Mengapa Repot-Repot Menggempur Prabowo?














(berpolitik.com): Dari sisi manapun, kehadiran buku Buku Letjen (Purn) Sintong 
Panjaitan yang bertajuk 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' memang 
seperti hendak menguliti sisi-sisi tergelap dari seorang Prabowo. Terlebih 
momentum peluncurannya yang berdekatan dengan waktu kampanye pileg pun pilpres. 

Dalam konteks kompetisi politik, benar atau tidaknya isi buku Sintong bukan 
lagi sebuah soal besar. Sebab, sekurang-kurangnya buku itu telah membuat orang 
kembali bertanya-tanya tentang Prabowo. Meragukannya. 

Bahkan, sejatinya, wacana buku itu bisa mengalir ke berbagai isu-isu lain yang 
tak dibahas sama sekali. Dari sisi ini, jelas bukunya Sintong bisa berpotensi 
memicu serangan bergelombang terhadap Prabowo, pun pada Gerindra.

Tapi, jika dicermati, serangan Sintong ini sebenarnya bisa menghadirkan sisi 
lain terhadap citra diri seorang Prabowo. Dari manakah itu? Hal ini berasal 
dari uraian pokok Sintong tentang figur yang menjadi 'orang baik' yang akan 
dijadikan korban oleh Prabowo: LB Moerdani. 

Bagi sebagian kalangan, LB Moerdani jelas bukan figur yang dikagumi. Banyak 
yang mempercayai, pada era LB Moerdani-lah penggasakan terhadap 
kekuatan-kekuatan Islam politik mencapai titik puncaknya.

 

Dari sisi personal, LB Moerdani juga diyakini tak akur dengan bapaknya Prabowo, 
Alm Soemitro Djojohadikusumo. Entah karena alasan apa.Ketidakakuran ini menjadi 
konkrit karena pernah meletup dalam beberapa pertengkaran tertutup yang terjadi 
antara anak buahnya Moerdani dengan para pendukung Soemtiro.

Berbeda dengan citra LB Moerdani yang tak ramah terhadap kekuatan Islam 
politik, Prabowo sedari dulu dikenal luas sebagai salah satu jendral 'hijau'. 
Ia disebut-sebut menggalang dan bergaul akrab dengan kekuatan-kekuatan Islam 
politik yang ada di tanah air. 

Dari peta ringkas ini, mudah diduga, secara diam-diam serangan Sintong terhadap 
Prabowo juga bisa ditafsirkan dan seklaigus diwacanakan sebagai keresahan 
kelompok non-muslim garis keras yang mengkhawatirkan kehadiran Prabowo. Mereka 
khawatir akan terjadi kembali pasang naik kekuatan Islam politik di tanah air.

Pertanyaannya kemudian, benarkah Prabowo seorang yang memusuhi orang-orang non 
muslim? 

Jika Anda menjawab ya, jelas salah besar. Prabowo jelas tak punya pretensi 
seperti itu. Ibunya yang telah almarhum dan juga adiknya, Hasyim 
Djojohadikusumo, adalah non-muslim. Dapat dikatakan, Prabowo adalah seorang 
liberal dan memiliki toleransi yang tinggi. Sekadar catatan, banyak jendral dan 
tentara yang setia kepada dirinya juga berasal dari kalangan non-muslim.

Jadi, kehadiran Sintong dengan bukunya bagai membuka lembaran lama tentang 
sosok Prabowo. Bila dengan Gerindra Prabowo memposisikan diri sebagai 
'nasionalis' tulen, ternyata dirinya juga punya sisi lain.

Ia adalah bagian dari kelompok jenderal-jenderal yang apresiatif terhadap 
kekuatan-kekuatan Islam politik. Kalau mau disederhanakan, Prabowo melanjutkan 
hubungan baik yang telah lama terbina antara bapaknya yang salah satu tokoh 
kunci PSI dengan sebagian faksi elit Masyumi. 

Karena itulah, 'tusukan' Sintong sejatinya malah membantu Prabowo dan 
Gerindra-nya 'memperluas' pasar pemilih. Dengan adanya Sintong, Prabowo tak 
perlu repot-repot mempromosikan diri.

 

Sebab, cerita lama itu kembali mendapatkan momentum digulirkan dari mulut ke 
mulut, dari pengajian ke pengajian. Mereka yang dulu dan kini masih bersama 
Prabowo bagai mendapat momentum untuk menambah citra baru tentang Prabowo dan 
karenanya juga pasar pemilih yang baru pula.

Jangan salah, Prabowo dan timnya tak sekali-kali akan menjadikan hal ini 
menjadi pembicaraan di permukaan. Mereka akan membiarkan pembicaraan ini 
berlangsung secara 'warung kopi'. 

Yang masih menjadi pertanyaan adalah, mengapa Prabowo sepertinya terus 
dijadikan sasaran tembak? 

Dari sisi survei, elektibilitas Prabowo dan Gerindra sepertinya 'stagnan'. 
Dengan menjadikan dirinya sebagai sasaran tembak, Prabowo bukan tak mungkin 
justru mendapat 'angin kedua'. 

Ia bisa mencelat menjadi kandidat kuat. Dorongannya ya dari amunisi serangan 
itu sendiri. Sebagaimana dilakukan oleh Sintong 
ini..http://www.berpolitik.com/news.pl?n_id=20382&c_id=3&param=meEgAoG7Aoz6AXZSkaiB

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


      

Kirim email ke