Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)
Assalamualaikum Wr.Wb. Mbak Mel... menurut saya pendapat mbak memang benar, hidup sangat dinamis dan penuh perbedaan dan alangkah bijaknya sebagai manusia kita bisa menyikapi perbedaan. tapi yang menjadi permasalahan disini adalah... apakah sebuah kesalahan jika kita meluruskan sesuatu yang salah, kita tidak harus saling menghujat tapi apakah salah jika kita berusaha membuka kebenaran akal orang-orang yang "nyeleneh"? Kebenaran bukan di ukur dari cara pandang pribadi atau masing-masing orang untuk mengatakan ini benar dan itu salah, ini islam dan itu kafir, ini syari'i dan itu menyimpang. bukan...bukan dilihat dari apa yang menurut kita benar. tapi kebenaran yang benar adalah kebenaran yang memang menurut sang Penciptanya ini benar, dan sesuatu itu salah jika sang penciptanya memang mengatakan itu salah, iya khan mbak? jadi kita punya kewajiban untuk menyampaikan kebenaran sesuatu dengan apa yang diperintahkan Allah SWT yaitu berdakwah. jadi menurut saya jika siapapun berusaha menyampaikan kebenaran sesuai dengan Alquran maupun sunnah itu memang benar karena mereka hanya kepanjangan tangan Dari Yang Maha Pencipta bukan hasil rekayasa pikirannya sendiri. jadi salahkah jika ada orang yang berbuat ini? "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Menurut saya pribadi : Milis WM adalah milis yg mencerminkan keadaan keseharian kita dalam menjalani kehidupan. :-) Bermacam ragam keyakinan, bermacam ragam perilaku bisa 'bebas' bersuara disini... Yg dapat saya cerna : Jika membicarakan hal2 yg sesuai/tidak sesuai dengan cara pandang seseorang, harapannya adalah bisa menjadi tambahan ilmu/pelajaran atau setidaknya bisa memahami bahwa ada 'dunia' lain yg berbeda yg dengan bijak seharusnya disikapi dengan kedewasaan bukan dengan hujatan :-)) Jadi : Dialog, diskusi, musyawarah lebih sejuk daripada hujatan, cacimaki, destruktif, ngamuk2.kekerasan. Bayi belajar berjalan dengan mulai merangkak. Jika ia jatuh bangun, jangan di marahi, jangan terlalu di kritik. Ia malahan akan ogah lagi belajar jalan atau ia akan mencari jalannya sendiri. Di kehidupan : Tidak ada yg mutlak hitam, tidak ada yg mutlak putih, tidak melulu abu2, ada juga yg kuning, biru, ungu, pink. Di jalan, di pasar, di kantor ada yg Muhammadiyah, NU, islib, fundies, abangan, kafir, murtad, kanan-kiri oke, atheis. Ada yg KTP nya islam, namanya berbau islam, belum tentu islam, bisa juga kristen atau tidak menjalani syariat islam...Ada yg berjilbab, hajjah tapi suka ngomong yg jorok :-) Ada yg lingkungannya muhammadiyah, ahmadiyah, apakah dia terus menjadi muhammadiyah atau ahmadiyah? Kebenaran sejati hanya Allah SWT yg mengetahui. Tiap orang senantiasa memiliki nilai2 kebenaran menurut pandangan, versinya sendiri. Apakah ia salah, apakah ia harus di kerasi? Sedangkan sesama saudara saja berbeda cara pandang, apalagi yg bisa 'dengan bebas' cuap2 di milis2, di luar lingkungannya...mungkin dia akan menjadi pribadi yg lain. Bagi saya menjaga jarak atau cuek saja adalah satu2nya jalan :-)) Karena : Sepanjang ia tidak menghujat, merugikan orang lain, memaksakan kehendak, menghakimi dan merasa dirinya paling benar sendiri sebenarnya cukuplah untuk bisa saling menciptakan harmonisasi, bersinergi memikirkan hal yg lebih membumi, yg masih terasakan di kebanyakan umat islam di indonesia : kemiskinan dan kebodohan. Tapi mungkin kita masih lebih suka menajamkan pertentangan, yg gak ada ujungnya. Kita mudah sekali di ajak untuk menebar bibit permusuhan, menumbuhkan dendam. Ironisnya : Di antara umat islam sendiri. Mohon maaf jika berlebihan Salam l.meilany - Original Message - From: Aman FatHa To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, August 10, 2005 3:35 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan) Tulisan yang betul-betul menyuarakan hati melihat realitas hiruk pikuk kehidupan yang sedang berlangsung. Mungkin karena itulah kalau kemudian beberapa bagian di antaranya menjadi bias subyektif tergeneralisir. Apakah saya termasuk orang yang berfaham liberal ketika mengatakan ini? apapun jawabannya tidak terlalu penting. Apalah artinya seorang saya. Dalam perjalanan hidup hingga kini saya mengalami pertemanan dan persahabatan dengan berbagai manusia macam ragamnya. Lebih lagi pada dua kelompok yang kita sebut saja kelompok fundamentalis dan kelompok liberal sebagai penyebutan sederhana untuk mewakili unsur-unsur bagian-bagiannya. Dulu sering saya utarakan kedekatan saya dengan para Murabbi dan kelompok usrah.. dengan beberapa bagian kesimpulan yang saya kemukakan; ada yang baik.. lurus.. dan ada juga yang buruk. (Mas Ari Condro nih canggih dokumentasinya). Pada bagian lain saya juga berinteraksi sangat dekat dengan mereka yang berhaluan liberal. Sebut saja misalnya, Zuhairi Misrawi yang sama-sama satu angkatan berbeda fakultas. Taufik Damas yang sekarang berjuang da
Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)
Menurut saya pribadi : Milis WM adalah milis yg mencerminkan keadaan keseharian kita dalam menjalani kehidupan. :-) Bermacam ragam keyakinan, bermacam ragam perilaku bisa 'bebas' bersuara disini... Yg dapat saya cerna : Jika membicarakan hal2 yg sesuai/tidak sesuai dengan cara pandang seseorang, harapannya adalah bisa menjadi tambahan ilmu/pelajaran atau setidaknya bisa memahami bahwa ada 'dunia' lain yg berbeda yg dengan bijak seharusnya disikapi dengan kedewasaan bukan dengan hujatan :-)) Jadi : Dialog, diskusi, musyawarah lebih sejuk daripada hujatan, cacimaki, destruktif, ngamuk2.kekerasan. Bayi belajar berjalan dengan mulai merangkak. Jika ia jatuh bangun, jangan di marahi, jangan terlalu di kritik. Ia malahan akan ogah lagi belajar jalan atau ia akan mencari jalannya sendiri. Di kehidupan : Tidak ada yg mutlak hitam, tidak ada yg mutlak putih, tidak melulu abu2, ada juga yg kuning, biru, ungu, pink. Di jalan, di pasar, di kantor ada yg Muhammadiyah, NU, islib, fundies, abangan, kafir, murtad, kanan-kiri oke, atheis. Ada yg KTP nya islam, namanya berbau islam, belum tentu islam, bisa juga kristen atau tidak menjalani syariat islam...Ada yg berjilbab, hajjah tapi suka ngomong yg jorok :-) Ada yg lingkungannya muhammadiyah, ahmadiyah, apakah dia terus menjadi muhammadiyah atau ahmadiyah? Kebenaran sejati hanya Allah SWT yg mengetahui. Tiap orang senantiasa memiliki nilai2 kebenaran menurut pandangan, versinya sendiri. Apakah ia salah, apakah ia harus di kerasi? Sedangkan sesama saudara saja berbeda cara pandang, apalagi yg bisa 'dengan bebas' cuap2 di milis2, di luar lingkungannya...mungkin dia akan menjadi pribadi yg lain. Bagi saya menjaga jarak atau cuek saja adalah satu2nya jalan :-)) Karena : Sepanjang ia tidak menghujat, merugikan orang lain, memaksakan kehendak, menghakimi dan merasa dirinya paling benar sendiri sebenarnya cukuplah untuk bisa saling menciptakan harmonisasi, bersinergi memikirkan hal yg lebih membumi, yg masih terasakan di kebanyakan umat islam di indonesia : kemiskinan dan kebodohan. Tapi mungkin kita masih lebih suka menajamkan pertentangan, yg gak ada ujungnya. Kita mudah sekali di ajak untuk menebar bibit permusuhan, menumbuhkan dendam. Ironisnya : Di antara umat islam sendiri. Mohon maaf jika berlebihan Salam l.meilany - Original Message - From: Aman FatHa To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, August 10, 2005 3:35 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan) Tulisan yang betul-betul menyuarakan hati melihat realitas hiruk pikuk kehidupan yang sedang berlangsung. Mungkin karena itulah kalau kemudian beberapa bagian di antaranya menjadi bias subyektif tergeneralisir. Apakah saya termasuk orang yang berfaham liberal ketika mengatakan ini? apapun jawabannya tidak terlalu penting. Apalah artinya seorang saya. Dalam perjalanan hidup hingga kini saya mengalami pertemanan dan persahabatan dengan berbagai manusia macam ragamnya. Lebih lagi pada dua kelompok yang kita sebut saja kelompok fundamentalis dan kelompok liberal sebagai penyebutan sederhana untuk mewakili unsur-unsur bagian-bagiannya. Dulu sering saya utarakan kedekatan saya dengan para Murabbi dan kelompok usrah.. dengan beberapa bagian kesimpulan yang saya kemukakan; ada yang baik.. lurus.. dan ada juga yang buruk. (Mas Ari Condro nih canggih dokumentasinya). Pada bagian lain saya juga berinteraksi sangat dekat dengan mereka yang berhaluan liberal. Sebut saja misalnya, Zuhairi Misrawi yang sama-sama satu angkatan berbeda fakultas. Taufik Damas yang sekarang berjuang dalam realitas keseharian menjadi editor di salah satu penerbit kanan, katanya menjelaskan sambil tersenyum kecut. Novriantoni yang juga sekarang sering muncul dalam wawancara dan tulisan. M. Hasibullah Satrawi, sekjen PKB Mesir yang harus menanggalkan jabatan karena harus pulang. Dan beberapa teman lainnya. Uniknya lagi mereka ini semua adalah Mantan kru dan menjadi Keluarga Besar Terobosan, sebuah buletin terkenal di kalangan mahasiswa Cairo, di mana saya sendiri termasuk anggota Keluarganya. Selain interaksi keseharian, kita juga terkadang terlibat diskusi lepas yang mengalir begitu saja tentang masalah-masalah faham liberal. Apakah saya ini termasuk berfaham liberal? Ah itu tidak penting. Apalagi saya sendiri mendukung kebebasan berfikir, tapi yang lebih penting lagi saya keras memegang prinsip kemandirian berfikir. Saya tidak perlu mengikat diri harus ikut siapa-siapa; kelompok ini, kelompok itu, faham ini, faham itu. Tidak perlu saya kisahkan panjang lebar apa saja ide-ide dan gagasan yang mengalir. Singkatnya, saya setuju sebagian dan tidak setuju sebagian yang lain, dan yang pasti saya tetap pada prinsip menghormati. Mungkin inilah yang mendorong saya mengamati lebih jauh. Dari fenomena yang saya tangkap dan saya cob
Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)
Pendek saja ana punya comment. Dinamika masyarakat dihadapi secara dialektis dalam batas-baras terkendali seperti digariskan dalam usul fiqh. Dalam hal mu'amalaat semua boleh kecuali yang dilarang oleh nash. Kalau ada realitas dalam masyarakat yang menyimpang dari penggarisan nash tidak boleh ngotot memakai pendekatan kontekstual (melanggar penggarisan nash), melainkan dipakai pendekatan social engineering (mengubah realitas menjadi sesuai dengan nash). Pendekatan kontekstual hanya dipakai dalam hal yang zhanni. Wassalam, HMNA - Original Message - From: Aman FatHa To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, August 10, 2005 16:35 Subject: Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan) Tulisan yang betul-betul menyuarakan hati melihat realitas hiruk pikuk kehidupan yang sedang berlangsung. Mungkin karena itulah kalau kemudian beberapa bagian di antaranya menjadi bias subyektif tergeneralisir. Apakah saya termasuk orang yang berfaham liberal ketika mengatakan ini? apapun jawabannya tidak terlalu penting. Apalah artinya seorang saya. Dalam perjalanan hidup hingga kini saya mengalami pertemanan dan persahabatan dengan berbagai manusia macam ragamnya. Lebih lagi pada dua kelompok yang kita sebut saja kelompok fundamentalis dan kelompok liberal sebagai penyebutan sederhana untuk mewakili unsur-unsur bagian-bagiannya. Dulu sering saya utarakan kedekatan saya dengan para Murabbi dan kelompok usrah.. dengan beberapa bagian kesimpulan yang saya kemukakan; ada yang baik.. lurus.. dan ada juga yang buruk. (Mas Ari Condro nih canggih dokumentasinya). Pada bagian lain saya juga berinteraksi sangat dekat dengan mereka yang berhaluan liberal. Sebut saja misalnya, Zuhairi Misrawi yang sama-sama satu angkatan berbeda fakultas. Taufik Damas yang sekarang berjuang dalam realitas keseharian menjadi editor di salah satu penerbit kanan, katanya menjelaskan sambil tersenyum kecut. Novriantoni yang juga sekarang sering muncul dalam wawancara dan tulisan. M. Hasibullah Satrawi, sekjen PKB Mesir yang harus menanggalkan jabatan karena harus pulang. Dan beberapa teman lainnya. Uniknya lagi mereka ini semua adalah Mantan kru dan menjadi Keluarga Besar Terobosan, sebuah buletin terkenal di kalangan mahasiswa Cairo, di mana saya sendiri termasuk anggota Keluarganya. Selain interaksi keseharian, kita juga terkadang terlibat diskusi lepas yang mengalir begitu saja tentang masalah-masalah faham liberal. Apakah saya ini termasuk berfaham liberal? Ah itu tidak penting. Apalagi saya sendiri mendukung kebebasan berfikir, tapi yang lebih penting lagi saya keras memegang prinsip kemandirian berfikir. Saya tidak perlu mengikat diri harus ikut siapa-siapa; kelompok ini, kelompok itu, faham ini, faham itu. Tidak perlu saya kisahkan panjang lebar apa saja ide-ide dan gagasan yang mengalir. Singkatnya, saya setuju sebagian dan tidak setuju sebagian yang lain, dan yang pasti saya tetap pada prinsip menghormati. Mungkin inilah yang mendorong saya mengamati lebih jauh. Dari fenomena yang saya tangkap dan saya coba pahami secara obyektif tanpa mengkonfontasikannya dengan pendapat saya pribadi, segala wacana dan gagasan yang mereka lontarkan adalah bagian dari proses pencarian yang berlangsung secara terus menerus tanpa ada pembumian yang bersifat final permanen. Mereka menginginkan Islam yang tanggap zaman, bukan bermakna bahwa al-Qur`an harus diubah atau dieliminasi secara total sesuai dengan kebutuhan zaman. Dulu jargon yang selalu dibawa Zuhairi kemana-mana, adalah "Shalihun likulli zaman wa makan" ini. Kalau kita ingin menelaahnya dari sudut lebih jauh, jargon ini memunculkan dialektika dalam diri mereka antara teks-teks yang pada dasarnya bersifat mapan dan zaman yang terus berubah (Tsawabit wal Mutagayyirat). Dosen saya yang memang penganut sekularisme ekstrim selalu mengajukan pertanyaan yang cukup menohok, "Al-Qur`an itu mapan (tetap) sedangkan zaman ini berubah-berubah. Apakah mungkin sesuatu yang tetap mengatur yang berubah-rubah?" Pertanyaan ini tidak penting dijawab di tulisan ini. Saya hanya ingin menggambarkan bagaimana dialektika itu muncul dan terjadi. Apalagi dosen saya itu sendiri memang sedari awal sudah menolak. Tapi yang saya temukan pada kawan-kawan saya ini, bukan penolakan tapi pencarian terus menerus yang bersifat dialektis. Makanya muncul istilah-istilah penafsiran ulang (Reinterpretation) bahkan pendekatan hermeneutis pun coba ditelaah dan teliti, penolakan terhadap monopoli penafsiran, dan istilah-istilah lain. Dialektika ini juga sebenarnya yang saya lihat pada kelompok fundamentalis. Tapi mereka sudah menuntaskan dialektika itu dengan mengambil jalan bahwa al-Mutagayyirat itu harus tunduk pada al-Qur`an yang tsabit. Dan pada sisi praksis juga beragam bentuknya karena memang pada dasarnya terjadi
[wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)
Mas Ahmad, salam kenal juga. Saya ingin mengomentari bagian dari tulisan Anda yang terkutip di abwah ini. Menurut pengertian saya, liberalisme dalam konteks politik merupakan pemahaman yang menjunjung tinggi nilai-nilai, hak dan kemerdekaan individu, sehingga menghendaki keterlibatan dari pemerintah yang minimal. Apa yang disebut oleh Mas Ahmad dengan akal diatas segalanya merupakan rasionalisme murni. Maka apa yang dibahas sebagai liberalisme oleh Mas Ahmad bukanlah liberalisme, tetapi rasionalisme. Saya kira adalah penting untuk mengunakan terminologi yang tepat dalam diskusi guna menghindari kesalahpahaman dan keablasan. Saya juga sudah berapa kali pernah melakukan kesalahan dalam memilih kata yang benar, tetapi kemudian diingati oleh rekan-2 di sini dan setelah itu pengertian menjadi jelas. Mengenai JIL, saya tidak setuju apabila JIL dituduh sebagai golongan yang meletakan akal di atas segalanya, saya kira mereka tetap Islam yang mengambil Al Quran dan Sunnah sebagai sumbernya seperti golongan lain yang menamakan diri sebagai Islam. Mungkin JIL memiliki rasionalisme lebih tinggi daripada yang lain, tetapi tidak fair apabila hal itu digunakan untuk mencaci-maki JIL. Yang terakhir tidak ditunjukkan kepada Mas Ahmad, tetapi kepada umum yang bersangkutan. Salam, ayeye * Ass. wr. wb Saya termasuk anggota baru dalam milis WM, seru juga membaca diskusi lewat milis, secara keseluruhan saya ingin berpendapat tentang apa yang selama ini saya amati mengenai gerakan JIL dan organisasi lainnya yang mungkin sama visinya (liberalisasi, pluralisasi dll), meskipun mungkin pengamatan saya terlalu minim sumbernya, tetapi dari sini dapat saya prediksikan, kalo organisasi2/gerakan2 tersebut di masa mendatang akan makin banyak simpatisannya, Mengapa? jelas sekali, pandangan mereka dalam beragama ini sangatlah bebas (akal diatas segalanya), so manusia kebanyakan yang pada dasarnya mempunyai syahwat untuk hidup bebas, lebih tertarik untuk memilih faham ini, daripada harus pusing2 mengikuti pihak fundamentalis, salafi, wahabi, partai islam, dll (atau apapun namanya) yang meletakkan Qur'an dan Sunnah diatas segala2nya dan harus taat dan patuh pada keduanya. -deleted Kesimpulannya : faham liberalisme (yang mendewakan kebebasan dan akal pikiran) akan banyak diminati oleh kebanyakan manusia saat ini, tetapi jika kebanyakan manusia tersebut, mau bertanya pada hati nuraninya yang paling dalam, maka Insya Allah mereka sesegera mungkin, akan meninggalkan faham liberalisme tersebut. Wass from Ahmad (mantan pengagum faham liberalisme dan pluralisme) Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com Yahoo! Groups Sponsor ~--> http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hhn01n3/M=364397.6958316.7892810.4764722/D=groups/S=1705076250:TM/Y=YAHOO/EXP=1123679341/A=2915264/R=0/SIG=11t7isiiv/*http://us.rd.yahoo.com/evt=34443/*http://www.yahoo.com/r/hs";>Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page ~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)
asaan sikap sekaligus kematangan tradisi ilmiah di mana ketika mereka berbeda mereka mengajukan pendapat dan argumennya masing-masing, tanpa ada kekerasan untuk menghancurkan pihak lain hanya karena berbeda pendapat dengan kita." Itulah sebagian dari suara hati saya, Terima Kasih Aman http://aman.kinana.or.id - Original Message - From: "ahmad yakub sulaiman" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Tuesday, August 09, 2005 2:20 PM Subject: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan) > Ass. wr. wb > Saya termasuk anggota baru dalam milis WM, seru juga membaca diskusi lewat > milis, secara keseluruhan saya ingin berpendapat > tentang apa yang selama ini saya amati mengenai gerakan JIL dan organisasi > lainnya yang mungkin sama visinya (liberalisasi, > pluralisasi dll), meskipun mungkin pengamatan saya terlalu minim > sumbernya, tetapi dari sini dapat saya prediksikan, kalo > organisasi2/gerakan2 tersebut di masa mendatang akan makin banyak > simpatisannya, > Mengapa? jelas sekali, pandangan mereka dalam beragama ini sangatlah bebas > (akal diatas segalanya), > so manusia kebanyakan yang pada dasarnya mempunyai syahwat untuk hidup > bebas, lebih tertarik untuk > memilih faham ini, daripada harus pusing2 mengikuti pihak fundamentalis, > salafi, wahabi, partai islam, dll > (atau apapun namanya) yang meletakkan Qur'an dan Sunnah diatas segala2nya > dan harus taat dan patuh pada keduanya. > Saya baca di Kaijan Utan Kayu (INDO POS Minggu, saya lupa tgl berapa), > salah seorang aktivis JIL mengatakan bahwa jika ada > aturan agama yang bertentangan dengan kondisi jaman, maka dapat > dikesampingkan demi terciptanya perdamaian. > Dari kutipan tersebut, dapat saya contohkan, misalnya Islam mewajibkan > untuk berjilbab dan menutup aurat, > tetapi kalo saya amati kondisi jaman sekarang, dimana banyak wanita > berpakaian memperlihatkan dada, pusar atau pakaian ketat > adalah sesuatu hal sudah wajar dan jika aturan jilbab tersebut diwajibkan, > maka akan terjadi penolakan besar2an, > dan akan menimbulkan gejolak (tidak damai), maka mungkin menurut faham > liberal, aturan berjilbab dapat ditolelir, > dan para wanita (yang juga manusia) mungkin akan lebih tertarik ke faham > liberal, daripada pusing2 mengikuti > faham2 yg mewajibkan jilbab (aturan Islam) > Hal itulah yang terlintas dalam pikiran saya, tentang berbagai faham > liberal, pluralis yang sekarang mulai semakin menjamur > dan menjadi idola. Bahkan mungkin faham liberal menggunakan label Islam > untuk menghalalkan sesuatu yang jelas2 haram, > Contoh nyata, saya pernah melihat VCD Debat Buku "Ada Pemurtadan di IAIN", > disitu jelas2 Abd Muqsith (aktivis JIL), > mengatakan bahwa aurat Wanita menurut pendapat Imam Ahmad, aurat wanita > itu hanyalah qubul dan dubur > (kemaluan depan dan belakang), dan bukan zina jika kemaluan lelaki ditekuk > (dari kitab I'anatut Tholibin terbitan Toha Putra Semarang).Saya sebagai > seorang lelaki normal > (yang punya syahwat terhadap wanita), tentunya akan merasa tertarik dengan > pendapat yang dikemukan oleh Abd Muqsith tersebut, > dan saya yakin pendapat tersebut mungkin akan banyak diikuti oleh kaum > muda sekarang (lebih bebas dalam mengumbar hawa nafsu). > Ketika saya akan memposisikan pihak yang membela faham ini (liberalisme, > pluralisme dll), tiba2 nurani saya tergerak > dan mulai berpikir, berarti saya harus konsekuen dalam melaksanakan > pendapat2 (fatwa2) yang dikemukakan oleh faham ini (liberal dll) > Contohnya, jika saya memiliki seorang istri, saudara ataupun anak > perempuan, saya harus rela mereka memakai celana dalam saja > (dan menjadi tontonan kaum lelaki), dan mereka bisa bebas melakukan zina > (asal si lelaki kemaluannya ditekuk). > Saya sebagai manusia yang masih memiliki nurani (masih normal, meskipun > iman masih tipis), tidak sanggup menerima pendapat tersebut > (saya juga yakin, pengikut2 faham liberal kebanyakan, dalam hati nurani > mereka, juga berpikiran sama) > Ini adalah salah satu contoh sederhana saja dalam mengutip pendapat2 > mereka, dari sekian banyaknya pendapat2 mereka, > yang menurut saya, jangankan dilihat dari sisi Qur'an dan Sunnah, dilihat > dengan hati nurani saya saja > sudah sangat bertentangan (padahal Iman saya masih sangat tipis) > Saya pernah membaca wawancara Ulil (aktivis JIL) di INDO POS (lagi2 saya > lupa tanggal edisinya), > Beliau mengatakan "mana solusi agama Islam dalam mengatasi korupsi, > illegal logging, kasus TKI", > Yang bisa tangkap dari pendapat tersebut (kalo saya gak keliru lho) : > daripada ngurusi masalah jilbab, > sesatnya ahmadiyah, masalah zina dll, lebih baik kita ngurusi masalah yang > lebih urgen tersebut > (korupsi, kasus TKI, ilegal logging, perdamai
RE: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)
Waalaykumus salam wr.wb., Saya termasuk orang yang diberi kebebasan penuh oleh ortu saya. Bagaimana tidak penuh? Sejak SD saya boleh tidak pulang ke rumah oleh ortu saya..., asal jelas di mana saya berada. Misalnya, saya memberi tahu saya tidur di masjid atau di rumah teman yang ortunya dikenal baik oleh ayah saya. Ketika saya SLA saya sudah "ngekos" di Malang (rumah ortu di Sby). Tiga tahun di kota itu tanpa pengawasan ortu. Lho, apa tidak bebas? Saya menikmati benar-benar kebebasan itu merupakan anugerah Tuhan yang terbesar dan tiada tara bandingannya. Maka, jangan heran bila negara-negara terjajah menginginkan kemerdekaan. Lha, kata merdeka itu sinonim dengan bebas, yang bahasa Inggrisnya "free". Islam dulu lahir juga untuk membebaskan umat manusia. Tidak enak dan tersiksa lho bila pikiran terkungkung! Lihatlah para mujtahid dan mujahid yang dipenjara, mereka tidak merasakan kekangan fisik. Yang mereka rasakan itu kekangan pikiran. Maka, Bilal ditimpa batu besar pun tidak merasakan penderitaan dibandingkan dengan kemerdekaannya untuk memegang suatu keyakinan tauhid. Lho, kalau begitu apa itu kebebasan? Ya, bebas adalah kebebasan untuk memilih yang terbaik dalam hidup ini. Kita akan menderita bila kita tidak bisa memilih. Maka, hidup jangan dilihat sekadar hitam atau putih. Hidup itu penuh warna-warni, dan kita bisa memilih warna yang paling indah buat kita. Itulah kebebasan! Kebebasan jangan diartikan dengan kebablasan! Kebebasan tidak boleh menghalangi kebebasan orang lain. Hak kita tidak boleh melanggar hak orang lain. Setiap orang hidup memiliki hak dan kewajibannya, baik sebagai anggota masyarakat maupun sebagai insan yang beragama. Kita harus bisa menghargai hak dan kewajiban orang lain! Jika ini kita lakukan, maka itulah kemerdekaan yang diberikan oleh Islam. Dan, itu bisa ditemukan di milis WM ini. :-)) Wassalam, chodjim -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of ahmad yakub sulaiman Sent: Tuesday, August 09, 2005 6:20 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan) Ass. wr. wb Saya termasuk anggota baru dalam milis WM, seru juga membaca diskusi lewat milis, secara keseluruhan saya ingin berpendapat tentang apa yang selama ini saya amati mengenai gerakan JIL dan organisasi lainnya yang mungkin sama visinya (liberalisasi, pluralisasi dll), meskipun mungkin pengamatan saya terlalu minim sumbernya, tetapi dari sini dapat saya prediksikan, kalo organisasi2/gerakan2 tersebut di masa mendatang akan makin banyak simpatisannya, Mengapa? jelas sekali, pandangan mereka dalam beragama ini sangatlah bebas (akal diatas segalanya), so manusia kebanyakan yang pada dasarnya mempunyai syahwat untuk hidup bebas, lebih tertarik untuk memilih faham ini, daripada harus pusing2 mengikuti pihak fundamentalis, salafi, wahabi, partai islam, dll (atau apapun namanya) yang meletakkan Qur'an dan Sunnah diatas segala2nya dan harus taat dan patuh pada keduanya. Saya baca di Kaijan Utan Kayu (INDO POS Minggu, saya lupa tgl berapa), salah seorang aktivis JIL mengatakan bahwa jika ada aturan agama yang bertentangan dengan kondisi jaman, maka dapat dikesampingkan demi terciptanya perdamaian. Dari kutipan tersebut, dapat saya contohkan, misalnya Islam mewajibkan untuk berjilbab dan menutup aurat, tetapi kalo saya amati kondisi jaman sekarang, dimana banyak wanita berpakaian memperlihatkan dada, pusar atau pakaian ketat adalah sesuatu hal sudah wajar dan jika aturan jilbab tersebut diwajibkan, maka akan terjadi penolakan besar2an, dan akan menimbulkan gejolak (tidak damai), maka mungkin menurut faham liberal, aturan berjilbab dapat ditolelir, dan para wanita (yang juga manusia) mungkin akan lebih tertarik ke faham liberal, daripada pusing2 mengikuti faham2 yg mewajibkan jilbab (aturan Islam) Hal itulah yang terlintas dalam pikiran saya, tentang berbagai faham liberal, pluralis yang sekarang mulai semakin menjamur dan menjadi idola. Bahkan mungkin faham liberal menggunakan label Islam untuk menghalalkan sesuatu yang jelas2 haram, Contoh nyata, saya pernah melihat VCD Debat Buku "Ada Pemurtadan di IAIN", disitu jelas2 Abd Muqsith (aktivis JIL), mengatakan bahwa aurat Wanita menurut pendapat Imam Ahmad, aurat wanita itu hanyalah qubul dan dubur (kemaluan depan dan belakang), dan bukan zina jika kemaluan lelaki ditekuk (dari kitab I'anatut Tholibin terbitan Toha Putra Semarang).Saya sebagai seorang lelaki normal (yang punya syahwat terhadap wanita), tentunya akan merasa tertarik dengan pendapat yang dikemukan oleh Abd Muqsith tersebut, dan saya yakin pendapat tersebut mungkin akan banyak diikuti oleh kaum muda sekarang (lebih bebas dalam mengumbar hawa nafsu). Ketika saya akan memposisikan pihak yang membela faham ini (liberalisme, pluralisme dll), tiba2 nurani saya tergerak dan mulai berpikir, berarti saya harus konseku
Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)
Wah, ini persis sama dengan pendapatku ketika baru awal kuliah, semester tiga dan baru dekat dengan teman teman harokah. Apalagi waktu itu ada anak HMI yang tidak suka dengan harokah memberikan buku Ahmad Wahib, buku ttg pemikiran anak anak muda AIslam yang banyak anak Formacinya dan banyak tulisannya anak IAIN yang jadi antitesis pemikiran harokah. Aku makin benci dengan pemikiran ala JIL ini. Karena pada saat itu pemikiran harokah yang lebih masuk akal dan lebih jelas arahnya. Baru setelah banyak bergaul dengan teman teman dari pondok, melihat perkembangan aktivitas teman teman harokah di lapangan selama reformasi dan sesudahnya, banyak berkecimpung dalam berbagai aktivitas, aku baru bisa memahami oooh, orang NU denan gus Dur nya yang nyeleneh dan JIL yang waktu itu aku anggap aneh bisa lebih dipahami. Dan untuk mentransfer dan memahami ini memang perlu proses. Aku ramai dskusi di banyak milis juga dalam rangka berusaha mencari cara, mengkomunikasikan hal hal semacam ini bagaimana ya ? Soalnya menurut aku harus banyak bergaul dengan banyak kalangan dulu sich ya ... Baik yg haroki, pondok pesantren, maupun yang dianggap rada rada JIL itu. Termasuk juga teman teman yang lintas etnis, suku bangsa dan agama. Terus terang karena sejak lingkup SMU aku sudah bersekolah dengan sistem asrama ditambah aktivitas selama kuliah banyak di penelitian, aku merasa bisa memotret hal hal itu dengan lebih intens. ya ... proses setiap orang memang berbeda, dan itu pilihan. Semoga dapat yang terbaik lah Dan tidak ada kata terlambat untuk belajar dan mencari tahu. salam, Ari Condro - Original Message - ahmad yakub sulaiman <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Ass. wr. wb Saya termasuk anggota baru dalam milis WM, seru juga membaca diskusi lewat milis, secara keseluruhan saya ingin berpendapat tentang apa yang selama ini saya amati mengenai gerakan JIL dan organisasi lainnya yang mungkin sama visinya (liberalisasi, pluralisasi dll), meskipun mungkin pengamatan saya terlalu minim sumbernya, tetapi dari sini dapat saya prediksikan, kalo organisasi2/gerakan2 tersebut di masa mendatang akan makin banyak simpatisannya, Mengapa? jelas sekali, pandangan mereka dalam beragama ini sangatlah bebas (akal diatas segalanya), so manusia kebanyakan yang pada dasarnya mempunyai syahwat untuk hidup bebas, lebih tertarik untuk memilih faham ini, daripada harus pusing2 mengikuti pihak fundamentalis, salafi, wahabi, partai islam, dll (atau apapun namanya) yang meletakkan Qur'an dan Sunnah diatas segala2nya dan harus taat dan patuh pada keduanya. Saya baca di Kaijan Utan Kayu (INDO POS Minggu, saya lupa tgl berapa), salah seorang aktivis JIL mengatakan bahwa jika ada aturan agama yang bertentangan dengan kondisi jaman, maka dapat dikesampingkan demi terciptanya perdamaian. Dari kutipan tersebut, dapat saya contohkan, misalnya Islam mewajibkan untuk berjilbab dan menutup aurat, tetapi kalo saya amati kondisi jaman sekarang, dimana banyak wanita berpakaian memperlihatkan dada, pusar atau pakaian ketat adalah sesuatu hal sudah wajar dan jika aturan jilbab tersebut diwajibkan, maka akan terjadi penolakan besar2an, dan akan menimbulkan gejolak (tidak damai), maka mungkin menurut faham liberal, aturan berjilbab dapat ditolelir, dan para wanita (yang juga manusia) mungkin akan lebih tertarik ke faham liberal, daripada pusing2 mengikuti faham2 yg mewajibkan jilbab (aturan Islam) Hal itulah yang terlintas dalam pikiran saya, tentang berbagai faham liberal, pluralis yang sekarang mulai semakin menjamur dan menjadi idola. Bahkan mungkin faham liberal menggunakan label Islam untuk menghalalkan sesuatu yang jelas2 haram, Contoh nyata, saya pernah melihat VCD Debat Buku "Ada Pemurtadan di IAIN", disitu jelas2 Abd Muqsith (aktivis JIL), mengatakan bahwa aurat Wanita menurut pendapat Imam Ahmad, aurat wanita itu hanyalah qubul dan dubur (kemaluan depan dan belakang), dan bukan zina jika kemaluan lelaki ditekuk (dari kitab I'anatut Tholibin terbitan Toha Putra Semarang).Saya sebagai seorang lelaki normal (yang punya syahwat terhadap wanita), tentunya akan merasa tertarik dengan pendapat yang dikemukan oleh Abd Muqsith tersebut, dan saya yakin pendapat tersebut mungkin akan banyak diikuti oleh kaum muda sekarang (lebih bebas dalam mengumbar hawa nafsu). Ketika saya akan memposisikan pihak yang membela faham ini (liberalisme, pluralisme dll), tiba2 nurani saya tergerak dan mulai berpikir, berarti saya harus konsekuen dalam melaksanakan pendapat2 (fatwa2) yang dikemukakan oleh faham ini (liberal dll) Contohnya, jika saya memiliki seorang istri, saudara ataupun anak perempuan, saya harus rela mereka memakai celana dalam saja (dan menjadi tontonan kaum lelaki), dan mereka bisa bebas melakukan zina (asal si lelaki kemaluannya ditekuk). Saya sebagai manusia yang masih memiliki nurani (masih normal, meskipun iman masih tipis), tidak sanggup menerima pendapat tersebut (saya juga yakin, pengikut2 faham liberal kebanyakan, dalam hati nurani mereka, juga be
Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)
bukankah antropocentrism telah melahirkan manusia2 gila dan kayak orang kebingungan, ya semacam nietchez lah.. yang mati gila itu, kadang kita juga mendambakan kebebasan, tapi ternyata kebebasan tidak membawa ketenangan -:) ahmad yakub sulaiman <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Ass. wr. wb Saya termasuk anggota baru dalam milis WM, seru juga membaca diskusi lewat milis, secara keseluruhan saya ingin berpendapat tentang apa yang selama ini saya amati mengenai gerakan JIL dan organisasi lainnya yang mungkin sama visinya (liberalisasi, pluralisasi dll), meskipun mungkin pengamatan saya terlalu minim sumbernya, tetapi dari sini dapat saya prediksikan, kalo organisasi2/gerakan2 tersebut di masa mendatang akan makin banyak simpatisannya, Mengapa? jelas sekali, pandangan mereka dalam beragama ini sangatlah bebas (akal diatas segalanya), so manusia kebanyakan yang pada dasarnya mempunyai syahwat untuk hidup bebas, lebih tertarik untuk memilih faham ini, daripada harus pusing2 mengikuti pihak fundamentalis, salafi, wahabi, partai islam, dll (atau apapun namanya) yang meletakkan Qur'an dan Sunnah diatas segala2nya dan harus taat dan patuh pada keduanya. Saya baca di Kaijan Utan Kayu (INDO POS Minggu, saya lupa tgl berapa), salah seorang aktivis JIL mengatakan bahwa jika ada aturan agama yang bertentangan dengan kondisi jaman, maka dapat dikesampingkan demi terciptanya perdamaian. Dari kutipan tersebut, dapat saya contohkan, misalnya Islam mewajibkan untuk berjilbab dan menutup aurat, tetapi kalo saya amati kondisi jaman sekarang, dimana banyak wanita berpakaian memperlihatkan dada, pusar atau pakaian ketat adalah sesuatu hal sudah wajar dan jika aturan jilbab tersebut diwajibkan, maka akan terjadi penolakan besar2an, dan akan menimbulkan gejolak (tidak damai), maka mungkin menurut faham liberal, aturan berjilbab dapat ditolelir, dan para wanita (yang juga manusia) mungkin akan lebih tertarik ke faham liberal, daripada pusing2 mengikuti faham2 yg mewajibkan jilbab (aturan Islam) Hal itulah yang terlintas dalam pikiran saya, tentang berbagai faham liberal, pluralis yang sekarang mulai semakin menjamur dan menjadi idola. Bahkan mungkin faham liberal menggunakan label Islam untuk menghalalkan sesuatu yang jelas2 haram, Contoh nyata, saya pernah melihat VCD Debat Buku "Ada Pemurtadan di IAIN", disitu jelas2 Abd Muqsith (aktivis JIL), mengatakan bahwa aurat Wanita menurut pendapat Imam Ahmad, aurat wanita itu hanyalah qubul dan dubur (kemaluan depan dan belakang), dan bukan zina jika kemaluan lelaki ditekuk (dari kitab I'anatut Tholibin terbitan Toha Putra Semarang).Saya sebagai seorang lelaki normal (yang punya syahwat terhadap wanita), tentunya akan merasa tertarik dengan pendapat yang dikemukan oleh Abd Muqsith tersebut, dan saya yakin pendapat tersebut mungkin akan banyak diikuti oleh kaum muda sekarang (lebih bebas dalam mengumbar hawa nafsu). Ketika saya akan memposisikan pihak yang membela faham ini (liberalisme, pluralisme dll), tiba2 nurani saya tergerak dan mulai berpikir, berarti saya harus konsekuen dalam melaksanakan pendapat2 (fatwa2) yang dikemukakan oleh faham ini (liberal dll) Contohnya, jika saya memiliki seorang istri, saudara ataupun anak perempuan, saya harus rela mereka memakai celana dalam saja (dan menjadi tontonan kaum lelaki), dan mereka bisa bebas melakukan zina (asal si lelaki kemaluannya ditekuk). Saya sebagai manusia yang masih memiliki nurani (masih normal, meskipun iman masih tipis), tidak sanggup menerima pendapat tersebut (saya juga yakin, pengikut2 faham liberal kebanyakan, dalam hati nurani mereka, juga berpikiran sama) Ini adalah salah satu contoh sederhana saja dalam mengutip pendapat2 mereka, dari sekian banyaknya pendapat2 mereka, yang menurut saya, jangankan dilihat dari sisi Qur'an dan Sunnah, dilihat dengan hati nurani saya saja sudah sangat bertentangan (padahal Iman saya masih sangat tipis) Saya pernah membaca wawancara Ulil (aktivis JIL) di INDO POS (lagi2 saya lupa tanggal edisinya), Beliau mengatakan "mana solusi agama Islam dalam mengatasi korupsi, illegal logging, kasus TKI", Yang bisa tangkap dari pendapat tersebut (kalo saya gak keliru lho) : daripada ngurusi masalah jilbab, sesatnya ahmadiyah, masalah zina dll, lebih baik kita ngurusi masalah yang lebih urgen tersebut (korupsi, kasus TKI, ilegal logging, perdamaian dunia dll) (mungkin begitu ya Pak Ulil). Mungkin Pak Ulil menganggap aktivis2 islam sekarang yang membahas masalah jilbab, UU Pornografi, sesatnya ahmadiyah dll, mengesampingkan masalah2 yang menurut Pak Ulil sangat penting. Ternyata anggapan tersebut sangatlah keliru. Justru aktivis2 islam itulah (yang dianggap fundamentalis, garis keras, salafi, wahabi, eksklusif dll) yang terdepan dalam menyuarakan anti korupsi, membela kaum2 tertindas dan menciptakan kedamaian. Contoh nyata, ada salah satu partai islam (yang saya yakin mereka menegakkan Qur'an dan SUnnah) sangat inten dalam menyuarak
[wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)
Ass. wr. wb Saya termasuk anggota baru dalam milis WM, seru juga membaca diskusi lewat milis, secara keseluruhan saya ingin berpendapat tentang apa yang selama ini saya amati mengenai gerakan JIL dan organisasi lainnya yang mungkin sama visinya (liberalisasi, pluralisasi dll), meskipun mungkin pengamatan saya terlalu minim sumbernya, tetapi dari sini dapat saya prediksikan, kalo organisasi2/gerakan2 tersebut di masa mendatang akan makin banyak simpatisannya, Mengapa? jelas sekali, pandangan mereka dalam beragama ini sangatlah bebas (akal diatas segalanya), so manusia kebanyakan yang pada dasarnya mempunyai syahwat untuk hidup bebas, lebih tertarik untuk memilih faham ini, daripada harus pusing2 mengikuti pihak fundamentalis, salafi, wahabi, partai islam, dll (atau apapun namanya) yang meletakkan Qur'an dan Sunnah diatas segala2nya dan harus taat dan patuh pada keduanya. Saya baca di Kaijan Utan Kayu (INDO POS Minggu, saya lupa tgl berapa), salah seorang aktivis JIL mengatakan bahwa jika ada aturan agama yang bertentangan dengan kondisi jaman, maka dapat dikesampingkan demi terciptanya perdamaian. Dari kutipan tersebut, dapat saya contohkan, misalnya Islam mewajibkan untuk berjilbab dan menutup aurat, tetapi kalo saya amati kondisi jaman sekarang, dimana banyak wanita berpakaian memperlihatkan dada, pusar atau pakaian ketat adalah sesuatu hal sudah wajar dan jika aturan jilbab tersebut diwajibkan, maka akan terjadi penolakan besar2an, dan akan menimbulkan gejolak (tidak damai), maka mungkin menurut faham liberal, aturan berjilbab dapat ditolelir, dan para wanita (yang juga manusia) mungkin akan lebih tertarik ke faham liberal, daripada pusing2 mengikuti faham2 yg mewajibkan jilbab (aturan Islam) Hal itulah yang terlintas dalam pikiran saya, tentang berbagai faham liberal, pluralis yang sekarang mulai semakin menjamur dan menjadi idola. Bahkan mungkin faham liberal menggunakan label Islam untuk menghalalkan sesuatu yang jelas2 haram, Contoh nyata, saya pernah melihat VCD Debat Buku "Ada Pemurtadan di IAIN", disitu jelas2 Abd Muqsith (aktivis JIL), mengatakan bahwa aurat Wanita menurut pendapat Imam Ahmad, aurat wanita itu hanyalah qubul dan dubur (kemaluan depan dan belakang), dan bukan zina jika kemaluan lelaki ditekuk (dari kitab I'anatut Tholibin terbitan Toha Putra Semarang).Saya sebagai seorang lelaki normal (yang punya syahwat terhadap wanita), tentunya akan merasa tertarik dengan pendapat yang dikemukan oleh Abd Muqsith tersebut, dan saya yakin pendapat tersebut mungkin akan banyak diikuti oleh kaum muda sekarang (lebih bebas dalam mengumbar hawa nafsu). Ketika saya akan memposisikan pihak yang membela faham ini (liberalisme, pluralisme dll), tiba2 nurani saya tergerak dan mulai berpikir, berarti saya harus konsekuen dalam melaksanakan pendapat2 (fatwa2) yang dikemukakan oleh faham ini (liberal dll) Contohnya, jika saya memiliki seorang istri, saudara ataupun anak perempuan, saya harus rela mereka memakai celana dalam saja (dan menjadi tontonan kaum lelaki), dan mereka bisa bebas melakukan zina (asal si lelaki kemaluannya ditekuk). Saya sebagai manusia yang masih memiliki nurani (masih normal, meskipun iman masih tipis), tidak sanggup menerima pendapat tersebut (saya juga yakin, pengikut2 faham liberal kebanyakan, dalam hati nurani mereka, juga berpikiran sama) Ini adalah salah satu contoh sederhana saja dalam mengutip pendapat2 mereka, dari sekian banyaknya pendapat2 mereka, yang menurut saya, jangankan dilihat dari sisi Qur'an dan Sunnah, dilihat dengan hati nurani saya saja sudah sangat bertentangan (padahal Iman saya masih sangat tipis) Saya pernah membaca wawancara Ulil (aktivis JIL) di INDO POS (lagi2 saya lupa tanggal edisinya), Beliau mengatakan "mana solusi agama Islam dalam mengatasi korupsi, illegal logging, kasus TKI", Yang bisa tangkap dari pendapat tersebut (kalo saya gak keliru lho) : daripada ngurusi masalah jilbab, sesatnya ahmadiyah, masalah zina dll, lebih baik kita ngurusi masalah yang lebih urgen tersebut (korupsi, kasus TKI, ilegal logging, perdamaian dunia dll) (mungkin begitu ya Pak Ulil). Mungkin Pak Ulil menganggap aktivis2 islam sekarang yang membahas masalah jilbab, UU Pornografi, sesatnya ahmadiyah dll, mengesampingkan masalah2 yang menurut Pak Ulil sangat penting. Ternyata anggapan tersebut sangatlah keliru. Justru aktivis2 islam itulah (yang dianggap fundamentalis, garis keras, salafi, wahabi, eksklusif dll) yang terdepan dalam menyuarakan anti korupsi, membela kaum2 tertindas dan menciptakan kedamaian. Contoh nyata, ada salah satu partai islam (yang saya yakin mereka menegakkan Qur'an dan SUnnah) sangat inten dalam menyuarakan hidup bersih dan anti korupsi, terjun langsung dalam kegiatan sosial, dan selalu menyuarakan perdamaian. Malah mereka lebih santun dan damai dalam melakukan unjuk rasa (sampai2 dipuji oleh Dubes AS yang nyata2 adalah non muslim), dan mereka (aktivis partai islam tsb)