Hehehe saya senang tulisan ini, dari milis sebelah.
Sato
--
From: "Win Sulubere" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Thu Mar 16, 2006 4:58 am
Subject: RUU APP : Blunder Kaum Berjenggot
Mungkin sepanjang sejarah republik ini, baru kali
inilah terjadi perdebatan publik yang begitu luas saat
penguasa berencana membuat undang-undang yang akan
ditanggung oleh seluruh komponen masyarakat, mungkin
menjadi sejarah pula bahwa hasil perdebatan publik
(bukan pengerahan massa yang cenderung anarkis) dapat
menekan penguasa untuk membatalkan niatnya.
Skor sementara dari pertandingan antara yang menolak
dan yang menyetujui RUU APP adalah 1-0 untuk
penentang, tapi pertarungan masih belum selesai para
kaum berjenggot masih akan terus berusaha
memperjuangkan tujuan mereka untuk mem'padang
pasir'kan Indonesia.
Tapi meskipun begitu, heboh kontroversi RUU APP ini
adalah berkah yang luar biasa bagi orang Islam
kebanyakan seperti saya dan blunder bagi kaum
berjenggot, setelah selama ini secara sepihak kaum
Islam radikal ini mempromosikan Islam versi mereka,
seolah tanpa perlawanan dari orang Islam kebanyakan di
negeri ini yang hanya ingin hidup damai tanpa harus
berkonflik dengan penganut kepercayaan lain.
Kalaupun ada perlawanan, itu datang dari kolompok
Islam ekstrim lain yang berdiri di sisi sebaliknya,
yaitu kelompok Soft Islam yang pro kapitalis dan
liberalisme, dan sama seperti kelompok radikal pro
Timur Tengah, kelompok ini juga minoritas.
Kelompok Islam terbesar di negeri ini yang selama ini
hanya diam adalah kelompok Islam tanpa kelompok dan
pemimpin yang benar-benar dianggap pemimpin, karena
kelompok ini adalah massa yang cair, tidak punya
organisasi apalagi kesamaan persepsi yang dihasilkan
dari doktrin yang dipaksakan sama di setiap kepala,
berbeda dengan kelompok radikal yang organisasinya
jelas, tujuannya jelas dan anggotanya diindoktrinasi
dengan paham-paham radikal yang mereka anut, sehingga
selama ini mereka dengan leluasa mengklaim diri
sebagai mayoritas., seolah-olah seluruh komponen orang
Islam di negeri ini berbaris mendukung di belakang
mereka.
Meskipun secara kuantitas jumlah kelompok ini kecil,
tapi karena teriaknya kencang dan nyaring, serta
terus-terusan melakukan demo yang dirancang rapih dan
selalu diliput media pula, kelompok kecil pengganggu
ini seolah sebegitu besarnya, sampai bisa mempengaruhi
kebijakan pemerintah.
Diamnya mayoritas umat Islam selama ini, membuat
kelompok Islam konservatif dan radikal ini semakin
percaya diri, merasa apapun yang mereka lakukan,
apapun yang mereka klaim selama ini didukung oleh
hampir 200 juta orang Islam negeri ini, sedemikian
percaya dirinya, sampai mereka berani membuat sebuah
RUU yang akan mengatur cara berperilaku seluruh orang
Indonesia agar sesuai dengan standar moral yang mereka
anut.
Kontroversi RUU APP telah memberi kesempatan bagi
orang Islam mayoritas yang tidak mempunyai kelompok
dan organisasi seperti saya ini untuk bersuara, dengan
bersuaranya orang-orang Islam tanpa kelompok ini,
publik negeri ini akhirnya dapat menyaksikan sendiri
bahwa orang Islam di Indonesia bukan hanya kaum
berjenggot, umat Islam Indonesia bukan hanya
sekelompok kecil kaum radikal yang kemana-mana
menyebarkan kebencian pada kelompok lain.
Kini setelah heboh RUU Porno, jelas terlihat bahwa
kelompok radikal berjenggot ini hanyalah minoritas,
kontroversi RUU APP ini akhirnya dapat menunjukkan
dengan jelas bahwa mayoritas orang Islam di negeri
ini tidak menyukai kelompok preman semacam FPI dan
MMI.
RUU APP adalah ide cemerlang dari kaum Islam
berjenggot yang telah dengan sukses menjadikan mereka
sebagai sasaran tembak dan lawan bersama dari seluruh
komponen rakyat negeri ini, tanpa dibatasi agama,
orang-orang ini dengan sukses berhasil membuat garis
batas
antara 'kita' dan 'mereka', yang membuat mereka mau
tidak mau harus menyisih 'kepinggir'.
Dengan adanya kontroversi RUU APP ini publik dapat
melihat sejelas-jelasnya, kalau pendukung kelompok ini
hanyalah organisasi-organisasi Islam puritan,
kelompok kecil yang bersuara kencang, pengusung
semangat Taliban, tidak lebih dari itu, pandangan
mereka sama sekali tidak mewakili pandangan mayoritas
umat Islam negeri ini, meskipun mereka mencoba
membuat opini bahwa seolah-olah mereka juga didukung
oleh kelompok lain, misalnya dengan membesar-besarkan
dukungan dari Jero Wijaya, seorang mantan anggota DPRD
Bali yang di
Bali sendiri lebih dikenal karena kasus ijazah
palsunya.
Tapi fakta yang sangat jelas yang dapat kita saksikan
hari ini adalah, KELOMPOK PEMAKSA KEHENDAK INI ADALAH
MINORITAS di negeri ini, karenanya menjadi menarik
membaca kembali ucapan dari Fauzan MMI yang
berbicara soal demokrasi dengan versinya sendiri '
Demokrasi itu adalah suara terbanyak, jadi yang
minoritas wajib ikut apa kata mayoritas', nah sekarang
kita bisa berkata pada Fauzan, TELAN SENDIRI
OMONGANMU KARENA SEKARANG TERBUKTI, KELOMPOK KALIANLAH
YANG
MINORITAS DI NEGERI INI.
Untuk Kapolri dan perangkatnya,sekarang anda tidak
perlu takut lagi