Re: [wanita-muslimah] Gara-gara RUU Porno, aku didamprat wartawati Republika

2006-03-14 Terurut Topik Wida . Kusuma
Saya rasa jawaban dari mbak Lili sudah cukup baik. Kalau takut kehilangan 
pelanggan tidak perlu lah. Para pembaca juga bisa menilai sendiri kok 
berita yang disampaikan. Yang penting, sebagai media berita, Republika 
tidak boleh tunduk di bawah oplah penjualan. Dia harus tunduk hanya di 
bawah kejujuran dalam menyampaikan berita dan visi yang ingin dia 
perjuangkan. Terimakasih bung Re-Ja telah mempostingkan di milis ini. 8-)

Salam,




reporter jalanan <[EMAIL PROTECTED]> 
Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
03/15/2006 11:48 AM
Please respond to
wanita-muslimah@yahoogroups.com


To
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
cc

Subject
[wanita-muslimah] Gara-gara RUU Porno, aku didamprat wartawati Republika






Gara-gara RUU Porno, aku didamprat wartawati Republika
 
  Gara-gara mengkritisi REPUBLIKA karena suka memelintir berita tentang 
RUU Porno, seorang wartawati Republika bernama Lili Hermawan mendampratku 
habis-habisan. Berikut emailnya:
 
  Lili Hermawan
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Tanggal: Mon, 13 Mar 2006 03:51:45 -0800 (PST) 
Topik: Re: Akankah Republika mengubah warna? 
 
  Siapakah Anda? Sungguh yang Anda tulis, beberapa malah, sangat 
menyudutkan  Republika. Namun, mudah-mudahan tidak ada rencana busuk di 
kepala Anda.
 
Banyak yang perlu dijernihkan dalam tulisan Anda. Tidak ada hubungan 
antara naiknya Parni Hadi atau Asro Kamal Rokan dengan Republika. Sedikit 
pun Republika tidak mendapatkan keuntungan apa-apa, selain fitnah dari 
mulut Anda.
 
  Kami ingin menjadi diri sendiri bukan karena disetir oleh orang lain, 
apalagi Anda. Kami insya Allah selalu berubah karena dunia ini terus 
berubah. Reporter Jalanan, saya sarankan Anda bertabayyun atau datanglah 
ke kantor Republika. Jangan menarik kesimpulan tanpa Anda mengetahui  mana 
ujung dan pangkalnya.
 
  Wass,
 
  Lili Hermawan
 
  
 
Jawaban dari saya:
 
  Mbak Lili,
 
  Nggak boleh ya mengkritisi Republika? Jangan marah-marah dong. 
Jelek-jelek
gini, aku pembaca setia Republika lho, jadi boleh dong kasih masukan. 
Kantorku berlangganan Republika lho, bukan beli eceran di pinggir jalan. 
Biar kecil jumlahnya, itu income juga lho buat Republika. Amat aku 
sayangkan, Anda yang pasti muslimah kok reaksinya sepertinya itu. 
 
Yang non-muslim banyak lho yang lebih sopan daripada Anda. Kritikan saya 
mungkin keras, tapi alangkah baiknya tidak ditanggapi dengan kemarahan 
seperti itu. Apa yang Anda tulis justru tambah merusak citra Republika 
juga citra muslimah Indonesia seperti Anda. Apalagi kalau Anda mengenakan
jilbab, mungkin dosa yang Anda tanggung bisa berlipat-lipat jumlahnya. 
Kalau orang FPI bilang, Anda bisa masuk neraka jahanam. Orang Jawa
bilang, "Sampeyan iso mlebu intiping nroko."
 
  Bisakah Anda bereaksi yang lebih santun agar tak tambah mencoreng-moreng 

wajah Republika? Apa di Republika atau di rumah tidak diajari sopan santun 
dan  bagaimana memperlakukan pelanggan dengan baik? Aku yakin Anda sudah 
dewasa, jadi tak perlu aku dikte bagaimana melayani kritikan pembaca,
dan bagaimana melayani pelanggan. 
 
  Anda juga tak menjawab kerisauanku selama ini: "Kenapa Republika suka 
memelintir berita soal RUU Porno?" Anda kan di Redaksi, bukan di Bagian 
Iklan, Promosi, Purchasing, atau Sirkulasi. 

 
  Aku maklumi kalau Anda emosi, mungkin termakan 'gosokan' Bung Sahrudin 
di Samarinda.."sang ayah yang bijaksana" ya? Hehehehe..maaf deh kalau 
begitu..:))
 
  salam,
 
  ReJa
 
 
  
 
  ayah yang bijaksana
e: [EMAIL PROTECTED]
Tanggal: Sun, 12 Mar 2006 13:21:00 -0800 (PST) 
Topik: Halo Republika 
 
halo republika!
 
kok, republika tidak ada suaranya? apa sibuk semua orang disana? tidak 
kuatir oplahnya menurun drastis? benar-benar, deh, wajah republika 
lebam-lebam  "dihajar" reporter_jalanan. 
 
ada baiknya republika membuktikan bahwa ada posting reporter_jalanan yang 
tidak benar. kalau posting-posting dianggap tidak benar, bisa saja kan 
meminta pertanggungjawaban reporter_jalanan untuk membuktikannya. kalau 
yang bersangkutan tidak bisa memberi bukti, nah, selanjutnya terserah 
anda... hehehe. yang maya tidak selamanya maya, kan? 
 
salam,
 
sahrudin, samarinda 
 
  
 
  Mbak Lili perlu baca juga masukan dari Sang Filsuf Raja dibawah ini.
Sepertinya beliau seorang ustadz yang sudah tercerahkan lahir dan batin. 
Baca ya? Ini dia:
 
  
 
  Filsuf Raja
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
 
  Uni Soviet saja bisa runtuh. Maka agar REPUBLIKA tidak runtuh, dan bisa 
memberi manfaat bagi umat, tentu perlu perubahan kebijakan keredaksian 
yang benar, yang kompromi dengan pasar. Meski ini tidak selalu bisa 
dibenarkan.
 
Kompromi? Agar iklan tidak semata datang dari FPI, laskar-laskar Islam, 
PKS, PAN,  PPP, dan kelompok sejenisnya, termasuk lembaga biro umroh haji 
dll.  Ikhtiar untuk itu bisa berjalan baik jika para pengambil keputusan 
di  HU Republika tanggap terhadap perubahan zaman. Tugas orang pintar 
adalah 

[wanita-muslimah] Gara-gara RUU Porno, aku didamprat wartawati Republika

2006-03-14 Terurut Topik reporter jalanan
Gara-gara RUU Porno, aku didamprat wartawati Republika
   
  Gara-gara mengkritisi REPUBLIKA karena suka memelintir berita tentang RUU 
Porno, seorang wartawati Republika bernama Lili Hermawan mendampratku 
habis-habisan. Berikut emailnya:
   
  Lili Hermawan
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Tanggal: Mon, 13 Mar 2006 03:51:45 -0800 (PST) 
Topik: Re: Akankah Republika mengubah warna? 
   
  Siapakah Anda? Sungguh yang Anda tulis, beberapa malah, sangat menyudutkan  
Republika. Namun, mudah-mudahan tidak ada rencana busuk di kepala Anda.
  
Banyak yang perlu dijernihkan dalam tulisan Anda. Tidak ada hubungan antara 
naiknya Parni Hadi atau Asro Kamal Rokan dengan Republika. Sedikit pun 
Republika tidak mendapatkan keuntungan apa-apa, selain fitnah dari mulut Anda.
   
  Kami ingin menjadi diri sendiri bukan karena disetir oleh orang lain, 
apalagi Anda. Kami insya Allah selalu berubah karena dunia ini terus 
berubah. Reporter Jalanan, saya sarankan Anda bertabayyun atau datanglah ke 
kantor Republika. Jangan menarik kesimpulan tanpa Anda mengetahui  mana ujung 
dan pangkalnya.
   
  Wass,
   
  Lili Hermawan
   
  
  
Jawaban dari saya:
   
  Mbak Lili,
   
  Nggak boleh ya mengkritisi Republika? Jangan marah-marah dong. Jelek-jelek
gini, aku pembaca setia Republika lho, jadi boleh dong kasih masukan. 
Kantorku berlangganan Republika lho, bukan beli eceran di pinggir jalan. Biar 
kecil jumlahnya, itu income juga lho buat Republika. Amat aku sayangkan, Anda 
yang pasti muslimah kok reaksinya sepertinya itu. 
  
Yang non-muslim banyak lho yang lebih sopan daripada Anda. Kritikan saya 
mungkin keras, tapi alangkah baiknya tidak ditanggapi dengan kemarahan 
seperti itu. Apa yang Anda tulis justru tambah merusak citra Republika 
juga citra muslimah Indonesia seperti Anda. Apalagi kalau Anda mengenakan
jilbab, mungkin dosa yang Anda tanggung bisa berlipat-lipat jumlahnya. 
Kalau orang FPI bilang, Anda bisa masuk neraka jahanam. Orang Jawa
bilang, "Sampeyan iso mlebu intiping nroko."
   
  Bisakah Anda bereaksi yang lebih santun agar tak tambah mencoreng-moreng 
wajah Republika? Apa di Republika atau di rumah tidak diajari sopan santun dan  
bagaimana memperlakukan pelanggan dengan baik? Aku yakin Anda sudah dewasa, 
jadi tak perlu aku dikte bagaimana melayani kritikan pembaca,
dan bagaimana melayani pelanggan. 
   
  Anda juga tak menjawab kerisauanku selama ini: "Kenapa Republika suka 
memelintir berita soal RUU Porno?" Anda kan di Redaksi, bukan di Bagian Iklan, 
Promosi, Purchasing, atau Sirkulasi. 

   
  Aku maklumi kalau Anda emosi, mungkin termakan 'gosokan' Bung Sahrudin di 
Samarinda.."sang ayah yang bijaksana" ya? Hehehehe..maaf deh kalau begitu..:))
   
  salam,
   
  ReJa
   
   
  
   
  ayah yang bijaksana
e: [EMAIL PROTECTED]
Tanggal: Sun, 12 Mar 2006 13:21:00 -0800 (PST) 
Topik: Halo Republika 

halo republika!
 
kok, republika tidak ada suaranya? apa sibuk semua orang disana? tidak kuatir 
oplahnya menurun drastis? benar-benar, deh, wajah republika lebam-lebam  
"dihajar" reporter_jalanan. 
 
ada baiknya republika membuktikan bahwa ada posting reporter_jalanan yang tidak 
benar. kalau posting-posting dianggap tidak benar, bisa saja kan  meminta 
pertanggungjawaban reporter_jalanan untuk membuktikannya. kalau  yang 
bersangkutan tidak bisa memberi bukti, nah, selanjutnya terserah anda... 
hehehe. yang maya tidak selamanya maya, kan? 
 
salam,
 
sahrudin, samarinda 
   
  
   
  Mbak Lili perlu baca juga masukan dari Sang Filsuf Raja dibawah ini.
Sepertinya beliau seorang ustadz yang sudah tercerahkan lahir dan batin. Baca 
ya? Ini dia:
   
  
   
  Filsuf Raja
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
   
  Uni Soviet saja bisa runtuh. Maka agar REPUBLIKA tidak runtuh, dan bisa  
memberi manfaat bagi umat, tentu perlu perubahan kebijakan keredaksian yang 
benar, yang kompromi dengan pasar. Meski ini tidak selalu bisa dibenarkan.
  
Kompromi? Agar iklan tidak semata datang dari FPI, laskar-laskar Islam, PKS, 
PAN,  PPP, dan kelompok sejenisnya, termasuk lembaga biro umroh haji dll.  
Ikhtiar untuk itu bisa berjalan baik jika para pengambil keputusan di  HU 
Republika tanggap terhadap perubahan zaman. Tugas orang pintar  adalah 
menyadarkan pemimpinnya yang keliru dan mengembalikan ke JALAN  YANG BENAR.
   
  Perubahan besar di tubuh REPUBLIKA seharusnya membawa angin segar bagi 
perubahan. Tapi sayangnya perubahan itu tak menyenangkan. Tengok saja,  kasus 
PHK massal 15 redaktur dan 1 wartawan September 2004 lalu.  Orang-orang terbaik 
Republika kok malah di-PHK.
   
  Belakangan pihak manajemen baru menyadari betapa keputusan itu keliru,  dan 
tak ada faedahnya. Nah, ada banyak keputusan keliru lain yang akan  dikeluarkan 
jika petinggi koran Islam ini tidak mendengarkan saran,  pertimbangan dan 
kritik dari luar. Mereka tidak paham bagaimana menyikapi persoalan yang 
berkembang di masyarakat, dan juga bagaimana  memposisikan diri terhadap 
perso