[wanita-muslimah] Re: Hak Tinggi
He he ... saya cuma bergurau koq mengenai kakek2 berjenggot itu. Soalnya kelihatan sekali bahwa banyak kakek2 berjenggot itu yg ingin memaksakan pengaruhnya tanpa peduli apakah dampaknya produktif atau tidak. Yg penting halal vs haram, bukannya produktif vs non-produktif. Kakek2 itu juga sering menikmati hal2 halal yg non-produktif spt poligami ... he he ... Seperti yang Anda ketahui saya mendukung HAM perempuan sehingga kaki diikat biar kecil itu termasuk mutilasi sehingga pelanggaran HAM. Saya hanya menunjukkan perilaku ektrem demi kecantikan. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Wikan Danar Sunindyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pak Dana, > kaki perempuan diikat itu keinginan si perempuan sendiri atau paksaan > dari keluarga atau di luar dirinya? kalau paksaan dari pihak lain, > mestinya kan bisa dianggap melanggar HAM tuh. apalagi kalau tujuannya > buat menarik laki2 dari golongan berada. > > Pak Dana jangan terus membelokkan arah pembicaraan ke kakek2 yang > berjenggot dan berlafaz Arab. Itu tidak relevan. Nyatanya ada wanita > yang memang ingin tampil cantik adapula yang terpaksa tampil cantik > (karena konstruk sosial) adapula yang dipaksa tampil cantik (misal > kakinya diikat biar nggak tumbuh dan tetap kecil, hiii ...). Wanita > juga perlu mengenali penindasan2 macam ini untuk memerdekakan dirinya > sendiri. Kalau sudah bisa memerdekakan diri sendiri, kakek2 berjenggot > dan berlafaz Arab pun ... lewat deh :) > > salam, > -- > wikan > http://wikan.multiply.com > > > > On 2/20/07, Dan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Kaki kan aurat makanya cantik dan dapat menggairahkan he he ... > > > > Di Cina dulu kaki perempuan diikat supaya tetap kecil, dikalangan > > atasnya. Bentuk kaki kecil itu sangat diinginkan karena menarik bagi > > laki2 golongan berada. > > > > Ada perempuan yg ingin kelihatan cantik dan ada yg tidak. Bagi mereka > > yg ingin dipuja kecantikannya itu adalah HAM mereka. Kakek2 yg > > bersorban, berjanggut, membawa tasbih, berjenggot dan tidak berkumis > > serta berlafaz Arab itu enggak ada urusannya dg HAM perempuan yg ingin > > dipuja kecantikannya. Coba deh kakek2 itu kalau disodorin perempuan > > cantik berhaak tinggi pasti mau, he he ... >
Re: [wanita-muslimah] Re: Hak Tinggi
Pak Dana, kaki perempuan diikat itu keinginan si perempuan sendiri atau paksaan dari keluarga atau di luar dirinya? kalau paksaan dari pihak lain, mestinya kan bisa dianggap melanggar HAM tuh. apalagi kalau tujuannya buat menarik laki2 dari golongan berada. Pak Dana jangan terus membelokkan arah pembicaraan ke kakek2 yang berjenggot dan berlafaz Arab. Itu tidak relevan. Nyatanya ada wanita yang memang ingin tampil cantik adapula yang terpaksa tampil cantik (karena konstruk sosial) adapula yang dipaksa tampil cantik (misal kakinya diikat biar nggak tumbuh dan tetap kecil, hiii ...). Wanita juga perlu mengenali penindasan2 macam ini untuk memerdekakan dirinya sendiri. Kalau sudah bisa memerdekakan diri sendiri, kakek2 berjenggot dan berlafaz Arab pun ... lewat deh :) salam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 2/20/07, Dan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Kaki kan aurat makanya cantik dan dapat menggairahkan he he ... > > Di Cina dulu kaki perempuan diikat supaya tetap kecil, dikalangan > atasnya. Bentuk kaki kecil itu sangat diinginkan karena menarik bagi > laki2 golongan berada. > > Ada perempuan yg ingin kelihatan cantik dan ada yg tidak. Bagi mereka > yg ingin dipuja kecantikannya itu adalah HAM mereka. Kakek2 yg > bersorban, berjanggut, membawa tasbih, berjenggot dan tidak berkumis > serta berlafaz Arab itu enggak ada urusannya dg HAM perempuan yg ingin > dipuja kecantikannya. Coba deh kakek2 itu kalau disodorin perempuan > cantik berhaak tinggi pasti mau, he he ...
[wanita-muslimah] Re: Hak Tinggi
Kaki kan aurat makanya cantik dan dapat menggairahkan he he ... Di Cina dulu kaki perempuan diikat supaya tetap kecil, dikalangan atasnya. Bentuk kaki kecil itu sangat diinginkan karena menarik bagi laki2 golongan berada. Ada perempuan yg ingin kelihatan cantik dan ada yg tidak. Bagi mereka yg ingin dipuja kecantikannya itu adalah HAM mereka. Kakek2 yg bersorban, berjanggut, membawa tasbih, berjenggot dan tidak berkumis serta berlafaz Arab itu enggak ada urusannya dg HAM perempuan yg ingin dipuja kecantikannya. Coba deh kakek2 itu kalau disodorin perempuan cantik berhaak tinggi pasti mau, he he ... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Aisha" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Judulnya bukan wanita sopir lagi, jadi hak tinggi:) > > Pengalaman pribadi, saat kuliah enak pakai jins dengan sepatu kets, bisa lari-lari di kampus. Setelah kerja pakai sepatu hak pendek, kata teman-teman harus pakai hak tinggi supaya berwibawa, tidak terlihat seperti anak kecil dengan suara hak tinggi yang bunyinya kletak-kletok di lantai yang tanpa karpet, pakai hak tinggi kecil runcing yang namanya stiletto ya mba Rita?:) > > Menurut teman-teman, kaki wanita terutama betisnya lebih indah dan terlihat sexy jika pakai hak tinggi, ini sebenarnya tidak berlaku untuk saya karena pakai celana panjang jadi kakinya tidak terlihat. Saya mau pakai dengan niat dapat wibawanya aja hehehe, tapi walah... susyeeeh, saya mau jatoh mulu dan sering harus berpegangan ke orang lain, apalagi kalau harus naik tangga, dh menderita banget. Akhirnya saya kembali ke sepatu pendek, tapi memang saya lihat kaki-kaki lebih indah dengan sepatu tinggi, terutama yang pakai rok mini. Kelihatannya ini bukan konstruk sosial, tapi mungkin kebutuhan untuk terlihat indah kakinya atau kebutuhan untuk terlihat tinggi, dan kebiasaan juga, kalau tidak biasa malah bisa jatoh seperti saya:) kata dokter sih, hak tinggi berbahaya karena otot kaki bekerja lebih keras, dan kalau jatuh, terkilir itu sakit lho. > > salam > Aisha > > From : Wikan > mau nanya nih ... > bahwa perempuan bersepatu hak tinggi itu konstuk sosial, kebutuhan, kebiasaan atau apa? > kenapa perempuan memilih sepatu berhak tinggi, dan kenapa tidak ada pria yang memakai sepatu hak tinggi (ada gak sih? kalau sepatu tentara atau sepatu pemain sepak bola yang ada runcing2-nya itu termasuk hak bukan?) > > kan wanita juga gak harus bersepatu hak tinggi biar jalannya bisa cepet juga. bukan begitu? > - > On 2/19/07, Chae wrote: > > > > Kalau saya tidak salah "ide" perempuan jadi sopir atau kernet bus kota > > di anggap hal yang menggelikan atau jadi bahan tertawaan karena banyak > > orang yang beranggapan bahwa menjadi sopir atau kernet bus kota adalah > > pekerjaan keras dan berat yang tidak sesuai dengan kepercayaan mereka > > umumnya bahwa perempuan itu mahkluk yang lemah dan lembut. > > > > Padahal anggapan2 seperti itu hanya sebuah konstruk sosial, bisa jadi > > benar dan bisa jadi salah. > > > > Pernah jalan bareng cowo dan dapat komentar bahwa cewe kalau jalan > > sangat lambat dibandingkan laki-laki, lalu saya mengjak dia untuk > > tukar sepatu untuk membuktikan teorinya. Saya memang berjalan lebih > > lambat karena pilihan sepatu saya yang berhak 5 cm untuk dipakai di > > jalan di trotoar, tapi kalau mengatakan bahwa perempuan jalan sangat > > lambat daripada laki-lakiwait a minute...silahkan tukaran sepatu > > dulu baru kita bisa membuktikan...apakah benar perempuan berjalan > > lebih lambat daripada laki-laki?? > > [Non-text portions of this message have been removed] >
[wanita-muslimah] Re: Hak Tinggi
Seperti yang di jelaskan Mba Aisyah bahwa perempuan memakai sepatu Hak tinggi merupakan bagian dari konstruk sosial. Dari konstruk sosial bisa jadi timbul kebiasaan yang melahirkan kenyamanan bagi perempuan yang pada akhirnya menjadikan sepatu hak tinggi sebagai pilihan bagi sebagian perempuan dan ada juga sebagian perempuan yang "terpaksa" untuk memakai sepatu hak tinggibegitu kira2 Pak Winkan;) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Aisha" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Judulnya bukan wanita sopir lagi, jadi hak tinggi:) > > Pengalaman pribadi, saat kuliah enak pakai jins dengan sepatu kets, bisa lari-lari di kampus. Setelah kerja pakai sepatu hak pendek, kata teman-teman harus pakai hak tinggi supaya berwibawa, tidak terlihat seperti anak kecil dengan suara hak tinggi yang bunyinya kletak-kletok di lantai yang tanpa karpet, pakai hak tinggi kecil runcing yang namanya stiletto ya mba Rita?:) > > Menurut teman-teman, kaki wanita terutama betisnya lebih indah dan terlihat sexy jika pakai hak tinggi, ini sebenarnya tidak berlaku untuk saya karena pakai celana panjang jadi kakinya tidak terlihat. Saya mau pakai dengan niat dapat wibawanya aja hehehe, tapi walah... susyeeeh, saya mau jatoh mulu dan sering harus berpegangan ke orang lain, apalagi kalau harus naik tangga, dh menderita banget. Akhirnya saya kembali ke sepatu pendek, tapi memang saya lihat kaki-kaki lebih indah dengan sepatu tinggi, terutama yang pakai rok mini. Kelihatannya ini bukan konstruk sosial, tapi mungkin kebutuhan untuk terlihat indah kakinya atau kebutuhan untuk terlihat tinggi, dan kebiasaan juga, kalau tidak biasa malah bisa jatoh seperti saya:) kata dokter sih, hak tinggi berbahaya karena otot kaki bekerja lebih keras, dan kalau jatuh, terkilir itu sakit lho. > > salam > Aisha > > From : Wikan > mau nanya nih ... > bahwa perempuan bersepatu hak tinggi itu konstuk sosial, kebutuhan, kebiasaan atau apa? > kenapa perempuan memilih sepatu berhak tinggi, dan kenapa tidak ada pria yang memakai sepatu hak tinggi (ada gak sih? kalau sepatu tentara atau sepatu pemain sepak bola yang ada runcing2-nya itu termasuk hak bukan?) > > kan wanita juga gak harus bersepatu hak tinggi biar jalannya bisa cepet juga. bukan begitu? > - > On 2/19/07, Chae wrote: > > > > Kalau saya tidak salah "ide" perempuan jadi sopir atau kernet bus kota > > di anggap hal yang menggelikan atau jadi bahan tertawaan karena banyak > > orang yang beranggapan bahwa menjadi sopir atau kernet bus kota adalah > > pekerjaan keras dan berat yang tidak sesuai dengan kepercayaan mereka > > umumnya bahwa perempuan itu mahkluk yang lemah dan lembut. > > > > Padahal anggapan2 seperti itu hanya sebuah konstruk sosial, bisa jadi > > benar dan bisa jadi salah. > > > > Pernah jalan bareng cowo dan dapat komentar bahwa cewe kalau jalan > > sangat lambat dibandingkan laki-laki, lalu saya mengjak dia untuk > > tukar sepatu untuk membuktikan teorinya. Saya memang berjalan lebih > > lambat karena pilihan sepatu saya yang berhak 5 cm untuk dipakai di > > jalan di trotoar, tapi kalau mengatakan bahwa perempuan jalan sangat > > lambat daripada laki-lakiwait a minute...silahkan tukaran sepatu > > dulu baru kita bisa membuktikan...apakah benar perempuan berjalan > > lebih lambat daripada laki-laki?? > > [Non-text portions of this message have been removed] >