Re: [wanita-muslimah] Gara-gara RUU Porno, aku didamprat wartawati Republika
Saya rasa jawaban dari mbak Lili sudah cukup baik. Kalau takut kehilangan pelanggan tidak perlu lah. Para pembaca juga bisa menilai sendiri kok berita yang disampaikan. Yang penting, sebagai media berita, Republika tidak boleh tunduk di bawah oplah penjualan. Dia harus tunduk hanya di bawah kejujuran dalam menyampaikan berita dan visi yang ingin dia perjuangkan. Terimakasih bung Re-Ja telah mempostingkan di milis ini. 8-) Salam, reporter jalanan <[EMAIL PROTECTED]> Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com 03/15/2006 11:48 AM Please respond to wanita-muslimah@yahoogroups.com To [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] cc Subject [wanita-muslimah] Gara-gara RUU Porno, aku didamprat wartawati Republika Gara-gara RUU Porno, aku didamprat wartawati Republika Gara-gara mengkritisi REPUBLIKA karena suka memelintir berita tentang RUU Porno, seorang wartawati Republika bernama Lili Hermawan mendampratku habis-habisan. Berikut emailnya: Lili Hermawan E-mail: [EMAIL PROTECTED] Tanggal: Mon, 13 Mar 2006 03:51:45 -0800 (PST) Topik: Re: Akankah Republika mengubah warna? Siapakah Anda? Sungguh yang Anda tulis, beberapa malah, sangat menyudutkan Republika. Namun, mudah-mudahan tidak ada rencana busuk di kepala Anda. Banyak yang perlu dijernihkan dalam tulisan Anda. Tidak ada hubungan antara naiknya Parni Hadi atau Asro Kamal Rokan dengan Republika. Sedikit pun Republika tidak mendapatkan keuntungan apa-apa, selain fitnah dari mulut Anda. Kami ingin menjadi diri sendiri bukan karena disetir oleh orang lain, apalagi Anda. Kami insya Allah selalu berubah karena dunia ini terus berubah. Reporter Jalanan, saya sarankan Anda bertabayyun atau datanglah ke kantor Republika. Jangan menarik kesimpulan tanpa Anda mengetahui mana ujung dan pangkalnya. Wass, Lili Hermawan Jawaban dari saya: Mbak Lili, Nggak boleh ya mengkritisi Republika? Jangan marah-marah dong. Jelek-jelek gini, aku pembaca setia Republika lho, jadi boleh dong kasih masukan. Kantorku berlangganan Republika lho, bukan beli eceran di pinggir jalan. Biar kecil jumlahnya, itu income juga lho buat Republika. Amat aku sayangkan, Anda yang pasti muslimah kok reaksinya sepertinya itu. Yang non-muslim banyak lho yang lebih sopan daripada Anda. Kritikan saya mungkin keras, tapi alangkah baiknya tidak ditanggapi dengan kemarahan seperti itu. Apa yang Anda tulis justru tambah merusak citra Republika juga citra muslimah Indonesia seperti Anda. Apalagi kalau Anda mengenakan jilbab, mungkin dosa yang Anda tanggung bisa berlipat-lipat jumlahnya. Kalau orang FPI bilang, Anda bisa masuk neraka jahanam. Orang Jawa bilang, "Sampeyan iso mlebu intiping nroko." Bisakah Anda bereaksi yang lebih santun agar tak tambah mencoreng-moreng wajah Republika? Apa di Republika atau di rumah tidak diajari sopan santun dan bagaimana memperlakukan pelanggan dengan baik? Aku yakin Anda sudah dewasa, jadi tak perlu aku dikte bagaimana melayani kritikan pembaca, dan bagaimana melayani pelanggan. Anda juga tak menjawab kerisauanku selama ini: "Kenapa Republika suka memelintir berita soal RUU Porno?" Anda kan di Redaksi, bukan di Bagian Iklan, Promosi, Purchasing, atau Sirkulasi. Aku maklumi kalau Anda emosi, mungkin termakan 'gosokan' Bung Sahrudin di Samarinda.."sang ayah yang bijaksana" ya? Hehehehe..maaf deh kalau begitu..:)) salam, ReJa ayah yang bijaksana e: [EMAIL PROTECTED] Tanggal: Sun, 12 Mar 2006 13:21:00 -0800 (PST) Topik: Halo Republika halo republika! kok, republika tidak ada suaranya? apa sibuk semua orang disana? tidak kuatir oplahnya menurun drastis? benar-benar, deh, wajah republika lebam-lebam "dihajar" reporter_jalanan. ada baiknya republika membuktikan bahwa ada posting reporter_jalanan yang tidak benar. kalau posting-posting dianggap tidak benar, bisa saja kan meminta pertanggungjawaban reporter_jalanan untuk membuktikannya. kalau yang bersangkutan tidak bisa memberi bukti, nah, selanjutnya terserah anda... hehehe. yang maya tidak selamanya maya, kan? salam, sahrudin, samarinda Mbak Lili perlu baca juga masukan dari Sang Filsuf Raja dibawah ini. Sepertinya beliau seorang ustadz yang sudah tercerahkan lahir dan batin. Baca ya? Ini dia: Filsuf Raja E-mail: [EMAIL PROTECTED] Uni Soviet saja bisa runtuh. Maka agar REPUBLIKA tidak runtuh, dan bisa memberi manfaat bagi umat, tentu perlu perubahan kebijakan keredaksian yang benar, yang kompromi dengan pasar. Meski ini tidak selalu bisa dibenarkan. Kompromi? Agar iklan tidak semata datang dari FPI, laskar-laskar Islam, PKS, PAN, PPP, dan kelompok sejenisnya, termasuk lembaga biro umroh haji dll. Ikhtiar untuk itu bisa berjalan baik jika para pengambil keputusan di HU Republika tanggap terhadap perubahan zaman. Tugas orang pintar adalah
[wanita-muslimah] Gara-gara RUU Porno, aku didamprat wartawati Republika
Gara-gara RUU Porno, aku didamprat wartawati Republika Gara-gara mengkritisi REPUBLIKA karena suka memelintir berita tentang RUU Porno, seorang wartawati Republika bernama Lili Hermawan mendampratku habis-habisan. Berikut emailnya: Lili Hermawan E-mail: [EMAIL PROTECTED] Tanggal: Mon, 13 Mar 2006 03:51:45 -0800 (PST) Topik: Re: Akankah Republika mengubah warna? Siapakah Anda? Sungguh yang Anda tulis, beberapa malah, sangat menyudutkan Republika. Namun, mudah-mudahan tidak ada rencana busuk di kepala Anda. Banyak yang perlu dijernihkan dalam tulisan Anda. Tidak ada hubungan antara naiknya Parni Hadi atau Asro Kamal Rokan dengan Republika. Sedikit pun Republika tidak mendapatkan keuntungan apa-apa, selain fitnah dari mulut Anda. Kami ingin menjadi diri sendiri bukan karena disetir oleh orang lain, apalagi Anda. Kami insya Allah selalu berubah karena dunia ini terus berubah. Reporter Jalanan, saya sarankan Anda bertabayyun atau datanglah ke kantor Republika. Jangan menarik kesimpulan tanpa Anda mengetahui mana ujung dan pangkalnya. Wass, Lili Hermawan Jawaban dari saya: Mbak Lili, Nggak boleh ya mengkritisi Republika? Jangan marah-marah dong. Jelek-jelek gini, aku pembaca setia Republika lho, jadi boleh dong kasih masukan. Kantorku berlangganan Republika lho, bukan beli eceran di pinggir jalan. Biar kecil jumlahnya, itu income juga lho buat Republika. Amat aku sayangkan, Anda yang pasti muslimah kok reaksinya sepertinya itu. Yang non-muslim banyak lho yang lebih sopan daripada Anda. Kritikan saya mungkin keras, tapi alangkah baiknya tidak ditanggapi dengan kemarahan seperti itu. Apa yang Anda tulis justru tambah merusak citra Republika juga citra muslimah Indonesia seperti Anda. Apalagi kalau Anda mengenakan jilbab, mungkin dosa yang Anda tanggung bisa berlipat-lipat jumlahnya. Kalau orang FPI bilang, Anda bisa masuk neraka jahanam. Orang Jawa bilang, "Sampeyan iso mlebu intiping nroko." Bisakah Anda bereaksi yang lebih santun agar tak tambah mencoreng-moreng wajah Republika? Apa di Republika atau di rumah tidak diajari sopan santun dan bagaimana memperlakukan pelanggan dengan baik? Aku yakin Anda sudah dewasa, jadi tak perlu aku dikte bagaimana melayani kritikan pembaca, dan bagaimana melayani pelanggan. Anda juga tak menjawab kerisauanku selama ini: "Kenapa Republika suka memelintir berita soal RUU Porno?" Anda kan di Redaksi, bukan di Bagian Iklan, Promosi, Purchasing, atau Sirkulasi. Aku maklumi kalau Anda emosi, mungkin termakan 'gosokan' Bung Sahrudin di Samarinda.."sang ayah yang bijaksana" ya? Hehehehe..maaf deh kalau begitu..:)) salam, ReJa ayah yang bijaksana e: [EMAIL PROTECTED] Tanggal: Sun, 12 Mar 2006 13:21:00 -0800 (PST) Topik: Halo Republika halo republika! kok, republika tidak ada suaranya? apa sibuk semua orang disana? tidak kuatir oplahnya menurun drastis? benar-benar, deh, wajah republika lebam-lebam "dihajar" reporter_jalanan. ada baiknya republika membuktikan bahwa ada posting reporter_jalanan yang tidak benar. kalau posting-posting dianggap tidak benar, bisa saja kan meminta pertanggungjawaban reporter_jalanan untuk membuktikannya. kalau yang bersangkutan tidak bisa memberi bukti, nah, selanjutnya terserah anda... hehehe. yang maya tidak selamanya maya, kan? salam, sahrudin, samarinda Mbak Lili perlu baca juga masukan dari Sang Filsuf Raja dibawah ini. Sepertinya beliau seorang ustadz yang sudah tercerahkan lahir dan batin. Baca ya? Ini dia: Filsuf Raja E-mail: [EMAIL PROTECTED] Uni Soviet saja bisa runtuh. Maka agar REPUBLIKA tidak runtuh, dan bisa memberi manfaat bagi umat, tentu perlu perubahan kebijakan keredaksian yang benar, yang kompromi dengan pasar. Meski ini tidak selalu bisa dibenarkan. Kompromi? Agar iklan tidak semata datang dari FPI, laskar-laskar Islam, PKS, PAN, PPP, dan kelompok sejenisnya, termasuk lembaga biro umroh haji dll. Ikhtiar untuk itu bisa berjalan baik jika para pengambil keputusan di HU Republika tanggap terhadap perubahan zaman. Tugas orang pintar adalah menyadarkan pemimpinnya yang keliru dan mengembalikan ke JALAN YANG BENAR. Perubahan besar di tubuh REPUBLIKA seharusnya membawa angin segar bagi perubahan. Tapi sayangnya perubahan itu tak menyenangkan. Tengok saja, kasus PHK massal 15 redaktur dan 1 wartawan September 2004 lalu. Orang-orang terbaik Republika kok malah di-PHK. Belakangan pihak manajemen baru menyadari betapa keputusan itu keliru, dan tak ada faedahnya. Nah, ada banyak keputusan keliru lain yang akan dikeluarkan jika petinggi koran Islam ini tidak mendengarkan saran, pertimbangan dan kritik dari luar. Mereka tidak paham bagaimana menyikapi persoalan yang berkembang di masyarakat, dan juga bagaimana memposisikan diri terhadap perso