“Mereka berusaha menangkap Dia tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia sebab saatNya belum tiba” (Keb 2:1a.12-22; Yoh 7:1-2.10.25-30) “Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun. Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam Beberapa orang Yerusalem berkata: "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya." Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku." Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba” (Yoh 7:1-2.10.25-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Menjelang pemenuhan tugas pengutusanNya, Yesus menghadapi banyak tantangan dan ancaman dari para musuhNya, mereka yang tidak senang akan kehadiran dan karyaNya. Mereka berusaha untuk menangkap Yesus untuk dibunuh, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saatNya belum tiba. Pengalaman Yesus ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Saat-saat ‘menjelang’ pemenuhan tugas, ujian, kematian, pension, dst. pada umumnya orang mengalami aneka gejolak dalam hatinya serta melihat aneka macam tantangan yang harus dihadapinya. Orang merasa dirinya terancam dan tidak aman, dan dari dirinya ada kecenderungan untuk semakin taat-setia pada tugas pekerjaan atau pengutusan, tetapi juga ada kecenderungan untuk putus asa dan hidup ngawur. Tentu saja sebagai orang beriman ketika mengalami hal itu dipanggil untuk menjadi semakin taat-setia pada panggilan, tugas pekerjaan atau pengutusannya. Tantangan dan hambatan yang ada menjadi pendorong atau peringatan untuk semakin taat-setia pada panggilan, tugas pekerjaan atau pengutusan. Jika menghadapi tantangan dan hambatan anda tetap teguh, taat-setia pada panggilan, tugas perutusan atau pengutusan, maka percayalah anda akan mampu mengatasi tantangan dan hambatan tersebut, dan dengan demikian akan terlepas dari tantangan dan hambatan tersebut. Marilah kita meneladan Yesus yang berkata: “Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal” · “Demikianlah mereka berangan-angan, tapi mereka sesat, karena telah dibutakan oleh kejahatan mereka. Maka mereka tidak tahu akan rahasia-rahasia Allah, tidak yakin akan ganjaran kesucian, dan tidak menghargakan kemuliaan bagi jiwa yang murni” (Keb 2:21-22), demikian kata penulis Kitab Kebijaksanaan perihal orang-orang yang ‘tidak tahu akan rahasia-rahasia Allah’ atau ‘kesucian’, alias tidak beriman. Kita semua dipanggil untuk suci dan berjiwa yang murni atau berujud lurus alias setia pada panggilan, tugas perutusan atau pengutusan kita masing-masing. Sebaliknya kepada mereka yang ‘tersesat’ antara lain yang berusaha mengelabui kebenaran, menghancurkan atau merusak kebenaran, merongrong atau menggerogoti panggilan dan tugas perutusan, kami ajak untuk bertobat. Para penjahat memang buta akan kebenaran-kebenaran atau kebaikan-kebaikan, benci terhadap kebenaran dan kebaikan. Marilah kita renungkan dan hayati doa ini: “Kami Engkau tolong melepaskan diri dari keinginan dan nafsu tak teratur serta memulihkan kemurnian hati, supaya di tengah kesibukan duniawi kami tetap mampu mengutamakan panggilan surgawi” (Prefasi Prapaskah II). “Topo ing ngrame” (=berlakutapa atau matiraga di dalam keramaian), demikian nasihat orang Jawa. Marilah dengan rendah hati, cermat dan teliti kita lihat atau imani kehadiran dan karya Tuhan di dalam kesibukan duniawi kita alias mengusahakan kesucian dengan hidup mendunia, berpartisipasi dalam seluk-beluk kegiatan duniawi. Semakin mendunia semakin suci itulah panggilan dan tugas pengutusan kita, maka semakin berpartisipasi dalam seluk-beluk duniawi hendaknya semakin beriman,. Mendunia tanpa iman akan kacau-balau, amburadul adanya. “Wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu; Ia melindungi segala tulangnya, tidak satu pun yang patah” (Mzm 34:17-21) . . . Jakarta, 27 Maret 2009 Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat. Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/