Posted by: "muhammad muallim" [EMAIL PROTECTED]   muallimku   Mon Oct 15, 2007 
11:03 am (PST)   Mengambil Buah Dari Arab
Oleh : Mochammad Moealliem 

Sewaktu aku kecil kakekku punya tiga pohon kurma yang lumayan tinggi, daun-daun 
serta rantingnya pun pernah berfungsi dalam berbagai kebutuhan bahkan terkadang 
sebagai alat pengobatan, aku pernah melihat pohon itu berbunga, namun ternyata 
tak berbuah, entah mungkin suhu udara yang kurang panas atau tidak tahu 
bagaimana menjadikan pohon itu berbuah.

Saya jadi teringat lagu kecilku yang berbunyi, "mau makan nasi gudeg Jogja, tak 
usah pergi ke Jogja, cukup hanya disini kita dapat menikmati", mungkin kita 
cukup tahu resepnya dan bahan-bahan yang diperlukan untuk memasak gudeg kita 
tentu dapat menikmatinya meskipun di ujung padang sahara. Hal demikian banyak 
kita dapati dalam komunitas masyarakat Indonesia di luar negeri, bilamana rindu 
dengan suasana dalam negeri maka kita tak perlu lagi pulang mudik hanya untuk 
membeli tempe, tahu, bakso, sate, dan lain sebagainya, kita cukup menyiapkan 
barang-barang yang mendukung lalu mengimpor yang tidak ada dari Indonesia.

Tempe misalnya, adalah makanan istimewa bagi yang telah lama berpisah dengan 
pertiwi, dan orang arab (baca:Mesir) tidak memproduksi hal itu. Maka tak perlu 
lah kiranya mengimpor tempe dari Indonesia, bisa-bisa kalau pakai kontainer, 
sampai Mesir sudah nggak bisa kepakai, cukup mengimpor raginya saja, soal 
kedelai apapun negaranya kalau dikasih ragi tempe akan sama hasilnya dengan 
catatan sesuai prosedur pembuatannya.

Beda negara beda pula budaya, Budaya negeri manapun kalau diberi ragi khusus 
akan beda warnanya, tak perlu kita membuang budaya yang ada dilingkungan kita 
dan menggantinya dengan budaya asing secara total, bisa-bisa seperti menanam 
pohon kurma di tanah jawa. Bahkan bukan hanya budaya saja kita sering mendapati 
orang-orang mengimpor sacara brutal, namun norma-norma pun terkadang kita lebih 
merasa norma asing lebih unggul dengan norma Indonesia.

Ah betapa lebih indah jikalau membiarkan pohon-pohon kurma tetap di padang 
pasir sementara buahnya bisa dinikmati di Indonesia, tanpa harus bersentuhan 
dengan duri-duri pada rantingnya. Betapa indahnya jika budaya Indonesia dipadu 
dengan buah budaya luar negeri tanpa efek negatif budaya luar. Betapa indahnya 
budaya indonesia jika dipadu dengan sentuhan ragi Islami, ataupun ragi-ragi 
yang lain.

Tidak asing bagi kita bahwa kentang dengan rasa strawbery, tape dengan rasa 
lemon. Bukankah demikian lebih indah dibanding kalau hanya makan tape dan makan 
lemon, bukankah sebenarnya kedua rasa itu bertabrakan? Seperti itu jugalah 
mestinya jika kita mendapati budaya yang bertabrakan, pendapat yang 
bertabrakan, pemimpin yang bertabrakan.

Terkadang sebagian orang ingin segala sesuatu yang instan, siap pakai, padahal 
biasanya sesuatu yang instan itu berbahaya. Pertumbuhan manusia saja melalui 
berbagai tahapan dan proses, kenapa kita menginginkan pertumbuhan budaya kita 
tanpa tahapan dan proses? Adalah keliru bagiku jika untuk menikmati buah Islam 
harus berbudaya persis dengan arab, pakaian dengan pakaian arab, makanan dengan 
makanan arab, bicara dengan bahasa arab.

Islam bukanlah model pakaian, bukan bentuk makanan, bukan pula gaya bahasa, 
Islam adalah nilai-nilai luhur yang diturunkan dengan seting lingkungan arab. 
Orang arab dengan orang Indonesia dalam menghormati yang lebih tua punya cara 
yang berbeda dengan nilai yang sama. Orang Indonesia memanggil yang lebih tua 
dengan berbagai kata mulai kang, mas, cak, mbak, yu, mpok, keh, de el el. Kalau 
orang arab tentu tidak seperti itu, saya tidak pernah dengar orang arab manggil 
kakaknya "ya akhil kabir" sebagai ganti kata "mas".

Betapa setujunya aku dengan peribahasa, lain ladang lain belalang, laik lubuk 
lain ikannya, namun tetap saja se-udara (baca: sa-udara), biarkan pakaian kita 
berbeda, bahasa kita berbeda, makanan kita berbeda, yang perlu kita samakan 
adalah nilai-nilai keluhuran yang ada dalam hati kita. Kalau mau memakai 
pakaian, pakailah pakaian mana saja, mau arab, jawa, eropa, indonesia, asalkan 
nilai-nilai luhur dalam diri kita tetap terjaga.

Jika pakaian bisa memberi gambaran hati manusia, tentulah orang-orang yang 
berdasi tak akan korupsi, orang-orang berjubah tak akan mengobrak-abrik, dan 
menyesatkan orang lain. Namun apakah demikian? Kebanyakan tidak seperti itu. 
Biasanya pakaian hanyalah sebagai topeng persembunyian dari keadaan hati yang 
tidak karuan. Bukankah serigala berbulu domba lebih membahayakan?? Akan lebih 
aman jika serigala berhati domba.

Biarkanlah Al qur'an turun dengan bahasa orang Arab, asalkan kita bisa 
mengimpor buahnya. Dikarenakan orang Arab tidak berbahasa jawa, yach jadinya 
Alqur'an memakai bahasa Arab. " Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al 
Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya."

Coba kalau orang arab zaman turunnya al Qur'an lisannya bicara bahasa jawa, 
tentulah makna "qur'anan Arabian" bermakna bahasa jawa, sebab ayatnya bilisanin 
arobiyin mubin, bukan bi lugotin arabiyatin mubin. Jadi nisbatnya bukan kepada 
bahasa arab tapi pada lisan orang arab, nah sekarang disebut bahasa arab, jadi 
deh terjemahnya seperti diatas "dengan berbahasa arab".

Tafsiran itulah yang perlu pembaca koreksi, soalnya saya mencari jalan tengah 
ketika suatu saat di bulan romadlon kemarin aku menjumpai orang mesir berdebat 
dengan orang afrika, orang mesir nerjemahin tanpa tahu cara memasaknya, orang 
afrika nerjemahin dengan bumbu nisbat yang berbeda, jadinya gontok-gontokan 
disebuah sudut masjid, saya hanya terdengar sejenak, lalu berlalu sambil 
berpikir.

Beruntunglah nabi tidak bisa banyak bahasa, coba kalau bisa 10 bahasa, maka Al 
qur'an akan mengikuti lisan nabi dengan sepuluh bahasa. Apa nggak malah susah 
memahami Al qur'an dengan sepuluh bahasa? Yang pakai satu bahasa aja masih 
mumet.


Alliem,
Cairo, Senin 15 Oktober 2007
Lisanku jawa meski kadang berbahasa arab

:::: Mochammad Moealliem :::: 
:::: http://muallimku.tk/ atau http://muallimku.multiply.com/ ::::
::::: Bergabunglah! di Komunitas Sahabat Lintas Batas, http://www.kangguru.tk/ 
::



e-mail: [EMAIL PROTECTED]  
  blog: http://mediacare.blogspot.com  
   

       
---------------------------------
Boardwalk for $500? In 2007? Ha! 
Play Monopoly Here and Now (it's updated for today's economy) at Yahoo! Games.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke