Re: [wanita-muslimah] Maraknya TKW yang jadi korban pemerkosaan di Timur Tengah

2006-03-05 Terurut Topik Wida . Kusuma
Kalau memang mengirimkan TKW ke Arab hanya akan menyebabkan mereka 
menderita, kita berdosa membiarkan mereka berangkat ke sana. Jika memang 
mereka di sana akan dianggap sebagai budak saja. Betapa pemerintah ini 
tega menjual gadis-gadis mereka sebagai budak dengan harga Devisa? Kita 
belum bisa memberikan perlindungan hukum di sana dan kita membiarkan hal 
ini berlangsung terus?

Saya setuju bahwa Islam bukan bangsa Arab, sekalipun nabinya berasal dari 
bangsa Arab. Sebagaimana dalam hati saya percaya, bangsa Arab pun masih 
banyak yang baik, tidak semuanya mereka bejat dan tukang perkosa. 
Sekalipun banyak di antara mereka yang suka nikah mut'ah (kontrak) di 
wilayah Sukabumi atau Puncak. Tetapi itupun berdasarkan kerelaan gadis 
Indonesia itu juga. Nikah mut'ah sudah dilarang oleh nabi. Itu budaya Arab 
pra Islam. Tampaknya bangsa Arab menjadi pra Islam kembali dalam hal 
budaya? WalLaahu a'lam.

Bisakah kita berfikir jernih dan jujur dalam hal ini?

Salam,




reporter jalanan <[EMAIL PROTECTED]> 
Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
03/04/2006 11:59 PM
Please respond to
wanita-muslimah@yahoogroups.com


To
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], 
[EMAIL PROTECTED]
cc

Subject
[wanita-muslimah] Maraknya TKW yang jadi korban pemerkosaan di Timur 
Tengah






Maraknya TKW yang jadi korban pemerkosaan di Timur Tengah
 
  Masih banyak orang Indonesia tak percaya bahwa cukup banyak TKW yang 
menjadi korban pemerkosaan di Tanah Arab sana. Mereka menganggap orang 
Arab itu seiman dan masih kerabat Nabi, jadi tak mungkin melakukan 
perbuatan senista itu. Walau ada beberapa koran yang menuliskan tentang 
kejadian itu, mereka masih juga tak yakin. Berita itu ia anggap sebagai 
propaganda Barat saja untuk memojokkan Islam.
 
  Contohnya ada seorang milister bernama A. Nizami. Dia anggota milis
PPIINDIA dan beberapa milis lainnya. Ia juga menjadi moderator milis 
Ekonomi-Indonesia. "Apakah bulan ini ada TKW yang diperkosa di Arab? 
Tidak!  Jika ada, pasti media massa yang didominasi orang kafir ramai 
memblow-upnya," tulisnya. "Jadi TKW yang diperkosa di Arab tidak lebih 
dari 3 orang per tahun," begitu ia berkomentar dengan entengnya. Entah 
darimana ia tahu angka itu. 
 
  Rudapaksa seksual tersebut umumnya dilakukan oleh sang majikan atau anak 
majikan. Hanya TKW yang pemberani mau melaporkan ke polisi atau KBRI. 
Sebagian lagi takut karena kerap terjadi malah dia yang ditangkap. 
Dilaporkan juga ada oknum-oknum di KBRI yang malah menjajakan TKW kepada 
lelaki-lelaki Arab.
 
  Sebenarnya isu ini amat menarik buat para jurnalis yang ingin melakukan 
pelacakan dan peliputan secara meluas. Coba luangkan waktu sejenak 
jalan-jalan ke Sukabumi dan kota-kota kecil lainnya di Pulau Jawa yang 
sudah tahunan menjadi pemasok TKW. Di perkampungan itu bakal kita temui 
para remaja dan anak-anak berwajah kearab-araban. Padahal ibunya ya 
berwajah khas Indonesia. 
 
  Kalau untuk meliput langsung ke Arab Saudi dan negara-negara Arab 
lainnya mungkin agak repot ya, karena sistem pemerintahannya amat 
tertutup. Buat teman-teman yang  pernah mukim di Arab Saudi atau Kuwait 
dan negara-negara Arab lainnya,  tahukah Anda tentang kondisi kebebasan 
pers disana?
 
  Salam Anti Pemerkosaan!
 
  ReJa 
  _
 
  20 Bayi Lahir dari TKW 
 
SUKABUMI, (PR).-
  Setiap bulan, sekira 15 hingga 20 bayi lahir dari rahim para tenaga 
kerja 
wanita (TKW) sebagai hasil hubungan gelap dengan para majikan mereka. 
  Pernyataan itu mengemuka dalam Dialog Publik "Penanganan Trafficking 
terhadap  Pekerja Rumah Tangga" yang diselenggarakan Pucuk Pimpinan 
Fatayat Nahdlatul  Ulama (NU) di Pondok Pesantren Sunanul Huda Sukabumi, 
Minggu (10/4)
 
  Salah satu peserta yakni Ketua Lembaga Pendamping dan Pengembangan 
Tenaga Kerja Indonesia (PPTKI), Normawati mengatakan, data tersebut 
diperoleh dari kedatangan para tenaga kerja Indonesia (TKI) perempuan di 
Terminal III Bandara Soekarno Hatta Jakarta. Angka tersebut tidak termasuk 
para TKI perempuan yang hamil. "Tidak jarang para TKW datang sambil 
menggendong puluhan bayi," terang Norma.
 
  Menurutnya, para TKI yang menggendong anak tersebut pada umumnya bekerja 
di Timur Tengah, Saudi Arabia dan beberapa di antaranya bekerja di 
Malaysia. 

  "Ironisnya, bayi-bayi anak dari TKI ini kebanyakan berasal Jawa Barat," 
sebutnya. Karena itu tak heran jika setiap tiba di bandara selalu 
terdengar ada TKI yang memberikan bayi yang tidak diinginkannya itu kepada 
orang yang ditemuinya di bandara. Kemungkinan mereka malu membawa bayi itu 
ke rumahnya dan bisa menjadi tanda tanya keluarganya.
 
  Disebutkan Norma, saat ini ia pun mendapat "amanah" untuk memelihara 15 
orang anak TKI, dua di antaranya masih berusia empat bulan. "Bahkan pernah 
ada seorang TKI perempuan yang meminta saya untuk mengurus kedua anak 
hasil hubungannya dengan sipir penjara. Konon dia d

[wanita-muslimah] Maraknya TKW yang jadi korban pemerkosaan di Timur Tengah

2006-03-04 Terurut Topik reporter jalanan
Maraknya TKW yang jadi korban pemerkosaan di Timur Tengah
   
  Masih banyak orang Indonesia tak percaya bahwa cukup banyak TKW yang menjadi 
korban pemerkosaan di Tanah Arab sana. Mereka menganggap orang Arab itu seiman 
dan masih kerabat Nabi, jadi tak mungkin melakukan  perbuatan senista itu. 
Walau ada beberapa koran yang menuliskan tentang kejadian itu, mereka masih 
juga tak yakin. Berita itu ia anggap sebagai propaganda Barat saja untuk 
memojokkan Islam.
   
  Contohnya ada seorang milister bernama A. Nizami. Dia anggota milis
PPIINDIA dan beberapa milis lainnya. Ia juga menjadi moderator milis 
Ekonomi-Indonesia. "Apakah bulan ini ada TKW yang diperkosa di Arab? Tidak!  
Jika ada, pasti media massa yang didominasi orang kafir ramai  memblow-upnya," 
tulisnya. "Jadi TKW yang diperkosa di Arab tidak lebih  dari 3 orang per 
tahun," begitu ia berkomentar dengan entengnya. Entah darimana ia tahu angka 
itu. 
   
  Rudapaksa seksual tersebut umumnya dilakukan oleh sang majikan atau anak 
majikan. Hanya TKW yang pemberani mau melaporkan ke polisi atau KBRI. Sebagian 
lagi takut karena kerap terjadi malah dia yang ditangkap. Dilaporkan juga ada 
oknum-oknum di KBRI yang malah menjajakan TKW kepada lelaki-lelaki Arab.
   
  Sebenarnya isu ini amat menarik buat para jurnalis yang ingin melakukan 
pelacakan dan peliputan secara meluas. Coba luangkan waktu sejenak jalan-jalan 
ke Sukabumi dan kota-kota kecil lainnya di Pulau Jawa yang sudah tahunan 
menjadi pemasok TKW. Di perkampungan itu bakal kita temui para remaja dan 
anak-anak berwajah kearab-araban. Padahal ibunya ya berwajah khas Indonesia.  
   
  Kalau untuk meliput langsung ke Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya 
mungkin agak repot ya, karena sistem pemerintahannya amat tertutup. Buat 
teman-teman yang  pernah mukim di Arab Saudi atau Kuwait dan negara-negara Arab 
lainnya,  tahukah Anda tentang kondisi kebebasan pers disana?
   
  Salam Anti Pemerkosaan!
   
  ReJa  
  _
   
  20 Bayi Lahir dari TKW 
  
SUKABUMI, (PR).-
  Setiap bulan, sekira 15 hingga 20 bayi lahir dari rahim para tenaga kerja 
wanita (TKW) sebagai hasil hubungan gelap dengan para majikan mereka. 
  Pernyataan itu mengemuka dalam Dialog Publik "Penanganan Trafficking terhadap 
 Pekerja Rumah Tangga" yang diselenggarakan Pucuk Pimpinan Fatayat Nahdlatul  
Ulama (NU) di Pondok Pesantren Sunanul Huda Sukabumi, Minggu (10/4)
   
  Salah satu peserta yakni Ketua Lembaga Pendamping dan Pengembangan Tenaga 
Kerja Indonesia (PPTKI), Normawati mengatakan, data tersebut diperoleh dari 
kedatangan para tenaga kerja Indonesia (TKI) perempuan di Terminal III Bandara 
Soekarno Hatta Jakarta. Angka tersebut tidak termasuk para TKI perempuan yang 
hamil. "Tidak jarang para TKW datang sambil menggendong puluhan bayi," terang 
Norma.
   
  Menurutnya, para TKI yang menggendong anak tersebut pada umumnya bekerja di 
Timur Tengah, Saudi Arabia dan beberapa di antaranya bekerja di Malaysia. 

  "Ironisnya, bayi-bayi anak dari TKI ini kebanyakan berasal Jawa Barat," 
sebutnya. Karena itu tak heran jika setiap tiba di bandara selalu terdengar ada 
TKI yang memberikan bayi yang tidak diinginkannya itu kepada orang yang 
ditemuinya di bandara. Kemungkinan mereka malu membawa bayi itu ke rumahnya dan 
bisa menjadi tanda tanya keluarganya.
   
  Disebutkan Norma, saat ini ia pun mendapat "amanah" untuk memelihara 15 orang 
anak TKI, dua di antaranya masih berusia empat bulan. "Bahkan pernah ada 
seorang TKI perempuan yang meminta saya untuk mengurus kedua anak hasil 
hubungannya dengan sipir penjara. Konon dia dipenjara di Kuwait selama 
14 tahun.
   
  Dari hasil pendampingan LPPTKI terhadap para TKI ini juga terungkap satu 
kasus yang dialami seorang TKI asal Serang bernama Khodijah. Dia diperlakukan 
sewenang-wenang oleh oknum KBRI setempat saat meminta perlindungan setelah lari 
dari majikannya.
   
  "Saat di maktab KBRI, ternyata oleh oknum KBRI Khodijah ini kembali menjadi
korban trafficking. Ia dijual kepada lima orang lelaki Arab, dan dipaksa untuk 
'melayani' mereka," kata Norma.
   
  Dikatakan, trafficking terhadap para TKI perempuan ini tidak hanya terjadi di 
luar Indonesia. Karena setelah kepulangan mereka di tanah air pun kejahatan 
itu masih membayangi mereka. Dalam kondisi sekarang ini kerawanan bandara
mungkin sudah dianggap cukup aman bagi para TKI karena ada pengawalan khusus 
yang diberikan oleh aparat polisi. 
   
  Namun, bukan berarti para TKI sudah aman dari tindak kejahatan. Sebab tindak
kejahatan masih ada, seperti perlakuan dari sopir taksi gelap. Atau bahkan 
ketika sampai di kampung halaman pun masih terdengar para TKI ini dipermainkan 
oleh tukang ojek.
   
  Dalam kesempatan dialog tersebut, seorang gadis asal Sumbawa Nusa Tenggara 
Barat (NTB) yang baru tiga bulan tiba di Indonesia menuturkan kembali 
pengalamannya sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di sebuah keluarga di negara 
Kuwait. 
   
  Evi, dem