Salam...

Mengeluarkan pendapat, mengemukakan teori, menyimpulkan sesuatu menjadi hal 
yang benar (kebenaran) atau menjadi hal yang salah (kekeliruan) adalah 
pekerjaan pikiran, dan pikiran diatur oleh logika. Logika mengatur gerak 
pikiran saat sedang berpikir dengan mengendalikan kemungkinan benar dan 
kemungkinan salah.

Sekarang bicara kemungkinan benar dan kemungkinan salah, berarti kita harus 
urut kebelakang terlebih dahulu bagaimana cara kemungkinan-kemungkinan itu 
timbul. Kita bisa saja mengatakan kemungkinan perkara yang seperti ini adalah 
betul atau perkara seperti itu yang betul. Atau sebaliknya, kita bisa saja 
bercerita bahwa hal yang seperti itu adalah salah atau hal yang seperti ini 
yang salah dst.

Semua pendapat yang kita coba kemukakan itu bermula dari pengamatan atau 
pemahaman kita terhadap sesuatu yang kemudian menjadi pengetahuan kita 
tentangnya, yaitu sesuatu yang kita PEROLEH, sesuatu yang KITA RASAKAN, sesuatu 
yang kita CAPAI, sesuatu yang kita SADARI melalui pancaindra, akal dan batin 
kita.

Setelah kita memperoleh pemahaman (konsepsi) tentang apa-apa yang kita dapat 
dari pengamatan itu, apakah kemudian pengamatan kita itu bisa serta merta 
menjadi kebenaran? Atau sebaliknya, suatu kekeliruan?

Tentu saja tidak, untuk menetapkan nilai dari apa yang kita amati kita harus 
mengujinya terlebih dahulu dengan alat uji yang bernama 'penilaian' ( 
asensi/tashdiq) .

Disini kita berhenti sebentar, kita lihat lagi bahwa ternyata untuk menentukan 
sesuatu itu mempunyai 'nilai' benar (kebenaran) atau salah (kekeliruan) kita 
butuh tahapan- tahapan. Inilah topik kita sekarang...

Tahapannya apa saja? 

Tahapan pertama adalah melihat bagaimana sesuatu itu bisa ada dalam pikiran 
seseorang, misalnya ada mak lampir, ada kuda terbang , ada malaikat, ada nyai 
loro kidul, ada hawa dingin, ada keong emas, ada api, ada kerbau, ada kerupuk, 
ada peyek ada laptop dan seterusnya.

Sekilas contoh keberadaan benda-benda tersebut tidak ada bedanya, semua contoh 
itu sering kita lihat dan dengar. Tapi apakah yang kita lihat dan dengar itu 
semuanya sudah betul?

Tentang api, kerbau, kerupuk, peyek, dan laptop sudah jelas benar adanya dan 
bisa dilihat dan disaksikan oleh siapa saja dan dimana saja. Tapi mengenai yang 
lainnya seperti mak lampir, kuda terbang, malaikat, nyai loro kidul, hawa panas 
dan keong emas? Siapa dan dimana orang pernah menemukan dan menyaksikannya?
    
Disini kita akan mulai bertanya-tanya, iya ada mak lampir, kuda terbang, 
malaikat, nyai loro kidul, hawa panas TAPI itu kan hanya di sinetron dan film., 
betul ada keong emas, tapi keong toh tetap keong.dan kita tidak pernah bisa 
mengambil emas dari keong itu. Betul ada hawa panas, tapi yang manakah bendanya?

Disinilah tempatnya kita masuk ketahapan kedua dari pembicaraan mengenai nilai 
benar (kebenaran) atau nilai salah (kekeliruan) yang ada didalam pikiran, yaitu 
ada dalam pikiran yang keberadaannya 'ada' dengan sendirinya secara otomatis 
(ekstemporal) DAN ada juga  yang keberadaannya 'ada' melalui proses pengamatan 
dan penelitian (kontemplatif)

Kebenaran itu bisa muncul dengan sendirinya didalam pikiran tanpa proses 
pengamatan dan penelitian, kebenaran seperti ini biasanya terhubung dengan 
apa-apa yang bersangkutan dengan panca Indra. Misalnya kebenaran tentang adanya 
mobil, adanya handphone, adanya kucing, adanya tanah, adanya singkong, adanya 
air, adanya komputer dst. Benda-benda ini ada dipikiran secara otomatis  begitu 
panca indra kita bersentuhan dengannya. 

Untuk menguji tingkat otomatis ini, kita bisa perhatikan bayi atau balita., 
mereka (balita) itu tidak pernah diajarkan bertanya, tapi faktanya hampir semua 
balita sering bertanya, tentang nama-nama benda sekitarnya. Darimana munculnya 
ilmu bertanya sibalita? Tentu saja itu muncul dengan sendirinya begitu alat 
pancaindranya mulai berfungsi terhadap alam materi.

Sebaliknya dengan benda benda yang imaterial, seperti mak lampir, kuda terbang, 
malaikat, nyai loro kidul, hawa panas dst, benda-benda imateri ini ada dan 
keberadaannya ada ketika dilakukan imajinasi dan penilaian (asensi) oleh akal 
terhadapnya. Tapi apakah benda-benda itu benar ada (kebenaran) atau tidak 
pernah ada (kekeliruan)?

Disini kita masuk ketahapan yang ketiga. Yakni pemahaman (konsepsi) dan 
penilaian (asensi ) terhadap suatu perkara akal. Apa-apa yang kita pahami 
melalui pancaindra dan akal tidak selalu  akan menghasilan pilihan BETUL 
(kebenaran) , atau sebaliknya SALAH (kekeliruan) secara serta merta. Diperlukan 
suatu hukum untuk menentukan nilainya.

Misalnya, kuda terbang, hawa panas, perbuatan baik, perbuatan buruk. Adalah 
contoh bagaimana akal memberikan hukum tehadap dua hal, yakni kuda dan terbang, 
hawa dan panas. Terlihat direkaman pemikiran ada benda bernama kuda.., sekarang 
disambung dengan terbang? 

Darimana rekaman yang didapat tentang terbang? Pastilah sudah terekam secara 
otomatis di pikiran ketika pancaindra melihat burung atau sejenisnya yang bisa 
terbang. Kemudian dengan melalui proses imaginasi, muncullah benda baru yang 
bernama kuda terbang. Cara kerja pikiran yang merakit-rakit dan 
menyambung-nyambung seperti inilah yang kita sebut dengan proses pemahaman 
(konsepsi) terhadap nilai dari suatu perkara. 

Sekarang bagaimana dan apa yang disebut penilaian? 
Gambaran pikiran atau 'IDE' mengenai 'KUDA' ditambah sayap menjadi 'TERBANG'  
adalah sebuah konsepsi. Dan yang disebut sebuah Penilaian adalah ketika 
'pikiran menghukumi'  bahwa KUDA itu TERBANG, atau itu kuda terbang maka 
pikiran telah memberikan kesimpulan atau PENILAIAN bahwa 'ADA' kuda terbang.

Contah lain, hawa ditambah panas adalah 'ide' yang tergambar didalam pikiran, 
tapi jika pikiran menghukumi nilai ide itu menjadi 'hawa itu panas' maka 
pikiran telah memberikan kesimpulan atau PENILAIAN terhadap hawa DAN panas 
menjadi suatu NILAI, yaitu 'ADA' hawa panas.


Salam,


Iman K.
www.parapemikir.com


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke