IBRAHIM ISA ----------------------------- Selasa, 17 Agustus 2010 Tak Kenal BUNG KARNO, Maka -Tak Kenal INDONESIA * <P r o f i l Negarawan Dan "Nation Builder" Terbesar Indonesia>
Menulis sebuah `p r o f i l` tentang Bung Karno Seorang negarawan, `statesman' dan `nation builder', pembangun bangsa terbesar, dalam dua-tiga halaman saja, adalah sangat-sangat tidak mudah. Hasilnya pasti tidak seperti apa yang diharapkan. Keterbatasan ruangan dalam penerbitan "Informasi", sebuah berkala terbitan "Perhimpunan Persaudaraan", untuk menuliskan sebuah profil yang agak lengkap, merupakan realitas yang wajar dan bisa difahami. Kalaulah kita buka computer, menjenguk sebentar ke website `Google.com', ketik nama SOEKARNO, di situ bisa dibaca, sedikitnya terdapat 1.750.000 <satu juta tujuhratus limapuluh ribu> bahan tertulis, termasuk beberapa audio, youtube, Facebook, dan video, yang bersangkutan dengan nama SUKARNO. Demikianlah terkenalnya nama Sukarno di dunia informatika mancanegara. Dalam rangka, menyambut dan memperingati Ultah Ke-65 Hari Kemerdekaan Nasional Indonesia, 17 Agustus 1945, memang dimaksudkan di sini, hendak menulis `PROFIL' tentang Bung Kanro. Betapapun sulitnya. Karena begitu banyak segi dan ragam sosok dan tokoh yang bernama S u k a r n o . Kata `Profil' Menurut Kamus Oxford adalah sebuah gambaran, `silhoutte', `potret yang diilihat dari sisi'. Jadi profil itu adalah suatu gambar seseorang yang dilihat dari s a t u sisi saja. Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengartikan `profil' itu sebagai `s k e t s a biografis`. SUKARNO adalah seorang manusia biasa. Dengan segala keunggulan dan kekurangannya. Benar! Sukarno adalah manusia biasa. Tetapi, sekaligus, SUKARNO, adalah manusia LUAR BIASA. Beliau orang besar. Sosok seperti beliau itu langka sekali dalam sejarah Indonesia. Yang menjadikan Bung Karno langka a.l adalah, bahwa sejak masa mudanya beliau telah memilih jalan hidup perjuangan demi kemerdekaan bangsa dan tanah air. Pemuda Sukarno tidak memilih hidup tenang dan énak sebagai insinyur bangunan dengan penghasilan lumayan. Malah akan bisa hidup sebagai `lapisan atas' di zaman kolonial Hindia Belanda. Tetapi Sukarno memilih jalan yang sulit dan menderita. Masuk-keluar penjara. Kemudian jadi orang buangan. Ya, itulah Sukarno yang sejak muda telah memilih jalan hidup sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia. Demi cita-cita mulya yang diyakininya. Jalan hidup ini dipertahanknnya dengan konsisten, sampai akhir hidup beliau dalam tahanan rezim Orba di bawah Jendral Suharto. Bung Karno lain dari Jendral Suharto. Yang jauh sebelum meninggalkan dunia yang fana ini, Suharto, selain mengumpulkan kekayaan bagi diri dan keluarganya melalui korupsi besar-besaran, ia telah menyiapkan `kuburan keluarga'. Sebuah lokasi menyolok, di sebuah gunung dengan bangunan mewah lengkap dengan pengawalan. Kuburan semegah ini tak ada bandingnya di Indonesia. Namun, Bung Karno, setelah meniggal dunia dalam tahanan militer, atas keputusan Jendral Suharto, jenazahnya diangkut jauh dari pusat kehidupn politik negara, yaitu ke Blitar untuk dimakamkan di situ. Semua tahu hal ini diluar keingian dan wasiat Bung Karno. Secara terbuka Bung Karno telah menyampaikan, bahwa beliau ingin dikubur di sebuah lokasi sederhana di Bogor dengan tulisan di batu nisan: BUNG KARNO, PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT. Memang Suharto tidak tanggung tanggung dalam tindakannya mengucilkan, mengasingkan dan menghancurkan nama Sukarno. Tetapi lihat, apa yang terjadi! Adalah massa rakyat sendiri yang bersikap. Dewasa ini kota Blitar tempat peristirahatan terakhir Bung Karno, telah menjadi salah satu `tugu nasional' penting. Massa pengunjung memperlakukan kuburan Bung Karno, seperti kuburan wali-wali. Bahkan lebih dari itu. Hingga detik ini, sudah ratusan ribu, bahkan mungkin sudah jutaan pencinta Bung Karno yang berdatangan dari pelbagai penjuru tanah air, pergi ber-ZIARAH ke MAKAM BUNG KARNO. Untuk menyatakan kecintaan, penghormatan dan kesetiaan mereka pada Bung Karno. Dan hal ini akan berlangsung terus. Lebih-lebih dalam situasi bangsa dan tanah air dewasa ini mendambakan dan membutuhkan seorang pemimpin dan penyuluh bangsa sekaliber BUNG KARNO. Bagi setiap orang Indonesia yang mengenal sejarah perjuangan bangsa, nama penulis kenamaan Belanda, Multatuli, alias Douwes Dekker, tidaklah asing lagi. Melalui bukunya `MAX HAVELAAR', sudah pada abad ke-19. Multatuli dengan terang-terangan, tegas dan tajam menggugat kolonialisme Belanda dan feodalisme di Banten, yang menjadi sekutu dan pijakan kekuasaan kolonialisme di Hindia Belanda. Kita juga mengenal nama-nama Belanda lainnya, yang simpati dengan bangsa Indonesia. Seperti antara lain Prof Dr W.F. Wertheim, Dr Bob Hering, Piet van Staveren, Poncke Princen, dan banyak lainnya yang memiliki hati nurani. Mereka-mereka itu tak sudi melihatberlangsungnya pemerasan dan penindasan oleh kolonialisme Belanda atas bangsa Indonesia. Mereka menyatakan protes terhadap politik pemerintahnya yang menjajah Indonesia dan dengan tulus memberikan dukungannya pada perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Begitu juga di kalangan penulis dan sejarawan Belanda dewasa ini terdapat tidak sedikit orang orang yang berhati nurani dan mampu melihat kebenaran dan keadilan. Begitulah, belum lama (2004) kita menjumpai sebuah buku sejarah yang ditulis oleh sejumlah sejarawan generasi baru Belanda. Mereka menulis buku sejarah Belanda. Di salah sebuah bukunya yang berjudul "DE GROOTSTE NEDERLANDER" ditulis penilaian yang cukup obyektif tentangSUKARNO. Di dalam buku itu SUKARNO digolongkan diantara sekian banyak dari "DE GROOTSTE NEDERLANDER". Penerbitnya menjelaskan bahwa, tidak semua tokoh sejarah Belanda dalam buku tsb, adalah orang-orang Belanda yang lahir di Belanda. Misalnya Willem van Oranje yang disebut oleh Belanda sebagai `Vader des Vaderlands', sebagai `Bapak Bangsa', dilahirkan di Dillenburg, Jerman. Rudolf Thorbecke (1798-1872), bila dinilai dari syarat-syarat sekarang, maka ia tergolong orang Jerman. Tetapi, adalah Thorbecke yang menciptakan udang-undang dasar negara Belanda. Meskipun lahirnya tidak di Belanda dan bukan `Belanda asli' namun mereka itu digolongkan dalam sejarah sebagai tokoh terbesar Belanda. Bagaimana dengan Sukarno? Bukankah kalangan penguasa periode kolonial `tempo doeloe', menganggap `Sukarno adalah musuh negara nomor satu'? Namun, salah seorang penulis buku tsb., Tjitske Lingsma, (lahir th. 1960) tamatan Universitas Utrecht, yang juga adalah wartawan "Algemeene Dagblad" dan majalah "Elsevier", menulis sbb.: Pada tanggal 17 Agustus 1945 di halaman muka rumah Sukarno terdengar "Indonesia Raya, Merdeka, Merdeka Indonesia Raya Merdeka, Merdeka!". Dibacakanlah kalimat-kalimat proklamasi. Dengan itulah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Tulis Lingsma selanjutnya: Sesudah Perang Dunia II, Nederland berfikir untuk kembali sebagai penguasa jajahannya. INI ADALAH SUATU PANDANGAN YANG SALAH. < Huruf besar dari penulis I.I >. Sejarawan Belanda T. Lingsma, salah seorang penulis buku "ORANG-ORANG BELANDA TERBESAR", bahwa tokoh Sukarno tergolong "Orang-orang Belanda Terbesar". Selanjutnya menilai bahwa, hari kemerdekaan Indonesia itu adalah pada tanggal 17 Agustus 1945, saat dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Sukarno atas nama bangsa Indonesia. * * * Dalam menulis tentang PROFIL BUNG KARNO, tidak boleh luput diangkat di sini peranan Bung Karno sebagai penggali dan pencipta PANCASILA, dasar falsafah Negara Republik Indonesia, dari Sabang sampai Merauké. Dengan karya politik klasiknya seperti a.l. "Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme", "INDONESIA MENGGUGAT", "LAHIRNYA PANCASILA, 1 JUNI 1945", Bung Karno menunjukkan bahwa beliau juga adalah seorang akhli strategi/taktik dan politik pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia Merdeka. Karya-karya ideologi, budaya, politik dan ekonomi yang dibukukan dalam buku "DI BAWAH BENDERA REVOLUSI", I dan II, serta "REVOLUSI BELUM SELESAI", I dan II, adalah ajaran ajaran pokok dan terpenting Bung karno yang merupakan warisan tak terlinai artinya bagi pembangunan bangsa, bagi persatuan nasional dan hari depan Indonesia yang adil dan makmur. Dalam kaitan ini benarlah kiranya ucapan yang sering terdengar bahwa TAK KENAL SUKARNO, MAKA TAK KENAL INDONESIA. * * * Maksud menulis PROFIL tentang Bung Karno, dalam rangka memperingati Hari Ultah Ke-65 Republik Indonesia, adalah semata-mata dan terutama untuk mengingatkan kita semua betapa arti penting mempelajari sejarah bangsa dan tanah air. Betapa luar biasa pentingnya KARYA-KARYA KLASIK POLITIK BUNG KARNO, yang merupakan AJARAN BUNG KARNO, bagi kelanjutan persatuan, pertumbuhan dan kemajuan bangsa dan negeri ini. Pertumbuhan, perkembangan dan kokohnya Republik Indonesia, menunjukkan bahwa tak ada landasan ideologi dan politik yang efektif, realis dan dapat diterima oleh bangsa secara keseluruhan selain AJARAN BUNG KARNO. Oleh karena itu, Demi mempertahankan Republik Indonesia sebagai modal utama dalam perjuangan selanjutnya untuk Indonesia yang bersatu, demokratis, adil dan makmur, LAKSANAKAN AJARAN BUNG KARNO DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA! <Catatan 1: Artikel ini ditulis untuk Penerbitan Berkala Vereniging Persaudaraan, "INFORMASI",nomor Agustus 2010>. <Catatan 2: Ingin baca tulisan-tulisan lainnya karya Ibrahim Isa? Klik <http://ibrahimisa.blospot.com/> __._,_._