http://www.suarapembaruan.com/News/2008/04/16/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 
--------------------------------------------------------------------------------

Belajar dari Pendidikan di Tiongkok
 

Oleh William 

Hari Senin, 7 April 2008 saya menghadiri seminar bertajuk "Transformasi 
Pendidikan" yang diselenggarakan oleh Universitas Pelita Harapan, Karawaci. 
Pembicara kunci dalam seminar tersebut adalah Prof Xu Zhihong, presiden dari 
Universitas Beijing, Tiongkok. Banyak hal yang dapat diambil dari pemaparan 
dalam seminar yang dihadiri oleh lebih dari 1.000 peserta tersebut. Topik 
transformasi; perubahan yang menjadi kepedulian utama dalam dunia pendidikan di 
berbagai negara bertambah hangat untuk dibicarakan tatkala Prof Xu Zhihong 
membuat peserta tercengang melihat data yang menunjukkan betapa negara besar 
seperti Tiongkok begitu concern terhadap kemajuan pendidikannya. 

Prof Xu Zhihong mengungkapkan betapa besarnya tantangan yang dihadapi Tiongkok 
sesaat setelah globalisasi mengalir deras. Momentum tersebut dibarengi dengan 
bergabungnya Tiongkok ke dalam WTO (World Trade Organization). Sebagai negara 
maju yang terus bertumbuh secara ekonomi, pendidikan di Tiongkok secara umum 
masih menyatakan diri sebagai sebuah lahan yang kurang dari segi inovasi. Oleh 
karena itu, menghadapi tantangan dunia yang disibukkan oleh target pencapaian 
MDGs (Millennium Development Goals), Tiongkok menargetkan diri untuk menjadi 
bangsa yang se- makin beradab dalam bidang ekonomi, sosial-budaya, teknologi, 
dan tentunya pendidikan. 

Mengambil contoh Universitas Beijing, saya menyimpulkan ada 5 hal yang menjadi 
tonggak penentu kemajuan pendidikan di Tiongkok. Pertama, pentingnya riset 
teknologi yang dilakukan secara berkesinambungan. Riset, seperti yang kita 
ketahui, merupakan suatu upaya mencari terobosan-terobosan baru yang berguna 
bagi dunia ilmu pengetahuan modern. Biasanya, perkembangan riset yang pesat dan 
terarah berbanding lurus dengan kemajuan suatu bangsa. Lihat saja Jerman dengan 
riset medisnya yang terkenal dan Amerika Serikat dengan berbagai riset 
teknologinya. Mungkin ini pulalah yang ingin dilakukan oleh Tiongkok. Di sini, 
peran para intelektual pendidikan di lingkungan universitas memegang peranan 
yang amat penting untuk mengusahakan kemajuan tersebut. Tanpa peran para 
intelektual, akan sulit tercipta sebuah sistem yang kooperatif dalam dunia 
pendidikan. 

Kedua, pentingnya aplikasi hasil riset tersebut dalam berbagai bidang 
kehidupan. Dalam hal ini, hasil riset tentunya bernilai ekonomis sehingga 
semakin mendorong para intelektual untuk berkarya semaksimal mungkin. Biasanya, 
dunia industrilah yang paling banyak menggunakan temuan-temuan baru hasil 
riset. Satu hal yang perlu dicatat mengenai perkembangan riset di Tiongkok 
berkaitan dengan banyaknya sumber daya manusia yang berkisar pada angka 18,85 
juta orang. Dan setiap tahun, ada sekitar 10 juta orang yang siap memasuki 
bangku kuliah. Tidaklah sulit untuk menemukan segelintir kecil orang-orang 
cerdas dari angka yang besar itu. Keadaan yang demikian sebenarnya sama dengan 
Indonesia, namun perbedaannya terletak pada karakter dan sikap para intelektual 
tersebut dalam memberikan arah dan orientasi terhadap kemajuan pendidikan. 
Tampaknya kita harus segera berbenah diri apabila tidak ingin tertinggal lebih 
jauh lagi. 

Ketiga, rekruitmen pelajar dari berbagai belahan dunia secara berkala turut 
memberikan sumbangsih dalam transformasi pendidikan di Tiongkok. Dengan 
berbagai fasilitas yang ditawarkan seperti beasiswa penuh, gaji atau uang saku 
serta jaminan akan adanya tempat tinggal yang layak membuat tawaran untuk 
belajar di Tiongkok seakan sayang untuk dilewatkan begitu saja. Strategi 
semacam ini berkorelasi juga dengan kemauan pemerintah setempat melalui 
Departemen Pendidikan untuk memberikan program-program terbaik yang 
dipublikasikan secara umum di panggung internasional. Untuk masalah dana, 
sekitar 1,49 persen dari Produk Domestik Bruto dialokasikan untuk kepentingan 
riset nasional, sedangkan 4 persen dari Produk Domestik Bruto digunakan untuk 
membangun pendidikan secara umum. 


Membuka Peluang 

Keempat, partnership dengan universitas-universitas terkemuka dunia juga turut 
meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan di Tiongkok. Partnership membuka peluang 
terjadinya transfer teknologi di berbagai bidang kehidupan. Hubungan baik 
antara para profesor dengan institusi-institusi pendidikan dunia juga menjadi 
nilai tambah bagi dunia pendidikan. Melalui partnership ini pula, banyak 
pelajar Tiongkok yang belajar ke luar negeri sehingga pada akhirnya 
terbentuklah bangunan-bangunan kedaulatan Tiongkok di seluruh pelosok dunia. 
Membandingkan keadaan serupa dengan negara kita, sebenarnya sudah amat banyak 
pelajar kita yang juga menuntut ilmu sampai ke luar negeri, dan karena itulah 
kita sebaiknya menegakkan kepala bersama-sama untuk mengikuti jejak negara 
Tiongkok yang sudah terlebih dahulu sukses. 

Kelima, tentunya adalah dukungan pemerintah Tiongkok yang begitu antusias 
terhadap riset, pengayaan teknologi, dan peningkatan kualitas pendidikan, baik 
itu secara moral maupun materi. Berdasarkan data statistik, terjadi peningkatan 
alokasi dana riset yang begitu besar dalam rentang waktu antara tahun 1995 dan 
tahun 2007. Pada tahun 1995, pemerintah Tiongkok hanya mengucurkan dana sekitar 
100 juta RMB sedangkan pada tahun 2007, lebih dari 1,8 miliar RMB dibayar oleh 
pemerintah sebagai ganti dari kemajuan dan kehormatan yang Tiongkok terima hari 
ini. Menurut Prof Xu Zhihong, universitas merupakan salah satu sendi 
pembangunan suatu bangsa. Dari sudut pandang intelektual, lebih dari 50 persen 
inovasi yang ada dalam lingkungan masyarakat dihasilkan melalui riset yang 
dilakukan oleh para intelektual universitas. Selain itu, metode penyesuaian 
antara ilmu pengetahuan dan kebutuhan zaman juga dapat diprakarsai oleh 
kehidupan sebuah universitas. Jadi, universitas adalah sebuah wadah yang 
berperan serta dalam membangun masyarakat, bukan hanya sekadar kumpulan 
manusia-manusia yang diprogram untuk mendapat nilai akademis 
setinggi-tingginya. 

Perubahan konsep pendidikan dari knowledge oriented (orientasi pada ilmu) 
menjadi market oriented atau orientasi pada kebutuhan masyarakat melahirkan 
berbagai gagasan nyata untuk memperbaiki keadaan masyarakat secara sosial agar 
menjadi lebih baik. Maka tidak heran, bidang sosial-kemasyarakatan tumbuh 
begitu subur karena dijadikan pilihan oleh banyak mahasiswa. Inilah yang 
menjadi alasan mengapa Tiongkok senantiasa tegar menghadapi tuntutan zaman yang 
semakin tidak menentu. Kembali lagi pada pendidikan bangsa kita, memang tidak 
selamanya pengaruh dan nilai-nilai dari luar negeri itu baik adanya. Namun, 
tidak ada salahnya apabila kita mengambil hikmah positif dan belajar dari 
Tiongkok tentang bagaimana caranya memajukan pendidikan supaya memperoleh hasil 
yang optimal. Belajarlah sampai ke negeri Tiongkok, pepatah ini tampaknya cocok 
untuk menggambarkan bagaimana kita masih harus belajar banyak. Akhir kata, 
majulah pendidikan Indonesia! 


Penulis adalah pelajar kelas XII di MA Bunda Hati Kudus, Jakarta danpenulis 
buku pendidikan berjudul"Pesan dari Murid untuk Guru" 



--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 16/4/08 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke