Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)

2005-08-11 Terurut Topik ghaida Alfarizi
Assalamualaikum Wr.Wb.
Mbak Mel... menurut saya pendapat mbak memang benar, hidup sangat dinamis dan 
penuh perbedaan dan alangkah bijaknya sebagai manusia kita bisa menyikapi 
perbedaan. tapi yang menjadi permasalahan disini adalah... apakah sebuah 
kesalahan jika kita meluruskan sesuatu yang salah, kita tidak harus saling 
menghujat tapi apakah salah jika kita berusaha membuka kebenaran akal 
orang-orang yang "nyeleneh"? 
Kebenaran bukan di ukur dari cara pandang pribadi atau masing-masing orang 
untuk mengatakan ini benar dan itu salah, ini islam dan itu kafir, ini syari'i 
dan itu menyimpang. bukan...bukan dilihat dari apa yang menurut kita benar. 
tapi kebenaran yang benar adalah kebenaran yang memang menurut sang Penciptanya 
ini benar, dan sesuatu itu salah jika sang penciptanya memang mengatakan itu 
salah, iya khan mbak?
jadi kita punya kewajiban untuk menyampaikan kebenaran sesuatu dengan apa yang 
diperintahkan Allah SWT yaitu berdakwah.
jadi menurut saya jika siapapun berusaha menyampaikan kebenaran sesuai dengan 
Alquran maupun sunnah itu memang benar karena mereka hanya kepanjangan tangan 
Dari Yang Maha Pencipta bukan hasil rekayasa pikirannya sendiri. jadi salahkah 
jika ada orang yang berbuat ini?


"L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Menurut saya pribadi :

Milis WM adalah milis yg mencerminkan keadaan keseharian kita
dalam menjalani kehidupan. :-)
Bermacam ragam keyakinan, bermacam ragam perilaku bisa 'bebas' bersuara 
disini...

Yg dapat saya cerna : 
Jika membicarakan hal2 yg sesuai/tidak sesuai dengan cara pandang seseorang, 
harapannya adalah
bisa menjadi tambahan ilmu/pelajaran atau setidaknya bisa memahami bahwa ada 
'dunia' lain yg 
berbeda yg dengan bijak seharusnya disikapi dengan kedewasaan bukan dengan 
hujatan :-))
Jadi :
Dialog, diskusi, musyawarah lebih sejuk daripada hujatan, cacimaki, destruktif, 
ngamuk2.kekerasan.

Bayi belajar berjalan dengan mulai merangkak.
Jika ia jatuh bangun, jangan di marahi, jangan terlalu di kritik.
Ia malahan akan ogah lagi belajar jalan atau ia akan mencari jalannya sendiri.

Di kehidupan :
Tidak ada yg mutlak hitam, tidak ada yg mutlak putih,
tidak melulu abu2, ada juga yg kuning, biru, ungu, pink.
Di jalan, di pasar, di kantor ada yg Muhammadiyah, NU, islib, fundies, abangan,
kafir, murtad, kanan-kiri oke, atheis.
Ada yg KTP nya islam, namanya berbau islam, belum tentu islam, bisa juga 
kristen atau
tidak menjalani syariat islam...Ada yg berjilbab, hajjah tapi suka ngomong yg 
jorok :-)
Ada yg lingkungannya muhammadiyah, ahmadiyah, apakah dia terus menjadi 
muhammadiyah atau ahmadiyah?

Kebenaran sejati hanya Allah SWT yg mengetahui.
Tiap orang senantiasa memiliki nilai2 kebenaran menurut pandangan, versinya 
sendiri.
Apakah ia salah, apakah ia harus di kerasi?
Sedangkan sesama saudara saja berbeda cara pandang, apalagi yg bisa 'dengan 
bebas' cuap2 di milis2,
di luar lingkungannya...mungkin dia akan menjadi pribadi yg lain.
Bagi saya menjaga jarak atau cuek saja adalah satu2nya jalan :-))

Karena :
Sepanjang ia tidak menghujat, merugikan orang lain, memaksakan kehendak, 
menghakimi dan merasa dirinya 
paling benar sendiri sebenarnya cukuplah untuk bisa saling menciptakan 
harmonisasi, bersinergi memikirkan hal yg lebih
membumi, yg masih terasakan di kebanyakan umat islam di indonesia : kemiskinan 
dan kebodohan.
Tapi mungkin kita masih lebih suka menajamkan pertentangan, yg gak ada ujungnya.
Kita mudah sekali di ajak untuk menebar bibit permusuhan, menumbuhkan dendam.
Ironisnya : Di antara umat islam sendiri.

Mohon maaf jika berlebihan

Salam
l.meilany 

  - Original Message - 
  From: Aman FatHa 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, August 10, 2005 3:35 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)


  Tulisan yang betul-betul menyuarakan hati melihat realitas hiruk pikuk 
  kehidupan yang sedang berlangsung. Mungkin karena itulah kalau kemudian 
  beberapa bagian di antaranya menjadi bias subyektif tergeneralisir. Apakah 
  saya termasuk orang yang berfaham liberal ketika mengatakan ini? apapun 
  jawabannya tidak terlalu penting. Apalah artinya seorang saya. Dalam 
  perjalanan hidup hingga kini saya mengalami pertemanan dan persahabatan 
  dengan berbagai manusia macam ragamnya. Lebih lagi pada dua kelompok yang 
  kita sebut saja kelompok fundamentalis dan kelompok liberal sebagai 
  penyebutan sederhana untuk mewakili unsur-unsur bagian-bagiannya. Dulu 
  sering saya utarakan kedekatan saya dengan para Murabbi dan kelompok usrah.. 
  dengan beberapa bagian kesimpulan yang saya kemukakan; ada yang baik.. 
  lurus.. dan ada juga yang buruk. (Mas Ari Condro nih canggih 
  dokumentasinya). Pada bagian lain saya juga berinteraksi sangat dekat dengan 
  mereka yang berhaluan liberal. Sebut saja misalnya, Zuhairi Misrawi yang 
  sama-sama satu angkatan berbeda fakultas. Taufik Damas yang sekarang 
  berjuang da

Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)

2005-08-11 Terurut Topik L.Meilany
Menurut saya pribadi :

Milis WM adalah milis yg mencerminkan keadaan keseharian kita
dalam menjalani kehidupan. :-)
Bermacam ragam keyakinan, bermacam ragam perilaku bisa 'bebas' bersuara 
disini...

Yg dapat saya cerna : 
Jika membicarakan hal2 yg sesuai/tidak sesuai dengan cara pandang seseorang, 
harapannya adalah
bisa menjadi tambahan ilmu/pelajaran atau setidaknya bisa memahami bahwa ada 
'dunia' lain yg 
berbeda yg dengan bijak seharusnya disikapi dengan kedewasaan bukan dengan 
hujatan :-))
Jadi :
Dialog, diskusi, musyawarah lebih sejuk daripada hujatan, cacimaki, destruktif, 
ngamuk2.kekerasan.

Bayi belajar berjalan dengan mulai merangkak.
Jika ia jatuh bangun, jangan di marahi, jangan terlalu di kritik.
Ia malahan akan ogah lagi belajar jalan atau ia akan mencari jalannya sendiri.

Di kehidupan :
Tidak ada yg mutlak hitam, tidak ada yg mutlak putih,
tidak melulu abu2, ada juga yg kuning, biru, ungu, pink.
Di jalan, di pasar, di kantor ada yg Muhammadiyah, NU, islib, fundies, abangan,
kafir, murtad, kanan-kiri oke, atheis.
Ada yg KTP nya islam, namanya berbau islam, belum tentu islam, bisa juga 
kristen atau
tidak menjalani syariat islam...Ada yg berjilbab, hajjah tapi suka ngomong yg 
jorok :-)
Ada yg lingkungannya muhammadiyah, ahmadiyah, apakah dia terus menjadi 
muhammadiyah atau ahmadiyah?

Kebenaran sejati hanya Allah SWT yg mengetahui.
Tiap orang senantiasa memiliki nilai2 kebenaran menurut pandangan, versinya 
sendiri.
Apakah ia salah, apakah ia harus di kerasi?
Sedangkan sesama saudara saja berbeda cara pandang, apalagi yg bisa 'dengan 
bebas' cuap2 di milis2,
di luar lingkungannya...mungkin dia akan menjadi pribadi yg lain.
Bagi saya menjaga jarak atau cuek saja adalah satu2nya jalan :-))

Karena :
Sepanjang ia tidak menghujat, merugikan orang lain, memaksakan kehendak, 
menghakimi dan merasa dirinya 
paling benar sendiri sebenarnya cukuplah untuk bisa saling menciptakan 
harmonisasi, bersinergi memikirkan hal yg lebih
membumi, yg masih terasakan di kebanyakan umat islam di indonesia : kemiskinan 
dan kebodohan.
Tapi mungkin kita masih lebih suka menajamkan pertentangan, yg gak ada ujungnya.
Kita mudah sekali di ajak untuk menebar bibit permusuhan, menumbuhkan dendam.
Ironisnya : Di antara umat islam sendiri.

Mohon maaf jika berlebihan

Salam
l.meilany 

  - Original Message - 
  From: Aman FatHa 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, August 10, 2005 3:35 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)


  Tulisan yang betul-betul menyuarakan hati melihat realitas hiruk pikuk 
  kehidupan yang sedang berlangsung. Mungkin karena itulah kalau kemudian 
  beberapa bagian di antaranya menjadi bias subyektif tergeneralisir. Apakah 
  saya termasuk orang yang berfaham liberal ketika mengatakan ini? apapun 
  jawabannya tidak terlalu penting. Apalah artinya seorang saya. Dalam 
  perjalanan hidup hingga kini saya mengalami pertemanan dan persahabatan 
  dengan berbagai manusia macam ragamnya. Lebih lagi pada dua kelompok yang 
  kita sebut saja kelompok fundamentalis dan kelompok liberal sebagai 
  penyebutan sederhana untuk mewakili unsur-unsur bagian-bagiannya. Dulu 
  sering saya utarakan kedekatan saya dengan para Murabbi dan kelompok usrah.. 
  dengan beberapa bagian kesimpulan yang saya kemukakan; ada yang baik.. 
  lurus.. dan ada juga yang buruk. (Mas Ari Condro nih canggih 
  dokumentasinya). Pada bagian lain saya juga berinteraksi sangat dekat dengan 
  mereka yang berhaluan liberal. Sebut saja misalnya, Zuhairi Misrawi yang 
  sama-sama satu angkatan berbeda fakultas. Taufik Damas yang sekarang 
  berjuang dalam realitas keseharian menjadi editor di salah satu penerbit 
  kanan, katanya menjelaskan sambil tersenyum kecut. Novriantoni yang juga 
  sekarang sering muncul dalam wawancara dan tulisan. M. Hasibullah Satrawi, 
  sekjen PKB Mesir yang harus menanggalkan jabatan karena harus pulang. Dan 
  beberapa teman lainnya. Uniknya lagi mereka ini semua adalah Mantan kru dan 
  menjadi Keluarga Besar Terobosan, sebuah buletin terkenal di kalangan 
  mahasiswa Cairo, di mana saya sendiri termasuk anggota Keluarganya. Selain 
  interaksi keseharian, kita juga terkadang terlibat diskusi lepas yang 
  mengalir begitu saja tentang masalah-masalah faham liberal. Apakah saya ini 
  termasuk berfaham liberal? Ah itu tidak penting. Apalagi saya sendiri 
  mendukung kebebasan berfikir, tapi yang lebih penting lagi saya keras 
  memegang prinsip kemandirian berfikir. Saya tidak perlu mengikat diri harus 
  ikut siapa-siapa; kelompok ini, kelompok itu, faham ini, faham itu.

  Tidak perlu saya kisahkan panjang lebar apa saja ide-ide dan gagasan yang 
  mengalir. Singkatnya, saya setuju sebagian dan tidak setuju sebagian yang 
  lain, dan yang pasti saya tetap pada prinsip menghormati. Mungkin inilah 
  yang mendorong saya mengamati lebih jauh. Dari fenomena yang saya tangkap 
  dan saya cob

Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)

2005-08-10 Terurut Topik H. M. Nur Abdurrahman
Pendek saja ana punya comment. Dinamika masyarakat dihadapi secara dialektis 
dalam batas-baras terkendali seperti digariskan dalam usul fiqh. Dalam hal 
mu'amalaat semua boleh kecuali yang dilarang oleh nash. Kalau ada realitas 
dalam masyarakat yang menyimpang dari penggarisan nash tidak boleh ngotot 
memakai pendekatan kontekstual (melanggar penggarisan nash), melainkan dipakai 
pendekatan social engineering (mengubah realitas menjadi sesuai dengan nash).  
Pendekatan kontekstual hanya dipakai dalam hal yang zhanni.
Wassalam,
HMNA

  - Original Message - 
  From: Aman FatHa 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, August 10, 2005 16:35
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)


  Tulisan yang betul-betul menyuarakan hati melihat realitas hiruk pikuk 
  kehidupan yang sedang berlangsung. Mungkin karena itulah kalau kemudian 
  beberapa bagian di antaranya menjadi bias subyektif tergeneralisir. Apakah 
  saya termasuk orang yang berfaham liberal ketika mengatakan ini? apapun 
  jawabannya tidak terlalu penting. Apalah artinya seorang saya. Dalam 
  perjalanan hidup hingga kini saya mengalami pertemanan dan persahabatan 
  dengan berbagai manusia macam ragamnya. Lebih lagi pada dua kelompok yang 
  kita sebut saja kelompok fundamentalis dan kelompok liberal sebagai 
  penyebutan sederhana untuk mewakili unsur-unsur bagian-bagiannya. Dulu 
  sering saya utarakan kedekatan saya dengan para Murabbi dan kelompok usrah.. 
  dengan beberapa bagian kesimpulan yang saya kemukakan; ada yang baik.. 
  lurus.. dan ada juga yang buruk. (Mas Ari Condro nih canggih 
  dokumentasinya). Pada bagian lain saya juga berinteraksi sangat dekat dengan 
  mereka yang berhaluan liberal. Sebut saja misalnya, Zuhairi Misrawi yang 
  sama-sama satu angkatan berbeda fakultas. Taufik Damas yang sekarang 
  berjuang dalam realitas keseharian menjadi editor di salah satu penerbit 
  kanan, katanya menjelaskan sambil tersenyum kecut. Novriantoni yang juga 
  sekarang sering muncul dalam wawancara dan tulisan. M. Hasibullah Satrawi, 
  sekjen PKB Mesir yang harus menanggalkan jabatan karena harus pulang. Dan 
  beberapa teman lainnya. Uniknya lagi mereka ini semua adalah Mantan kru dan 
  menjadi Keluarga Besar Terobosan, sebuah buletin terkenal di kalangan 
  mahasiswa Cairo, di mana saya sendiri termasuk anggota Keluarganya. Selain 
  interaksi keseharian, kita juga terkadang terlibat diskusi lepas yang 
  mengalir begitu saja tentang masalah-masalah faham liberal. Apakah saya ini 
  termasuk berfaham liberal? Ah itu tidak penting. Apalagi saya sendiri 
  mendukung kebebasan berfikir, tapi yang lebih penting lagi saya keras 
  memegang prinsip kemandirian berfikir. Saya tidak perlu mengikat diri harus 
  ikut siapa-siapa; kelompok ini, kelompok itu, faham ini, faham itu.

  Tidak perlu saya kisahkan panjang lebar apa saja ide-ide dan gagasan yang 
  mengalir. Singkatnya, saya setuju sebagian dan tidak setuju sebagian yang 
  lain, dan yang pasti saya tetap pada prinsip menghormati. Mungkin inilah 
  yang mendorong saya mengamati lebih jauh. Dari fenomena yang saya tangkap 
  dan saya coba pahami secara obyektif tanpa mengkonfontasikannya dengan 
  pendapat saya pribadi, segala wacana dan gagasan yang mereka lontarkan 
  adalah bagian dari proses pencarian yang berlangsung secara terus menerus 
  tanpa ada pembumian yang bersifat final permanen. Mereka menginginkan Islam 
  yang tanggap zaman, bukan bermakna bahwa al-Qur`an harus diubah atau 
  dieliminasi secara total sesuai dengan kebutuhan zaman. Dulu jargon yang 
  selalu dibawa Zuhairi kemana-mana, adalah "Shalihun likulli zaman wa makan" 
  ini. Kalau kita ingin menelaahnya dari sudut lebih jauh, jargon ini 
  memunculkan dialektika dalam diri mereka antara teks-teks yang pada dasarnya 
  bersifat mapan dan zaman yang terus berubah (Tsawabit wal Mutagayyirat). 
  Dosen saya yang memang penganut sekularisme ekstrim selalu mengajukan 
  pertanyaan yang cukup menohok, "Al-Qur`an itu mapan (tetap) sedangkan zaman 
  ini berubah-berubah. Apakah mungkin sesuatu yang tetap mengatur yang 
  berubah-rubah?" Pertanyaan ini tidak penting dijawab di tulisan ini. Saya 
  hanya ingin menggambarkan bagaimana dialektika itu muncul dan terjadi. 
  Apalagi dosen saya itu sendiri memang sedari awal sudah menolak. Tapi yang 
  saya temukan pada kawan-kawan saya ini, bukan penolakan tapi pencarian terus 
  menerus yang bersifat dialektis. Makanya muncul istilah-istilah penafsiran 
  ulang (Reinterpretation) bahkan pendekatan hermeneutis pun coba ditelaah dan 
  teliti, penolakan terhadap monopoli penafsiran, dan istilah-istilah lain.

  Dialektika ini juga sebenarnya yang saya lihat pada kelompok fundamentalis. 
  Tapi mereka sudah menuntaskan dialektika itu dengan mengambil jalan bahwa 
  al-Mutagayyirat itu harus tunduk pada al-Qur`an yang tsabit. Dan pada sisi 
  praksis juga beragam bentuknya karena memang pada dasarnya terjadi 
  

[wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)

2005-08-10 Terurut Topik ayeye
Mas Ahmad, salam kenal juga.

Saya ingin mengomentari bagian dari tulisan Anda yang
terkutip di abwah ini.

Menurut pengertian saya, liberalisme dalam konteks
politik merupakan pemahaman yang menjunjung tinggi
nilai-nilai, hak dan kemerdekaan individu, sehingga
menghendaki keterlibatan dari pemerintah yang minimal.

Apa yang disebut oleh Mas Ahmad dengan ‘akal diatas
segalanya’ merupakan rasionalisme murni.

Maka apa yang dibahas sebagai liberalisme oleh Mas
Ahmad bukanlah liberalisme, tetapi rasionalisme.

Saya kira adalah penting untuk mengunakan terminologi
yang tepat dalam diskusi guna menghindari
kesalahpahaman dan keablasan. Saya juga sudah berapa
kali pernah melakukan kesalahan dalam memilih kata
yang benar, tetapi kemudian diingati oleh rekan-2 di
sini dan setelah itu pengertian menjadi jelas.

Mengenai JIL, saya tidak setuju apabila JIL dituduh
sebagai golongan yang meletakan akal di atas
segalanya, saya kira mereka tetap Islam yang mengambil
Al Quran dan Sunnah sebagai sumbernya seperti golongan
lain yang menamakan diri sebagai Islam. Mungkin JIL
memiliki rasionalisme lebih tinggi daripada yang lain,
tetapi tidak fair apabila hal itu digunakan untuk
mencaci-maki JIL. Yang terakhir tidak ditunjukkan
kepada Mas Ahmad, tetapi kepada umum yang
bersangkutan.

Salam,
ayeye

*

Ass. wr. wb
Saya termasuk anggota baru dalam milis WM, seru juga
membaca diskusi lewat
milis, secara keseluruhan saya ingin berpendapat
tentang apa yang selama ini saya amati mengenai
gerakan JIL dan organisasi
lainnya yang mungkin sama visinya (liberalisasi,
pluralisasi dll), meskipun mungkin pengamatan saya
terlalu minim sumbernya,
tetapi dari sini dapat saya prediksikan, kalo
organisasi2/gerakan2 tersebut di masa mendatang akan
makin banyak simpatisannya,

Mengapa? jelas sekali, pandangan mereka dalam beragama
ini sangatlah bebas (akal
diatas segalanya),
so manusia kebanyakan yang pada dasarnya mempunyai
syahwat untuk hidup bebas,
lebih tertarik untuk
memilih faham ini, daripada harus pusing2 mengikuti
pihak fundamentalis, salafi,
wahabi, partai islam, dll
(atau apapun namanya) yang meletakkan Qur'an dan
Sunnah diatas segala2nya dan
harus taat dan patuh pada keduanya.

-deleted

Kesimpulannya :
faham liberalisme (yang mendewakan kebebasan dan akal
pikiran) akan banyak
diminati oleh kebanyakan manusia saat ini,
tetapi jika kebanyakan manusia tersebut, mau bertanya
pada hati nuraninya yang
paling dalam,
maka Insya Allah mereka sesegera mungkin, akan
meninggalkan faham liberalisme
tersebut.
Wass

from Ahmad (mantan pengagum faham liberalisme dan
pluralisme)




Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com 


 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hhn01n3/M=364397.6958316.7892810.4764722/D=groups/S=1705076250:TM/Y=YAHOO/EXP=1123679341/A=2915264/R=0/SIG=11t7isiiv/*http://us.rd.yahoo.com/evt=34443/*http://www.yahoo.com/r/hs";>Get
 fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home 
page
~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)

2005-08-10 Terurut Topik Aman FatHa
asaan sikap sekaligus kematangan tradisi 
ilmiah di mana ketika mereka berbeda mereka mengajukan pendapat dan 
argumennya masing-masing, tanpa ada kekerasan untuk menghancurkan pihak lain 
hanya karena berbeda pendapat dengan kita."

Itulah sebagian dari suara hati saya,
Terima Kasih

Aman
http://aman.kinana.or.id


- Original Message - 
From: "ahmad yakub sulaiman" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Tuesday, August 09, 2005 2:20 PM
Subject: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)


> Ass. wr. wb
> Saya termasuk anggota baru dalam milis WM, seru juga membaca diskusi lewat 
> milis, secara keseluruhan saya ingin berpendapat
> tentang apa yang selama ini saya amati mengenai gerakan JIL dan organisasi 
> lainnya yang mungkin sama visinya (liberalisasi,
> pluralisasi dll), meskipun mungkin pengamatan saya terlalu minim 
> sumbernya, tetapi dari sini dapat saya prediksikan, kalo
> organisasi2/gerakan2 tersebut di masa mendatang akan makin banyak 
> simpatisannya,
> Mengapa? jelas sekali, pandangan mereka dalam beragama ini sangatlah bebas 
> (akal diatas segalanya),
> so manusia kebanyakan yang pada dasarnya mempunyai syahwat untuk hidup 
> bebas, lebih tertarik untuk
> memilih faham ini, daripada harus pusing2 mengikuti pihak fundamentalis, 
> salafi, wahabi, partai islam, dll
> (atau apapun namanya) yang meletakkan Qur'an dan Sunnah diatas segala2nya 
> dan harus taat dan patuh pada keduanya.
> Saya baca di Kaijan Utan Kayu (INDO POS Minggu, saya lupa tgl berapa), 
> salah seorang aktivis JIL mengatakan bahwa jika ada
> aturan agama yang bertentangan dengan kondisi jaman, maka dapat 
> dikesampingkan demi terciptanya perdamaian.
> Dari kutipan tersebut, dapat saya contohkan, misalnya Islam mewajibkan 
> untuk berjilbab dan menutup aurat,
> tetapi kalo saya amati kondisi jaman sekarang, dimana banyak wanita 
> berpakaian memperlihatkan dada, pusar atau pakaian ketat
> adalah sesuatu hal sudah wajar dan jika aturan jilbab tersebut diwajibkan, 
> maka akan terjadi penolakan besar2an,
> dan akan menimbulkan gejolak (tidak damai), maka mungkin menurut faham 
> liberal, aturan berjilbab dapat ditolelir,
> dan para wanita (yang juga manusia) mungkin akan lebih tertarik ke faham 
> liberal, daripada pusing2 mengikuti
> faham2 yg mewajibkan jilbab (aturan Islam)
> Hal itulah yang terlintas dalam pikiran saya, tentang berbagai faham 
> liberal, pluralis yang sekarang mulai semakin menjamur
> dan menjadi idola. Bahkan mungkin faham liberal menggunakan label Islam 
> untuk menghalalkan sesuatu yang jelas2 haram,
> Contoh nyata, saya pernah melihat VCD Debat Buku "Ada Pemurtadan di IAIN", 
> disitu jelas2 Abd Muqsith (aktivis JIL),
> mengatakan bahwa aurat Wanita menurut pendapat Imam Ahmad, aurat wanita 
> itu hanyalah qubul dan dubur
> (kemaluan depan dan belakang), dan bukan zina jika kemaluan lelaki ditekuk
> (dari kitab I'anatut Tholibin terbitan Toha Putra Semarang).Saya sebagai 
> seorang lelaki normal
> (yang punya syahwat terhadap wanita), tentunya akan merasa tertarik dengan 
> pendapat yang dikemukan oleh Abd Muqsith tersebut,
> dan saya yakin pendapat tersebut mungkin akan banyak diikuti oleh kaum 
> muda sekarang (lebih bebas dalam mengumbar hawa nafsu).
> Ketika saya akan memposisikan pihak yang membela faham ini (liberalisme, 
> pluralisme dll), tiba2 nurani saya tergerak
> dan mulai berpikir, berarti saya harus konsekuen dalam melaksanakan 
> pendapat2 (fatwa2) yang dikemukakan oleh faham ini (liberal dll)
> Contohnya, jika saya memiliki seorang istri, saudara ataupun anak 
> perempuan, saya harus rela mereka memakai celana dalam saja
> (dan menjadi tontonan kaum lelaki), dan mereka bisa bebas melakukan zina 
> (asal si lelaki kemaluannya ditekuk).
> Saya sebagai manusia yang masih memiliki nurani (masih normal, meskipun 
> iman masih tipis), tidak sanggup menerima pendapat tersebut
> (saya juga yakin, pengikut2 faham liberal kebanyakan, dalam hati nurani 
> mereka, juga berpikiran sama)
> Ini adalah salah satu contoh sederhana saja dalam mengutip pendapat2 
> mereka, dari sekian banyaknya pendapat2 mereka,
> yang menurut saya, jangankan dilihat dari sisi Qur'an dan Sunnah, dilihat 
> dengan hati nurani saya saja
> sudah sangat bertentangan (padahal Iman saya masih sangat tipis)
> Saya pernah membaca wawancara Ulil (aktivis JIL) di INDO POS (lagi2 saya 
> lupa tanggal edisinya),
> Beliau mengatakan "mana solusi agama Islam dalam mengatasi korupsi, 
> illegal logging, kasus TKI",
> Yang bisa tangkap dari pendapat tersebut (kalo saya gak keliru lho) : 
> daripada ngurusi masalah jilbab,
> sesatnya ahmadiyah, masalah zina dll, lebih baik kita ngurusi masalah yang 
> lebih urgen tersebut
> (korupsi, kasus TKI, ilegal logging, perdamai

RE: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)

2005-08-09 Terurut Topik achmad.chodjim
Waalaykumus salam wr.wb.,

Saya termasuk orang yang diberi kebebasan penuh oleh ortu saya. Bagaimana tidak 
penuh? Sejak SD saya boleh tidak pulang ke rumah oleh ortu saya..., asal jelas 
di mana saya berada. Misalnya, saya memberi tahu saya tidur di masjid atau di 
rumah teman yang ortunya dikenal baik oleh ayah saya. Ketika saya SLA saya 
sudah "ngekos" di Malang (rumah ortu di Sby). Tiga tahun di kota itu tanpa 
pengawasan ortu. Lho, apa tidak bebas? Saya menikmati benar-benar kebebasan itu 
merupakan anugerah Tuhan yang terbesar dan tiada tara bandingannya. Maka, 
jangan heran bila negara-negara terjajah menginginkan kemerdekaan. Lha, kata 
merdeka itu sinonim dengan bebas, yang bahasa Inggrisnya "free".

Islam dulu lahir juga untuk membebaskan umat manusia. Tidak enak dan tersiksa 
lho bila pikiran terkungkung! Lihatlah para mujtahid dan mujahid yang 
dipenjara, mereka tidak merasakan kekangan fisik. Yang mereka rasakan itu 
kekangan pikiran. Maka, Bilal ditimpa batu besar pun tidak merasakan 
penderitaan dibandingkan dengan kemerdekaannya untuk memegang suatu keyakinan 
tauhid.

Lho, kalau begitu apa itu kebebasan? Ya, bebas adalah kebebasan untuk memilih 
yang terbaik dalam hidup ini. Kita akan menderita bila kita tidak bisa memilih. 
Maka, hidup jangan dilihat sekadar hitam atau putih. Hidup itu penuh 
warna-warni, dan kita bisa memilih warna yang paling indah buat kita. Itulah 
kebebasan!

Kebebasan jangan diartikan dengan kebablasan! Kebebasan tidak boleh menghalangi 
kebebasan orang lain. Hak kita tidak boleh melanggar hak orang lain. Setiap 
orang hidup memiliki hak dan kewajibannya, baik sebagai anggota masyarakat 
maupun sebagai insan yang beragama. Kita harus bisa menghargai hak dan 
kewajiban orang lain! Jika ini kita lakukan, maka itulah kemerdekaan yang 
diberikan oleh Islam.

Dan, itu bisa ditemukan di milis WM ini. :-))

Wassalam,
chodjim

-Original Message-
From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of ahmad yakub
sulaiman
Sent: Tuesday, August 09, 2005 6:20 PM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)


Ass. wr. wb
Saya termasuk anggota baru dalam milis WM, seru juga membaca diskusi lewat 
milis, secara keseluruhan saya ingin berpendapat 
tentang apa yang selama ini saya amati mengenai gerakan JIL dan organisasi 
lainnya yang mungkin sama visinya (liberalisasi, 
pluralisasi dll), meskipun mungkin pengamatan saya terlalu minim sumbernya, 
tetapi dari sini dapat saya prediksikan, kalo 
organisasi2/gerakan2 tersebut di masa mendatang akan makin banyak 
simpatisannya, 
Mengapa? jelas sekali, pandangan mereka dalam beragama ini sangatlah bebas 
(akal diatas segalanya), 
so manusia kebanyakan yang pada dasarnya mempunyai syahwat untuk hidup bebas, 
lebih tertarik untuk
memilih faham ini, daripada harus pusing2 mengikuti pihak fundamentalis, 
salafi, wahabi, partai islam, dll 
(atau apapun namanya) yang meletakkan Qur'an dan Sunnah diatas segala2nya dan 
harus taat dan patuh pada keduanya. 
Saya baca di Kaijan Utan Kayu (INDO POS Minggu, saya lupa tgl berapa), salah 
seorang aktivis JIL mengatakan bahwa jika ada 
aturan agama yang bertentangan dengan kondisi jaman, maka dapat dikesampingkan 
demi terciptanya perdamaian. 
Dari kutipan tersebut, dapat saya contohkan, misalnya Islam mewajibkan untuk 
berjilbab dan menutup aurat, 
tetapi kalo saya amati kondisi jaman sekarang, dimana banyak wanita berpakaian 
memperlihatkan dada, pusar atau pakaian ketat 
adalah sesuatu hal sudah wajar dan jika aturan jilbab tersebut diwajibkan, maka 
akan terjadi penolakan besar2an, 
dan akan menimbulkan gejolak (tidak damai), maka mungkin menurut faham liberal, 
aturan berjilbab dapat ditolelir, 
dan para wanita (yang juga manusia) mungkin akan lebih tertarik ke faham 
liberal, daripada pusing2 mengikuti 
faham2 yg mewajibkan jilbab (aturan Islam)
Hal itulah yang terlintas dalam pikiran saya, tentang berbagai faham liberal, 
pluralis yang sekarang mulai semakin menjamur 
dan menjadi idola. Bahkan mungkin faham liberal menggunakan label Islam untuk 
menghalalkan sesuatu yang jelas2 haram, 
Contoh nyata, saya pernah melihat VCD Debat Buku "Ada Pemurtadan di IAIN", 
disitu jelas2 Abd Muqsith (aktivis JIL), 
mengatakan bahwa aurat Wanita menurut pendapat Imam Ahmad, aurat wanita itu 
hanyalah qubul dan dubur 
(kemaluan depan dan belakang), dan bukan zina jika kemaluan lelaki ditekuk 
(dari kitab I'anatut Tholibin terbitan Toha Putra Semarang).Saya sebagai 
seorang lelaki normal 
(yang punya syahwat terhadap wanita), tentunya akan merasa tertarik dengan 
pendapat yang dikemukan oleh Abd Muqsith tersebut,
dan saya yakin pendapat tersebut mungkin akan banyak diikuti oleh kaum muda 
sekarang (lebih bebas dalam mengumbar hawa nafsu).
Ketika saya akan memposisikan pihak yang membela faham ini (liberalisme, 
pluralisme dll), tiba2 nurani saya tergerak 
dan mulai berpikir, berarti saya harus konseku

Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)

2005-08-09 Terurut Topik Ari Condro
Wah, ini persis sama dengan pendapatku ketika
baru awal kuliah, semester tiga  dan baru dekat
dengan teman teman harokah.  Apalagi waktu
itu ada anak HMI yang tidak suka dengan harokah
memberikan buku Ahmad Wahib, buku ttg pemikiran
anak anak muda AIslam yang banyak anak Formacinya
dan banyak tulisannya anak IAIN yang jadi antitesis
pemikiran harokah.

Aku makin benci dengan pemikiran ala JIL ini.

Karena pada saat itu pemikiran harokah yang lebih masuk
akal dan lebih jelas arahnya.  Baru setelah banyak bergaul
dengan teman teman dari pondok, melihat perkembangan
aktivitas teman teman harokah di lapangan selama reformasi
dan sesudahnya, banyak berkecimpung dalam berbagai aktivitas,
aku baru bisa memahami oooh, orang NU denan gus Dur
nya yang nyeleneh dan JIL yang waktu itu aku anggap aneh
bisa lebih dipahami.

Dan untuk mentransfer dan memahami ini memang perlu proses.
Aku ramai dskusi di banyak milis juga dalam rangka berusaha
mencari cara, mengkomunikasikan hal hal semacam ini bagaimana ya ?

Soalnya menurut aku harus banyak bergaul dengan banyak kalangan
dulu sich ya ...  Baik yg haroki, pondok pesantren, maupun yang
dianggap rada rada JIL itu.  Termasuk juga teman teman yang
lintas etnis, suku bangsa dan agama.

Terus terang karena sejak lingkup SMU aku sudah bersekolah
dengan sistem asrama ditambah aktivitas selama kuliah banyak
di penelitian, aku merasa bisa memotret hal hal itu dengan
lebih intens.  ya ... proses setiap orang memang berbeda,
dan itu pilihan.  Semoga dapat yang terbaik lah 

Dan tidak ada kata terlambat untuk belajar dan mencari tahu.

salam,
Ari Condro


- Original Message -
ahmad yakub sulaiman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Ass. wr. wb
Saya termasuk anggota baru dalam milis WM, seru juga membaca diskusi lewat
milis, secara keseluruhan saya ingin berpendapat
tentang apa yang selama ini saya amati mengenai gerakan JIL dan organisasi
lainnya yang mungkin sama visinya (liberalisasi,
pluralisasi dll), meskipun mungkin pengamatan saya terlalu minim sumbernya,
tetapi dari sini dapat saya prediksikan, kalo
organisasi2/gerakan2 tersebut di masa mendatang akan makin banyak
simpatisannya,
Mengapa? jelas sekali, pandangan mereka dalam beragama ini sangatlah bebas
(akal diatas segalanya),
so manusia kebanyakan yang pada dasarnya mempunyai syahwat untuk hidup
bebas, lebih tertarik untuk
memilih faham ini, daripada harus pusing2 mengikuti pihak fundamentalis,
salafi, wahabi, partai islam, dll
(atau apapun namanya) yang meletakkan Qur'an dan Sunnah diatas segala2nya
dan harus taat dan patuh pada keduanya.
Saya baca di Kaijan Utan Kayu (INDO POS Minggu, saya lupa tgl berapa), salah
seorang aktivis JIL mengatakan bahwa jika ada
aturan agama yang bertentangan dengan kondisi jaman, maka dapat
dikesampingkan demi terciptanya perdamaian.
Dari kutipan tersebut, dapat saya contohkan, misalnya Islam mewajibkan untuk
berjilbab dan menutup aurat,
tetapi kalo saya amati kondisi jaman sekarang, dimana banyak wanita
berpakaian memperlihatkan dada, pusar atau pakaian ketat
adalah sesuatu hal sudah wajar dan jika aturan jilbab tersebut diwajibkan,
maka akan terjadi penolakan besar2an,
dan akan menimbulkan gejolak (tidak damai), maka mungkin menurut faham
liberal, aturan berjilbab dapat ditolelir,
dan para wanita (yang juga manusia) mungkin akan lebih tertarik ke faham
liberal, daripada pusing2 mengikuti
faham2 yg mewajibkan jilbab (aturan Islam)
Hal itulah yang terlintas dalam pikiran saya, tentang berbagai faham
liberal, pluralis yang sekarang mulai semakin menjamur
dan menjadi idola. Bahkan mungkin faham liberal menggunakan label Islam
untuk menghalalkan sesuatu yang jelas2 haram,
Contoh nyata, saya pernah melihat VCD Debat Buku "Ada Pemurtadan di IAIN",
disitu jelas2 Abd Muqsith (aktivis JIL),
mengatakan bahwa aurat Wanita menurut pendapat Imam Ahmad, aurat wanita itu
hanyalah qubul dan dubur
(kemaluan depan dan belakang), dan bukan zina jika kemaluan lelaki ditekuk
(dari kitab I'anatut Tholibin terbitan Toha Putra Semarang).Saya sebagai
seorang lelaki normal
(yang punya syahwat terhadap wanita), tentunya akan merasa tertarik dengan
pendapat yang dikemukan oleh Abd Muqsith tersebut,
dan saya yakin pendapat tersebut mungkin akan banyak diikuti oleh kaum muda
sekarang (lebih bebas dalam mengumbar hawa nafsu).
Ketika saya akan memposisikan pihak yang membela faham ini (liberalisme,
pluralisme dll), tiba2 nurani saya tergerak
dan mulai berpikir, berarti saya harus konsekuen dalam melaksanakan
pendapat2 (fatwa2) yang dikemukakan oleh faham ini (liberal dll)
Contohnya, jika saya memiliki seorang istri, saudara ataupun anak perempuan,
saya harus rela mereka memakai celana dalam saja
(dan menjadi tontonan kaum lelaki), dan mereka bisa bebas melakukan zina
(asal si lelaki kemaluannya ditekuk).
Saya sebagai manusia yang masih memiliki nurani (masih normal, meskipun iman
masih tipis), tidak sanggup menerima pendapat tersebut
(saya juga yakin, pengikut2 faham liberal kebanyakan, dalam hati nurani
mereka, juga be

Re: [wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)

2005-08-09 Terurut Topik D'Laudza
bukankah antropocentrism telah melahirkan manusia2 gila dan kayak orang 
kebingungan, ya semacam nietchez lah.. yang mati gila itu, kadang kita juga 
mendambakan kebebasan, tapi ternyata kebebasan tidak membawa ketenangan -:)
 

ahmad yakub sulaiman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Ass. wr. wb
Saya termasuk anggota baru dalam milis WM, seru juga membaca diskusi lewat 
milis, secara keseluruhan saya ingin berpendapat 
tentang apa yang selama ini saya amati mengenai gerakan JIL dan organisasi 
lainnya yang mungkin sama visinya (liberalisasi, 
pluralisasi dll), meskipun mungkin pengamatan saya terlalu minim sumbernya, 
tetapi dari sini dapat saya prediksikan, kalo 
organisasi2/gerakan2 tersebut di masa mendatang akan makin banyak 
simpatisannya, 
Mengapa? jelas sekali, pandangan mereka dalam beragama ini sangatlah bebas 
(akal diatas segalanya), 
so manusia kebanyakan yang pada dasarnya mempunyai syahwat untuk hidup bebas, 
lebih tertarik untuk
memilih faham ini, daripada harus pusing2 mengikuti pihak fundamentalis, 
salafi, wahabi, partai islam, dll 
(atau apapun namanya) yang meletakkan Qur'an dan Sunnah diatas segala2nya dan 
harus taat dan patuh pada keduanya. 
Saya baca di Kaijan Utan Kayu (INDO POS Minggu, saya lupa tgl berapa), salah 
seorang aktivis JIL mengatakan bahwa jika ada 
aturan agama yang bertentangan dengan kondisi jaman, maka dapat dikesampingkan 
demi terciptanya perdamaian. 
Dari kutipan tersebut, dapat saya contohkan, misalnya Islam mewajibkan untuk 
berjilbab dan menutup aurat, 
tetapi kalo saya amati kondisi jaman sekarang, dimana banyak wanita berpakaian 
memperlihatkan dada, pusar atau pakaian ketat 
adalah sesuatu hal sudah wajar dan jika aturan jilbab tersebut diwajibkan, maka 
akan terjadi penolakan besar2an, 
dan akan menimbulkan gejolak (tidak damai), maka mungkin menurut faham liberal, 
aturan berjilbab dapat ditolelir, 
dan para wanita (yang juga manusia) mungkin akan lebih tertarik ke faham 
liberal, daripada pusing2 mengikuti 
faham2 yg mewajibkan jilbab (aturan Islam)
Hal itulah yang terlintas dalam pikiran saya, tentang berbagai faham liberal, 
pluralis yang sekarang mulai semakin menjamur 
dan menjadi idola. Bahkan mungkin faham liberal menggunakan label Islam untuk 
menghalalkan sesuatu yang jelas2 haram, 
Contoh nyata, saya pernah melihat VCD Debat Buku "Ada Pemurtadan di IAIN", 
disitu jelas2 Abd Muqsith (aktivis JIL), 
mengatakan bahwa aurat Wanita menurut pendapat Imam Ahmad, aurat wanita itu 
hanyalah qubul dan dubur 
(kemaluan depan dan belakang), dan bukan zina jika kemaluan lelaki ditekuk 
(dari kitab I'anatut Tholibin terbitan Toha Putra Semarang).Saya sebagai 
seorang lelaki normal 
(yang punya syahwat terhadap wanita), tentunya akan merasa tertarik dengan 
pendapat yang dikemukan oleh Abd Muqsith tersebut,
dan saya yakin pendapat tersebut mungkin akan banyak diikuti oleh kaum muda 
sekarang (lebih bebas dalam mengumbar hawa nafsu).
Ketika saya akan memposisikan pihak yang membela faham ini (liberalisme, 
pluralisme dll), tiba2 nurani saya tergerak 
dan mulai berpikir, berarti saya harus konsekuen dalam melaksanakan pendapat2 
(fatwa2) yang dikemukakan oleh faham ini (liberal dll)
Contohnya, jika saya memiliki seorang istri, saudara ataupun anak perempuan, 
saya harus rela mereka memakai celana dalam saja 
(dan menjadi tontonan kaum lelaki), dan mereka bisa bebas melakukan zina (asal 
si lelaki kemaluannya ditekuk). 
Saya sebagai manusia yang masih memiliki nurani (masih normal, meskipun iman 
masih tipis), tidak sanggup menerima pendapat tersebut 
(saya juga yakin, pengikut2 faham liberal kebanyakan, dalam hati nurani mereka, 
juga berpikiran sama)
Ini adalah salah satu contoh sederhana saja dalam mengutip pendapat2 mereka, 
dari sekian banyaknya pendapat2 mereka, 
yang menurut saya, jangankan dilihat dari sisi Qur'an dan Sunnah, dilihat 
dengan hati nurani saya saja 
sudah sangat bertentangan (padahal Iman saya masih sangat tipis)
Saya pernah membaca wawancara Ulil (aktivis JIL) di INDO POS (lagi2 saya lupa 
tanggal edisinya), 
Beliau mengatakan "mana solusi agama Islam dalam mengatasi korupsi, illegal 
logging, kasus TKI", 
Yang bisa tangkap dari pendapat tersebut (kalo saya gak keliru lho) : daripada 
ngurusi masalah jilbab, 
sesatnya ahmadiyah, masalah zina dll, lebih baik kita ngurusi masalah yang 
lebih urgen tersebut 
(korupsi, kasus TKI, ilegal logging, perdamaian dunia dll) (mungkin begitu ya 
Pak Ulil). 
Mungkin Pak Ulil menganggap aktivis2 islam sekarang yang membahas masalah 
jilbab, UU Pornografi, sesatnya ahmadiyah dll, 
mengesampingkan masalah2 yang menurut Pak Ulil sangat penting. Ternyata 
anggapan tersebut sangatlah keliru. 
Justru aktivis2 islam itulah (yang dianggap fundamentalis, garis keras, salafi, 
wahabi, eksklusif dll) 
yang terdepan dalam menyuarakan anti korupsi, membela kaum2 tertindas dan 
menciptakan kedamaian. 
Contoh nyata, ada salah satu partai islam (yang saya yakin mereka menegakkan 
Qur'an dan SUnnah)
sangat inten dalam menyuarak

[wanita-muslimah] Suara Hati (perkenalan)

2005-08-09 Terurut Topik ahmad yakub sulaiman
Ass. wr. wb
Saya termasuk anggota baru dalam milis WM, seru juga membaca diskusi lewat 
milis, secara keseluruhan saya ingin berpendapat 
tentang apa yang selama ini saya amati mengenai gerakan JIL dan organisasi 
lainnya yang mungkin sama visinya (liberalisasi, 
pluralisasi dll), meskipun mungkin pengamatan saya terlalu minim sumbernya, 
tetapi dari sini dapat saya prediksikan, kalo 
organisasi2/gerakan2 tersebut di masa mendatang akan makin banyak 
simpatisannya, 
Mengapa? jelas sekali, pandangan mereka dalam beragama ini sangatlah bebas 
(akal diatas segalanya), 
so manusia kebanyakan yang pada dasarnya mempunyai syahwat untuk hidup bebas, 
lebih tertarik untuk
memilih faham ini, daripada harus pusing2 mengikuti pihak fundamentalis, 
salafi, wahabi, partai islam, dll 
(atau apapun namanya) yang meletakkan Qur'an dan Sunnah diatas segala2nya dan 
harus taat dan patuh pada keduanya. 
Saya baca di Kaijan Utan Kayu (INDO POS Minggu, saya lupa tgl berapa), salah 
seorang aktivis JIL mengatakan bahwa jika ada 
aturan agama yang bertentangan dengan kondisi jaman, maka dapat dikesampingkan 
demi terciptanya perdamaian. 
Dari kutipan tersebut, dapat saya contohkan, misalnya Islam mewajibkan untuk 
berjilbab dan menutup aurat, 
tetapi kalo saya amati kondisi jaman sekarang, dimana banyak wanita berpakaian 
memperlihatkan dada, pusar atau pakaian ketat 
adalah sesuatu hal sudah wajar dan jika aturan jilbab tersebut diwajibkan, maka 
akan terjadi penolakan besar2an, 
dan akan menimbulkan gejolak (tidak damai), maka mungkin menurut faham liberal, 
aturan berjilbab dapat ditolelir, 
dan para wanita (yang juga manusia) mungkin akan lebih tertarik ke faham 
liberal, daripada pusing2 mengikuti 
faham2 yg mewajibkan jilbab (aturan Islam)
Hal itulah yang terlintas dalam pikiran saya, tentang berbagai faham liberal, 
pluralis yang sekarang mulai semakin menjamur 
dan menjadi idola. Bahkan mungkin faham liberal menggunakan label Islam untuk 
menghalalkan sesuatu yang jelas2 haram, 
Contoh nyata, saya pernah melihat VCD Debat Buku "Ada Pemurtadan di IAIN", 
disitu jelas2 Abd Muqsith (aktivis JIL), 
mengatakan bahwa aurat Wanita menurut pendapat Imam Ahmad, aurat wanita itu 
hanyalah qubul dan dubur 
(kemaluan depan dan belakang), dan bukan zina jika kemaluan lelaki ditekuk 
(dari kitab I'anatut Tholibin terbitan Toha Putra Semarang).Saya sebagai 
seorang lelaki normal 
(yang punya syahwat terhadap wanita), tentunya akan merasa tertarik dengan 
pendapat yang dikemukan oleh Abd Muqsith tersebut,
dan saya yakin pendapat tersebut mungkin akan banyak diikuti oleh kaum muda 
sekarang (lebih bebas dalam mengumbar hawa nafsu).
Ketika saya akan memposisikan pihak yang membela faham ini (liberalisme, 
pluralisme dll), tiba2 nurani saya tergerak 
dan mulai berpikir, berarti saya harus konsekuen dalam melaksanakan pendapat2 
(fatwa2) yang dikemukakan oleh faham ini (liberal dll)
Contohnya, jika saya memiliki seorang istri, saudara ataupun anak perempuan, 
saya harus rela mereka memakai celana dalam saja 
(dan menjadi tontonan kaum lelaki), dan mereka bisa bebas melakukan zina (asal 
si lelaki kemaluannya ditekuk). 
Saya sebagai manusia yang masih memiliki nurani (masih normal, meskipun iman 
masih tipis), tidak sanggup menerima pendapat tersebut 
(saya juga yakin, pengikut2 faham liberal kebanyakan, dalam hati nurani mereka, 
juga berpikiran sama)
Ini adalah salah satu contoh sederhana saja dalam mengutip pendapat2 mereka, 
dari sekian banyaknya pendapat2 mereka, 
yang menurut saya, jangankan dilihat dari sisi Qur'an dan Sunnah, dilihat 
dengan hati nurani saya saja 
sudah sangat bertentangan (padahal Iman saya masih sangat tipis)
Saya pernah membaca wawancara Ulil (aktivis JIL) di INDO POS (lagi2 saya lupa 
tanggal edisinya), 
Beliau mengatakan "mana solusi agama Islam dalam mengatasi korupsi, illegal 
logging, kasus TKI", 
Yang bisa tangkap dari pendapat tersebut (kalo saya gak keliru lho) : daripada 
ngurusi masalah jilbab, 
sesatnya ahmadiyah, masalah zina dll, lebih baik kita ngurusi masalah yang 
lebih urgen tersebut 
(korupsi, kasus TKI, ilegal logging, perdamaian dunia dll) (mungkin begitu ya 
Pak Ulil). 
Mungkin Pak Ulil menganggap aktivis2 islam sekarang yang membahas masalah 
jilbab, UU Pornografi, sesatnya ahmadiyah dll, 
mengesampingkan masalah2 yang menurut Pak Ulil sangat penting. Ternyata 
anggapan tersebut sangatlah keliru. 
Justru aktivis2 islam itulah (yang dianggap fundamentalis, garis keras, salafi, 
wahabi, eksklusif dll) 
yang terdepan dalam menyuarakan anti korupsi, membela kaum2 tertindas dan 
menciptakan kedamaian. 
Contoh nyata, ada salah satu partai islam (yang saya yakin mereka menegakkan 
Qur'an dan SUnnah)
sangat inten dalam menyuarakan hidup bersih dan anti korupsi, terjun langsung 
dalam kegiatan sosial, 
dan selalu menyuarakan perdamaian. Malah mereka lebih santun dan damai dalam 
melakukan unjuk rasa 
(sampai2 dipuji oleh Dubes AS yang nyata2 adalah non muslim), dan mereka 
(aktivis partai islam tsb)