----- Original Message ----- From: "tossi20" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Sunday, March 26, 2006 12:27 AM Subject: [temu_eropa] Indonesia True Digest - Islam Mayoritas, Islam Minoritas
Islam Mayoritas, Islam Minoritas Kolom Aboeprijadi Santoso Radio Nederland 24-03-2006 Islam, tentu saja, hanya satu, yaitu ajaran Islam. Judul "Islam Mayoritas, Islam Minoritas" saya ambil dari kosakata publik di Eropa Barat ketika pemberitaan dan opini publik di Eropa ini makin membeda- bedakan kelompok-kelompok Muslim. Kegagalan akulturasi Soal Islam dan kehidupan kaum muslimin menjadi topik yang makin hangat di Eropa Barat, khususnya di negara-negara yang memiliki minoritas Muslimin dalam jumlah besar, seperti Belanda, Inggris, Jerman dan Prancis. Apalagi, tahun-tahun belakangan ini, sejumlah kelompok radikal sering membajak nama Islam untuk melakukan aksi- aksi teror. Tidak hanya di Belanda, dengan pembunuhan sineas Belanda yang suka brutal, Theo van Gogh, tahun 2004, tapi juga berturut- turut di Istanbul, Turki, tahun 2003, lalu bom kereta api di Madrid, Spanyol, tahun 2004 dan bom metro di London, Inggris, tahun 2005. Tentu saja, ini bukan soal agama semata, melainkan soal sejarah, soal politik, soal ekonomi dan soal mengkaji sosiologi minoritas di Eropa. Salah satu kajian menarik adalah buku "Globalized Islam" karya sosiolog Prancis Oliver Roy. Dia berpendapat bahwa radikalisasi Muslim di Eropa terjadi akibat kegagalan akulturasi yang akhirnya membuahkan upaya pencarian spiritual, yaitu mencari apa yang mereka sebut "Islam sejati". Mencari 'Islam sejati' Teori Oliver Roy menarik karena dia menyelami berbagai sisi: sisi akar budaya asal sang migran, sisi kehidupannya di Eropa dan sisi spiritual. Perhatikan, kasus van Gogh. Si pembunuhnya, Mohammad Bouyeri, menulis puisi, antara lain, begini:Hij geeft je de tuin in plaats van het aardse puin. Artinya, dalam terjemahan bebas saya, "sebenarnya, anugerah Allah bagimu adalah sebuah taman, untuk menggantikan ambur adul dunia ini". Ini menunjukkan betapa Bouyeri menggambarkan kehidupan minoritas sejenis dirinya di Belanda ini sebagai kehidupan yang buruk dan cemar, padahal Bouyeri memimpikan sang taman yang dijanjikan Tuhan. Inilah rupanya proyeksi impian yang akhirnya diungkapkannya dengan suatu perbuatan keji yaitu pembunuhan van Gogh itu. Beberapa minggu setelah Theo van Gogh terbunuh, saya menulis dalam kolom Mingguan TEMPO "Ekstremis Muslim seperti M. Bouyeri suka roti McDonald asalkan halal, tapi tak doyan kue Mediterania. Islam, bagi keluarga Maroko-Berber seperti Bouyeri, adalah peradaban, tapi Bouyeri yunior yang lahir, dibesarkan dan terintegrasi di Belanda, mencemoohkan versi Islam yang dihayati ayah-ibunya..." "Bouyeri (yunior) dan sejenisnya terkejut campur kagum terhadap para pelaku "martir" (syahid) 11 September 2001, mereka marah terhadap situasi Irak, Timur Tengah, risau tentang dunia Islam, dan merasa terpojok di Eropa. Tercerabut dari akar-budaya cikal-bakalnya.., mereka menjadi manusia-manusia yang "re-born", mengaku "lahir- kembali" untuk mencari apa yang mereka khayalkan sebagai "Islam Sejati", dan kemudian menemukannya dalam "perjuangan" - semacam Osama bin Ladin menemukannya di Afghanistan." Jadi, kasus van Gogh adalah hak asasi kebebasan berekspresi yang dihajar oleh kekerasan atas nama sebuah "pencarian dan perjuangan religius" ketika hak itu diyakini telah menghujat nilai-nilai agama tsb. Berjati diri ganda Namun, kasus karikatur Nabi Mohamad s.a.w. dalam koran Denmark Jylland-Posten belum lama lalu membuat saya meninggalkan pendekatan gaya Olliver Roy. Dalam sebuah demonstrasi di Lapangan Dam di Amsterdam saya menemukan dimensi yang lain. Para demonstran muda asal Maroko itu, amat marah. Saya paham, mereka, sebagai Muslimin, marah menyaksikan perendahan martabat Rasul. Tetapi, mereka berada dalam dunia yang menjepit mereka. Bukan sekadar migran di antara tiga dunia, dunia asal, dunia kini dan dunia nanti, seperti dikesankan oleh Oliver Roy. Para migran Maroko ini benar-benar merasa diri mereka berjati-diri ganda. Mereka merasa diri mereka adalah Belanda sekaligus Maroko. Mereka mencari solusi di tangah penghinaan dan tata hidup di Eropa, dalam hal ini, Belanda. Mereka mencari kunci yang pas; bukan sekadar memimpikan dunia nanti, seperti "Anugerah Tuhan" khayalan Bouyeri, melainkan solusi yang nyata dan adil di dunia ini. Rupanya mereka merasakan tata hukum negara sekuler di Belanda sebagai sesuatu yang layak mereka hormati, tetapi sekaligus tidak memberi ruang kepada perasaan keadilan mereka ketika agama dan Rasul mereka dihujat. Inilah yang sebenarnya harus dipahami oleh para petinggi Belanda seperti Menteri Urusan Orang Asing dan Integrasi, Rita Verdonk. Apalagi, para demonstran Maroko itu bukan warga Belanda yang 100 persen asing, melainkan mencari modus integrasi yang pas. Minoritas bermental mayoritas Nah, modus integrasi yang pas itulah yang kini, pada dasarnya, juga menjadi persoalan di Indonesia - yaitu di balik kontroversi soal pornografi. Dalam sebuah seminar di Amsterdam yang digelar oleh para peminat Kajian Timur Tengah dan Islam, dan penerbit Majalah ZenZem (ZemZem adalah nama air suci di Mekkah) baru-baru ini, saya kemukakan kesan terjadinya pencarian modus oleh sementara kelompok Islam-politik Indonesia untuk menerapkan nilai-nilai Syariah Islam ke dalam kehidupan bermasyarakat. Modus inilah rupanya ditemukan dengan cara menciptakan perda, peraturan daerah, bagi perilaku yang dianggap melanggar tata susila. Modus juga dicari di tingkat nasional dengan menyiapkan rancangan undang-undang anti pornografi dan pornoaksi. Mereka benar bahwa soal porno yang gila-gilaan itu harus ditangkal dan cekal. Namun RUU-APP tsb tidaklah pas bagi sebuah negara yang telah disepakati sebagai negara Pancasila yang ber-Bhinneka-Tunggal-Ika. Yang menarik, bukankah upaya serupa itu juga pernah diperjuangkan dengan menambahkan tujuh kata Piagam Jakarta dalam UUD-45, namun para Bapak Pendiri republik ini akhirnya sepakat untuk menanggalkannya. Jadi, para pendiri Republik, termasuk yang pro-Piaga Jakarta itu, rupanya mampu bersikap canggih untuk bersepakat menemukan modus yang pas bagi kehidupan kehidupan bernegara sebuah republik baru. Saya ingat salah satu pakar kajian Indonesia asal Belanda alm. Prof. W.F. Wertheim melihat upaya Piagam Jakarta tsb sebagai gaya "mayoritas yang berperilaku seperti minoritas", artinya mayoritas Indonesia yang secara nominal Muslim itu bersikap seolah mereka adalah minoritas, karena ideal yang mereka perjuangkan adalah ideal minoritas. Rupanya setelah enam dasawarsa, bandul jam republik ini kembali ke tahun 1945. Tetapi, bentuk bentuknya berbeda. Guru Besar Kajian Perbandingan Masyarakat Islam di Universitas Utrecht, Prof. Martin van Bruinessen dalam majalah ZemZem juga mencatat gejala gejala perilaku minoritas di dalam kehidupan Muslimin Indonesia, dalam artikelnya yang berjudul "Arabisering van de Indonesische Islam?" (Arabisasi Islam Indonesia?). Jadi, rupanya kita sudah lupa kecanggihan para pendiri Republik pada 1945 itu. Kita lupa pokok seperti "mengIndonesiakan Islam" dan sejenisnya, yang pernah dikemukakan Gus Dur dan alm. Nurcholisch Madjid. Maka dalam seminar ZemZem tadi, saya simpulkan, kini, Islam-politik bukan lagi "mayoritas bermental minoritas", melainkan berubah jadi terbalik: "minoritas bermental mayoritas", karena kelompok pro Syariah ini berilusi seolah-olah mereka adalah mayoritas Muslimin. http://www.ranesi.nl/tema/budaya/islam_mayor_minor060324 Yahoo! Groups Links Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/