21 Mar 2006 - 6:26 pm

Nama baptis saya, Maria Magdalena Jeni Suhardani, berasal dari
keluarga Kristen Katolik yang kental. Saya lahir di Malang (Jawa
Timur), 28 Juli 1964. Ayah dan ibu saya pengurus gereja yang cukup
disegani di daerah itu. Maka, tak heran pendidikan agama merupakan
prioritas utama bagi saya. Bayangkan, dari TK hingga SMA, selalu di
lembaga pendidikan Katolik, sehingga pengetahuan dan keyakinan saya
mengenai agama Katolik, tidak diragukan lagi.

Doktrin-doktrin ajaran Bibel yang saya pelajari sejak saya bisa
membaca itu, membuat saya berpikir untuk meneruskan perjuangan Yesus
Sang Juru Selamat. Tak ada waktu lagi untuk berteman, pacaran, bahkan
saya tak pernah berpikir untuk berumah tangga. Selepas SLTA, saya
memutuskan untuk menjadi biarawati. Selama dua tahun itulah saya
menekuni profesi menjadi "pelayan" Tuhan.

Menjadi Biarawati

Saya juga bertekad untuk mengabdi kepada Tuhan Sebab, kata suster pada
waktu itu, saya adalah orang yang berjiwa religius, suka hidup sunyi,
dan tidak terbius oleh gemerlap duniawi.

Profesi biarawati membuat saya lebih mantap menjadi seorang Kristen,
sehingga waktu itu, saya kurang hormat dan bahkan sangat benci kepada
agama lain, terutama Islam. Bagi saya, kegiatan keislaman, khususnya
di sekitar tempat saya tinggal, sangat mengganggu. Bunyi azan,
shalawatan yang dilantunkan dengan memakai pengeras suara dari masjid,
membuat bising dan gaduh, sehingga sangat mengganggu. Apalagi ketika
mereka shalat, saya selalu bertanya, "Buat apa orang susah-susah
sujud, nungging, dan lain lain?" Bagi saya, waktu itu, ini sangat lucu
dan tak masuk akal.

Menikah

Tetapi, sesuatu itu memang bisa berubah, itulah sebuah misteri
kehidupan dan tak pernah terbayangkan sebelumnya. Saya yang sudah
mantap menjadi biarawati, tak sengaja berkenalan dengan seorang pemuda
muslim yang bertempat tinggal di sekitar asrama saya. Tanpa saya
sadari, saya menaruh hati padanya.

Kebekuan hati dan kerelaan untuk "melayani" Tuhan Yesus pun, pupus
sudah. Memang berat untuk meninggalkannya. Tetapi keinginan dan
kebahagiaan bersama pemuda itu mengalahkan semuanya. Hingga akhimnya,
saya memutuskan untuk menikah dengannya.

Walau demikian, saya tidak meninggalkan agama kecil saya seratus
persen. Bahkan, akad nikah itu kami laksanakan di gereja. Memang,
keluarga suami saya tak pernah mempersoalkan masalah agama. Buktinya,
di keluarganya ada yang Islam, ada juga yang Kristen.

Hijrah ke Jakarta

Setelah menikah saya memutuskan untuk hijrah ke Jakarta, dan kami
mendapatkan pekerjaan di kota metropolitan ini. Saya hidup bahagia
bersama suami dan dikaruniai dua anak. Kegiatan keagamaan saya tetap
seperti biasa, pergi ke gereja dan melakukan kegiatan keagamaan
lainnya. Kedua anakku itu ikut dengan saya, beragama Kristen Katolik.

Tetapi, selama 16 tahun saya melakukan kegiatan keagamaan, tak membuat
saya bahagia. Tak ada rasa kebahagiaan di sana. Apalagi menyambut hari
Natal, bagiku bukan hal istimewa. Semuanya biasa saja. Tetapi anehnya,
pada bulan Ramadhan, khususnya pada malam takbiran, saya merasakan
keharuan dan kebahagiaan yang mendalam. Bahkan, saya merinding
mendengar asma Allah itu. Ada getaran tersendiri di hati. Tanpa sadar,
saya mengeluarkan air mata. Padahal setiap tahun nadanya sama saja.
Hal ini juga saya rasakan ketika saya menyimak renungan Ramadhan di
televisi, saya sangat menikmati dan memberikan ketenangan batin.

Masuk Islam

Akhirnya, saya mencoba untuk mendekati majelis taklim ibu-ibu setiap
malam Jumat yang ada di dekat rumah saya di Bojong Gede, Jawa Barat.
Kedatangan saya di sana membuat kaget ibu-ibu tersebut, karena mereka
memang mengetahui saya penganut Kristen.

Saya katakan bahwa saya ingin memeluk agama Islam. Spontan, ibu-ibu
pengajian itu menyambut saya dengan rasa haru. Bahkan ada yang
menangis. Inilah kebahagiaan yang tak pernah saya rasakan Dua hari
setelah mengikuti pengajian, kemudian saya masuk Islam dibimbing oleh
ustadz setempat.

Seminggu berselang, kami juga melangsungkan perniikahan (ulang) secara
Islam. Dan kini, saya mengubah nama menjadi Nur Azizah. Suami saya
sangat bangga atas sikap saya yang memilih Islam. Bahkan ia yang
tadinya kurang tekun menjalankan ibadah, terutama shalat, sejak saya
masuk Islam, ia jadi sangat rajin.

Kini, kami hidup bahagia bersama keluarga. Alhamdulillah, anak-anak
kami sudah diislamkan dan Hidup kami saya rasakan lebih bermakna dan
lebih berkah. Untuk menambah pengetahuan agama Islam, saya selalu
menyempatkan din menkmuti pengajian-pengajian yang ada di lingkungan
tempat saya tinggal. Mudah-rnudahan, berkat doa kaum muslimin,
kehidupan keluarga kami selalu diberkati Allah SWT, amin.

Oleh Agus Salam / Albaz dari Buku "Saya memilih Islam" Penyusun Abdul
Baqir Zein, Penerbit Gema Insani Press


Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke