Saya sangat berterimakasih, komentar saya yang beberapa baris itu mendapatkan tanggapan. Saya hanya ingin mengatakan bahwa jangan gampang-gampang "blaming" orang lain. Di luar kedua kelompok yang pro maupun kontra RUU APP, sejatinya ada "suara-suara lain" yang perlu kita dengarkan. bukankah memberi catatan, adalah sesuatu yang baik? Saya kira teman-teman aktivis perempuan juga tidak menyatakan RUU APP No dan Pornografi Yes. mereka bilang RUU APP No, dan Pornografi juga No! Mereka melihat pada sisi ada kekuatan kapitalis yang seringkali menempatkan perempuan sebagai pihak yang dikorbankan. Sementara industri dan kekuatan-kekuatan kapital pelindungnya dibiarkan. Selain itu, perempuan seringkali dihakimi sebagai 'tidak bermoral" dan"tidak beradab" dari caranya berpakaian. Dan isu RUU APP hanyalah salah satu fenomena yang kita sebut dengan politisasi tubuh perempuan. Contoh politisasi tubuh perempuan yang lain adalah dengan pemaksaan perempuan mengenakan pakaian-pakaian tertentu.SK dan Perda Jilbab di beberapa daerah, larangan keluar malam (kasus Sumbar dan Tangerang), Perda larangan mandi di sungai di Banjarmasin (teman-teman barangkali bisa mendapatkan data ini dari LSM di sana), yang kadang-kadang berujung dengan kekerasan (aparat atau massa) dalam bentuk razia, gunting rambut paksa, dan sebagainya justru merupakan "kampanye" dari citra agama yang sarat dengan nuansa kekerasan. Saya sendiri pernah mengalami dalam sebuah forum training di Aceh, oleh peserta saya dipaksa untuk berganti baju rok panjang. Celana panjang, blus panjang dan kerudung saya, rupanya tak memenuhi selera keislaman mereka. Anda juga sering dengar bukan, bagi mereka yang kerudungnya pendek seringkali dianggap cuma berkerudung gaul, gak Islami, dan sebagainya. Itu hanyalah contoh dimana wilayah interpretasi seseorang, berubah menjadi otoritas yang seolah bisa dipaksakan atas nama agama. Dalam pemahaman saya agama mestinya menjadi rahmat bagi seluruh alam. Dengan penjelasan saya ini, silahkan anda menghakimi saya adalah seorang yang anda maki-maki sebagai munafik, Islamophobi, atau apalah, terserah. Meski saya sendiri berusaha untuk selalu berproses untuk menjadi seorang muslim dan menyadari posisi saya sebagai hamba-Nya, yang merasa tak berwenang untuk menghakimi sesamanya, manusia yang sama-sama posisinya merupakan makhluk-Nya.Saya hanya ingin belajar untuk keluar dari sifat takabur dan merasa diri sebagai yang paling benar. Setiap orang mengalami peristiwanya sendiri-sendiri, dan melalui pengalaman itu pula Allah swt. mengajarkan kita untuk menemukan pendewasaan diri dan berbagai kearifan. Tidak harus meledak-ledak, saya hanya "bismillah" untuk mengajak sesama saudara saya untuk menampilkan Islam sebagai agama yang menawarkan rahmat, bukan kedengkian, prasangka, dan keangkuahan. (Terserah mau dinilai Jaka Sembung lagi atau tidak! yang jelas saya merasa lega sudah menyampaikan uneg-uneg saya). Terimakasih.
Wassalam, Nining, Rahima ----- Original Message ----- From: "Fajar Budiarto" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Monday, March 13, 2006 10:32 AM Subject: RE: [cfbe] Re: [cir-members] "Teori Konspirasi" Anti-Porno Saya rasa diskusi mengenai RUU ini sudah mesti diaktualkan, karena RUU inipun sudah berubah cukup banyak sejak akhir minggu lalu. Mesti juga disadari bahwa diskusi suatu RUU sudah pasti mempunyai dimensi politisnya. Ada memang yang sekedar melawan pornografi dan melawan penindasan terhadap perempuan. Tetapi sudah pasti ada juga pihak-pihak tertentu yang hendak membonceng. Pasti ada pihak yang hendak mengeksploitasi kasus pornografi untuk kepentingan politiknya. Sungguh memalukan memang, tetapi itulah dunia. Pernyataan mas Satria Darma "Tapi saya juga heran bahwa di negara yang katanya berketuhanan ini masalah pornografi nampak seolah-olah didominir oleh the what so called Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir. Is it so?" , malah menunjukkan bahwa memang RUU ini sangat politis, dalam arti ada yang mau memboncengkan kepentingannya. Sekali lagi saya menegaskan, pihak-pihak yang memperjuangkan RUU APP sudah pasti ada yang tulus berjuang untuk melawan pornografi. Namun perlu juga ditegaskan bahwa pihak yang anti RUU APP ini tidak bisa dituduh sebagai pro pornografi. Saya rasa jika tidak mau difitnah tidak sebaiknya kita memfitnah manusia lain. Sudah cukup banyak LSM-LSM atau pihak-pihak yang berjuang melawan pornografi, pemerkosaan, human traficking, pedofil dllnya, tetapi memang mereka tidak selalu berteriak-teriak di jalan seperti kelompok-kelompok Islam radikal. Media pun hanya memuatnya sekali-sekali. Bahkan di Radio-Radio ibukota banyak saya mendengarkan keluhan-keluhan individu-individu akan maraknya pornografi tetapi aneh pemerintah dan polisi tidak bergerak. Sebenarnya jika pak polisi mau membereskan kasus porno ini sekarang pun juga bisa. Beberapa saat lalu diadakan razia-razia gambar-gambar porno, dan ternyata cukup efektif. Di glodok, pusat vcd dan dvd ilegal, penjualan vcd porno juga sudah tidak kelihatan. Begitulah, .. sebenarnya masalahnya tidak serumit yang kita kira, masalahnya "hanyalah" penegakan hukum saja. Salam Fajar Yuniar Rusli <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kali ini saya juga ingin mengingatkan pak Satria agar tidak melanjutkan polemik ini, dimailing list Forum Pembaca harian ibukota juga lagi sibuk menggebuki RUU ini dengan pemikiran seperti mbak Rahima ini, sebagai pendatang baru saya ingin bersumbang saran dengan membandingkan dengan UU perlindungan anak di Amerika- dengan Parent guide Notice nya dan di jawab dengan baik oleh seorang pembaca, tapi katanya saya pura-pura tidak tahu maksud tersembunyi daru RUU ini. lho bagaimana kalau kita menganalisa - kalau tidak dari yang tersurat - tapi malah dari maksud tersembunyinya ? -----Original Message----- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Satria Dharma Sent: 11 Maret 2006 6:42 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [cfbe] Re: [cir-members] "Teori Konspirasi" Anti-Porno Mbak Rahima, Contoh yang Anda berikan mencerminkan bahwa Anda tidak benar-benar paham dengan RUU tersebut. Mbok ya cari contoh yang lebih realistis gitu lho. Lha mosok Anda mencampurbaurkan kejadian pergi ke kali pakai kemben dan menjemur gabah pakai kutang (termasuk umpamanya pakai koteka di Papua) dengan prilaku seks bebas. Ini Jaka Sembung pakai gitar dan piano sekaligus. Kalau kita selalu bicara dalam tataran begini rasanya kita tidak akan pernah menyelesaikan apapun karena kita sudah saling tidak mau tahu dengan concern orang lain. Kita selalu mengambil titik ekstrim masing-masing dan pura-pura tidak tahu apa yang dipikirkan pihak lain. Selalu saja pembicaraan dibelokkan ke hal-hal lain seperti korupsi, penindasan, dll sebagai tindakan tidak bermoral lainnya yang karena masih merajalela maka sebaiknya pornografi tidak usaha diutak atik. Ini argumen khas para 'asbunist'. Termasuk di dalamnya adalah menyatakan bahwa kasus pemerkosaan paling tinggi di timur tengah. Ini asbun pol karena tidak ada statistik yang mendukungnya. Kalau dikatakan tidak ada statistik karena tidak terdata dengan baik dan ditutup-tutupi oleh pemerintah maka itu lebih asbun. Lantas darimana ia memperoleh dkesimpulan tersebut jika datanya tak ada atau ditutup-tutupi? From a hearsay? Kita juga tidak mempersoalkan apakah setelah pakai kerudung maka moralnya lebih baik atau tidak karena bukan itu masalahnya. menurut saya yang perlu kita sepakati adalah bahwa pornografi sudah demikian parahnya merusak moral anak-anak dan juga diri kita sehingga harus dilakukan sesuatu sebelum ia menghancurkan bangsa kita. Perkara pornografi itu bagaimana bentuknya itu bisa kita bicarakan. Bagi rakyat Papua di pedalaman pakai koteka adalah berbudaya tapi saya yakin kalau ada yang onani terang-terangan dihadapan umum tentu melanggar adat susila mereka. Saya lihat bahwa wanita Papua juga memakai pakaian yang menutupi tubuh mereka yang dianggap harus ditutupi. Dan jika ada wanita Papua yang sengaja mengumbar payudara mereka untuk menarik perhatian lawan jenisnya, baik dengan membagi-bagikan poster atau langsung beraksi dihadapan para lelaki, tentu mereka juga akan mengkategorikan ini sebagai pornografi dan pornoaksi. Bukan hanya tertampaknya apa yang seharusnya ditutupi tapi juga the intention of it yang membuatnya dikategorikan porno. Saya yakin bahwa wanita Papua juga menganggap pose di majalah Playboy adalah pornografi karena para bunnies di Playboy tersebut berpose terbuka adalah untuk merangsang syahwat para lelaki dan bukan samasekali sedang menyalurkan bakat seni menggeliatnya atau karena kebetulan sedang mandi dan fotonya diambil secara illegal oleh paparazi. Tujuannya menunjukkan bagian tubuhnya yang molek tersebut adalah untuk merangsang syahwat para lelaki. Tentu saja sangat naif kalau mereka yang melakukan hal tersebut lantas berdalih "Terangsang atau tidak itu bukan urusan kami. Salah sendiri jika terangsang. Banyak kok orang yang tidak terangsang. Kami kan hanya cari makan. Bukan salah kami jika tubuh kami seksi. Lagipula apa salahnya mempertontonkan keindahan tubuh kami sendiri. Bukankah Tuhan itu suka yang indah-indah, etcetera..etcetera". Mereka yang tidak begitu terpengaruh oleh pornografi dan pornoaksi tersebut juga tidak bisa bersikap tidak perduli, apalagi membela mereka yang melakukan pornografi dan pornoaksi tersebut dengan menyatakan dalih yang sama," Saya tidak terangsang kok. Salah sendiri kalau terangsang. Makanya pikirannya jangan ngeres melulu. Jadi biarkan saja. Kalau tidak laku kan akan habis sendiri" Seolah-olah semua orang memiliki kondisi yang sama dengan mereka dan pornografi itu masalah suka atau tidak suka pasar belaka. Bayangkan jika semua hal seperti narkoba, minuman keras, korupsi, penindasan, dll kita serahkan kepada pasar untuk menilainya. Amerika yang mengusung paham materialisme saja tidak begitu liberal seperti kita. Perkara pornografi mau dibungkus sebagai 'art' saya yakin para artist sesungguhnya akan paham mana 'art' yang real art dan mana ekspresi untuk membangkitkan syahwat yang dibungkus art. Saya juga yakin seyakin-yakinnya bahwa meskipun rakyat Bali yang hidup dari pariwisata sehingga lebih permissif dalam hal buka-buka baju tentu tetap akan tidak membolehkan para turis berkeliaran pakai bikini saja di pura-pura dan pusat-pusat perbelanjaan. Ada saat dan tempat untuk setiap kejadian yang dianggap pantas dan tidak pantas. Dan ini tidak ada hubungannya dengan Timur Tengah, Ikhawnul Muslimin, dan taliban. Ini adalah masalah kita bersama. Meski demikian saya juga mencemaskan semakin kencangnya puritanisme dan fanatisme jika dipaksakan ke semua pihak. Kita juga mesti mendorong agar proses dialog terus berjalan dan semua pihak bersedia duduk dan berbicara dan membuka telinga dan hatinya, dan bukannya memaksakan kehendak dengan gerakan penghancuran dan kekerasan. Umat Islam mesti sadar bahwa mereka tidak tinggal di negara Islam sehingga pemaksaan hukum-hukum Islam di daerah mayoritas non muslim tentu tidak populer dan justru akan mendatangkan perlawanan yang tidak perlu terjadi. Tapi saya juga heran bahwa di negara yang katanya berketuhanan ini masalah pornografi nampak seolah-olah didominir oleh the what so called Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir. Is it so? Mestinya ini menjadi masalah kita semua, utamanya mereka yang mengaku sebagai umat beragama, entah itu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dll dan juga bagi mereka yang merasa memiliki budaya Indonesia, baik yang berkemben ketika mandi ke kali dan berkoteka dalam kehidupan sehari-harinya. Kalau boleh saya tanya, pasal dan ayat mana dalam RUU Pornografi tersebut yang kira-kira perlu kita diskusikan di milis ini? Saya akan menyediakan waktu untuk diskusi jika ada yang berminat. SD --------------------------------- Relax. Yahoo! Mail virus scanning helps detect nasty viruses! [Non-text portions of this message have been removed] ---------- http://groups.yahoo.com/group/cfbe ---------- Arsip Milis: http://groups.yahoo.com/group/cfbe/messages Website: http://www.cbe.or.id Hanya menerima daily digest: [EMAIL PROTECTED] Tidak menerima email: [EMAIL PROTECTED] Kembali ke normal: [EMAIL PROTECTED] Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED] ----------------- [EMAIL PROTECTED] ----------------- Yahoo! Groups Links ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/