sendiri. Obat generik yang terdiri dari tiga jenis itu dibeli seharga Rp 2.000. Obat itu, katanya, untuk mengobati jantungnya yang sering kumat belakangan ini.


            "Setelah dihukum cambuk, jantung saya suka sakit. Kebetulan tadi ada teman yang kasih uang Rp 2.000, maka saya langsung beli obat!" cetus Zakaria.


            Tubuh Zakaria memang tampak kian kurus saja dan tampak bertambah tua, dibandingkan setahun lalu. Dengan bersandal jepit, Zakaria sempat berbincang lama pada situs ini. Menurut Zakaria, pascahukuman cambuk yang membuat diri dan keluarganya  malu itu, sekarang rasa sakit kerap mendera dadanya.


            "Dada saya sering terasa sesak mendadak. Kalau ada uang dua atau tiga ribu, saya ke depot untuk beli obat ini. Kalau sudah minum maka sakit di dada agak berkurang. Tapi tetap saja tidak bisa sembuh total!" jelasnya.


            Ditanya kenapa tidak berobat ke rumah sakit? Zakaria mengaku tidak punya uang. Jangankan untuk ke rumah sakit, untuk kebutuhan sehari-hari saja masih kurang. "Saya sehari-hari kerja membetulkan pagar orang, memperbaiki genteng dan atap rumah yang bocor. Sesekali ada juga disuruh membersihkan rumput di pekarangan rumah orang!" kata Zakaria. Dari hasil pekerjaannya itu, Zakaria memperoleh penghasilan sekitar Rp 100.000 per bulannya.


            Sedangkan sang istri membantu cuci pakaian di beberapa rumah tetangga. Dari perkawinannya dengan Nurhasanah, laki-laki ini sudah dikaruniai lima anak. Si sulung sudah lima tahun berangkat ke Batam, Riau untuk cari kerja di sana.


            "Kadang anak saya itu ada juga kirim uang belanja buat bantu dua adiknya yang masih sekolah," beber Zakaria.


            Sedangkan anaknya nomor dua perempuan, sudah kawin dan punya dua anak. Anaknya yang nomor tiga, tahun lalu sudah tamat SMA.


            "Saya mau menjumpai bupati, tapi susah sekali ketemunya. Harus lapor sana, lapor sini," ujarnya.


            Tujuannya bertemu bupati, untuk minta uang berobat dan sekaligus minta anaknya yang baru tamat SMA, agar bisa jadi pegawai honor di kantor bupati. Begitupun, Zakaria mengaku sempat juga menelepon bupati perihal anaknya itu. Namun, bupati menyuruhnya menghadap Sekdakab untuk urusan honor anaknya.


            Lima hari yang lalu, Zakaria memang berhasil bertemu Sekdakab Bireuen, Drs Hasan Basri Djalil, yang kebetulan rumahnya berada di desa yang sama dengan Zakaria. Tapi alih-alih memperoleh pekerjaan untuk anaknya, Hasan Basri malah mengeluhkan bahwa untuk saat ini, dirinya belum bisa terima pegawai honor baru, karena masalah penerimaan CPNS Bireuen yang bermasalah.


            "Saya lagi pusing sekarang mikirin masalah CPNS ini!" Kata Zakaria, mengutip kalimat Hasan Basri, yang juga mantan temannya sewaktu kecil dulu.


            Padahal, menurut Zakaria, sebelum ke rumah Sekdakab, dirinya terlebih dulu menelepon Bupati Mustafa A Glanggang untuk memberitahukan kedatangannya pada Sekdakab. Oleh bupati langsung menelepon Sekda dan menyuruh menerima Zakaria serta mengurus anaknya agar diterima sebagai tenaga honorer.


            Tapi apa boleh buat, Zakaria tetap harus menerima nasibnya. Jangankan untuk meluluskan anaknya sebagai CPNS, sebagai tenaga honorer saja susahnya minta ampun. "Tapi saya yang orang tak punya ini, kenapa tidak diperhatikan," keluhnya lirih.


            Sebelum mengakhiri perbincangan, Zakaria bertekad untuk bertemu langsung dengan bupati untuk dua keperluan tadi, minta biaya berobat akibat cambukan yang mendera punggungnya, juga untuk minta anaknya diangkat sebagai tenaga honorer. Itu saja! Lalu, bagaimana perhatian dari Dinas Syariat Islam -melalui Wilayatul Hisbah, yang telah mencambuknya? Tidak ada sama sekali. [dzie]
          
    


--
----------------------------------------
I am using the free version of SPAMfighter for private users.
It has removed 307 spam emails to date.
Paying users do not have this message in their emails.
Try www.SPAMfighter.com for free now!


[Non-text portions of this message have been removed]



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke