*Perhatian, ini tulisan panjang, subyektif, mengandung curcol, dan menyebut nama. Dengan nekat membaca ini, berarti Anda sudah setuju untuk tidak menuntut dan atau mengutuk saya. :)*
*diambil dari **guhpraset.wordpress.com<http://guhpraset.wordpress.com/2010/02/19/seputar-karakter-asinan-terhadap-anand-krishna/#more-1440> ** * ——-——-——-——-——-——-——-——-——-——-——- Jadi gini, baru-baru ini saya ditanya-tanya begini: “*Guh, guru spiritual lu kena kasus cabul ya!*” tanya seorang Mbak Cantik. “*Guh, Anand Krishna terkait dugaan asusila?*” tanya Mbak lain yg lebih cantik. “*Nyet, AK kenapa tuh di TV One?*” tanya seorang yang pasti temannya lintas spesies. Yaiks! Dan saya pun harus kembali bergaul dengan TV. Tadinya saya malas sekali menonton TV, kecuali kalau terhubung dengan PS2. Malas menonton iklan. Tapi demi menonton Mbak TR vs AK ya apa boleh bikin. Saya berhasil nonton berita itu. Berkali-kali. Dan baru setelah beberapa kali, saya tersadar kalau pemberitaan di TV itu *tidak berimbang*. Bagian TR diberitakan dengan mantap dan jelas sekali, diulang-ulang sampai bosan, nah giliran pihak AK bicara, cuma diperlihatkan singkat sekali. Cara pemberitaan begitu membuat saya teringat pada cerita implisit beberapa teman yang ngakunya bekerja di pabrik PR (bukan Pubic, tapi Public. *Public Relations*). Secara implisit mereka menyampaikan bahwa “*Sebagaimana perusahaan PR dibayar untuk mengatur agar media diisi berita yang menguntungkan klien korporat, sebagai PR kami juga bisa dibayar untuk mengatur agar media diisi berita yang membunuh musuh-musuh klien kami”*. Pendapat yang membuat saya berprasangka buruk pada stasiun TV yang saya tonton. Tapi sore tadi cara TV mulai berubah. Selepas maghrib saya menonton (lagi) TV One, kali ini wakil pihak tertuduh dimunculkan. Ibu Maya yang baru nongol langsung komplain memperingatkan pembawa acara yang beberapa detik sebelumnya mengatakan “*pihak AK sampai sekarang sulit dihubungi*” padahal Ibu Maya sudah siap dan menunggu di studio sejak 17.30 (atau 16.30, saya lupa). Tentu saja beliau membantah semua tuduhan dan mengatakan hal yang dituduhkan tidak pernah terjadi. Siaran langsung itu lumayan vulgar. Ada kalimat dari seorang mas-mas dari pihak TR: “*…seperti menggosok vagina*“. Mbak SM juga menyebut-nyebut “*…tisu berisi cairan sperma*“. Semua diucap secara eksplisit. Sevulgar itu, sesore itu, pada jam primetime dimana anak-anak mungkin masih terjaga. TV One ini pasti hanya di stel di TV yang berada di ruangan khusus orang dewasa. Ternyata bukan cuma blog saya saja yang bisa sevulgar itu. Sekarang saya yakin karakter Anand Krishna memang sedang dibantai oleh media. Dibuat tampak cabul secabul-cabulnya. Pembantaian ini bahkan sudah dimulai sebelum pengadilan direncanakan. Ini mengingatkan saya pada nasib Antasari. Media membuat beliau tampak mesum dengan mengekspos saat-saat dimana pengadilan yang (entah kenapa) sangat tertarik dengan cara Antasari membuka kutang Rani. *….mmm… kutang….* Lantas? Ya bagi semua yang berguru pada Anand, baik secara langsung, lewat buku, maupun diam-diam dari jauh, kasus ini jelas sangat amat menggelisahkan. Apalagi trial by press yang sedang dilakukan TVnya Bang One bersama media-media lain. Itu sux! Trus gimana? Ya gimana lagi. Kita ikuti saja perkembangannya gimana. Kasus ini jelas akan mengalihkan perhatian sebagian orang dari kasus-kasus besar macam Century, penggelapan pajak dan semacamnya. *berharap jangan ada yg nyebut kasus Freeport atau Aceh atau Kalimantan*. Kalau nanti TR bersama hipnoterapis, psikolog dan 100 pengacaranya<http://go2.wordpress.com/?id=725X1342&site=guhpraset.wordpress.com&url=http%3A%2F%2Fbit.ly%2FaAoPRF>berhasil membuktikan AK bersalah, kamu gimana Guh?? Ya… saya akan terus menghormatinya sebagai Guru. Jika guru sekolah yang pernah menampari saya puluhan kali hanya dalam waktu satu hari bisa tetap saya hormati, apalagi AK yang sudah mengajarkan banyak pemahaman baru dan memperluas wawasan saya. Namun saya yakin beliau tidak bersalah. Apalagi saya sudah mulai melepaskan paham buntelanisme. Sebuah cacat dalam ‘buntelan’ tidak harus membuat saya menganggap seluruh buntelan jadi layak buang. Sebaliknya, adanya beberapa hal yang bagus dalam buntelan, tidak berarti seluruh isi buntelan pasti bagus. Saya masih terus belajar untuk tidak terjebak buntelanisme. Udah? Gitu aja? Belum. Kan judulnya diatas itu adalah “hal-hal menarik disekitar karakter asinan terhadap AK”. (Untuk yang belum mengerti, karakter asinan ini maksudnya adalah *character assasination* atau pembunuhan karakter) Jadi, inilah hal-hal menarik itu. Semua terkait kasus TR vs AK yang bertema “Hipnotis”, “Brainwash” dan “Cabul yang secabul-cabulnya”: *1. Keberanian yang inspiratif* Inilah sisi baiknya. Keberanian Mbak TR bisa *menginspirasi dan menyemangati siapapun yang menjadi korban pelecehan agar berani melapor*. Jika Mbak TR berani melaporkan tokoh sebesar AK, masa dilecehkan oleh guru sekolah atau guru ngaji saja takut dan bungkam? Jika Anda atau anak Anda dilecehkan, ya memang harus lapor! Ada komnas perlindungan wanita dan polisi yang akan melindungi korban. Sebesar dan seagung apapun seseorang tidak lantas berhak memperlakukan Anda seenaknya. *Tapi juga perlu hati-hati. Pastikan kejadian itu benar-benar terjadi.*Jangan sampai membuat fitnah. Atau lebih mengerikan, diperalat pihak-pihak tertentu untuk memfitnah. *2. Perlunya hati-hati dalam bertingkah laku* Terutama jika Anda publik figur yang sering menyinggung banyak orang. Sekarang ini, sekedar mengatakan “*I love you, you are my angel*“, merangkul, memberi tepukan persahabatan di punggung atau minta dipijit bisa jadi bukti pelecehan. Sedikit saja salah langkah, pekerjaan penting yang menumpuk bisa terbengkalai karena Anda sibuk berurusan dengan kasus pelecehan. Perhatikan dengan siapa Anda berinteraksi. Belum lama ini, segerombol siswi sekolah bertema agama di Jawa Timur bersepakat untuk menganggap foto preweding dan rebonding dapat memicu perbuatan zinah. Dan karenanya harus diharamkan. Beberapa ulama juga meyakini bahwa Ibu-ibu yang berprofesi jadi tukang ojek dapat memicu syahwat. Bayangkan jika Anda dengan segala kecabulan Anda berinteraksi dengan orang-orang ini. Tuntutannya pasti parah sekali. *3. Potensi bahaya “hipnotis” dan “cuci otak*“ Anda yang pernah nonton TV mungkin pernah melihat bagaimana master-master seperti Kuya atau Rafael bisa membuat orang menceritakan rahasia pribadinya, atau melakukan hal-hal bodoh. Orang bisa diprogram dengan hanya mendengarkan perintah, misalnya: “*Pada hitungan ketiga, Anda akan sadar, kemudian setiap kali Anda mendengar musik X, Anda menari balet dengan gemulai, Anda yakin Anda lah pebalet nomor satu didunia, semua penonton mengagumi Anda*“. Selanjutnya setiap kali korban hipnotis mendengar musik X dia akan joget sesuai program. Itu semua dilakukan diluar kesadaran hingga korban dilepas dari program tersebut. Bayangkan jika ternyata ada tokoh lain yang lebih mahir sekaligus lebih jahat, lalu program yang ditanamkan adalah “….* mendengar kata “X” dari saya lewat telpon, Anda akan menekan gas sedalam-dalamnya, menembus dinding pembatas dan terjun bebas dari parkiran lantai paling atas*“. Atau yang lebih seram lagi “*… Anda akan sadar segar bugar, membaca kitab suci sampai tamat tiga kali, kemudian berangkat membawa bom ini untuk diledakkan di pintu kanan belakang istana”*. Atau yang paling seram “….* setelah hitungan ke 9, Anda akan bangun seperti tidak terjadi apa-apa. Merasa sangat merdeka. Dan selanjutnya Anda akan mendakwahkan ayat-ayat kebencian dalam setiap ceramah Anda, untuk membuat siapapun yang mendengar ceramah Anda jadi orang pemarah yang mudah memberi cap kafir, merasa paling suci dan suka membakar rumah ibadah agama lain*“. *4. Peluang baru untuk ahli-ahli hipnotis dan hipnoterapis yang kreatif* Daripada menjual skill yang dipelajari dengan susah payah untuk memperkaya stasiun TV murahan, lebih menguntungkan kalau terima order dari politisi busuk yang ingin menyingkirkan musuhnya. Misalnya… Ini hanya contoh lho: Terima pesanan untuk “memberi pelajaran” pada Bu Srimul supaya jangan kurang ajar. Caranya: Menanam ingatan palsu ke dalam pikiran salah satu bodyguard bu Srimul yang gay. Bahwa setiap malam bulan purnama, Bu Srimul selalu memperkosanya dengan sadis, gaya *woman on top* tanpa pernah mau gantian, berkali-kali sampai mas bodigar *bucat *pasi. Setelah repetisi proses hipnotis/brainwash cukup dan “ingatan baru” itu cukup permanen, barulah si mas bodigar yang malang itu diajak baik-baik, dengan penuh empati, untuk berani melapor ke Komnas perlindungan bodigar. Laporkan Bu Srimul karena sudah menzaliminya dengan sangat zalim sekali. Aksi hitman macam ini lebih cantik daripada menyewa pembunuh bayaran konvensional. Para politisi busuk modern pasti tertarik. Semua juga tahu, membunuh seseorang hanya akan membuatnya jadi pahlawan. Lebih efektif kalau menyingkirkannya dengan jebakan kasus-kasus beraroma selangkangan. *5. Pentingnya kemampuan menangkal dan membatalkan hipnotis, brainwash dan semacamnya * Mengajarkan hal itu ke publik pasti efeknya akan sangat merugikan pihak-pihak yang selama ini diuntungkan. Banyak penguasa/pemuka dan agama akan kehilangan umat, banyak iklan jadi tidak efektif, rekrutmen jumlah perokok muda jadi semakin sulit dan rakyat jadi agak susah diperbudak. Tapi mereka, para master hipnotis, psikolog dan hipnoterapis itu, punya tanggung jawab moral untuk mengungkapnya. Menurut saya, jika mereka punya nurani, jika mereka mengetahui caranya, mereka harus segera mengungkapnya. *6. Makin murah dan mudah akses internet, makin sulit rakyat dibodohi* Seorang kawan yang sebelumnya tidak tahu siapa AK jadi tertarik dan mencari tahu visi AK setelah browsing lewat Opera Mini <http://mini.opera.com/> di HP murahannya. Kawan yang lain malah mulai membuat komentar-komentar yang berusaha menjelaskan dan membela AK dari trial by press. Itu juga dilakukan dari handphone. Ini menarik. Saat TV-TV berkomplot meyakinkan pemirsa bahwa Mr. X hanyalah manusia kampret tak berguna, penonton bisa dengan mudah mencari sendiri informasi penyeimbang dari pihak tertuduh. Biaya internet makin murah, harga telpon seluler yang mampu menjalankan opera mini juga semakin terjangkau oleh banyak kalangan. Orang makin gampang cari info dari Internet. Tentu saja di internet juga ada media-media besar dan “tokoh” berpengaruh yang satu “misi” dengan TV. Tapi di alam cyber yang sama juga tersedia info-info alternatif yang memperkenalkan sudut pandang lain. Jika saya adalah penguasa yang terbiasa menggunakan TV dan media-media satu arah untuk membodohi rakyat dengan “informasi resmi” dan “tersaring”, saat ini saya pasti sedang gundah gulana. Hanya tinggal menunggu waktu sebelum orang-orang dengan HP murahan ini mengikuti langkah seniornya untuk berisik mengomentari pembodohan yang dilakukan penguasa. Jadi, saya akan merasa perlu membuat UU untuk mengatur pengguna internet. Tentunya yang berpasal karet, hingga bisa berfungsi bagai linggis serba guna untuk menusuk, memukul atau mencongkel siapapun yang kurang ajar. Yak! Sudah terlalu panjang. Sebagai penutup, saya sarankan agar Anda yang baru tahu AK dari berita-berita TV, silakan browsing ke situs resminya<http://www.anandkrishna.org>. Lihat wiki. Pelajari apa saja kegiatannya. Apa mimpi beliau dan sempatkan juga baca-baca tulisan-tulisanya. - – - – - – - – - *Catatan:* *Saya memang berguru pada AK. Maksud kata “berguru” disini memang saya menganggapnya sebagai guru. Saya belajar banyak sekali dari beliau. Tapi ini bukan berarti saya sudah diakui atau sudah diangkat sebagai murid, apalagi murid yang baik dan berbakti, hehe. Sama sekali tidak. Hal yang sama juga terjadi dalam hubungan saya dengan guru-guru yang lain, termasuk Krishnamurti, Master Ching Hai, Gandhi, Gus Dur, Paulo Coelho, Pak Subuh, Peter Joseph, J Fresco, Bangaip, Mbah Mbel, Alex, Sora, Bang Leo, Difo cs dll. Mungkin sekali tokoh yang saya anggap guru malah tidak pernah ngehkalau dirinya dianggap guru dan tidak bakalan menganggap saya murid. Dan itu bukan masalah. Jadi…. tidak perlu ada yang menuduh saya ngaku-ngaku jadi murid ya? :)*