Disowning Muslim radicals
The Jakarta Post Sat, 06/21/2008 12:21 PM | Opinion Saya salut dengan Din Syamsuddin, Ketua Umum Muhammadiyah, atas pernyataannya dalam sebuah artikel di Jakarta Post 20 Juni 2008 lalu berjudul "FPI attacks damage RI Muslims' image". Pernyataan seperti itu berasal dari kelompok yamg mewakili komunitas Muslim ke-2 terbesar di negara ini yang juga mewakili mayoritas dari Muslim moderat yang diam. Tentu saja, mayoritas Muslim yang diam ini belum cukup sepenuhnya membantu membangun sebuah peradaban Islam yang damai. Adalah juga kesalahan kita sehingga kelompok-kelompok Islam radikal ini dapat berkembang subur di negara ini. Insiden kekerasan Monas seharusnya dikecam dan tidak perlu dicari pembenarannya. Saya, sebagai seorang Muslim, telah menyaksikan sebuah fenomena menakutkan di mana kaum moderat dengan begitu mudahnya terbujuk para radikal untuk mendukung dan membenarkan tindakan kekerasan mereka. Ketika media massa berfokus pada penyerangan brutal oleh Munarman, panglima dari Komando Laskar Islam (yang terdiri bukan hanya dari anggota FPI tapi organisasi-organisa si Muslim lainnya), kaum moderat mengecam tindakan mereka. Walaupun demikian, ketika Tim Pembela Islam (TPM) mengalihkan isu menjadi isu Ahmadiyah, kaum moderat tiba-tiba mendukung dan membenarkan tindakan-tindakan kekerasan. Ini memperlihatkan bahwa masih saja ada sisa-sisa ketidakamanan dalam kepercayaan- kepercayaan sejumlah Muslim moderat. Sebagai seorang Muslim, saya lelah dengan reputasi buruk kami. Saya merasa terhina dengan tindakan-tindakan para radikal ini yang sama sekali tidak merefleksikan Islam sebagai Rahmatan lil Alamin, berkah bagi seluruh semesta. Jika saya adalah Din Syamsuddin atau Ketua Umum Nahdlatul Ulama, saya akan merasa seperti orang tua atau ayah yang telah dipermalukan oleh anaknya. Jika seorang anak laki-lakinya membawa malu dan ketidakhormatan atas nama keluarga, maka seorang ayah akan memungkirinya. Kita harus tahu bahwa pandangan-pandangan para radikal tidak akan pernah bertemu dengan pandangan para moderat. Saya ingat sebuah pernyataan yang dibuat oleh seorang radikal di televisi nasional, yang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang damai, tapi Nabi sendiri mengajarkan kita untuk menyatakan perang melawan mereka yang menolak Islam. Para Muslim moderat harus punya keberanian untuk menyuarakan opininya bahwa para radikal ini bukanlah bagian dari Islam. Din benar pada satu hal - kekerasan tidak punya akar dalam Islam. Kata "Islam" berasal dari akar sama dari kata "assalam", yang berarti damai. Biarkan pada radikal itu mempercayai apa yang mereka mau percayai, tapi mereka seharusnya dilarang dari upaya mereka untuk meyakinkan orang lain akan apa yang akan mereka lakukan. Kita, kaum moderat, harus menolak untuk percaya pada apa yang para radikal ingin kita percayai. Kini saatnya bagi kaum Muslim moderat untuk melakukan sesuatu untuk menjauhkan para radikal ini dari (penyalahgunaan) Islam. Kejahatan menyebar ketika orang-orang baik diam saja. MAYA SAFIRA MUCHTAR Jakarta mediacare http://www.mediacare.biz [Non-text portions of this message have been removed]