[yonsatu] Re: Fwd: Hubungan militer Indo-Israel

2003-10-23 Terurut Topik hermansyah
Kalau menurut saya konflik Israel-Palestina yang kita lihat sekarang ini 
sudah bukan akar masalahnya lagi, tapi eksesnya.  Persoalan yang dihadapi 
sekarang sudah kusut, sehingga sangat sulit untuk diuraikan.
Boro2 kita yang tahu sejarahnya cuman secuplik-secuplik, orang2 
profesional yang duduk di PBB sana, yang sehari-hari dibayar untuk 
ngurusin soal Israel-Palestina ini nggak berhasil mendamaikan kedua pihak 
yang bertikai itu.

Jadi, kalau kita mau berpihak ke kiri atau ke kanan, menurut saya yang 
akan terjadi hanya debat kusir.  Tapi, debat kusir kalau mau diambil sisi 
positifinya, yaitu buat asah otak dan latihan berdebat, ya bolehlah lah. 
Kita kan sedang mempersiapkan calon2 pemimpin idaman, yang kata rekan 
Sharif Dayan bisa dilahirkan oleh Corps.  Tinggal kemampuan fulusnya yang 
juga musti dikembangkan.  Cuma, caranya bagaimana ya?  Kelihatannya Corps 
perlu berbisnis juga nih.

Salam hangat,
HermanSyah XIV.





"Dermawan, Imam" <[EMAIL PROTECTED]>
10/23/2003 02:44
Please respond to yonsatu

 
To: "'[EMAIL PROTECTED]'" <[EMAIL PROTECTED]>
        cc: 
    Subject:    [yonsatu] Re: Fwd: Hubungan militer Indo-Israel


Pak Akhmad Bukhari Saleh,

> Kalau dikatakan Israel menjajah suatu wilayah di
> sana, itu kan kata orang
> Arab, dan baru sejak 1948...

Ini tulisan teman di milis tetangga:

It's even more strange that terrorism always
considered as connected to anti-semitism. Let me quote
one history book, Chronik des 20. Jahrhundert. I
translate it from German:

December 27, 1945
The terror attacks on British facilities in Palestine
paused after bomb explosion in Jerusalem and Haifa. 10
people killed. The British army has arrested 2000 Jews
between 16 and 40 years old but nearly all then
released. Three organization were under suspects: 1.
Hagana, the Jews secret army, which is specialist in
illegal immigration (for Jews to Palestine) 2. The
militant organozation Irgun Zwai Leumi under Menachim
Begin. 3. The nationalist organization Stern Bands,
named after Abraham Stern which killed by the police
in 1942.
Their aim is to erect a Jewish state in Palestina as a
home for surviving Jews from Holocaust in Europe. In
the other side the British government pointed out that
it's also important to see the Arabs' interest.

January 12, 1947
The Israeli underground organization Irgun Zwai Leumi
attacked British facilities in Palestine, after the
illegal broadcast station of the Jewish secret army
Hagana announced it. A member of Stern Bands exploded
the facility with a full bomb-loaded truck, killed
two British and two Arab officers, 104 injured. The
British army has arrested 882 suspects. The British
women and children must leave Palestine immediately to
avoid more attack. Prime Minister Churchill said that
the development in Palestine become a burden to Great
Britain and it will give its mandat from 1920 back to
the UN.

March 1, 1947
Martial law in Jerusalem. The riot in Palestine had
not ended. An attack on British army officers' fair
brought 12 victims dead; more attack will be launched
on British army and police facilities in Tel Aviv, in
order to let a ship full of illegal immigrants.

Should I tell you more what happened in 1948? Sorry, I
have to go for work now...
But I beg you to see that such terror actions -I
believe - don't come from anti-semitism. In contrary,
they come from people who always accused their
defending opponents anti-semit!

--


> Ratusan tahun sebelumnya, orang Arab yang menjajah
> wilayah itu, kata orang
> Yahudi. Bahkan walaupun sejak 1948 sebagian wilayah
> mereka sudah merdeka,
> tetapi sampai tahun 1967 Jeruzalem masih dikuasai
> Yordania. Apa haknya
> Yordania untuk menjajah di kota itu, kata orang
> Yahudi...

Ini mah argumen pingpong. Orang Arab juga bisa
bertanya lho apa haknya orang Yahudi datang ke tanah
Palestina, kan mereka sudah ratusan tahun tidak
tinggal di sana? Hanya sedikit orang Yahudi yang
tinggal di situ sejak tahun 70SM di mana tentara
Romawi membumihanguskan Yerusalem...

> Sekian ribu tahun sebelumnya, Musa a.s. memerdekakan
> wilayah itu dari
> penjajahan Firaun yang orang Mesir itu, kata
> kitab-kitab suci. Untung waktu
> itu orang Mesir belum disebut orang Arab seperti
> sekarang ini. Kalau orang
> Mesir sudah dianggap orang Arab sejak jaman itu,
> maka sebetulnya orang Arab
> lah penjajah di wilayah itu yang paling awal
> tercatat sejarah...

Ye jelas aneh. Kekuasaan orang Mesir hanya sampai
semenanjung Sinai, tidak sampai Palestina. Dalam
Al-Qur'an kan juga diterangkan tentang bangsa Filistin
 (kasus Jalut dan Thalut) yang berbeda dengan Mesir...
Di sini jelas bahwa Islam memandang bukan dari rasnya
tapi membela yang tertindas... 

> Seribu tahun yang lalu, waktu Isa a.s. lahir di
> sana, wilayah itu menjadi
> bagian kekaisar

[yonsatu] Re: Fwd: Hubungan militer Indo-Israel

2003-10-22 Terurut Topik Dermawan, Imam
 siapa yang benar?
Lha apa benar tentara Israel membunuhi warga sipil?
Jadinya ya ditiru oleh orang Palestina, Hamas dkk itu.

> Begitu lamanya orang Yahudi di wilayah itu menjadi
> bangsa terjajah, sehingga
> mereka mengungsi, menyebar di seluruh penjuru dunia.
> Ini ber-diaspora, kata
> orang Yahudi...

Ya ini sih bukan urusan kita. Tanyakan sendiri pada
orang Romawi yang pertama kali menghancurkan
Yerusalem...

-----Original Message-----
From: Akhmad Bukhari Saleh [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Sunday, October 19, 2003 1:09 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [yonsatu] Re: Fwd: Hubungan militer Indo-Israel

Soal jajah-menjajah ini Doeng, sudah lama hal ini menjadi urusan yang
tidak jelas.
Lihat saja, ketika kita merebut Timor Timur, di tahun 1970-an, kita
menyelamatkan mereka dari penjajah. Begitu kata kita, begitu pula kata
dunia. Begitu jugalah menurut UUD 45!

Tetapi di tahun 1990-an, berubahlah status kita jadi penjajah di Timor
Timur yang itu-itu juga. Sehingga kita harus ikhlas memberikan
kemerdekaan pada wilayah itu. Begitu kata dunia, begitu pula kata
sebagian bangsa kita yang juga mendasarkan argumennya pada UUD 45 yang
itu juga, sama-sama versi sebelum di-amandemen (dan yang tadinya
pendapat bahwa kita menjajah di sana itu merupakan pendapat sebagian
bangsa kita, sekarang sudah menjadi pendapat resmi negara kita, dengan
pengakuan RI pada negara Timor Leste itu)

Mereka yang gugur dalam operasi Serodja dulu itu, Doedoeng, semula
adalah pahlawan kemerdekaan. Sekarang mereka itu, tanpa berpindah
kubur dan nisannya di Dilli sana, berubah menjadi tentara pendudukan
penjajah.
UUD 45 nya sih eta keneh eta keneh...

-

Kemudian, dengan UUD 45 yang sama itu-itu juga, kita bisa mengatakan
kita membebaskan Irian Barat, tetapi kita juga bisa mengatakan kita
menjajah tanah Papua.

-

Begitu pula sama tidak jelasnya urusan jajah-menjajah ini di Timur
Tengah sana itu.

Kalau dikatakan Israel menjajah suatu wilayah di sana, itu kan kata
orang Arab, dan baru sejak 1948...

Ratusan tahun sebelumnya, orang Arab yang menjajah wilayah itu, kata
orang Yahudi. Bahkan walaupun sejak 1948 sebagian wilayah mereka sudah
merdeka, tetapi sampai tahun 1967 Jeruzalem masih dikuasai Yordania.
Apa haknya Yordania untuk menjajah di kota itu, kata orang Yahudi...

Sekian ribu tahun sebelumnya, Musa a.s. memerdekakan wilayah itu dari
penjajahan Firaun yang orang Mesir itu, kata kitab-kitab suci. Untung
waktu itu orang Mesir belum disebut orang Arab seperti sekarang ini.
Kalau orang Mesir sudah dianggap orang Arab sejak jaman itu, maka
sebetulnya orang Arab lah penjajah di wilayah itu yang paling awal
tercatat sejarah...

Seribu tahun yang lalu, waktu Isa a.s. lahir di sana, wilayah itu
menjadi bagian kekaisaran Romawi. Untung Isa a.s. tidak membawa misi
revolusi, kalau tidak tentu ia sudah menuduh bangsa Romawi sebagai
penjajah, dan ia memimpin suatu perang kemerdekaan di sana itu...

Tetapi toh seratus tahun kemudian ummat Isa a.s. lah yang menjajah
wilayah itu. Memangnya ummat Isa a.s. itu secara etnis orang apa? Ya
Arab!

Dalam jaman Perang Salib, berbilang ratusan tahun berganti-ganti orang
Arab dan Anglo-Saxon menjajah wilayah itu. Dan selama itu pula orang
Yahudi jadi bangsa terjajah, yang terpaksa pasrah menerima siapa saja
yang giliran menjadi penjajah mereka.

Begitu lamanya orang Yahudi di wilayah itu menjadi bangsa terjajah,
sehingga mereka mengungsi, menyebar di seluruh penjuru dunia. Ini
ber-diaspora, kata orang Yahudi...

Tetapi fenomena tersebarnya orang Yahudi ini, katanya merupakan
kutukan atas bangsa Yahudi. Kata orang Arab...

-

Jadi, kembali pada pengambilan sikap Indonesia dalam konflik
Arab-Israel, apa mau ditinjau dari sudut agama, apa mau ditinjau dari
sudut jajah-menjajah, tidak ada kebenarannya untuk kita mengambil
pihak!

Kalau mau mengambil sikap, ya seperti kata Hermansyah itu, ditinjau
dari segi kemanusiaan, menentang kekerasan dan kekejaman pihak-pihak
yang bersengketa di sana.
Tetapi ini pun case by case, dilihat pihak mana yang sedang melakukan
kekerasan dan kekejaman itu.

Atau, dalam jaman ekonomi kita sulit begini, kalau mau mengambil
sikap, ya seperti kata Onang itu, dagang ya dagang.
Sejarah membuktikan bahwa sikap mereka, terutama orang Arab, kepada
kita (karena dengan Yahudi kita belum banyak berhubungan) pun begitu
juga koq! Bagi mereka, Indonesia yang dilihat bukan agama Islam atau
non Islamnya, bukan kulit bule atau sawo matangnya, bukan mata sipit
atau belo-nya, tetapi partner dagang yang menguntungkan atau tidak...
Why should we be different from themselves?


Wasalam.

===========
  - Original Message -
  From: DZArifin
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Sent: 18 Oktober 2003 23:31
  Subject: [yonsatu] Re: Fwd: Hubungan militer Indo-Israel


  AWW.
  Memang tidak sederhana untuk melakukan hubungan dengan Israel. Namun
kalau
  disederhanakan, rumusannya adalah karena kita pu

[yonsatu] Re: Fwd: Hubungan militer Indo-Israel

2003-10-20 Terurut Topik hermansyah
Ah, cantik nian argumentasi Pak ABS.  Saya setuju sekali dengan your 
opinion, sir!
Cuman ada dikit koreksi nih.  Soal Musa.  Pada abad 13 SM, Musa memang 
memerdekakan bangsa Yahudi dari penjajahan bangsa Mesir (yang kata pak 
ABS, untung bangsa Mesir pada waktu itu masih belum disebut bangsa Arab). 
Tapi memerdekakan ini bukan dalam arti mengenyahkan bangsa Mesir dari 
negeri mereka, melainkan Musa berhasil membebaskan bangsa Yahudi keluar 
dari Mesir sebagai bangsa merdeka, menuju 'tanah terjanji'.
Salam hangat,
HermanSyah XIV.






"Akhmad Bukhari Saleh" <[EMAIL PROTECTED]>
10/18/2003 20:08
Please respond to yonsatu

 
To: <[EMAIL PROTECTED]>
    cc: 
        Subject:    [yonsatu] Re: Fwd: Hubungan militer Indo-Israel


Soal jajah-menjajah ini Doeng, sudah lama hal ini menjadi urusan yang
tidak jelas.
Lihat saja, ketika kita merebut Timor Timur, di tahun 1970-an, kita
menyelamatkan mereka dari penjajah. Begitu kata kita, begitu pula kata
dunia. Begitu jugalah menurut UUD 45!

Tetapi di tahun 1990-an, berubahlah status kita jadi penjajah di Timor
Timur yang itu-itu juga. Sehingga kita harus ikhlas memberikan
kemerdekaan pada wilayah itu. Begitu kata dunia, begitu pula kata
sebagian bangsa kita yang juga mendasarkan argumennya pada UUD 45 yang
itu juga, sama-sama versi sebelum di-amandemen (dan yang tadinya
pendapat bahwa kita menjajah di sana itu merupakan pendapat sebagian
bangsa kita, sekarang sudah menjadi pendapat resmi negara kita, dengan
pengakuan RI pada negara Timor Leste itu)

Mereka yang gugur dalam operasi Serodja dulu itu, Doedoeng, semula
adalah pahlawan kemerdekaan. Sekarang mereka itu, tanpa berpindah
kubur dan nisannya di Dilli sana, berubah menjadi tentara pendudukan
penjajah.
UUD 45 nya sih eta keneh eta keneh...

-

Kemudian, dengan UUD 45 yang sama itu-itu juga, kita bisa mengatakan
kita membebaskan Irian Barat, tetapi kita juga bisa mengatakan kita
menjajah tanah Papua.

-

Begitu pula sama tidak jelasnya urusan jajah-menjajah ini di Timur
Tengah sana itu.

Kalau dikatakan Israel menjajah suatu wilayah di sana, itu kan kata
orang Arab, dan baru sejak 1948...

Ratusan tahun sebelumnya, orang Arab yang menjajah wilayah itu, kata
orang Yahudi. Bahkan walaupun sejak 1948 sebagian wilayah mereka sudah
merdeka, tetapi sampai tahun 1967 Jeruzalem masih dikuasai Yordania.
Apa haknya Yordania untuk menjajah di kota itu, kata orang Yahudi...

Sekian ribu tahun sebelumnya, Musa a.s. memerdekakan wilayah itu dari
penjajahan Firaun yang orang Mesir itu, kata kitab-kitab suci. Untung
waktu itu orang Mesir belum disebut orang Arab seperti sekarang ini.
Kalau orang Mesir sudah dianggap orang Arab sejak jaman itu, maka
sebetulnya orang Arab lah penjajah di wilayah itu yang paling awal
tercatat sejarah...

Seribu tahun yang lalu, waktu Isa a.s. lahir di sana, wilayah itu
menjadi bagian kekaisaran Romawi. Untung Isa a.s. tidak membawa misi
revolusi, kalau tidak tentu ia sudah menuduh bangsa Romawi sebagai
penjajah, dan ia memimpin suatu perang kemerdekaan di sana itu...

Tetapi toh seratus tahun kemudian ummat Isa a.s. lah yang menjajah
wilayah itu. Memangnya ummat Isa a.s. itu secara etnis orang apa? Ya
Arab!

Dalam jaman Perang Salib, berbilang ratusan tahun berganti-ganti orang
Arab dan Anglo-Saxon menjajah wilayah itu. Dan selama itu pula orang
Yahudi jadi bangsa terjajah, yang terpaksa pasrah menerima siapa saja
yang giliran menjadi penjajah mereka.

Begitu lamanya orang Yahudi di wilayah itu menjadi bangsa terjajah,
sehingga mereka mengungsi, menyebar di seluruh penjuru dunia. Ini
ber-diaspora, kata orang Yahudi...

Tetapi fenomena tersebarnya orang Yahudi ini, katanya merupakan
kutukan atas bangsa Yahudi. Kata orang Arab...

-

Jadi, kembali pada pengambilan sikap Indonesia dalam konflik
Arab-Israel, apa mau ditinjau dari sudut agama, apa mau ditinjau dari
sudut jajah-menjajah, tidak ada kebenarannya untuk kita mengambil
pihak!

Kalau mau mengambil sikap, ya seperti kata Hermansyah itu, ditinjau
dari segi kemanusiaan, menentang kekerasan dan kekejaman pihak-pihak
yang bersengketa di sana.
Tetapi ini pun case by case, dilihat pihak mana yang sedang melakukan
kekerasan dan kekejaman itu.

Atau, dalam jaman ekonomi kita sulit begini, kalau mau mengambil
sikap, ya seperti kata Onang itu, dagang ya dagang.
Sejarah membuktikan bahwa sikap mereka, terutama orang Arab, kepada
kita (karena dengan Yahudi kita belum banyak berhubungan) pun begitu
juga koq! Bagi mereka, Indonesia yang dilihat bukan agama Islam atau
non Islamnya, bukan kulit bule atau sawo matangnya, bukan mata sipit
atau belo-nya, tetapi partner dagang yang menguntungkan atau tidak...
Why should we be different from themselves?


Wasalam.

===
  - Original Message -
  From: DZArifin
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Sent: 18 Oktober 2003 23:31
  Subject: [yonsatu] Re: Fwd: Hubu

[yonsatu] Re: Fwd: Hubungan militer Indo-Israel

2003-10-20 Terurut Topik hermansyah
Berarti ini salahnya Gus Dur dong ya, kok ya mengait-ngaitkan keputusan 
politik dengan keyakinan agama, padahal sudah jelas bahwa kalau menjadikan 
agama sebagai salah satu pertimbangan atau sebagai platform untuk 
memecahkan masalah multi-dimensi, hanya akan menciptakan masalah baru 
saja.  Bukannya masalah ekonomi yang terpecahkan, tetapi polemik tak ada 
guna yang justru berkembang yang dapat berlangsung berkepanjangan dengan 
segala eksesnya.
Melihat contoh diatas, tepat sekali pendapat pak ABS yang mengatakan bahwa 
pemimpin itu adalah seorang 'Yang membuat bangsa ini merasa bahwa mereka 
ada yang memimpin'.  Apa sih kurangnya negara kita ini?  Presiden kita 
punya, Ketua MPR kita punya, Ketua DPR kita punya, para Mentri kita punya, 
Gubernur, Bupati, Walikota, Camat, Ketua RW, Ketua RT kita punya, ulama, 
pastor, kiayi, pendeta, bhiksu alias pemimpin umat, kita punya, bahkan 
'pebelatak', kata orang Sunda bilang.  Kita punya tokoh2 itu semua, 
sayangnya yang kita nggak punya adalah ya... PEMIMPIN itu tadi.  Sayangnya 
pak ABS nggak menjabarkan contoh2 soal, apa yang dapat membuat rakyat 
merasa dipimpin.  Barangkali, Pak ABS bisa menyampaikannya di email beliau 
yang akan datang.

Menurut saya, seorang pemimpin itu dapat diaku sebagai pemimpin kalau 
pernyataannya2 dan pikiran2nya mampu menginspirasi dan menggerakkan orang2 
yang dipimpinnya untuk bersatu padu mendukung pikiran2 itu.  Karena 
Indonesia adalah negara demokratis dengan penduduk yang beraneka ragam, 
yang berpaham sekularisme alias memisahkan urusan kenegaraan dengan urusan 
ketuhanan, maka seyogyanya para pemimpin republik ini menyampaikan 
pikiran2 dan pernyataan2 yang dapat merangkul seluruh lapisan, golongan, 
suku yang berhak hidup di wilayah nusantara ini.  Bukan justru 
mengeluarkan pernyataan2 yang dapat menimbulkan polemik, pertentangan 
bahkan mempertajam pengelompokan yang ada.  Disamping itu, sang pemimpin 
harus terlihat bersih lahir bathin oleh yang dipimpin.  Jadi, kalau sudah 
jadi koruptor dan bermoral bejat, sudahlah jangan nafsu lagi untuk jadi 
pemimpin rakyat, mundur saja, jangan berdalih2, apa lagi mengintimidasi 
rakyat untuk memilihnya kembali.  Kalau jadi ulama tapi kerjanya cuma 
menghasut dan memperdaya umat, sudahlah, berenti saja jadi ulama, jangan 
menakut-nakuti dan menghasut umat terus, apa nggak takut sama 'api 
neraka'?, karena dibumi kerjanya hanya menciptakan keresahan dan 
kekacauan, dan lebih parah lagi mengambil kesempatan dalam kesempitan?.

Menurut saya, para pemimpin republik ini harus mau dan berani untuk tidak 
mengaitkan pernyataan2 mereka dengan keyakinan suatu agama.  Biarkan itu 
tugas para ulama.  Dan ulama, sebaliknya tidak boleh mengeluarkan 
pernyataan2 yang berkaitan dengan pengaturan suatu negara, biarklah hal 
itu diurusi oleh para politikus dan pemimpin2 negara.  Bahwasanya para 
pemimpin negara menjadikan agama sebagai salah satu sumber inspirasi 
mereka dalam berpikir, berkata, dan bekerja, itu tentulah sangat 
diharapkan, karena agama tidak pernah mengajarkan orang untuk berdusta dan 
mencuri, namun cukuplah itu disimpan di belakang kepala saja,  tidak perlu 
hal itu sang pemimpin sebut2 dalam pidato2nya.

Menurut saya, garis demarkasi antara pemimpin negara dan pemimpin umat ini 
harus jelas ditarik dengan tinta merah, kalau perlu dengan api.  Kalau 
tidak, maka republik Indonesia ini cuman akan jadi republik-republikan 
saja.  Dan kita rakyatnya cuman akan menjadi bulan2an para pemimpin 
gadungan saja.

Dilain pihak, kita yang sang rakyat mbok ya sadar, mbok ya bangun, kalau 
perlu mbok ya maju lah menjadi pemimpin negeri ini.  Seyogyanya kita ingat 
bahwa yang berkuasa atas negeri ini adalah kita secara bersama-sama, bukan 
segelintir pemimpin negara dan pemimpin umat itu.  Tanpa kita, tidak akan 
mungkin pemimpin2 gadungan itu duduk di singgasana kekuasaan rakyat atas 
nama kita.  Nggak mungkin ada republik ini tanpa kita, nggak mungkin ada 
jalan2, gedung2, hotel2 dlsb. tanpa pajak yang selalu kita bayar ke 
negara.  Nggak mungkin ada mesjid, gereja, candi, vihara, dan klenteng 
kalau kita nggak turut menyumbang biaya pembangunannya.  Jadi, mbok ya 
kita jangan gebleg2 dan takut2 lah sama mereka (Ini memang gampang 
diucapkan, tapi sulit dilaksanakan.  Akan tetapi prinsip bahwa kedaulatan 
negara berada ditangan rakyat itulah yang sekurang-kurangnya perlu 
ditanamkan didalam sanubari setiap rakyat Indonesia secara terus menerus).

Mungkinkah (para) pemimpin negeri idaman dapat lahir dari Corps? 

Salam hangat,
HermanSyah XIV.








EVY ARYANTI <[EMAIL PROTECTED]>
10/18/2003 07:11
Please respond to yonsatu

 
To: [EMAIL PROTECTED]
    cc: 
        Subject:    [yonsatu] Re: Fwd: Hubungan militer Indo-Israel


WCDS,
Alasan mantan presiden GusDur ketika membuka hubungan dagang dengan Israel 
kecuali aspek keuntungan secara ekonomi, juga ada pertimbangan politis dan 
.ternyata...agama juga...kebetulan saya pernah

[yonsatu] Re: Fwd: Hubungan militer Indo-Israel

2003-10-18 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Soal jajah-menjajah ini Doeng, sudah lama hal ini menjadi urusan yang
tidak jelas.
Lihat saja, ketika kita merebut Timor Timur, di tahun 1970-an, kita
menyelamatkan mereka dari penjajah. Begitu kata kita, begitu pula kata
dunia. Begitu jugalah menurut UUD 45!

Tetapi di tahun 1990-an, berubahlah status kita jadi penjajah di Timor
Timur yang itu-itu juga. Sehingga kita harus ikhlas memberikan
kemerdekaan pada wilayah itu. Begitu kata dunia, begitu pula kata
sebagian bangsa kita yang juga mendasarkan argumennya pada UUD 45 yang
itu juga, sama-sama versi sebelum di-amandemen (dan yang tadinya
pendapat bahwa kita menjajah di sana itu merupakan pendapat sebagian
bangsa kita, sekarang sudah menjadi pendapat resmi negara kita, dengan
pengakuan RI pada negara Timor Leste itu)

Mereka yang gugur dalam operasi Serodja dulu itu, Doedoeng, semula
adalah pahlawan kemerdekaan. Sekarang mereka itu, tanpa berpindah
kubur dan nisannya di Dilli sana, berubah menjadi tentara pendudukan
penjajah.
UUD 45 nya sih eta keneh eta keneh...

-

Kemudian, dengan UUD 45 yang sama itu-itu juga, kita bisa mengatakan
kita membebaskan Irian Barat, tetapi kita juga bisa mengatakan kita
menjajah tanah Papua.

-

Begitu pula sama tidak jelasnya urusan jajah-menjajah ini di Timur
Tengah sana itu.

Kalau dikatakan Israel menjajah suatu wilayah di sana, itu kan kata
orang Arab, dan baru sejak 1948...

Ratusan tahun sebelumnya, orang Arab yang menjajah wilayah itu, kata
orang Yahudi. Bahkan walaupun sejak 1948 sebagian wilayah mereka sudah
merdeka, tetapi sampai tahun 1967 Jeruzalem masih dikuasai Yordania.
Apa haknya Yordania untuk menjajah di kota itu, kata orang Yahudi...

Sekian ribu tahun sebelumnya, Musa a.s. memerdekakan wilayah itu dari
penjajahan Firaun yang orang Mesir itu, kata kitab-kitab suci. Untung
waktu itu orang Mesir belum disebut orang Arab seperti sekarang ini.
Kalau orang Mesir sudah dianggap orang Arab sejak jaman itu, maka
sebetulnya orang Arab lah penjajah di wilayah itu yang paling awal
tercatat sejarah...

Seribu tahun yang lalu, waktu Isa a.s. lahir di sana, wilayah itu
menjadi bagian kekaisaran Romawi. Untung Isa a.s. tidak membawa misi
revolusi, kalau tidak tentu ia sudah menuduh bangsa Romawi sebagai
penjajah, dan ia memimpin suatu perang kemerdekaan di sana itu...

Tetapi toh seratus tahun kemudian ummat Isa a.s. lah yang menjajah
wilayah itu. Memangnya ummat Isa a.s. itu secara etnis orang apa? Ya
Arab!

Dalam jaman Perang Salib, berbilang ratusan tahun berganti-ganti orang
Arab dan Anglo-Saxon menjajah wilayah itu. Dan selama itu pula orang
Yahudi jadi bangsa terjajah, yang terpaksa pasrah menerima siapa saja
yang giliran menjadi penjajah mereka.

Begitu lamanya orang Yahudi di wilayah itu menjadi bangsa terjajah,
sehingga mereka mengungsi, menyebar di seluruh penjuru dunia. Ini
ber-diaspora, kata orang Yahudi...

Tetapi fenomena tersebarnya orang Yahudi ini, katanya merupakan
kutukan atas bangsa Yahudi. Kata orang Arab...

-

Jadi, kembali pada pengambilan sikap Indonesia dalam konflik
Arab-Israel, apa mau ditinjau dari sudut agama, apa mau ditinjau dari
sudut jajah-menjajah, tidak ada kebenarannya untuk kita mengambil
pihak!

Kalau mau mengambil sikap, ya seperti kata Hermansyah itu, ditinjau
dari segi kemanusiaan, menentang kekerasan dan kekejaman pihak-pihak
yang bersengketa di sana.
Tetapi ini pun case by case, dilihat pihak mana yang sedang melakukan
kekerasan dan kekejaman itu.

Atau, dalam jaman ekonomi kita sulit begini, kalau mau mengambil
sikap, ya seperti kata Onang itu, dagang ya dagang.
Sejarah membuktikan bahwa sikap mereka, terutama orang Arab, kepada
kita (karena dengan Yahudi kita belum banyak berhubungan) pun begitu
juga koq! Bagi mereka, Indonesia yang dilihat bukan agama Islam atau
non Islamnya, bukan kulit bule atau sawo matangnya, bukan mata sipit
atau belo-nya, tetapi partner dagang yang menguntungkan atau tidak...
Why should we be different from themselves?


Wasalam.

===
  - Original Message -
  From: DZArifin
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Sent: 18 Oktober 2003 23:31
  Subject: [yonsatu] Re: Fwd: Hubungan militer Indo-Israel


  AWW.
  Memang tidak sederhana untuk melakukan hubungan dengan Israel. Namun
kalau
  disederhanakan, rumusannya adalah karena kita punya prinsip, sesuai
  mukadimah UUD 45, bahwa penjajahan di muka bumi harus dihapuskan.
Secara
  umum, pemerintah dan sebagian besar elemen bangsa ini melihat bahwa
Israel
  adalah penjajah.
  Dengan melakukan hubungan dagang, misalnya, selain akan ada, bahkan
mungkin
  banyak keuntungan, bagi RI, namun tentu Israel juga diuntungkan.
Nah, kalau
  keuntungan Israel itu digunakan untuk membiayai operasi
penjajahannya, tentu
  kita (menurut pemerintah dan sebagian besar elemen bangsa ini)
mengkhianati
  semangat mukadimah UUD 45 tersebut.
  Jadi persoalannya bukan apakah ada untung atau tidaknya, yang saya
yakin
  pasti banyak

[yonsatu] Re: Fwd: Hubungan militer Indo-Israel

2003-10-18 Terurut Topik DZArifin
AWW.
Memang tidak sederhana untuk melakukan hubungan dengan Israel. Namun kalau
disederhanakan, rumusannya adalah karena kita punya prinsip, sesuai
mukadimah UUD 45, bahwa penjajahan di muka bumi harus dihapuskan. Secara
umum, pemerintah dan sebagian besar elemen bangsa ini melihat bahwa Israel
adalah penjajah.
Dengan melakukan hubungan dagang, misalnya, selain akan ada, bahkan mungkin
banyak keuntungan, bagi RI, namun tentu Israel juga diuntungkan. Nah, kalau
keuntungan Israel itu digunakan untuk membiayai operasi penjajahannya, tentu
kita (menurut pemerintah dan sebagian besar elemen bangsa ini) mengkhianati
semangat mukadimah UUD 45 tersebut.
Jadi persoalannya bukan apakah ada untung atau tidaknya, yang saya yakin
pasti banyak untungnya!!! Tapi apakah bila tindakan tersebut dilakukan,
dianggap mengkhianati mukadimah UUD 45 atau tidak??? Atau kita sudah siap
mengatakan persetan dengan UUD 45, yang penting untung. Mungkin itu yang ada
di benak penyalur fosfat untuk pabrik pupuk, terutama Petrogres.

Wassalam. DZArifin.
- Original Message -
From: "Doddy Samperuru" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Saturday, October 18, 2003 10:55 AM
Subject: [yonsatu] Fwd: Hubungan militer Indo-Israel


> WCDS,
>
> saya tersenyum membaca "diskusi" lanjutan dgn subjek
> awalnya "Hub Mil Indo-Israel" yg saya lempar. Kalau
> boleh, ijinkan saya mengkritik kita semua yg kalo
> diskusi cenderung suka memperluas subjek kemana-mana,
> walaupun sebenarnya ini tidak selalu salah.
>
> Tegasnya, saya tidak mempersalahkan hubungan Indo dgn
> Israel, sebaliknya saya hanya bermaksud mengkritik
> pihak yg suka alergi mempersalahkan kalau kita
> berhubungan dgn Israel. Kalau alasannya kemanusiaan,
> masih bolehlah, tetapi sering isu Israel ini dipakai
> sbg artileri politik. Kalau tentara Israel menyerang
> kamp pengungsi Palestina, semua orang sepakat untuk
> menghujat habis. Sebaliknya, kalau ada bom bunuh diri
> yg faktanya mayoritas korbannya sipil, sepertinya
> semuanya tutup mulut. This is politics, bukan
> kemanusian.
>
> Opini saya pribadi, hubungan ekonomi dgn tujuan
> mengangkat kesejahteraan rakyat kedua negara haruslah
> lebih utama daripada aspek politiknya, dgn negara
> manapun.
>
> Kembali ke subjek awal, saya hanya bermaksud
> mengatakan bahwa Indonesia, sadar tidak sadar, suka
> tidak suka, disetujui atau tidak, telah cukup lama
> berhubungan dgn Israel, baik militer maupun sipil.
> That's all. Saya yakin, banyak di antara kita belum
> tahu.
>
> Have a good weekend.
>
> Salam,
> Doddy-ekek 25
>
>
> __
> Do you Yahoo!?
> The New Yahoo! Shopping - with improved product search
> http://shopping.yahoo.com
>
> --[YONSATU -
ITB]--
> Online archive : 
> Moderators : 
> Unsubscribe: 
> Vacation   : 
>
>
>


--[YONSATU - ITB]--
Online archive : 
Moderators : 
Unsubscribe: 
Vacation   : 




[yonsatu] Re: Fwd: Hubungan militer Indo-Israel

2003-10-18 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
- Original Message -
From: Doddy Samperuru
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: 18 Oktober 2003 10:55
Subject: [yonsatu] Fwd: Hubungan militer Indo-Israel
> saya tersenyum membaca "diskusi" lanjutan dgn subjek
> awalnya "Hub Mil Indo-Israel" yg saya lempar. Kalau
> boleh, ijinkan saya mengkritik kita semua yg kalo
> diskusi cenderung suka memperluas subjek kemana-mana,
> walaupun sebenarnya ini tidak selalu salah.
> Tegasnya, saya tidak mempersalahkan hubungan Indo dgn
> Israel, sebaliknya saya hanya bermaksud mengkritik
> pihak yg suka alergi mempersalahkan kalau kita
> berhubungan dgn Israel.

He he he, saya jadi 'kesentil' nih, karena yang pertama menanggapi
posting
Doddy ini kan saya.

Tapi mulai dari saya sampai ke 'pe-mosting' yang terakhir, kan
mendukung
hubungan dengan Israel. Terutama hubungan ekonomi (dan militer).
Ini bagi saya menunjukkan makin dewasanya wawasan members milis kita
ini.

Yang terus bikin heboh kan kalau analisis tentang hubungan ekonomi
dengan
Israel dikaitkan dengan agama.
Tetapi ini pun semua members milis mendukung dikesampingkannya faktor
agama
dalam kita menyikapi konflik Israel dengan tetangga-tetangganya.

Namun demikian, memang perlu dicatat bahwa konflik Arab-Israel dalam
kenyataannya selama ribuan tahun ini telah banyak melibatkan emosi
keagamaan.
Karena itu, keinginan untuk mengenyampingkan faktor agama dalam
menyikapi konflik mereka itu pun, mau tidak mau, harus berangkat dari
menyebut-nyebut aspek agama, seperti yang dilakukan Evy...

Wasalam.


--[YONSATU - ITB]--
Online archive : 
Moderators : 
Unsubscribe: 
Vacation   : 




[yonsatu] Re: Fwd: Hubungan militer Indo-Israel

2003-10-18 Terurut Topik Edy Christiono

> 
> Kembali ke subjek awal, saya hanya bermaksud
> mengatakan bahwa Indonesia, sadar tidak sadar, suka
> tidak suka, disetujui atau tidak, telah cukup lama
> berhubungan dgn Israel, baik militer maupun sipil.
> That's all. Saya yakin, banyak di antara kita belum
> tahu.

tanyakan kepada para penerbang tempur senior (yang saat ini  sudah pada 
pensiun).kemana mereka mengambil pesawat A-4 Skyhawk si peti mati 
terbang  ? jawabannya akan selalu sama :" 
Yuma...Arizona."..

sukris



--[YONSATU - ITB]--
Online archive : 
Moderators : 
Unsubscribe: 
Vacation   : 




[yonsatu] Re: Fwd: Hubungan militer Indo-Israel

2003-10-17 Terurut Topik EVY ARYANTI
WCDS,
Alasan mantan presiden GusDur ketika membuka hubungan dagang dengan Israel kecuali 
aspek keuntungan secara ekonomi, juga ada pertimbangan politis dan 
.ternyata...agama juga...kebetulan saya pernah membaca reason/alasannyaya itu 
...aspek bangsa yang 'terberkati' itu...
Evy
Doddy Samperuru <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
WCDS,

saya tersenyum membaca "diskusi" lanjutan dgn subjek
awalnya "Hub Mil Indo-Israel" yg saya lempar. Kalau
boleh, ijinkan saya mengkritik kita semua yg kalo
diskusi cenderung suka memperluas subjek kemana-mana,
walaupun sebenarnya ini tidak selalu salah.

Tegasnya, saya tidak mempersalahkan hubungan Indo dgn
Israel, sebaliknya saya hanya bermaksud mengkritik
pihak yg suka alergi mempersalahkan kalau kita
berhubungan dgn Israel. Kalau alasannya kemanusiaan,
masih bolehlah, tetapi sering isu Israel ini dipakai
sbg artileri politik. Kalau tentara Israel menyerang
kamp pengungsi Palestina, semua orang sepakat untuk
menghujat habis. Sebaliknya, kalau ada bom bunuh diri
yg faktanya mayoritas korbannya sipil, sepertinya
semuanya tutup mulut. This is politics, bukan
kemanusian.

Opini saya pribadi, hubungan ekonomi dgn tujuan
mengangkat kesejahteraan rakyat kedua negara haruslah
lebih utama daripada aspek politiknya, dgn negara
manapun.

Kembali ke subjek awal, saya hanya bermaksud
mengatakan bahwa Indonesia, sadar tidak sadar, suka
tidak suka, disetujui atau tidak, telah cukup lama
berhubungan dgn Israel, baik militer maupun sipil.
That's all. Saya yakin, banyak di antara kita belum
tahu.

Have a good weekend.

Salam,
Doddy-ekek 25


__
Do you Yahoo!?
The New Yahoo! Shopping - with improved product search
http://shopping.yahoo.com

--[YONSATU - ITB]--
Online archive : 
Moderators : 
Unsubscribe : 
Vacation : 



-
Do you Yahoo!?
The New Yahoo! Shopping - with improved product search

--[YONSATU - ITB]--
Online archive : 
Moderators : 
Unsubscribe: 
Vacation   :