[WongBanten] 10 Hari di Musim Penghujan (catatan Gus Bagja)

2010-01-23 Thread Lawang bagja
Gelisah, mungkin ini yang sedang saya rasakan saat ini. Setelah 10 hari bersama 
musim penghujan di tanah air dan baru 3 hari menginjakkan kembali di negeri 
pasir dan matahari saya masih didekap gelisah. Ini penyakit kronis yang hinggap 
saat lidah mengecap kembali air tanah di surganya equator, paru terisi kembali 
oksigen hutan cemara, serta memori kesunyian di tepian empty quarter, lahan 
kosog 500 ribu kilometer persegi pecah dan kembali terisi oleh kesemrawutan 
jalanan macet, bunyi kklakson serta hingar bingar lainnya yang memang begitu 
mengasyikan. Gelisah..!
 
Januari alias hujan setiap hari. Akronim yang sudah melekat sejak bangku SD ini 
memang menjadi berkah bagi para pencari inspirasi. Tak terhitung titik hujan 
yang tumpah membasahi setiap jengkal tanah yang setia menghisap kembali agar 
segar senantiasa hijau dedaunan. Hujan bagi kami yang tinggal di empty quarter 
adalah mutiara yang dijatuhkan sang pencipta Semesta. Tetesannya begitu 
bermakna kami pun terdiam menikmati bunyi nyanyian rintik hujan saat menyentuh 
pelataran flat-flat yang sepertinya kosong tak berpenghuni. Di negeri angin dan 
matahari, tetesan hujan memang begitu berharga. 
 
Saat 10 hari kemarin batinku begitu terpuaskan oleh bunyi guyuran hujan yang 
bermain riang di atas genteng-genteng, flavon, serta halaman rumah. Seolah 
menari dan bernyanyi dalam kemeriahan yang begitu memanjakan hati dan perasaan. 
Begitu ramah tanah air saat musim penghujan walaupun di sebagian tempat 
genangan air kecoklatan serta udara yang tiba-tiba berubah menjadi pengap dan 
panas sering dirasakan. Ini bukan salah Tuhan apalagi malaikat mikail yang 
sekedar menjalankan titah-Nya. Jawa, memang semakin padattt..Jalanan di dalam 
kota tak beringsut dari kecepatan 40 km/jam!. Namun itu seakan terobati saat 
musim penghujan..! Aku begitu mencintai setiap tetes yang menepi dan melebur 
menyentuh bumi. Seperti para bidadari yang mencintai pelangi an cipratan air 
yang menerpa kulit langsatnya.  
 
Sebenarnya perjalanan 10 hari menempuh 5660 km, melintasi teluk Oman-langit 
mumbai hingga kolombo-samudera Hindia dan bermain ria dengan turbulensi di atas 
kepulauan sumatera hingga mendarat dengan tenang di bandara Soekarno Hatta 
adalah sebuah panggilan cinta pada Abah, orang tua kami yang sedang berjuang 
keras dengan stroke yang tiba-tiba menelikung kehidupannya yang damai dan 
bahagia. Lelaki 70 tahun ini masih tetap berwibawa bagiku dimana diamnya 
seperti air danau yang tenang tak bergeming. Lelaki yang menikmati kehidupannya 
sebagai pendidik dari muda hingga seusianya saat ini. JIka saja stroke keparat 
itu tidak membekuknya ia akan tetap melangkah mengisi ruang-ruang kelas dengan 
pelajaran sejarah dan aktif dalam kegiatan kepramukaan. Baginya semua itu 
adalah surga dalam kehidupannya. Lelaki bersahaja dengan kendaraan astrea entah 
saya sendiri tidak tahu jenisnya. Lelaki inilah yang memanggil cinta kami untuk 
datang kemudian mencium keningnya.
 
10 Hari di musim penghujan ternyata tetesannya membasahi hati-hati kami. 
Kerinduan dan cinta menjadi sebuah warna yang kemudian berpendar yang 
kerla-kerlip cahayanya menerangi kegelapan hati kami. 10 Hari di musim 
penghujan juga menghadirkan kegelisahan bagi saya. Gelisah karena takut cinta 
dan rindu ini kembali terusir oleh bayang-bayang sunyi. Gelisah!



  

Re: [WongBanten] burung-burung di pesisir utara Banten terancam punah

2010-01-23 Thread WongBanten
Wah ini sudah lama sekali yah, tapi tidak apa. Sekedar berbagi saja.

Pulau Dua paling tidak kita kenal sebagai pulau tempat berkembang-biaknya 
burung-burung. Namun sebenarnya Pulau Dua merupakan Cagar Alam bagi berbagai 
jenis burung. Selama empat bulan dalam setahunnya biasa Pulau Dua menerima 
exodus burung-burung dari negara lain. Burung-burung bermigrasi karena 
perubahan cuaca. 

Sekitar tahun 1985, pulau ini dikujungi ribuan burung pelikan. Hanya bertahan 
beberapa hari karena persediaan ikan di teluk banten mulai merosot. Kini Pulau 
Dua makin sering ditinggal penghuninya.

Pemburu mungkin salah satu penyebab dari berkurangnya burung-burung di teluk 
Banten. Penyebab lain adalah ketersediaan pangan berupa ikan yang makin hari 
makin sedikit. Kebanyakan burung di Pulau Dua merupakan burung pemakan ikan 
atau binatang kecil lainnya.

Beroperasinya gardanan dan trawl beberapa waktu lalu menghancurkan terumbu 
karang di teluk Banten. Ini agak aneh dimana di pelabuhan lain bahkan di Anyer 
dan Labuan, gardanan atau trawl dibakar nelayan bila bersikeras melaut di 
daerah itu. Namun di teluk Banten sepertinya justru dipelihara.

Beberapa foto dokumentasi pernah saya dapatkan mengenai rusaknya terumbu karang 
di Pamujan Besar dan Kecil. Hal ini diperparah ketika lima tahun lalu masih 
diadakannya penambangan pasir oleh 5 perusahaan penambangan. Ini mempercepat 
rusaknya habitat teluk Banten.

Yang terpenting menurut saya adalah kesalahan Pemerintah setempat yang 
mengelola Pulau Dua. Disini timbul kerancuan. Pulau Dua itu merupakan daerah 
suaka atau daerah rekreasi? Karena dari Dinas Pariwisata selalu memasukan Pulau 
Dua sebagai Daerah Tujuan Wisata.

Kenyataannya memang lebih banyak yang rekreasi ketimbang penelitian ilmiah. 
Tersambungnya daratan Pulau Dua menyebabkan motor dapat masuk hingga menara 
pengawas.

Kegaduhan seperti suara motor, gonjrang-ganjrang gitar, suara dari radio 
menyebabkan burung tidak lagi nyaman berada di Pulau Dua.

Idealnya jika Pulau Dua merupakan daerah Suaka atau konservasi, maka jumlah 
kunjungan bisa dibatasi. Atau jika sudah menjadi tempat rekreasi, buatlah zona 
yang aman bagi burung.

Tapi seperti biasa, sampai jontor ni bibir,. pada budeg tuh pejabat.


Tabek

--- On Tue, 9/29/09, das albantani  wrote:

From: das albantani 
Subject: [WongBanten] burung-burung di pesisir utara Banten terancam punah
To: "WONG BANTEN" , "indonesia village" 
, ia-...@yahoogroups.com
Date: Tuesday, September 29, 2009, 6:57 PM






 





  sejak tahun 90-an sebagian pesisir utara banten sudah 
berhasil dihijaukan, dan dampaknya sudah mulai dirasakan oleh petambak bandeng. 
ancaman abrasi dan rob atau air pasang sudah bisa ditahan oleh hutan bakau. 
burung-burung seperti bangau, coet, dan belibis mulai datang dan membangun 
komunitas.hanya sayang, para tukang bedil mulai menggangu komunitas 
burung-burung tersebut. hampir setiap hari mereka menembak mati  minimal 20 
ekor burung bangau per orang dan mereka selalu datang bergerombol. jika 
dibiarkan maka dalam waktu dekat burung-burung tsb akan mengalami kepunahan.

Salam Hangat penuh
 Semangat,@dAs albantani - AR95Pejuang Eco Village "My Country, My
 Village"www.indonesianvillage.com"Save our World with Design 'n 
Technology"www.tapakbumi. comwww.ebarbequ. comwww.dasalbantani. blogspot. 
comwww.pib-banten. go.id






Get your preferred Email name!  

Now you can @ymail.com and @rocketmail. com.