GALAMEDIA
16/11/2007 Disiksa Majikan di Malaysia, TKW Hilang Ingatan
     

CIAMIS, (GM).-
Nasib tragis kembali menimpa para tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia. Hani 
Hanifah (23), TKW asal Kp. Karangmalang RT 32/RW 10 Desa Pulo Erang, Kec. 
Lakbok, Kab. Ciamis pulang dengan tangan hampa, ingatannya hilang, tulang 
punggungnya patah, dan tubuhnya lumpuh. Ia diduga menderita fisik setelah 
disiksa majikannya di Malaysia.

Sedangkan dua TKW asal Kab. Indramayu, Siti Aminah alias Aam (27), warga Desa 
Karangasem RT 01/RW 02 Kec. Terisi dan Wastiah (27), penduduk Blok Pedati I, 
Desa Jatimulya, Kec. Terisi disekap di dalam bunker di Yordania.

Berdasarkan keterangan yang dihimpun "GM", Kamis (15/ 11), Hani yang bekerja 18 
bulan di Malaysia pulang diantar Arif, seorang pegawai perusahaan jasa yang 
memberangkatkannya ke Malaysia, Sabtu (10/11) sekira pukul 19.30. 

Arif hanya menjelaskan kepada keluarga Hani bahwa Hani terjatuh saat dalam 
perjalanan kembali ke Indonesia. Ikhwal ingatannya, kata Arif, terganggu karena 
barang-barang hasil kerjanya di Malaysia hilang semua.

Karena curiga pada keterangan Arif dan khawatir akan keadaannya, Senin (12/11), 
Hani dibawa keluarganya ke RS Mitra Idaman, Jln. Gudang No. 57 Banjar.

Pihak keluarga merasa curiga, Hani pulang dalam keadaan sakit bukan akibat 
kecelakaan, melainkan diduga karena disiksa majikannya. Kecurigaan itu muncul 
karena setiap tidur, Hani selalu mengigau ingin kabur dari rumah majikannya 
lantaran tidak kuat mendapat siksaan.

Kecurigaan pihak keluarga bertambah setelah dokter H. Djadja K., Sp.Rad. dari 
RS Mitra Idaman menyatakan, tulang punggung Hani patah bukan akibat terjatuh 
karena bila ia jatuh pasti ada bagian badan lainnya yang luka. Setidaknya 
bagian kepala akan terbentur, sedangkan di kepala maupun badan Hani tidak 
terdapat luka.

"Itulah sebabnya kecurigaan kami kian bertambah," ujar Ikin (62), mertua Hani 
yang tinggal bersamanya.

Ketika "GM" berkunjung ke rumahnya, Kamis (15/11), Hani tampak sedang telentang 
lemas di ruang tengah rumah semipermanen, ditunggui Ikin dan Rohmah (57), 
mertuanya, Eman (50) kepala dusun, dan Ati (33) kakak iparnya.

Menurut mereka, Minggu (4/11) sekira pukul 09.00 WIB Hani menelepon suaminya 
dari Malaysia, Salman (36), yang sedang bekerja di Brunai. Hani mengatakan akan 
pulang ke Indonesia pukul 11.OO waktu setempat pada hari itu juga. Rencana 
kepulangan itu oleh Salman disampaikan lagi ke pihak keluarganya di Kp. 
Karangmalang Lakbok melalui telepon.

Selasa (6/11), keluarganya mendapatkan telepon dari Pabean Riau yang 
menyatakan, Hani terdampar di Riau dan meminta pihak keluarga agar 
menjemputnya. Lalu pihak keluarga meminta perusahaan yang memberangkatkan Hani 
untuk menjemputnya.

Sabtu (10/11) Hani datang tanpa membawa uang sepeser pun dalam keadaan hilang 
ingatan serta lumpuh tidak bisa duduk karena tulang punggungnya patah, 
kedatangannya pun hanya diantar seorang pegawai biro perjalanan dari Jakarta 
yang bernama Arif. 

Kapolres Ciamis, AKBP Drs. Aries Syarief Hidayat didampingi Kabag Bina Mitra, 
Kompol Sugeng Edi Haryanto dan Kasat Reskrim, AKP Agus Gustiaman, S.H. ketika 
dimintai pendapatnya menyatakan, agar keluarga segera melapor ke polisi 
setempat atau ke polisi di wilayah tempat perusahaan berada.

Disekap

Sementara itu, dua TKW asal Kab. Indramayu disekap di dalam bunker oleh 
sindikat penyelundup buruh migran di Yordania. Bersama TKW lainnya, keduanya 
diduga akan diselundupkan ke negara-negara konflik bersenjata di Timur Tengah. 
Kini, pihak keluarga berharap pemerintah membantu pemulangan kedua TKW malang 
itu ke Tanah Air.

Menurut Karmi (50), ibu kandung Aam kepada "GM", Kamis (15/11), berita itu 
terkuak setelah anaknya mengabarkan via telepon bahwa mereka disekap sindikat 
berkedok agency di Yordania. 

"Aam mengatakan, ia berada dalam ruang bawah tanah (bunker) bersama puluhan TKW 
lain asal berbagai daerah di Indonesia," kata Karmi.

Keterangan Karmi dikuatkan oleh pengakuan Vera (22), adik kandung Aam yang 
lolos dari sindikat penyelundup buruh migran di Yordania. Vera mengaku pernah 
bertemu dengan kakaknya di sebuah rumah di Kota Amman, Yordania. Namun nasib 
Aam, kata Vera, sangat mengenaskan. Setiap hari Aam dan Wastiah serta puluhan 
TKW lainnya selalu disiksa karena mereka menolak dipekerjakan sebagai pembantu 
rumah tangga (PRT) karena masa kontraknya telah habis dan tidak digaji. 
(B.88/udi)**



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke