Godain adik kelas

Hari ini hari pertama para murid baru itu masuk ke kelas untuk pelajaran 
seperti biasa. Kemarin aku tidak masuk, jadi aku tidak tahu seperti apa wajah 
mereka.

“Kamu
bisa pingsan kalau melihat mereka, Cil!!” begitulah yang dikatakan
teman-temanku. Dan tahu nggak, semua teman cewekku naksir sama cowok
baru itu. Kutekankan sekali lagi, SEMUA. Mungkin bukan semua cewek di
sekolah sih... tapi setidaknya teman-temanku iya.

“Anak-anak, tolong perhatiannya!! Bapak akan memperkenalkan teman baru kalian 
di kelas ini!!” teriak Pak West, wali kelasku. Anak-anak langsung hening 
seketika.

Awalnya
aku tidak mengerti mengapa anak baru yang satu ini mendapatkan
perhatian lebih dari teman-temanku, tapi sekarang aku mengerti...

“Anak-anak, perkenalkan... Stacey Svenford,” kata guruku. Aku tercengang 
melihat gadis yang melangkah masuk ke dalam kelas
kami. Dia tinggi, mungkin lebih tinggi daripada aku. Tubuhnya langsing,
kakinya panjang dan kurus. Matanya berwarna cokelat muda, seperti
rambutnya. Dia benar-benar cantik. Serius, kalau aku cowok, aku pasti
sudah mimisan.

“Nama saya Stacey Svenford. Saya pindah dari SMA
Arcadia di Ruthforse. Senang berkenalan dengan kalian,” kata gadis itu
sambil tersenyum manis.

“Nah, Svenford, kalau ada yang mau kau tanyakan, tanyalah pada Yves, ketua 
kelas.
Oh ya, kamu duduk di belakang Noir,” kata guruku. Stacey hanya
mengangguk pelan dan berjalan ke belakangku, lalu duduk. Aku langsung
membalikkan tubuhku dan menyapanya.

“Hai, Svenford. Namaku
Cecily Noir, panggil saja Cecily. Kalau kamu butuh bantuan, bilang saja
kepadaku!” kataku Stacey tersenyum.

“Terima kasih. Panggil saja
aku Stacey,” kata Stacey. Aku mengangguk cepat dan kembali menghadap
depan. Mendadak sebuah gumpalan kertas mendarat tepat di atas mejaku.
Aku membuka dan mebaca pesan yang ada di dalamnya.

“Istirahat nanti, aku ingin mengenalkanmu pada kakak angkatku. Jangan sampai 
pingsan melihatnya, ya! ~Stacey~"

***

Stacey menyeretku ke kelas 2C begitu bel istirahat berdering. Ia nampaknya 
sangat bersemangat untuk mengenalkannya kepadaku.

“Sebenarnya
dari kemarin dia bolak-balik menolak untuk dikenalkan kepada
siapa-siapa, tapi kali ini dia harus berkenalan dengan seseorang,”
jawab Stacey begitu kutanya mengapa ia mengajakku menemui kakaknya.

“Bukan
itu maksudku. Maksudku, kenapa aku? Bukankah masih ada banyak cewek
lain yang masih bisa kau ajak?” tanyaku lagi. Stacey tertawa pelan.

“Mau
tahu? Karena kamu memenangkan ‘undian berhadiah’ yang kutentukan
seenaknya. Tadi pagi aku sudah memutuskan, siapapun yang mengajakku
berbicara pertama kali saat aku masuk ke dalam kelas, dialah yang akan 
kukenalkan kepadanya. Dan orang itu adalah kamu,” jawab Stacey.

“Boleh nanya? Siapa nama kakak angkatmu?” tanyaku. Stacey tersenyum nakal.

“Yang
jelas, kamu nggak bakalan sadar dia kakakku hanya dari namanya,” jawab
Stacey penuh rahasia. Aku hanya bisa bertanya-tanya dalam hati sampai
akhirnya lamunanku pecah karena ada seseorang yang hampir menabrak kami.

“Sori, nggak sengaja...” gumam orang itu. Aku tidak dapat melihatnya, karena 
Stacey menghalangi pandanganku.

“Enak aja ‘sori’!! Kalau kami sampai jatuh dan luka ‘gimana?!” bentak Stacey 
pada orang itu.

“Ya makanya kubilang sori!! Dasar cewek gendeng!!”
balas orang itu lagi. Aku bergeser sedikit untuk melihat siapa orang
yang tadi hampir menabrak kami. Dan jantungku hampir berhenti.

Seorang
pemuda, dengan mata biru tua dan rambut hitam legam berdiri di hadapan
Stacey. Ia sangat tinggi, dan tampaknya tubuhnya juga terlatih dengan
baik. Wajahnya yang terlihat kesal itu justru terlihat sangat keren di
mataku.

“Cecily? Ini kakak angkatku, sekaligus murid baru di kelas
2C, Tyrom Kanarez. Tyrom, ini Cecily Noir, teman sekelasku,” kata
Stacey sambil menunjuk kami sesuai urutan. Tyrom terbelalak melihatku,
tampaknya sangat kaget. Tapi aku sendiri tidak begitu sadar... atau
terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri sehingga tidak menyadarinya.
Stacey menyikutku, dan aku mengulurkan tanganku dengan canggung.

“Ha... hai... Aku.... namaku Cecily,” ujarku gugup. Tyrom menyambut uluran 
tanganku dan menjabatnya cepat.

“Tyrom
Kanarez,” balas Tyrom cepat sebelum berpaling ke arah Stacey lagi.
“Cey, mungkin besok aku bolos saja. Malas sekolah di sini,” gerutunya
singkat.

“Eeh?? Nggak boleh!! Kamu harus masuk sekolah terus setiap hari!!” bentak 
Stacey. Tyrom berdecak pelan.

“Ngebosenin,
ah... Nggak ada yang menarik. Mending main sama Blue-Snow atau bantuin
Reece dengan proyek ancurnya,” balas Tyrom. Stacey langsung memukulnya
tanpa ampun.

“Kau tahu ‘kan apa akibatnya kalau kamu berani
menyanggah perintahku lagi, Tyrom Kanarez?” tanya Stacey dengan nada
mengerikan. Tyrom mengangguk pelan sambil memegangi perutnya yang
tampaknya sudah sering menjadi sasaran tonjokan Stacey.

“...ngerti, Yang Mulia...” gumam Tyrom pelan. Mendadak seorang cowok muncul di 
belakang Tyrom.

“Oi, Kanarez! Bawa cewek cakep nggak bilang-bilang!! Dasar maruk!!” katanya. 
Tyrom memperkenalkan orang itu dengan malas.

“Kenalkan, dia Zexen, ketua kelas,” kata Tyrom ogah-ogahan.

“Hai!!
Namaku Jade Zexen!! Panggil saja Jade! Salam kenal, nona-nona manis!”
kata Jade penuh semangat sebelum akhirnya tulang keringnya ditendang
oleh Tyrom.

“Dilarang menggoda anak-anak di bawah umur,” kata Tyrom dingin.

“Hueee... Tyrom gitu banget sih!! Usia kita semua ‘kan sama!!” keluh Jade.

“Beda!! Mereka berdua adik kelas kita. Dilarang menggoda adik kelas!” bantah 
Tyrom.

“Jadi gimana? Emangnya aku harus godain guru, apa?!” tanya Jade sewot.

“Oh, jadi doyananmu itu daun kering? Terserahlah...” balas Tyrom.

“Gila! Bukan itu maksudku!!” kata Jade lagi.

“Yang
jelas, Zexen, jangan coba-coba sentuh adikku dan temannya. Kalau tidak,
kuhajar kau,” kata Tyrom lagi. Aku tersentak. Memang sih bisa saja dia
bercanda, tapi rasanya senang juga dilindungi oleh orang sekeren dia.

“Adikmu? Emangnya yang mana?” tanya Jade. Tyrom menunjuk Stacey dengan ringan.

“Yang ini,” katanya singkat.

“Stacey Svenford, ya? Salam kenal! Eh, tunggu... Kalau kalian bener kakak-adik, 
kenapa nama keluarga kalian beda?” tanya Jade. Hal yang sama juga ingin 
kutanyakan dari tadi.

“Mudahnya, ketua kelas,
kami bukan saudara kandung. Kami sebelumnya tinggal di panti asuhan
sebelum akhirnya ada kakek tua sinting yang mengangkat kami tanpa
mengubah nama keluarga asal kami. Supaya nanti keluarga kami menemukan
kami, begitu katanya,” jelas Tyrom. Ekspresi wajahnya yang selalu
tampak kesal itu masih belum berubah sama sekali.

“Sudah, kalian kembali saja ke kelas. Istirahat sudah mau berakhir. Aku nggak 
mau dikambinghitamkan kalau kalian sampai telat,” kata Tyrom.

“Oke,
deh... Sampai jumpa, Tyrom, Jade,” kata Stacey. Jade membalasnya sambil
nyengir lebar, sementara Tyrom langsung masuk tanpa mengucapkan apa-apa.

“Kakakmu keren, ya! Aku iri...” kataku. Stacey tertawa hambar.

“Tapi
sifatnya itu lho... Nyebelin banget! Kalau kamu sudah benar-benar dekat
dengannya, kamu pasti bakalan sering nonjok perutnya kayak aku tadi,”
balas Stacey. Aku terkikik pelan.

“Kalau begitu malah kasihan kakakmu, ditonjok melulu. Kalau aku sih bakalan 
kucium,” kataku.

“Yaelah, kalau dia dicium, kamu malah bakalan ditampol! Mending nonjok aja, 
serba aman,” kata Stacey lagi. Sisa perjalanan ke kelas diwarnai kebisuan kami 
berdua.

Kuharap aku bisa lebih dekat lagi dengan Tyrom.


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke