[wanita-muslimah] Sekularisme tidak berdaya dalam hal amar Makruf Nahi Mungkar
# Hak Asasi Ummat Islam # Setiap bulan DPP Ikatan Masjid Mushalla Indonesia Muttahidah (IMMIM) di Makassar menyelenggarakan mujadalah (diskusi) bulanan. Dalam diskusi bulanan pada 12 Oktober 2002, saya menjadi pemakalah. Berikut ini saya posting sebagian dari makalah saya itu, Dibuka dengan Basmalah, diteruskan dengan Hamdalah, baru kemudian diucapkan Salam, yaitu bagian sub-judul: Sekularisme tidak berdaya dalam hal amar Makruf Nahi Mungkar Sekularisme difahamkan seperti berikut. Secularism (Lt, saeculum = world): a system of political philosophy that reject all forms of religious faith. Orang-orang yang tidak beragama terdiri atas kelompok atheist, agnostik dan deist. Atheist bersikap menolak Tuhan, agnostik bersikap indiferent, ada atau tidak adanya Tuhan sama saja, kedua kemungkinan itu tidak dapat dibuktikan. Deist percaya akan adanya Tuhan, tetapi menolak adanya komunikasi antara Tuhan dengan manusia, jadi tidak percaya kepada nabi-nabi. Para deist hanya percaya kepada Tuhan sebagai pencipta, sedangkan hasil ciptaan Tuhan dibiarkan begitu saja layaknya arloji otomatis. Maka logislah jika atheist, agnostik, deist penganut sekularisme karena tidak percaya akan Tuhan, ragu akan Tuhan dan tidak percaya adanya wahyu. Bagi orang-orang yang beragama, yaitu theist (percaya adanya Tuhan dan wahyu) yang agamanya hanya menyangkut peribadatan ritual yang sifatnya pribadi, yaitu hanya menyangkut hubungan antara manusia dengan Tuhan, tidak mempunyai konsep tentang aspek kehidupan bermasyarakat berpolitik berekonomi dan bernegara, maka sekularisme bagi mereka adalah suatu keniscayaan. Ambillah contoh misalnya: "Geeft dan den Keizer wat des Keizers is, en Gode wat Gods is (Marcus 12:17)", berikanlah kepada Kaisar yang milik Kaisar, dan berikanlah kepada Tuhan apa yang miliknya Tuhan. Dari Marcus (12:17) ini dirurunkanlah paradigma sekularisme yang terkenal dalam sejarahnya orang barat: "Scheiding tussen staat en kerk", pemisahan atau dikhotomi antara negara dengan gereja. --- Amar Makruf: -- Adanya 7 kata dalam Batang Tubuh UUD yang menyangkut amar makruf, berarti Negara berkewajiban dalam hal amar makruf yang menyangkut kesejahteraan utamanya dalam konteks kehidupan ekonomi. Dengan adanya 7 kata itu dalam Batang Tubuh UUD Pemerintah berkewajiban menjalankan Syari'at Islam bagi ummat Islam dengan sistem ekonomi Islam, menyediakan fasilitas bank Syari'ah, distribusi modal sesuai syari'ah : "Kay la- yauwna duwlatan bayna l.aghniya-i minkum", agar supaya kedaulatan ekonomi (yaitu modal investasi + modal kerja) tidak hanya beredar di antara para konglomerat saja. Jadi amar makruf dan nahi mungkar dikerjakan serempak oleh pemerintah yang berkewajiban menyediakan fasilitas ummat Islam agar dapat melaksanakan kehidupannya di negeri ini. Karena kebutuhan masyarakat Islam untuk berasuransi semakin tinggi, maka para pengusaha di bidang asuransi membuka matanya dan berubahlah sebagian asuransi menjadi asuransi syariah, seperti Asuransi Syariah Mubarakah konversi 2001, MAA membuka Divisi Syariah 2001, dan Great Eastern membuka Divisi syariah 2001, dan mungkin akan ada lagi asuransi lain yang akan konversi. Pertanyaannya apakah undang-undang yang ada cukup untuk mengatur jalannya asuransi syariah? Jawaban tentu tidak, karena akan terjadi berbagai pelanggaran dalam berasuransi syariah, apalagi kalau asuransi tersebut diurus oleh orang yang tidak mengerti syariah, maka hal-hal yang tidak halal bisa saja disebut kepada para nasabah sebagai benda halal. Asuransi Syariah sangat jauh berbeda dengan asuransi konvensional dari berbagai segi, pertama dari prinsip produk. Produk asuransi syariah bisa dimulai dengan mudharabah, wadhiah, tabarru' dan taawun. Jadi kalau seseorang masuk asuransi perorangan berunsur tabungan dengan perinsip mudharabah, maka nasabah dikenakan iuran tabarru, dalam jumlah yang kecil, mungkin sekitar enam persen dari uang (premi) yang disetorkan, maka sebagian besar uangnya adalah untuk investasi. Jadi kalau ia berhenti di tengah jalan maka sepenuhnya uang tersebut akan dikembalikan oleh perusahaan, kecuali yang enam persen tersebut yang sudah menjadi hak orang ramai, dimana ia akan disimpan pada rekening tabarru'. Sedangkan dalam asuransi konvensioanal semua uang premi yang disetor oleh nasabah dianggap pendapatan perusahaan yang digunakan untuk membayar klaim. Akibatnya kalau pembeli polis asuransi berhenti tahun pertama, maka semua uang nasabah menjadi milik perusahaan. Dengan masuknya 7 kata ke dalam Batang Tubuh UUD maka DPR wajib memprioritaskan membuat Undang-Undang tentang Asuransi Syari'ah. Kebutuhan ummat Islam untuk berasuransi secara Syari'ah tidak akan dapat terpenuhi tanpa memformalkan nilai-nilai Islami mentransfernya menjadi norma hukum, yaitu hukum postif. Sist
Re: [wanita-muslimah] Sekularisme
put nggak peduli, eyang kecewa ato enggak (emang lo siape) yang penting Allah, mama and papa nggak kecewa melihat putri sekarang ini papa sama mama justru lebih kecewa kalo anak perempuannya buka aurat dan telanjang didepan kamera hanya demi uang yang enggak seberapa :putri --- On Wed, 4/8/09, eyang_mbelgedes wrote: From: eyang_mbelgedes Subject: [wanita-muslimah] Sekularisme To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Wednesday, April 8, 2009, 1:02 AM Yaaah... cuma segitu pemahamannya. Kecewa deh Eyang. Tak kirain... "Secularism is the assertion that governmental practices or institutions should exist separately from religion and/or religious beliefs." http://en.wikipedia .org/wiki/ Secularism "Sekularisme tidak perlu ditakuti oleh siapapun," kata Prof. Dr. Azyumardi Azra, Guru Besar Sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: http://www.indonesi amatters. com/1375/ secularism/ [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Sekularisme
Yaaah... cuma segitu pemahamannya. Kecewa deh Eyang. Tak kirain... "Secularism is the assertion that governmental practices or institutions should exist separately from religion and/or religious beliefs." http://en.wikipedia.org/wiki/Secularism "Sekularisme tidak perlu ditakuti oleh siapapun," kata Prof. Dr. Azyumardi Azra, Guru Besar Sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: http://www.indonesiamatters.com/1375/secularism/
[wanita-muslimah] Sekularisme
Semasa berucap pada Majlis Sambutan Aidilfitri Bersama Timbalan Perdana Menteri di sebuah hotel terkemuka di Kota Kinabalu pada 4 Oktober lepas, Datuk Seri Najib Tun Razak, menyatakan bahawa Barisan Nasional (BN) perlu berubah kepada keadaan yang lebih baik agar dapat diterima semula oleh rakyat. Menurut beliau, keputusan pilihan raya lalu adalah isyarat yang paling jelas untuk menyedarkan semua peringkat kepimpinan BN bahawa perikatan itu perlu melakukan perubahan. var curDiv = document.getElementById('ln0'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } var curDiv = document.getElementById('ln1'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } Gesaan untuk BN melakukan perubahan ini menjadi isu panas setelah kekalahan pakatan tersebut di dalam pilihan raya umum ke-12 lepas. Sudah terhantuk barulah BN terngadah. Selama ini mereka begitu takbur dengan kehebatan mereka memerintah negara dan merasakan mereka akan selamanya kuat dan mendapat sokongan rakyat. Kini segala-galanya telah berubah dengan hantukan kuat yang mereka hadapi. var curDiv = document.getElementById('ln2'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } var curDiv = document.getElementById('ln3'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } Kata-kata Najib ini sebenarnya boleh disifatkan sebagai ¡isyarat¢ agar orang-orang BN menyokongnya untuk berada di tempat tertinggi parti secepat mungkin, kerana dialah yang kononnya akan membawa perubahan itu. Dengan kata lain, perubahan mungkin tidak dapat dilakukan selagi mana Pak Lah masih berada di tempat nombor satu itu. Justeru, harapan mestilah diletakkan kepada Najib agar terus memimpin BN kepada perubahan. var curDiv = document.getElementById('ln4'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } var curDiv = document.getElementById('ln5'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } Aneh! Apakah perubahan yang ingin dibawa oleh BN? Sejak lebih 50 tahun lepas, BN tidak pernah berhenti-henti bercakap dari setahun ke setahun bahawa merekalah satu-satunya parti yang telah membawa perubahan itu dan ini kepada rakyat hingga rakyat dapat mengecapi kemerdekaan negara dengan penuh nikmat saban tahun. Kini BN melaungkan perubahan pula! Ini dari satu segi. Dari segi lain, BN yang terdiri dari pelbagai parti komponen dan yang terbesar adalah UMNO, diikuti oleh MCA dan MIC, bagaimanakah parti-parti ini ingin berubah di bawah BN, kerana masing-masing mempunyai agenda yang tersendiri, khususnya untuk membela kaum masing-masing. Yang lebih penting, bagaimanakah mereka ingin berubah ke arah kebaikan walhal teras gabungan mereka adalah ¡maslahat¢. dan mereka hanya akan bekerjasama selagi mana ada maslahat. Jika telah tiada maslahat, mana nescaya akan terburailahlah ikatan mereka yang rapuh ini. var curDiv = document.getElementById('ln6'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); var links = curDiv.getElementsByTagName('a'); for(var i = links.length; i >= 0; --i) { if(links[i]) links[i].innerHTML = links[i].innerHTML.substr(0,30) + "..."; } var curDiv = document.getElementById('ln7'); curDiv.innerHTML = convert2url(curDiv.innerHTML); va