[wanita-muslimah] Dicari Reporter Hijau (Green Reporter Indonesia), Pingin?

2009-03-29 Terurut Topik hutan.lestari
Bumi kini sedang menangis sedih. Tetumbuhan tengah dilanda lara-lapa yang 
sangat, akibat tertimpuk oleh gergaji dan kampak-kampak yang tak kenal ampun. 
Air dan tanahnya juga sedang termehek-mehek menahan lukanya yang terlalu amat, 
akibat terkooptasi oleh berbagai limbah yang mematikan mereka. Global warming, 
benar-benar menjadi ancaman yang sedang melilit denyut nadi keselamatan bumi 
dan lingkungan hidup ini.

Semata-mata demi usaha maksimal penyelamatan dunia dari ancaman global warming 
lengkap dengan musibah-musibah yang menyertainya akibat kerusakan lingkungan 
hidup yang mengakut dan kronis; jelaslah dibutuhkan kesadaran kolektif dari 
kita semua. Langkah jitu pertama yakni menstimulusi agar setiap orang bisa 
menjadi WargaHijau—yakni orang-orang yang peduli (cinta, tresno, love, hubb, 
libbe) pada upaya-upaya pelestarian alam dan lingkungan hidup. Pada tataran 
selanjutnya diperlukan para juru warta, penulis, inspirator yang kuasa 
memercik-percikkan informasi tentang urgensitas pelestarian lingkungan hidup di 
tengah masyarakat. Maka kehadiran Pewarta Hijau (Green Reporter) menjadi 
perkara paling substantif yang tak bisa ditawar-tawar lagi.

Memang, upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup tak harus perlu dimulai via 
langkah-langkah yang membutuhkan biaya finansial tinggi. Langkah-langkah kecil, 
taktis tetapi secara kontinyu digencarkan semisal seorang petani yang rajin 
menanam satu tanaman setiap minggu sekali, termasuk juga langkah cerdas. 
Memelihara kelinci untuk memakan sampah-sampah (limbah) organik di rumah tangga 
kita serta membuat lubang sampah pada tanah, memakai air (hidrogen monoksida) 
seirit mungkin, dan masih banyak lagi—pun include dalam usaha-usaha 
melestarikan lingkungan hidup.

Boleh dikata, saat ini—bulatan pejal tanah liat raksasa bernama bumi yang kini 
dihuni hampir 7 miliar manusia lengkap dengan multispesies fauna dan 
jenis-jenis tumbuhan, tengah berada di ujung pintu gerbang big bang mesin 
penghancur batu. Kalau kita rajin membaca-baca berbagai jurnal ilmiah atau 
minimal telaten mengudap-kudapi media cetak dan elektronik, ternyata kerusakan 
lingkungan di jagat raya ini kian parah. Bulu kuduk kita dijamin seribu persen 
bisa dibikin berlari-lari ke sana kemari pascatahu ancaman kiamat segera 
datang akibat ulah kerakusan tabiat umat manusia sendiri. Sebab nasib bumi 
sedang dalam status gawat darurat alias dinyatakan Save Our `SOS' Soul.

Detik-detik ini pula, para pemimpin negeri berpenghuni 230 juta ini masih minim 
yang peduli pada kelestarian lingkungan hidup. Para pengusaha, konglomerat juga 
bisa dihitung dengan jempol berapa banyak yang peduli pada kelestarian alam. 
Artinya, sementara ini kita tak bisa menggantungkan dua ratus, tiga ratus 
persen akan nasib perbaikan dan kelestarian lingkungan hidup hanya kepada kaum 
konglomerat dan pemimpin negeri ini. Toh, mereka mayoritas tidak banyak peduli. 
Itu cuma jadi bahan retorika yang terus utopis.

Dengan demikian, amat dibutuhkan kesadaran mutlak kita (umat/rakyat) 
sendiri—yang jumlahnya lebih mendominasi untuk melakukan gerakan swadaya nan 
terstruktur untuk mencari solusi cerdas atas kerusakan lingkungan hidup itu. 
Para petani yang amat melekat dengan kehidupan alam, yang jumlahnya jutaan 
orang itu bisa segera diberdayakan (bukan malah diperdayai) untuk melakukan 
gerakan massal peduli nasib lingkungan. Pedagang, pelajar, mahasiswa dan buruh 
pabrik juga perlu diprovokasi agar segera melek lingkungan hidup.

Serupa dengan itu; para nelayan, polisi, tukang parkir, karyawan swasta dan 
profesi lain yang tak tercatat dalam peta pekerjaan formal—bisa memprakarasai 
munculnya kesadaran kolektif untuk care pada alam, hewan, tumbuhan dan 
kelestarian bumi ini. Penting pula membangunkan kepedulian dan partisipasi para 
budayawan, sineas, aktor/aktris, penulis, jurnalis, tokoh agama dan pejabat 
selalu mendahulukan kelestarian lingkungan hidup.

Guna menumbuhkan kesadaran dalam melestarikan lingkungan hidup itulah, maka 
Yayasan Peduli Hutan YPHL Lestari  secara terbuka mengajak Anda tanpa 
mengenal batasan usia, perbedaan SARA, gender dan ras serta bahasa, 
bangsa—untuk jadi voluenteer Pewarta Hijau (Green Reporter Indonesia) dalam 
lingkup komunitas WargaHijau (Green Citizen Indonesia) 

Bagi Anda yang tertarik, cukup dipersilahkan kirim email maupun Curriculum CV 
Vitae-nya ke alamat email: 
reporter[at]wargahijau.org



Re: [wanita-muslimah] Dicari Reporter Hijau (Green Reporter Indonesia), Pingin?

2009-03-29 Terurut Topik Ari Condro
Mohon maaf,  global warming belum menjadi main concern dalam dinamika 
keislaman, juga disiplin yg lkebih spesifik seperti ekonomi islam, merasa sudag 
green sejak awal, dan nggak ada urusan dengan kerusakan lingkungan yang 
terjadi sekarang.

Padahal, kalau berhitung, berapa banyak muslim yg pakai ac di rumah rumah 
mereka, berapa banyak limbah rumah tangga yg dipakai muslim, berapa banyak 
sampah kertas dan plastik yg dihasilkan muslim ?


salam,



-Original Message-
From: hutan.lestari hutan.lest...@gmail.com

Date: Sun, 29 Mar 2009 09:06:13 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Dicari Reporter Hijau (Green Reporter Indonesia), 
Pingin?


Bumi kini sedang menangis sedih. Tetumbuhan tengah dilanda lara-lapa yang 
sangat, akibat tertimpuk oleh gergaji dan kampak-kampak yang tak kenal ampun. 
Air dan tanahnya juga sedang termehek-mehek menahan lukanya yang terlalu amat, 
akibat terkooptasi oleh berbagai limbah yang mematikan mereka. Global warming, 
benar-benar menjadi ancaman yang sedang melilit denyut nadi keselamatan bumi 
dan lingkungan hidup ini.

Semata-mata demi usaha maksimal penyelamatan dunia dari ancaman global warming 
lengkap dengan musibah-musibah yang menyertainya akibat kerusakan lingkungan 
hidup yang mengakut dan kronis; jelaslah dibutuhkan kesadaran kolektif dari 
kita semua. Langkah jitu pertama yakni menstimulusi agar setiap orang bisa 
menjadi WargaHijau—yakni orang-orang yang peduli (cinta, tresno, love, hubb, 
libbe) pada upaya-upaya pelestarian alam dan lingkungan hidup. Pada tataran 
selanjutnya diperlukan para juru warta, penulis, inspirator yang kuasa 
memercik-percikkan informasi tentang urgensitas pelestarian lingkungan hidup di 
tengah masyarakat. Maka kehadiran Pewarta Hijau (Green Reporter) menjadi 
perkara paling substantif yang tak bisa ditawar-tawar lagi.

Memang, upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup tak harus perlu dimulai via 
langkah-langkah yang membutuhkan biaya finansial tinggi. Langkah-langkah kecil, 
taktis tetapi secara kontinyu digencarkan semisal seorang petani yang rajin 
menanam satu tanaman setiap minggu sekali, termasuk juga langkah cerdas. 
Memelihara kelinci untuk memakan sampah-sampah (limbah) organik di rumah tangga 
kita serta membuat lubang sampah pada tanah, memakai air (hidrogen monoksida) 
seirit mungkin, dan masih banyak lagi—pun include dalam usaha-usaha 
melestarikan lingkungan hidup.

Boleh dikata, saat ini—bulatan pejal tanah liat raksasa bernama bumi yang kini 
dihuni hampir 7 miliar manusia lengkap dengan multispesies fauna dan 
jenis-jenis tumbuhan, tengah berada di ujung pintu gerbang big bang mesin 
penghancur batu. Kalau kita rajin membaca-baca berbagai jurnal ilmiah atau 
minimal telaten mengudap-kudapi media cetak dan elektronik, ternyata kerusakan 
lingkungan di jagat raya ini kian parah. Bulu kuduk kita dijamin seribu persen 
bisa dibikin berlari-lari ke sana kemari pascatahu ancaman kiamat segera 
datang akibat ulah kerakusan tabiat umat manusia sendiri. Sebab nasib bumi 
sedang dalam status gawat darurat alias dinyatakan Save Our `SOS' Soul.

Detik-detik ini pula, para pemimpin negeri berpenghuni 230 juta ini masih minim 
yang peduli pada kelestarian lingkungan hidup. Para pengusaha, konglomerat juga 
bisa dihitung dengan jempol berapa banyak yang peduli pada kelestarian alam. 
Artinya, sementara ini kita tak bisa menggantungkan dua ratus, tiga ratus 
persen akan nasib perbaikan dan kelestarian lingkungan hidup hanya kepada kaum 
konglomerat dan pemimpin negeri ini. Toh, mereka mayoritas tidak banyak peduli. 
Itu cuma jadi bahan retorika yang terus utopis.

Dengan demikian, amat dibutuhkan kesadaran mutlak kita (umat/rakyat) 
sendiri—yang jumlahnya lebih mendominasi untuk melakukan gerakan swadaya nan 
terstruktur untuk mencari solusi cerdas atas kerusakan lingkungan hidup itu. 
Para petani yang amat melekat dengan kehidupan alam, yang jumlahnya jutaan 
orang itu bisa segera diberdayakan (bukan malah diperdayai) untuk melakukan 
gerakan massal peduli nasib lingkungan. Pedagang, pelajar, mahasiswa dan buruh 
pabrik juga perlu diprovokasi agar segera melek lingkungan hidup.

Serupa dengan itu; para nelayan, polisi, tukang parkir, karyawan swasta dan 
profesi lain yang tak tercatat dalam peta pekerjaan formal—bisa memprakarasai 
munculnya kesadaran kolektif untuk care pada alam, hewan, tumbuhan dan 
kelestarian bumi ini. Penting pula membangunkan kepedulian dan partisipasi para 
budayawan, sineas, aktor/aktris, penulis, jurnalis, tokoh agama dan pejabat 
selalu mendahulukan kelestarian lingkungan hidup.

Guna menumbuhkan kesadaran dalam melestarikan lingkungan hidup itulah, maka 
Yayasan Peduli Hutan YPHL Lestari  secara terbuka mengajak Anda tanpa 
mengenal batasan usia, perbedaan SARA, gender dan ras serta bahasa, 
bangsa—untuk jadi voluenteer Pewarta Hijau (Green Reporter Indonesia) dalam 
lingkup komunitas WargaHijau (Green Citizen Indonesia) 

Bagi Anda yang tertarik, cukup dipersilahkan

Re: [wanita-muslimah] Dicari Reporter Hijau (Green Reporter Indonesia), Pingin?

2009-03-29 Terurut Topik Dwi Soegardi
Digabung, dunia islam paling masih kalah dari konsumsi di Amerika :-)

so stop whining, tree hugger!

:)

2009/3/29 Ari Condro masar...@gmail.com:
 Mohon maaf,  global warming belum menjadi main concern dalam dinamika 
 keislaman, juga disiplin yg lkebih spesifik seperti ekonomi islam, merasa 
 sudag green sejak awal, dan nggak ada urusan dengan kerusakan lingkungan 
 yang terjadi sekarang.

 Padahal, kalau berhitung, berapa banyak muslim yg pakai ac di rumah rumah 
 mereka, berapa banyak limbah rumah tangga yg dipakai muslim, berapa banyak 
 sampah kertas dan plastik yg dihasilkan muslim ?


 salam,