Perubahan yang lain adalah menurunnya toleransi mayoritas umat muslim terhadap 
non-muslim. Di Jogyakarta, misalnya, banyak ditemui pekuburan dengan makam 
non-segregasi: makam non-muslim berdampingan dengan makam muslim. Artinya 
tingkat toleransi dan semangat koeksistensi masyarakat di sana sangat tinggi. 
Mereka  tidak membeda-bedakan keyakinan manusia sebagaimana yang sedang diusung 
oleh sebagian 'umat muslim' belakangan ini. 

Dua hari lalu ada sebuah contoh kasus. Seorang anak balita meninggal dunia. 
Kebetulan dia dilahirkan dari orangtua non-muslim yang sangat miskin; tdk mampu 
menyewa kendaraan/ambulans utk mengangkut jenasah anak itu ke pekuburan 
non-muslim. 

Masyarakat sekitar sebenarnya juga memiliki sebuah pekuburan umum yang luas dan 
masih banyak tempat kosong yang tersedia. Namun demikian, arti kata 'umum' di 
sana merujuk pada masyarakat 'muslim' sehingga jenasah non-muslim tidak masuk 
dalam kategori itu. 

Singkat kata, masyarakat muslim menolak pemakaman jenasah non-muslim itu di 
'pekuburan umum' itu. Jenasah balita itupun akhirnya diangkut dengan kendaraan 
umum yang disponsori oleh warga kafir lainnya... 

Kirim email ke