Senin, 8 September 2008 | 11:03 WIB

*JAKARTA, SENIN* - Malang nian nasib sembilan wanita warga negara Indonesia
(WNI) yang tengah mengais nafkah di Hongkong. Ketika mau mengadu ke Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Erman Suparno yang tengah
berkunjung ke Hongkong, mereka malah digebuki. Ironisnya para pelaku
pemukulan adalah petugas Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Hongkong.

Akibat pemukulan itu, dua wanita dilarikan ke rumah sakit karena terluka
cukup parah, sementara empat wanita lainnya mengalami memar-memar dan
berdarah. Pemukulan itu disaksikan Menakertrans Erman Suparno yang berada di
Gedung Queen Elizabeth, Hongkong, Minggu (7/9).

Duta Buruh Migran, Franky Sahilatua, saat dihubungi Warta Kota semalam
mengatakan, pemukulan itu terjadi sekitar pukul 11.00 waktu Hongkong. Saat
itu, puluhan tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja di Hongkong mengadakan
pertemuan dengan Menakertrans. Beberapa TKW kemudian menggelar spanduk
bertuliskan "Stop Underpayment" (hentikan pembayaran upah di bawah standar)
di depan menteri.

"Tiba-tiba saja, mereka langsung diseret dan dipukuli oleh petugas keamanan
sampai luka-luka, padahal mereka hanya menggelar spanduk. Wajar dong, mereka
mengutarakan aspirasi kepada menteri," ujar penyanyi balada ini.

Franky menegaskan, pemukulan itu terjadi persis di depan Menakertrans.
Anehnya, kata Franky, Pak Menteri hanya berdiam dan tidak bereaksi apa-apa.
Petugas keamanan yang memukuli para TKW, jumlahnya lebih dari dua orang,
juga berkewarganegaraan Indonesia. "Mereka itu lebih sok berkuasa dibanding
polisi Hongkong, mereka harus diberi sanksi tegas," katanya.

Ia menyesalkan tindakan pemukulan petugas keamanan tersebut. Ia berharap
Menakertrans lebih cerdas dalam memimpin, sehingga tidak terjadi peristiwa
seperti ini. Dalam pertemuan itu, sejumlah pejabat Depnakertrans, dan DPRD
Tingkat I Jawa Timur juga ikut serta. Namun tidak ada yang melerai pemukulan
itu dan hanya membiarkannya. "Sudah wanita, lagi puasa, belum digaji,
dipukuli bangsa sendiri lagi, ini kan jahanam sekali," tegasnya.

Hingga semalam, baru tiga TKW yang terluka yang diketahui namanya yakni
Luluk, Ganis, dan Rudi. Organisasi yang peduli TKW, Serikat Buruh Migran
Indonesia (SBMI) akan melayangkan protes kepada Menakertrans dan Departemen
Luar Negeri atas arogansi para petugas keamanan Konjen RI tersebut.

Ketika Warta Kota hendak minta tanggapan ke Departemen Luar Negeri (Deplu),
telepon genggam Juru bicara Deplu Teuku Faizasyah tidak aktif.

*Rp 4 juta*

Menurut Franky, para TKW di Hongkong yang membentangkan spanduk berusaha
mengutarakan aspirasi mereka bahwa masih ada TKW yang digaji di bawah
standar upah yang ditentukan Pemerintah Hongkong. Mereka minta perhatian
Pemerintah Indonesia untuk memperjuangkan hak mereka mendapatkan upah yang
layak.

Upah minimum TKW di Hongkong adalah 3.450 dolar Hongkong per bulan. Namun
sejumlah TKW mendapat upah sekitar 2.000 dolar Hongkong per bulannya. "Itu
pun banyak yang belum dibayarkan selama berbulan-bulan. Ada yang sejak
pertama datang tidak menerima upah sedikit pun," jelas Franky. Selain itu,
sejumlah TKW menghadapi pemotongan gaji oleh Perusahan Jasa Tenaga Kerja
Indonesia (PJTKI) dan agen-agen tenaga kerja.

Komisioner Komnas Anti-Kekerasan Terhadap Perempuan, Sri Wiyanti Eddyono,
semalam, mengaku belum mendengar kabar tentang pemukulan TKW oleh aparat
keamanan Konjen RI di Hongkong. Meski demikian, Sri Wiyanti menyesalkan
tindakan kekerasan terhadap para TKW. "Apa pun alasannya, upaya kekerasan
bukan jalan yang terbaik, mengapa tidak melakukan dialog saja," ujarnya.

Ia mengatakan, ekspresi para TKW dengan membentangkan spanduk merupakan
pernyataan yang wajar. Mereka memang merasakan kepahitan nasib buruh migran.
"Kekerasan itu tindakan yang tidak bijaksana karena TKW sedang berada dalam
keadaan tidak menguntungkan," imbuhnya.

TKW Indonesia yang bekerja di Hongkong jumlahnya lebih dari 100.000 orang.
Mereka, rata-rata, mendapatkan gaji sekitar 3.000 dolar Hongkong per bulan
atau sekitar Rp 4 juta. Jumlah tersebut memang cukup fantastis bila
dibandingkan gaji pembantu rumah tangga di Jakarta yang berkisar Rp 300.000
sampai Rp 500.000 per bulan.

Alasan para wanita itu menjadi TKW di Hongkong antara lain kemiskinan,
perceraian, poligami, dan ditinggal mati oleh suami. Rata-rata dari mereka
harus menghidupi anak, orangtua, serta keluarga yang miskin. * (SAB)*
taken from kompas.com

*komentar: *Belum juga kelihatan kerjanya membela TKW malah ikutan mukulin
TKW keterlaluan... padahal gaji mereka turut disumbang oleh para TKW
tersebut ampun dech.... Hanya di Indonesia

-- 
Aldo Desatura (R) & (c)

========
" Lebih mudah memaafkan orang yang salah daripada yang benar .... "

" Kekuasaan akan berjalan baik bila dipercayakan kepada orang yang tidak
mencarinya sebab dia akan berusaha menjalankan sebaik mungkin.. " Prof.
Albus Dumbledore


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke