Re: [wanita-muslimah] Galtung: Tiga Corak Fundamentalisme

2008-04-15 Terurut Topik Ari Condro

Ada satu kok oom, yg berani mengikrarkan diri monogami fundamentalist !   :)

Si oom bangga amat sih nyebutin yg lain, sampai. Lupa sama yg sudah 
mengikrarkan diri :)



Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: lasykar5 <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Wed, 16 Apr 2008 08:32:44 
To:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Galtung: Tiga Corak Fundamentalisme


Indonesia hanya kenal satu macam fundamentalisme: Syariat Islam!
 suara ini diserukan oleh sosok fundamentalis lain yang sama sekali emoh
 dicap serupa: Fundamentalis Sekularisme-Liberalisme-Pluralisme aka
 Fundamentalis Materialisme!
 ;-)
 salam,
 satriyo
 
 2008/4/15 Floradianti Pamungkas mailto:florapamungkas%40yudara.com> yudara.com>:
 
 >
 >
 > Galtung: Tiga Corak Fundamentalisme
 >
 > Siapa yang tidak kenal Profesor Johan Galtung; sosiolog, pemikir, dan
 > aktivis perdamaian kelahiran 24 Oktober 1930 di Oslo, Norwegia.
 > Karya-karyanya telah jadi rujukan dunia pada saat orang berbicara tentang
 > perdamian, konflik, perang, dan cara-cara mengatasinya. Kritiknya terhadap
 > penghasut perang terasa pedas sekali, tidak peduli siapa pun yang
 > melakukan.
 > Pada usia 12 tahun, Galtung pernah ditahan Nazi. Maka, mulailah ia
 > mengerti
 > betapa jahat dan kejamnya peperangan.
 >
 > Galtung adalah pengagum Mahatma Gandhi, tokoh anti-kekerasan India yang
 > legendaris. Pada 1970-an, Galtung pernah meramalkan keruntuhan Uni Soviet,
 > yang kemudian menjadi kenyataan. Imperium Amerika sekarang ini juga
 > diperkirakannya tidak akan bertahan lama, karena politik luar negerinya
 > yang
 > ekspansif dan cuek terhadap hukum internasional, sedangkan di dalam
 > negeri,
 > demokrasi dan hak-hak asasi manusia seperti dihormati.
 >
 > Pada 14 September 2002 di Koln, di depan 25.000 pendukung gerakan
 > perdamaian
 > Jerman, setahun pasca-tragedi 11 September 2001, Galtung berseru:
 > "Moderates
 > all over the world, unite! (Kaum moderat sedunia, bersatulah!)". Di forum
 > inilah Galtung berbicara tentang tiga corak fundamentalisme yang telah
 > menjadikan penduduk bumi sebagai tawanannya.
 >
 > Berbeda dari kebanyakan pers Barat yang membidikkan tombak fundamentalisme
 > yang mengerikan itu lebih banyak kepada orang Islam pasca-tragedi
 > September,
 > Galtung meneropong bahwa ada tiga kekuatan fundamentalis yang berasal dari
 > kultur berbeda tapi filosofinya serupa: pertama, faksi Wahabi Osama bin
 > Laden; kedua, faksi puritan Protestan yang semula berasal dari Inggris,
 > kemudian menyebar ke Amerika Serikat; ketiga, ini jarang didengar tapi
 > yang
 > tidak kurang kejamnya: fundamentalisme pasar.
 >
 > Menurut Galtung, fundamentalisme corak pertama adalah yang bertanggung
 > jawab
 > terhadap perbuatan kriminal di belakang tragedi September. Baik faksi
 > Wahabi
 > maupun faksi Protestan sama-sama merasa dirinya sebagai manusia pilihan
 > Tuhan. Keduanya berpikir sebagai orang yang mendiami Tanah yang Dijanjikan
 > yang suci. Keduanya sama-sama menganut doktrin: "... he who is not with me
 > is against me" (orang yang tidak ikut saya adalah musuh saya). Keduanya
 > memandang enteng kematian orang lain. Keduanya begitu mirip, sehingga
 > George
 > bin Laden dan Osama Bush dapat bertukar percakapan. Keduanya merasa
 > bahagia
 > dengan membunuh ribuan manusia.
 >
 > Anda bisa membayangkan, pada saat nama George W. Bush sedang melambung
 > tinggi pasca-tragedi September, Galtung telah "menobatkannya" sejajar
 > dengan
 > Osama, dengan daya bunuh lebih dahsyat. Sungguh tidak banyak penduduk bumi
 > yang punya reputasi internasional tapi berani bersuara lantang membongkar
 > kebiadaban, kezaliman, dan kejahatan terhadap kemanusiaan seperti Galtung.
 >
 > Saya rasa, umat manusia berutang budi pada sosok manusia dengan integritas
 > pribadi yang prima dan konsisten ini. Jika ia menyerang praktek biadab, di
 > saat yang sama ditunjukkannya bagaimana hidup secara beradab itu. Tidak
 > sebaliknya, pada saat sementara orang berbicara tentang kasih sayang,
 > perbuatannya malah mengobarkan budaya kebencian dan kekerasan. Ketika
 > sementara pihak berbicara tentang demokrasi dan hak-hak asasi manusia,
 > bangsa-bangsa lain dijadikan mangsa untuk dibinasakan dengan cara-cara
 > brutal.
 >
 > Galtung bertutur: "Dunia sarat dengan masalah, yang satu lebih besar dari
 > yang lain. Masalah itu punya satu nama. Nama itu adalah Amerika Serikat,
 > geofasis, di dalamnya ada sedikit demokrasi, di luar fasis. Mereka
 > berpikir
 > berada di atas hukum, langsung di bawah Tuhan, sehingga tidak ada ruang
 > bagi
 > PBB, hukum internasional, dan hak-hak asasi manusia." Gatung pun membidik
 > Israel yang juga dikuasai ka

Re: [wanita-muslimah] Galtung: Tiga Corak Fundamentalisme

2008-04-15 Terurut Topik lasykar5
Indonesia hanya kenal satu macam fundamentalisme: Syariat Islam!
suara ini diserukan oleh sosok fundamentalis lain yang sama sekali emoh
dicap serupa: Fundamentalis Sekularisme-Liberalisme-Pluralisme aka
Fundamentalis Materialisme!
;-)
salam,
satriyo

2008/4/15 Floradianti Pamungkas <[EMAIL PROTECTED]>:

>
>
> Galtung: Tiga Corak Fundamentalisme
>
> Siapa yang tidak kenal Profesor Johan Galtung; sosiolog, pemikir, dan
> aktivis perdamaian kelahiran 24 Oktober 1930 di Oslo, Norwegia.
> Karya-karyanya telah jadi rujukan dunia pada saat orang berbicara tentang
> perdamian, konflik, perang, dan cara-cara mengatasinya. Kritiknya terhadap
> penghasut perang terasa pedas sekali, tidak peduli siapa pun yang
> melakukan.
> Pada usia 12 tahun, Galtung pernah ditahan Nazi. Maka, mulailah ia
> mengerti
> betapa jahat dan kejamnya peperangan.
>
> Galtung adalah pengagum Mahatma Gandhi, tokoh anti-kekerasan India yang
> legendaris. Pada 1970-an, Galtung pernah meramalkan keruntuhan Uni Soviet,
> yang kemudian menjadi kenyataan. Imperium Amerika sekarang ini juga
> diperkirakannya tidak akan bertahan lama, karena politik luar negerinya
> yang
> ekspansif dan cuek terhadap hukum internasional, sedangkan di dalam
> negeri,
> demokrasi dan hak-hak asasi manusia seperti dihormati.
>
> Pada 14 September 2002 di Koln, di depan 25.000 pendukung gerakan
> perdamaian
> Jerman, setahun pasca-tragedi 11 September 2001, Galtung berseru:
> "Moderates
> all over the world, unite! (Kaum moderat sedunia, bersatulah!)". Di forum
> inilah Galtung berbicara tentang tiga corak fundamentalisme yang telah
> menjadikan penduduk bumi sebagai tawanannya.
>
> Berbeda dari kebanyakan pers Barat yang membidikkan tombak fundamentalisme
> yang mengerikan itu lebih banyak kepada orang Islam pasca-tragedi
> September,
> Galtung meneropong bahwa ada tiga kekuatan fundamentalis yang berasal dari
> kultur berbeda tapi filosofinya serupa: pertama, faksi Wahabi Osama bin
> Laden; kedua, faksi puritan Protestan yang semula berasal dari Inggris,
> kemudian menyebar ke Amerika Serikat; ketiga, ini jarang didengar tapi
> yang
> tidak kurang kejamnya: fundamentalisme pasar.
>
> Menurut Galtung, fundamentalisme corak pertama adalah yang bertanggung
> jawab
> terhadap perbuatan kriminal di belakang tragedi September. Baik faksi
> Wahabi
> maupun faksi Protestan sama-sama merasa dirinya sebagai manusia pilihan
> Tuhan. Keduanya berpikir sebagai orang yang mendiami Tanah yang Dijanjikan
> yang suci. Keduanya sama-sama menganut doktrin: "... he who is not with me
> is against me" (orang yang tidak ikut saya adalah musuh saya). Keduanya
> memandang enteng kematian orang lain. Keduanya begitu mirip, sehingga
> George
> bin Laden dan Osama Bush dapat bertukar percakapan. Keduanya merasa
> bahagia
> dengan membunuh ribuan manusia.
>
> Anda bisa membayangkan, pada saat nama George W. Bush sedang melambung
> tinggi pasca-tragedi September, Galtung telah "menobatkannya" sejajar
> dengan
> Osama, dengan daya bunuh lebih dahsyat. Sungguh tidak banyak penduduk bumi
> yang punya reputasi internasional tapi berani bersuara lantang membongkar
> kebiadaban, kezaliman, dan kejahatan terhadap kemanusiaan seperti Galtung.
>
> Saya rasa, umat manusia berutang budi pada sosok manusia dengan integritas
> pribadi yang prima dan konsisten ini. Jika ia menyerang praktek biadab, di
> saat yang sama ditunjukkannya bagaimana hidup secara beradab itu. Tidak
> sebaliknya, pada saat sementara orang berbicara tentang kasih sayang,
> perbuatannya malah mengobarkan budaya kebencian dan kekerasan. Ketika
> sementara pihak berbicara tentang demokrasi dan hak-hak asasi manusia,
> bangsa-bangsa lain dijadikan mangsa untuk dibinasakan dengan cara-cara
> brutal.
>
> Galtung bertutur: "Dunia sarat dengan masalah, yang satu lebih besar dari
> yang lain. Masalah itu punya satu nama. Nama itu adalah Amerika Serikat,
> geofasis, di dalamnya ada sedikit demokrasi, di luar fasis. Mereka
> berpikir
> berada di atas hukum, langsung di bawah Tuhan, sehingga tidak ada ruang
> bagi
> PBB, hukum internasional, dan hak-hak asasi manusia." Gatung pun membidik
> Israel yang juga dikuasai kaum fundamentalis, resolusi-resolusi PBB
> ditentang secara sistematis.
>
> Corak ketiga adalah fundamentalisme pasar. Kata Galtung, Amerika Serikat
> ditunggangi oleh tipe fundamentalisme lain: fundamentalisme pasar. Ada
> manusia pilihan di situ, yaitu CEOs (chief executive officers) dengan
> korporatnya. Di situ ada pula tanah suci: pasar.
>
> Mereka berjuang di sana. Kata Galtung: "Siapa pun yang tidak percaya
> kepada
> pasar yang "tak terkekang" (unfettered) tapi punya gagasan dan cita-cita
> ekonomi yang lain harus diperlakukan sebagai pengkhianat. Dan mereka
> memandang hidup orang demikian ringannya, seperti 100.000 kematian saban
> hari, terutama karena pasar tidak dapat memenuhi keperluan pokok mereka
> untuk makanan dan kesehatan, seperempat di antaranya semata-mata karena
> lapar."
>
> Pungkasannya, kita ulangi seruan Galt

[wanita-muslimah] Galtung: Tiga Corak Fundamentalisme

2008-04-15 Terurut Topik Floradianti Pamungkas
 

Galtung: Tiga Corak Fundamentalisme

 

Siapa yang tidak kenal Profesor Johan Galtung; sosiolog, pemikir, dan
aktivis perdamaian kelahiran 24 Oktober 1930 di Oslo, Norwegia.
Karya-karyanya telah jadi rujukan dunia pada saat orang berbicara tentang
perdamian, konflik, perang, dan cara-cara mengatasinya. Kritiknya terhadap
penghasut perang terasa pedas sekali, tidak peduli siapa pun yang melakukan.
Pada usia 12 tahun, Galtung pernah ditahan Nazi. Maka, mulailah ia mengerti
betapa jahat dan kejamnya peperangan.

 

Galtung adalah pengagum Mahatma Gandhi, tokoh anti-kekerasan India yang
legendaris. Pada 1970-an, Galtung pernah meramalkan keruntuhan Uni Soviet,
yang kemudian menjadi kenyataan. Imperium Amerika sekarang ini juga
diperkirakannya tidak akan bertahan lama, karena politik luar negerinya yang
ekspansif dan cuek terhadap hukum internasional, sedangkan di dalam negeri,
demokrasi dan hak-hak asasi manusia seperti dihormati.

 

Pada 14 September 2002 di Koln, di depan 25.000 pendukung gerakan perdamaian
Jerman, setahun pasca-tragedi 11 September 2001, Galtung berseru: "Moderates
all over the world, unite! (Kaum moderat sedunia, bersatulah!)". Di forum
inilah Galtung berbicara tentang tiga corak fundamentalisme yang telah
menjadikan penduduk bumi sebagai tawanannya.

 

Berbeda dari kebanyakan pers Barat yang membidikkan tombak fundamentalisme
yang mengerikan itu lebih banyak kepada orang Islam pasca-tragedi September,
Galtung meneropong bahwa ada tiga kekuatan fundamentalis yang berasal dari
kultur berbeda tapi filosofinya serupa: pertama, faksi Wahabi Osama bin
Laden; kedua, faksi puritan Protestan yang semula berasal dari Inggris,
kemudian menyebar ke Amerika Serikat; ketiga, ini jarang didengar tapi yang
tidak kurang kejamnya: fundamentalisme pasar.

 

Menurut Galtung, fundamentalisme corak pertama adalah yang bertanggung jawab
terhadap perbuatan kriminal di belakang tragedi September. Baik faksi Wahabi
maupun faksi Protestan sama-sama merasa dirinya sebagai manusia pilihan
Tuhan. Keduanya berpikir sebagai orang yang mendiami Tanah yang Dijanjikan
yang suci. Keduanya sama-sama menganut doktrin: "... he who is not with me
is against me" (orang yang tidak ikut saya adalah musuh saya). Keduanya
memandang enteng kematian orang lain. Keduanya begitu mirip, sehingga George
bin Laden dan Osama Bush dapat bertukar percakapan. Keduanya merasa bahagia
dengan membunuh ribuan manusia.

 

Anda bisa membayangkan, pada saat nama George W. Bush sedang melambung
tinggi pasca-tragedi September, Galtung telah "menobatkannya" sejajar dengan
Osama, dengan daya bunuh lebih dahsyat. Sungguh tidak banyak penduduk bumi
yang punya reputasi internasional tapi berani bersuara lantang membongkar
kebiadaban, kezaliman, dan kejahatan terhadap kemanusiaan seperti Galtung.

 

Saya rasa, umat manusia berutang budi pada sosok manusia dengan integritas
pribadi yang prima dan konsisten ini. Jika ia menyerang praktek biadab, di
saat yang sama ditunjukkannya bagaimana hidup secara beradab itu. Tidak
sebaliknya, pada saat sementara orang berbicara tentang kasih sayang,
perbuatannya malah mengobarkan budaya kebencian dan kekerasan. Ketika
sementara pihak berbicara tentang demokrasi dan hak-hak asasi manusia,
bangsa-bangsa lain dijadikan mangsa untuk dibinasakan dengan cara-cara
brutal.

 

Galtung bertutur: "Dunia sarat dengan masalah, yang satu lebih besar dari
yang lain. Masalah itu punya satu nama. Nama itu adalah Amerika Serikat,
geofasis, di dalamnya ada sedikit demokrasi, di luar fasis. Mereka berpikir
berada di atas hukum, langsung di bawah Tuhan, sehingga tidak ada ruang bagi
PBB, hukum internasional, dan hak-hak asasi manusia." Gatung pun membidik
Israel yang juga dikuasai kaum fundamentalis, resolusi-resolusi PBB
ditentang secara sistematis.

 

Corak ketiga adalah fundamentalisme pasar. Kata Galtung, Amerika Serikat
ditunggangi oleh tipe fundamentalisme lain: fundamentalisme pasar. Ada
manusia pilihan di situ, yaitu CEOs (chief executive officers) dengan
korporatnya. Di situ ada pula tanah suci: pasar.

 

Mereka berjuang di sana. Kata Galtung: "Siapa pun yang tidak percaya kepada
pasar yang "tak terkekang" (unfettered) tapi punya gagasan dan cita-cita
ekonomi yang lain harus diperlakukan sebagai pengkhianat. Dan mereka
memandang hidup orang demikian ringannya, seperti 100.000 kematian saban
hari, terutama karena pasar tidak dapat memenuhi keperluan pokok mereka
untuk makanan dan kesehatan, seperempat di antaranya semata-mata karena
lapar."

 

Pungkasannya, kita ulangi seruan Galtung: "Kaum moderat sedunia,
bersatulah!" Saya iringi: "Semua corak fundamentalisme adalah musuh sejati
kemanusiaan, sekaligus musuh bebuyutan akal sehat!"

 

Ahmad Syafii Maarif

Guru Besar Sejarah, Pendiri Maarif Institute

[Perspektif, Gatra Nomor 21 Beredar Kamis, 10 April 2008]



[Non-text portions of this message have been removed]