http://suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=67190
PEREMPUAN 10 Juni 2009 Engendering dalam Kurikulum di Sekolah BERBAGAI peristiwa yang menempatkan perempuan dan anak perempuan sebagai korban maupun pelaku sebagai dampak ketimpangan relasi gender masih sering terjadi di sekitar kita. Dalam sejumlah kasus trafficking (perdagangan manusia, perempuan), misalnya, banyak perempuan korban maupun pelaku tak mengerti dan akhirnya tidak bisa berbuat apa-apa, manakala perbuatannya diketahui secara luas. Mau tak mau, korban dan pelaku harus menanggung akibatnya. Contoh lain adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Kita tahu, angka yang tersaji di PPT (Pelayanan Perempuan Terpadu) Kepolisian, Women Crisis Centre, serta di rumah sakit sering diibaratkan fenomena ’’gunung es’’. Artinya, jumlah yang terdata hanya sebagian kecil dari kejadian nyata di masyarakat. Kita baru saja melihat, hasil Pemilu Legislatif 2009 tak memungkinkan terpenuhinya kuota 30 persen perempuan di parlemen, bahkan sudah terganjal oleh judicial review di persidangan Mahkamah Konstitusi. Semua persoalan itu terjadi, karena kita masih mempunyai masalah dalam relasi gender di masyarakat. Sebenarnya berbagai upaya mencapai keadilan gender sudah dan sedang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh elemen masyarakat. Pemerintah menyediakan berbagai regulasi yang terkait dengan isu gender, seperti UU KDRT, UU Traffiking, UU Parpol, UU Pemilu, Inpres 9/2000 tentang Pengarusutamaan Gender, dan sebagainya. Para menteri, kepala lembaga pemerintahan nondeparteman, pimpinan kesekretariatan lembaga tertinggi/tinggi negara, Panglima TNI, Kapolri, Jaksa Agung, gubernur, hingga bupati/wali kota diinstruksi agar dalam perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kebijakan dalam pembangunan nasional harus berperspektif gender. LSM memperkuat dengan temuan dan analisa tajamnya terkait persoalan gender di masyarakat. Dengan demikian, sebenarnya kita sudah mempunyai perspektif yang baik (human development) terkait women empowerment di segala bidang. Tapi mengapa masih banyak perempuan —sebagian besar berpendidikan rendah dan secara ekonomi dari keluarga kurang mampu— yang menjadi korban dan pelaku traffiking? Mengapa masih banyak perempuan yang menjadi korban KDRT? Mengapa aturan kuota minimal 30 persen bagi perempuan di parlemen harus dibatalkan? Jalur Pendidikan Upaya strategis untuk mengubah mindset masyarakat adalah melalui jalur pendidikan. Jalur ini secara perlahan terbukti dapat mengubah pandangan, cara berpikir, dan cara memecahkan persoalan di masyarakat; apalagi jika menggunakan media pembelajaran yang tepat dan menarik. Engendering bisa dijadikan alternatif mengatasi ketimpangan relasi gender di masyarakat, dengan memasukkan materi adil gender pada mata pelajaran atau mata kuliah. Sebab hasil pembelajarannya tidak bersifat instan. Relasi gender yang baik harus dimulai sejak prasekolah, SD, SMP, SMA dan pendidikan tinggi, di samping pembelajaran informal di rumah (dengan keteladanan ) atau lingkungan sekitar. Kurikulum pada mata pelajaran / mata kuliah harus betul-betul memperhatikan kesetaraan gender. Misalnya, sejak dini ditekankan bahwa kedua orang tua bisa bersama-sama mencari nafkah, bahwa laki-laki maupun perempuan bisa bersama-sama berperan di wilayah publik maupun domestik. Namun, masih banyak buku yang secara eksplisit mengajarkan hanya ayah yang ke kantor. Hanya ibu yang berbelanja, memasak, mencuci, mengatur rumah. Akibatnya, meski sejak dini anak sudah punya mindset tentang peran publik dan domestik, dalam realitanya tidak demikian. Hal ini justru menyumbangkan persoalan di kemudian hari. Engendering harus berlanjut ke pendidikan lanjutan pada mata pelajaran dan mata kuliah yang relevan, sehingga pemahaman tentang relasi gender yang baik akan terus terbawa. Selain itu, dalam masyarakat masih banyak anggapan bahwa laki-laki tidak boleh menangis, harus bermain mobil-mobilan dan robot. Sedangkan perempuan boleh menangis, selalu bermain boneka dan pasaran. Persoalannya, laki-laki maupun perempuan adalah manusia yang terkadang berhadapan dengan persoalan psikis, sehingga menjadi persoalan emosional jika sejak kecil dibiasakan untuk tidak mengelola kadar emosinya. Tentang stereotipe jenis permainan, sebenarnya baik laki-laki maupun perempuan (dan negara harus menjamin) kelak akan menjadi generasi yang diharapkan dapat berperan memajukan negara. Jadi, tidaklah mengapa jika perempuan ingin bermain robot dan mobil-mobilan. Demikian juga sebaliknya, karena permainan adalah media untuk mengasah otak manusia. Fakultas Hukum Pada tingkat perguruan tinggi, terutama fakultas hukum yang akan menghasilkan calon hakim, jaksa, dan advokat, sangatlah penting memasukkan perspektif gender pada mata kuliahnya, baik secara integratif (dimasukkan dalam pokok bahasan mata kuliah terkait) maupun sebagai mata kuliah mandiri. Dengan demikian, saat menjadi aparat penegak hukum, diharapkan perspektif mereka tentang relasi gender menjadi lebih baik, dan dapat membantu kaum perempuan yang memiliki persoalan hukum. Di fakultas lain, perspektif gender juga tetap penting untuk diberikan kepada mahasiswa karena bisa memperkaya pemahamannya sebelum terjun ke masyarakat. Dengan memiliki pemahaman yang baik tentang relasi perempuan dan laki-laki, maka kaum perempuan (khususnya) akan berusaha melakukan pemberdayaan diri, berusaha mandiri secara ekonomi, berusaha memiliki pendidikan yang baik (formal maupun informal), dan memiliki bargaining position. Selain itu, mereka juga diharapkan memiliki akses dan kontrol yang baik terkait dengan persoalan diri dan lingkungannya. Termasuk mengerti dan menyadari untuk mendapatkan keadilan (access to justice) terkait dengan persoalan ketimpangan gender yang terjadi di masyarakat. Dengan bekal tersebut, selanjutnya mereka mampu berpartisipasi dalam berbagai kesempatan yang secara luas diberikan negara, maupun ketika harus mendidik generasi selanjutnya melalui pembelajaran di dalam rumah. (Ani Purwanti SH MHum, dosen Hukum dan Wanita pada Fakultas Hukum Undip Semarang-32) ------------------------------------ ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/