[wanita-muslimah] Re: Colossal Human Tragedy
lutuye, Pak MAS - pasti ujung2nya Imam Mirza Gulam Ahmad. Diskusi sama orang Ahmadiyah bisa bikin geregetan juga, walaupun nggak sama geregetannya dengan Khilafah HTI yang berpotensi berbahaya untuk negara kesatuan...:-( Pak Ary sering mengingatkan tentang konsep kenabian jaman sekarang. Sekarang ini jaman individu bukan tribalistik komunal, dimana setiap orang berkesempatan 'menjadi nabi'. Eh, maksudnya mengadopsi nilai dan kualitas kenabian itu. Kalo istilahnya terlalu berlebihan pake insan al kamil deh. Kalo masih berlebihan juga, yah menjadi dirimu sendiri deh - dengan catatan mana ada kalo orang bilang 'menjadi dirimu' itu seenak dewe, bukan itu kan? "Menjadi dirimu" itu artinya memenej ego kita, yang bisa berimplikasi jihad terhadap diri sendiri. Imam spiritual kita Nabi Muhammad, tapi itu pun berproses di diri masing2. Sejujurnya saya nggak kenal Muhammad, sampai buku Karen Armstrong mengantarkannya ke depan pintu saya, itupun saya nggak bukain pintu. Ilmuku blum nyampe ke sana...jangan2 nggak bakal nyampe...:-( salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "ma_suryawan" wrote: > > Benar mas Wikan, jumlah umat Islam itu tidak perlu dibanggakan. Yang bisa > dibanggakan adalah yang disebut "Jamaah Islam." > > Lalu, siapakah yang disebut Jamaah Islam? Dalam Hadits ditemukan: > > "Sesungguhnya tidak ada Islam tanpa jamaah dan tidak ada jamaah tanpa > pimpinan (imarat) dan tidak ada pimpinan tanpa ketaatan." (Ad-Darimi) > > Perlu diperhatikan bahwa Jamaah bukanlah sebutan kepada jumlah massa. Ribuan, > jutaan atau milyaran individu tak dapat disebut satu Jamaah. Yang disebut > Jamaah adalah individu-individu yang berkumpul dan bersatu padu untuk > bertekad bekerja dan melaksanakan satu program bersama. Jumlah lima atau enam > orang pun yang semacam itu merupakan satu Jamaah. Sebaliknya, walaupun > orangorang itu berjumlah ribuan, jutaan, atau milyaran dan dalam kumpulan > orang-orang tersebut tidak terdapat unsur 'tekad, bekerja untuk visi dan misi > yang sama' dan tidak memiliki pemimpin, maka mereka bukanlah suatu Jamaah. > > Dahulu, ketika Rasulullah s.a.w. mengumumkan kenabian beliau di kota Mekkah, > maka pada hari pertama hanyalah empat orang saja yang beriman kepada beliau, > termasuk dengan dirinya jumlahnya menjadi lima orang. Kendatipun hanya > berlima, tapi mereka merupakan satu Jamaah. > > Sebaliknya, penduduk Mekkah yang berjumlah delapan sampai sepuluh ribu orang > itu bukanlah merupakan satu Jamaah, sebab mereka tidak bertekad untuk > melakukan satu pekerjaan, dan tidak mempunyai program bersama. > > Nah, bagaimana dengan kondisi terkini. Apakah kaum Muslimin di Indonesia yang > jumlahnya jutaan itu merupakan satu Jamaah? Apakah kaum Muslimin sedunia > telah mengambil keputusan untuk bekerja bersama-sama dalam segala aktivitas? > Apakah mereka mempunyai sebuah program bersama? > > Harus diakui bahwa di dalam hati kaum Muslimin terdapat rasa simpati antara > satu sama lain. Tetapi perasaan itu tidak merata terdapat pada semua orang > Muslim. Sebagian ada mempunyai perasaan itu, sebagian lagi tidak. Lagi pula > tidak ada semacam organisasi, yang dengan perantaraannya > pertentangan-pertentangan antar golongan dalam Islam dapat didamaikan. > > Pertentangan faham adalah sesuatu yang alami dan memang terdapat dalam satu > Jamaah. > > Di zaman Rasulullah s.a.w. juga adakalanya terjadi tidak adanya persesuaian > faham antara kalangan Anshar dan Muhajirin dan kadang-kadang timbul > pertikaian antar suku. Akan tetapi, apabila Rasulullah s.a.w. mengambil suatu > keputusan, maka segala pertentangan dan perselisihan itu segera dapat > didamaikan. Begitu juga di zaman Khilafat telah timbul perselisihan, tetapi > apabila timbul hal itu dan Khalifah turun tangan dengan mengambil keputusan, > maka perselisihan itu reda kembali. > > Juga sesudah habisnya masa Khilafat hingga tujuh puluh tahun lamanya kaum > Muslimin berada di bawah satu pemerintahan. Di mana pun kaum Muslimin berada > pada waktu itu, di sana mereka tunduk kepada satu peraturan. Baik atau > buruknya peraturan itu tidak akan dipersoalkan di sini, tetapi bagaimanapun, > peraturan itu telah mengikat kaum Muslimin menjadi satu. > > Jadi, jelaslah bahwa yang namanya "Al-Jamaah" adalah segolongan Jamaah Islam > yang memiliki pimpinan (Imam) dan pimpinan itu harus ditaati oleh Jamaah > Islam. > > Dengan kata lain: Tidak ada yang namanya al-jamaah [Islam] tanpa pimpinan > (imam) dan tidak ada pimpinan (imam) tanpa al-jamaah. > > Jadi, sudahkah Anda memiliki Jamaah dimana di dalamnya ada seorang IMAM yang > Anda patuhi, cintai dan hormati? > > Salam, > MAS > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo > wrote: > > > > itu kan sebenarnya sudah dinubuwahkan oleh Nabi > > bahwa umat Islam jumlahnya banyak tapi seperti buih, tidak bermakna apa2 > > harusnya kita gak usah berbangga2 dengan jumlah umat Islam > > kalau perlu biarkan saja ada orang keluar dari
[wanita-muslimah] Re: Colossal Human Tragedy
Benar mas Wikan, jumlah umat Islam itu tidak perlu dibanggakan. Yang bisa dibanggakan adalah yang disebut "Jamaah Islam." Lalu, siapakah yang disebut Jamaah Islam? Dalam Hadits ditemukan: "Sesungguhnya tidak ada Islam tanpa jamaah dan tidak ada jamaah tanpa pimpinan (imarat) dan tidak ada pimpinan tanpa ketaatan." (Ad-Darimi) Perlu diperhatikan bahwa Jamaah bukanlah sebutan kepada jumlah massa. Ribuan, jutaan atau milyaran individu tak dapat disebut satu Jamaah. Yang disebut Jamaah adalah individu-individu yang berkumpul dan bersatu padu untuk bertekad bekerja dan melaksanakan satu program bersama. Jumlah lima atau enam orang pun yang semacam itu merupakan satu Jamaah. Sebaliknya, walaupun orangorang itu berjumlah ribuan, jutaan, atau milyaran dan dalam kumpulan orang-orang tersebut tidak terdapat unsur 'tekad, bekerja untuk visi dan misi yang sama' dan tidak memiliki pemimpin, maka mereka bukanlah suatu Jamaah. Dahulu, ketika Rasulullah s.a.w. mengumumkan kenabian beliau di kota Mekkah, maka pada hari pertama hanyalah empat orang saja yang beriman kepada beliau, termasuk dengan dirinya jumlahnya menjadi lima orang. Kendatipun hanya berlima, tapi mereka merupakan satu Jamaah. Sebaliknya, penduduk Mekkah yang berjumlah delapan sampai sepuluh ribu orang itu bukanlah merupakan satu Jamaah, sebab mereka tidak bertekad untuk melakukan satu pekerjaan, dan tidak mempunyai program bersama. Nah, bagaimana dengan kondisi terkini. Apakah kaum Muslimin di Indonesia yang jumlahnya jutaan itu merupakan satu Jamaah? Apakah kaum Muslimin sedunia telah mengambil keputusan untuk bekerja bersama-sama dalam segala aktivitas? Apakah mereka mempunyai sebuah program bersama? Harus diakui bahwa di dalam hati kaum Muslimin terdapat rasa simpati antara satu sama lain. Tetapi perasaan itu tidak merata terdapat pada semua orang Muslim. Sebagian ada mempunyai perasaan itu, sebagian lagi tidak. Lagi pula tidak ada semacam organisasi, yang dengan perantaraannya pertentangan-pertentangan antar golongan dalam Islam dapat didamaikan. Pertentangan faham adalah sesuatu yang alami dan memang terdapat dalam satu Jamaah. Di zaman Rasulullah s.a.w. juga adakalanya terjadi tidak adanya persesuaian faham antara kalangan Anshar dan Muhajirin dan kadang-kadang timbul pertikaian antar suku. Akan tetapi, apabila Rasulullah s.a.w. mengambil suatu keputusan, maka segala pertentangan dan perselisihan itu segera dapat didamaikan. Begitu juga di zaman Khilafat telah timbul perselisihan, tetapi apabila timbul hal itu dan Khalifah turun tangan dengan mengambil keputusan, maka perselisihan itu reda kembali. Juga sesudah habisnya masa Khilafat hingga tujuh puluh tahun lamanya kaum Muslimin berada di bawah satu pemerintahan. Di mana pun kaum Muslimin berada pada waktu itu, di sana mereka tunduk kepada satu peraturan. Baik atau buruknya peraturan itu tidak akan dipersoalkan di sini, tetapi bagaimanapun, peraturan itu telah mengikat kaum Muslimin menjadi satu. Jadi, jelaslah bahwa yang namanya "Al-Jamaah" adalah segolongan Jamaah Islam yang memiliki pimpinan (Imam) dan pimpinan itu harus ditaati oleh Jamaah Islam. Dengan kata lain: Tidak ada yang namanya al-jamaah [Islam] tanpa pimpinan (imam) dan tidak ada pimpinan (imam) tanpa al-jamaah. Jadi, sudahkah Anda memiliki Jamaah dimana di dalamnya ada seorang IMAM yang Anda patuhi, cintai dan hormati? Salam, MAS --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo wrote: > > itu kan sebenarnya sudah dinubuwahkan oleh Nabi > bahwa umat Islam jumlahnya banyak tapi seperti buih, tidak bermakna apa2 > harusnya kita gak usah berbangga2 dengan jumlah umat Islam > kalau perlu biarkan saja ada orang keluar dari agama Islam > biar jumlahnya sedikit, yang penting solid dan kuat imannya > yang lemah, keluarin aja dari islam suruh ikut agama apaan kek ... > > salam, > -- > wikan > > On Tue, Jun 16, 2009 at 12:09 PM, sunny wrote: > > > > > > Kalau cuma pakai alasan konspirasi Yahudi, tidak ada banyak faedahnya untuk > > mencerahkan masalah karena selalu itu-itu saja argumennya. > > > > Di dumia jumlah orang Yahudi paling banyak 10 juta orang. Jumlah penduduk > > bumi yang beragama Islam lebih dari 1 milyar. Siapa yang mau dibodohkan > > untuk terjebak dalam konsiprasi mereka? Mengapa mau terjebak? >
[wanita-muslimah] Re: Colossal Human Tragedy
Justru itulah saya tulis : konspirasi Yahudi itu jawaban standard. Bener nggaknya itu nggak urusan. Pokoknya ada apa-apa salahin Yahudi. Jangan kata Yahudi 10 juta orang, andaikata Yahudi itu sudah punah ribuan tahun yang lalu sekalipun, tetep aja mereka yang harus disalahkan. Ya tinggal pinter ngarang-ngarang ceritanya saja. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "sunny" wrote: > > Kalau cuma pakai alasan konspirasi Yahudi, tidak ada banyak faedahnya untuk > mencerahkan masalah karena selalu itu-itu saja argumennya. > > Di dumia jumlah orang Yahudi paling banyak 10 juta orang. Jumlah penduduk > bumi yang beragama Islam lebih dari 1 milyar. Siapa yang mau dibodohkan untuk > terjebak dalam konsiprasi mereka? Mengapa mau terjebak? > > - Original Message - > From: miftahalzaman > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Tuesday, June 16, 2009 11:12 AM > Subject: [wanita-muslimah] Re: Colossal Human Tragedy > > > > > > Karena yang bikin geger kan "sesama Islam", mana lebih syar'i lagi. Jadi ya > udah biarin aja ... Kalau pengen nyalahin juga ya timpain aja ke Amerika, > konspirasi Yahudi .. dsb ... gampang kan. Jawaban standardnya kan sudah ada > ... > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "sunny" wrote: > > > > Refleksi : Koq hanya Palestina yang dibantu dan disuarakan, tetapi > sekarang The Islamic Republic of Pakistan dilanda prblem besar dengan ratusan > ribu pengungsi tidak mendapat perhatian di Indonesia untuk dibantu? Ataukah > bantuan Indonesia itu selektif? Mungkinkah koncvo-konco Mr Taliban sangat > berpengaruh dan mempunyai kedudukan di NKRI? > > > > http://www.pakistantimes.net/pt/detail.php?newsId=1310 > > > > > > Colossal Human Tragedy > > By Saeed Qureshi > > > > The present generation of humans is witness to a colossal human tragedy > unfolding itself in Pakistan's scenic valleys, drenched in natural beauty. > The Valleys of Swat, Buner and Dir are almost depopulated as if demons have > devoured the humans there. There is stillness in the environment. The > energizing and revitalizing air that allured the fatigued souls from the > plains to come and be close to the virgin nature has turned nauseating with > the stench of human blood and gunpowder. > > > > The appalling sound of gun and mortar fire has suppressed the chirping of > the birds and their sweet songs and these too have flown to the safer > environ. There are very few people left to unburden the fruit laden trees. > The crops are ready to be harvested but there are not enough people to do so. > The humming of the streams with crystal waters looks like chanting of funeral > prayers and mourning incantations. > > > > The harrowing displacement of 3 million mountain dwellers of these placid > vales and dales from their hearths and homes for the first time would become > part of the painful human history for all time to come. The displacement is > stunning as it took place within merely two weeks of a huge population where > the normal means of transportation were unavailable. These people could have > never imagined that they would face an unprecedented upheaval of this scale > and they would be uprooted to live in the most trying conditions in the > plains. > > > > The infants and the adolescents would always carry it as a calamity > embedded in their psyche and sensitive minds to be told again and again by > them. This massive migration of settled segment of humanity would also form > part of the future folklores of sufferings as to how their bygone generations > underwent. The tormenting pangs of displacement would keep revisiting and > reflecting upon the minds of the people even long after the settlement. > > > > The natural calamity such as the earthquake is different because that is > taken as the will of God. But a holocaust engineered and inflicted by humans > against their fellow humans by design or under the duress of the > circumstances remains unforgettable. This earth shaking migration would haunt > many as long as they live. The children would keep asking questions how it > happened and why they had to suffer so enormously. > > > > The vendetta of the ferocious Taliban now in a state of retreat is > resurfacing as a spillover in other cities of Pakistan. During the past week > alone, a spate of suicide bombing has rattled and rocked among others, the > cities of Peshawar, Lahore and Dera Ismail Khan and of-late Dir.The human > blood has never been so cheap. In fact the war between Taliban and the State > of Pakistan is a replay of such conf
Re: [wanita-muslimah] Re: Colossal Human Tragedy
itu kan sebenarnya sudah dinubuwahkan oleh Nabi bahwa umat Islam jumlahnya banyak tapi seperti buih, tidak bermakna apa2 harusnya kita gak usah berbangga2 dengan jumlah umat Islam kalau perlu biarkan saja ada orang keluar dari agama Islam biar jumlahnya sedikit, yang penting solid dan kuat imannya yang lemah, keluarin aja dari islam suruh ikut agama apaan kek ... salam, -- wikan On Tue, Jun 16, 2009 at 12:09 PM, sunny wrote: > > > Kalau cuma pakai alasan konspirasi Yahudi, tidak ada banyak faedahnya untuk > mencerahkan masalah karena selalu itu-itu saja argumennya. > > Di dumia jumlah orang Yahudi paling banyak 10 juta orang. Jumlah penduduk > bumi yang beragama Islam lebih dari 1 milyar. Siapa yang mau dibodohkan > untuk terjebak dalam konsiprasi mereka? Mengapa mau terjebak?
Re: [wanita-muslimah] Re: Colossal Human Tragedy
Kalau cuma pakai alasan konspirasi Yahudi, tidak ada banyak faedahnya untuk mencerahkan masalah karena selalu itu-itu saja argumennya. Di dumia jumlah orang Yahudi paling banyak 10 juta orang. Jumlah penduduk bumi yang beragama Islam lebih dari 1 milyar. Siapa yang mau dibodohkan untuk terjebak dalam konsiprasi mereka? Mengapa mau terjebak? - Original Message - From: miftahalzaman To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, June 16, 2009 11:12 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: Colossal Human Tragedy Karena yang bikin geger kan "sesama Islam", mana lebih syar'i lagi. Jadi ya udah biarin aja ... Kalau pengen nyalahin juga ya timpain aja ke Amerika, konspirasi Yahudi .. dsb ... gampang kan. Jawaban standardnya kan sudah ada ... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "sunny" wrote: > > Refleksi : Koq hanya Palestina yang dibantu dan disuarakan, tetapi sekarang The Islamic Republic of Pakistan dilanda prblem besar dengan ratusan ribu pengungsi tidak mendapat perhatian di Indonesia untuk dibantu? Ataukah bantuan Indonesia itu selektif? Mungkinkah koncvo-konco Mr Taliban sangat berpengaruh dan mempunyai kedudukan di NKRI? > > http://www.pakistantimes.net/pt/detail.php?newsId=1310 > > > Colossal Human Tragedy > By Saeed Qureshi > > The present generation of humans is witness to a colossal human tragedy unfolding itself in Pakistan's scenic valleys, drenched in natural beauty. The Valleys of Swat, Buner and Dir are almost depopulated as if demons have devoured the humans there. There is stillness in the environment. The energizing and revitalizing air that allured the fatigued souls from the plains to come and be close to the virgin nature has turned nauseating with the stench of human blood and gunpowder. > > The appalling sound of gun and mortar fire has suppressed the chirping of the birds and their sweet songs and these too have flown to the safer environ. There are very few people left to unburden the fruit laden trees. The crops are ready to be harvested but there are not enough people to do so. The humming of the streams with crystal waters looks like chanting of funeral prayers and mourning incantations. > > The harrowing displacement of 3 million mountain dwellers of these placid vales and dales from their hearths and homes for the first time would become part of the painful human history for all time to come. The displacement is stunning as it took place within merely two weeks of a huge population where the normal means of transportation were unavailable. These people could have never imagined that they would face an unprecedented upheaval of this scale and they would be uprooted to live in the most trying conditions in the plains. > > The infants and the adolescents would always carry it as a calamity embedded in their psyche and sensitive minds to be told again and again by them. This massive migration of settled segment of humanity would also form part of the future folklores of sufferings as to how their bygone generations underwent. The tormenting pangs of displacement would keep revisiting and reflecting upon the minds of the people even long after the settlement. > > The natural calamity such as the earthquake is different because that is taken as the will of God. But a holocaust engineered and inflicted by humans against their fellow humans by design or under the duress of the circumstances remains unforgettable. This earth shaking migration would haunt many as long as they live. The children would keep asking questions how it happened and why they had to suffer so enormously. > > The vendetta of the ferocious Taliban now in a state of retreat is resurfacing as a spillover in other cities of Pakistan. During the past week alone, a spate of suicide bombing has rattled and rocked among others, the cities of Peshawar, Lahore and Dera Ismail Khan and of-late Dir.The human blood has never been so cheap. In fact the war between Taliban and the State of Pakistan is a replay of such conflicts in the past in which the state has act to stop the religious encroachment in state affairs. > > Europe has gone through church and state tussle for ages. Those wars of medieval ages were on the one hand between church and state, and the orthodox Roman Catholic Church and the rival sects on the other. The Roman Church that dominated Europe between 5th and 15th century remained plagued with constant religious strife. The story of war for ascendency between church and state and also between Roman Church and its ideological rivals who were against its corruption and moral decadence is awash with horrific executions, persecutions and bloodletting. > > The religious tribunals called inquisitions set up by the Catholic Church in 13th century marked the beginning of
[wanita-muslimah] Re: Colossal Human Tragedy
Karena yang bikin geger kan "sesama Islam", mana lebih syar'i lagi. Jadi ya udah biarin aja ... Kalau pengen nyalahin juga ya timpain aja ke Amerika, konspirasi Yahudi .. dsb ... gampang kan. Jawaban standardnya kan sudah ada ... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "sunny" wrote: > > Refleksi : Koq hanya Palestina yang dibantu dan disuarakan, tetapi sekarang > The Islamic Republic of Pakistan dilanda prblem besar dengan ratusan ribu > pengungsi tidak mendapat perhatian di Indonesia untuk dibantu? Ataukah > bantuan Indonesia itu selektif? Mungkinkah koncvo-konco Mr Taliban sangat > berpengaruh dan mempunyai kedudukan di NKRI? > > http://www.pakistantimes.net/pt/detail.php?newsId=1310 > > > Colossal Human Tragedy > By Saeed Qureshi > > The present generation of humans is witness to a colossal human tragedy > unfolding itself in Pakistan's scenic valleys, drenched in natural beauty. > The Valleys of Swat, Buner and Dir are almost depopulated as if demons have > devoured the humans there. There is stillness in the environment. The > energizing and revitalizing air that allured the fatigued souls from the > plains to come and be close to the virgin nature has turned nauseating with > the stench of human blood and gunpowder. > > The appalling sound of gun and mortar fire has suppressed the chirping of the > birds and their sweet songs and these too have flown to the safer environ. > There are very few people left to unburden the fruit laden trees. The crops > are ready to be harvested but there are not enough people to do so. The > humming of the streams with crystal waters looks like chanting of funeral > prayers and mourning incantations. > > The harrowing displacement of 3 million mountain dwellers of these placid > vales and dales from their hearths and homes for the first time would become > part of the painful human history for all time to come. The displacement is > stunning as it took place within merely two weeks of a huge population where > the normal means of transportation were unavailable. These people could have > never imagined that they would face an unprecedented upheaval of this scale > and they would be uprooted to live in the most trying conditions in the > plains. > > The infants and the adolescents would always carry it as a calamity embedded > in their psyche and sensitive minds to be told again and again by them. This > massive migration of settled segment of humanity would also form part of the > future folklores of sufferings as to how their bygone generations underwent. > The tormenting pangs of displacement would keep revisiting and reflecting > upon the minds of the people even long after the settlement. > > The natural calamity such as the earthquake is different because that is > taken as the will of God. But a holocaust engineered and inflicted by humans > against their fellow humans by design or under the duress of the > circumstances remains unforgettable. This earth shaking migration would haunt > many as long as they live. The children would keep asking questions how it > happened and why they had to suffer so enormously. > > The vendetta of the ferocious Taliban now in a state of retreat is > resurfacing as a spillover in other cities of Pakistan. During the past week > alone, a spate of suicide bombing has rattled and rocked among others, the > cities of Peshawar, Lahore and Dera Ismail Khan and of-late Dir.The human > blood has never been so cheap. In fact the war between Taliban and the State > of Pakistan is a replay of such conflicts in the past in which the state has > act to stop the religious encroachment in state affairs. > > Europe has gone through church and state tussle for ages. Those wars of > medieval ages were on the one hand between church and state, and the orthodox > Roman Catholic Church and the rival sects on the other. The Roman Church that > dominated Europe between 5th and 15th century remained plagued with constant > religious strife. The story of war for ascendency between church and state > and also between Roman Church and its ideological rivals who were against its > corruption and moral decadence is awash with horrific executions, > persecutions and bloodletting. > > The religious tribunals called inquisitions set up by the Catholic Church in > 13th century marked the beginning of an era of religious persecution by way > of torture, slow death by burning and large scale massacre of the religious > opponents. A break away religious movement called Albigenses started in > France in 12th century was suppressed by sword on the orders of the Pope and > 2 members of this group were massacred in a fierce battle. > > Taliban are misguided faithful of an Islamic creed which calls for social > justice, equality and establishment of strict ritualistic orthodox Islam. > They want to revive the age of the third caliph of Hazart Umar [RA]. But they > try to enforce their