[zamanku] Re: HAPUS KOLOM AGAMA Di KTP

2008-10-29 Terurut Topik ttbnice
Pengertian beragama bagi muslim dan muslim berbeda. Bagi non muslim
agama adalah panggilan pribadi untuk mengikuti cara hidup
seseorang/nabi/Tuhan. JAdi pilihan untuk tidak mengikuti pun ga ada yg
larang. Tapi Islam mewajibakan pencantuman agama meskipun dia tidak
hidup secara Islami. Mau jadi pelacur kek, mau jadi pedofil, semuanya
lebih tinggi nilainya daripada keluar dari ISlam.

JAdi Sebaiknya KTP berkolom agama hanya berlaku bagi yg Islam aja...


--- In zamanku@yahoogroups.com, "Sunny" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Refleksi: Hapus kolom agama di KTP harus disertakan dengan
pemusnahan Departemen Agama [Depag]. Agama berkembang di kepulauan
nusantara tanpa danya departemen yang mengatur. Departemen agama
adalah ciptaan untuk pemboroskan uang kas negara, karena selama ini
tidak dibuktikan kehidupan umat beragama bertambah baik malah 
sebalikn ya toleransi kaum beragama tidak  hidup rukun, aman dan
sejahtera. Jadi kalau kalau untuk kehidupan duniawi  saja tidak bisa
diurus oleh Depag, maka tentu saja tidak ada jaminan Depag bagi umat
beragama untuk bisa masuk surga. Jadi membuang-buang uang negara yang
sepatutnya dipakai untuk mempertinggi mutu pendidikan ilmu berfaedah
untuk mempertinggi kehidupan hidup manusia (umat) dari miskin menjadi
sejahtera, damai dan aman. 
> 
>  Patut diperhatikan bahwa setiap kali ada jemah haji selalu saja ada
problem yang merugikan jemah haji. Depag tercatat sebagai sarang
koruptor, lihat saja pada mantan menteri agama Sadi Agil Husni Al
Munawar sikat uang sebanyak Rp 50.000.000.000.000. Di negeri-negeri
yang tidak ada Depag, pengririman jemah haji tanpa ada problem seperti
apa yang biasa dialami oleh jemah haji dari Indonesia. Sebagai contoh
ialah India, mempunyai jumlah umat beragama Islam hampir sama besarnya
dengan di Indonesia, tetapi tidak mempunyai Depag. Semua urusan diatur
oleh perusahaan touris. 
> 
> Jangan mau dipermainkan oleh para penjahat masyarakat yang memakai
lambang agama dan nama Allah untuk menindas Anda, menjadi lebih miskin
dalam kebudayaan, sirpitual dan material kehidupan sehari-hari.
Bubarkan Departeman Agama! Hapus kolom agama di KTP. Pemusnahan Depag
bukan dosa dengan kemurkaan Alloh, tetapi malah Allah akan gembira
karena manusia beragama berani menghancurkan instansi yang merugikan
kehidupan kaum beragama.
> 
> Amin
> 
> -  - - -
> 
> Suara Merdeka
> 
>   HAPUS KOLOM AGAMA Di KTP
>   Ditulis Oleh Gendhotwukir 
>   27-10-2008, 
>  
> 
>   Di kolom agama tersebut hanya dimungkinkan tertulis: Islam,
Kristen, Hindu, Budha, Katolik dan belakangan ini Konghucu. Padahal
kenyataan di masyarakat tidak sedikit orang yang menganut kepercayaan
lokal, menganut kejawen, Sikh, Sinto dan lain sebagainya. Di beberapa
negara selain Indonesia, identitas diri semacam KTP-nya Indonesia
sudah tidak mencantumkan kolom agama.
> 
>   Kita tentu tahu tokoh kejawen Permadi yang sering disebut
penyambung lidah Bung Karno itu. Pada tahun 2002 dia menjadi korban
diskriminasi soal KTP. Ketika ia hendak menikahkan anak perempuannya
ia dilarang ketua KUA. Permadi dilarang mengawinkan anaknya karena ia
pengikut kejawen. Penulis yakin tidak hanya Permadi seorang yang
mengalami diskriminasi semacam ini, mengingat penganut kepercayaan
lokal, kejawen, Sikh, Sinto dan lainnya cukup banyak.
> 
>   Tapi ya begitulah, di Indonesia agama sudah menjadi ketentuan
atau konvensi yang sudah berakar. Dalam banyak ketentuan dan
undang-undang, teristimewa untuk rekruitmen tenaga kerja pun mesti
disebutkan agamanya apa. Selain itu pelayanan publik lantas juga tidak
maksimal tatkala mentalitas pegawainya yang religion oriented.
Pelayanan untuk pengurusan surat-surat di instansi tertentu lantas
menjadi ribet dan molor karena seseorang beragama tertentu dan berbeda
dengan pegawai yang melayani. Ini memang jaman reformasi, tapi yang
utama direformasi itu seharusnya juga cara pandang dan mentalitas
orangnya.
> 
>   Selain diskriminasi di atas, suatu fakta yang tak dapat
ditutup-tutupi, kolom agama dalam KTP berpotensi menimbulkan konflik
horisontal. Ini telah terjadi tidak hanya di Poso tapi juga di
mana-mana. Orang yang dicurigai diminta menunjukkan KTP. Kalau orang
yang bersangkutan beragama sama kadang bisa aman, tetapi kalau berbeda
bisa dibayangkan apa yang akan terjadi apalagi dalam situasi konflik
yang berbau SARA.
> 
>   Mentalitas religion oriented ini, entah kenapa telah cukup
berakar di sebagian masyarakat Indonesia. Pergaulan kadang menjadi
berjarak ketika seseorang berbeda agama. Penulis melihat kecenderungan
ini. Entah ketika di dalam negeri maupun di luar negeri, ketika
bertemu orang baru yang notabene berasal dari Indonesia pertanyaan
mengenai agama yang saya anut seperti kok menjadi prioritas pertanyaan.
> 
>   Bukannya penulis tidak bangga dengan agama yang penulis anut,
tetapi penulis melihat mentalitas seseorang yang religion oriented itu
malah acap kali mengesampingkan aspek kemanusiaan. Tidak jarang
penulis bertemu seorang yang beragam

[zamanku] Re: HAPUS KOLOM AGAMA Di KTP

2008-10-29 Terurut Topik Ferry Wardiman
Ada satu persoalan lagi yang perlu dipertimbangkan perihal adanya 
kolom agama di KTP, yaitu bagi yang tidak beragama dan tidak 
berkepercayaan. Masalah kepercayaan, bukankah masalah vertikal dan 
bersifat pribadi yang tidak perlu didata dalam KTP?

Yang atheis, apakah tidak bisa menjadi warga negara yang baik? 
Padahal kalau hendak di sajikan dalam bentuk statistik, entah berapa 
banyak orang yang mengaku atheis tapi berlaku sebagai warga negara 
yang baik, taat hukum, menghormati hak azasi manusia, bahkan tak 
jarang ambil bagian dalam NGO idealistik macam Greenpeace.

Lebih sering manusia bertengkar antar sesamanya karena "label" agama 
yang berbeda daripada karena pandangan filsafat yang berbeda.
Para atheis itu, meskipun tidak mendasarkan perilakunya pada 
kepercayaan kepada tuhan, dewa atau derivatifnya, tetapi lebih 
konsisten pada pandangan filsafatinya, dalam bentuk etika yang secara 
langsung membentuk moralitasnya.

Saya kira, pendangan yang menyamakan atheis dengan komunisme perlu 
ditinjau ulang. Dan bagi atheis, kolom agama sama sekali tidak 
relevan baginya. Mengosongkan kolom itu juga tetap merupakan 
diskriminasi seolah-olah agama adalah musti. Bisa diumpamakan seperti 
kalau di KTP diadakan kolom "ukuran kacamata" - padahal tak semua 
orang musti berkacamata.




Ferry Wardiman




--- In zamanku@yahoogroups.com, edogawa2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Sebenarnya ada bagusnya juga kalo ada kolom agama di KTP.
> Jadi seperti di malaysia atau di Makau.
> Apabila di KTP mereka tertulis Islam maka mereka akan dilarang 
masuk ke 
> Kasino ataupun Club hiburan.
> 
> Bisa dibayangkan brapa banyak yang merubah KTP nya nanti hehehe 
terlebih 
> lagi kalo diperbolehkan dalam KTP tersebut tertulis KEPERCAYAAN 
Kepada 
> Tuhan Yang Maha Esa. jadi tidak tersangkut dengan agama apapun
> 
> 
> Sunny wrote:
> >
> > *Refleksi: Hapus kolom agama di KTP harus disertakan dengan 
pemusnahan 
> > Departemen Agama [Depag]. Agama berkembang di kepulauan nusantara 
> > tanpa danya departemen yang mengatur. Departemen agama adalah 
ciptaan 
> > untuk pemboroskan uang kas negara, karena selama ini tidak 
dibuktikan 
> > kehidupan umat beragama bertambah baik malah sebalikn ya 
toleransi 
> > kaum beragama tidak hidup rukun, aman dan sejahtera. Jadi kalau 
kalau 
> > untuk kehidupan duniawi saja tidak bisa diurus oleh Depag, maka 
tentu 
> > saja tidak ada jaminan Depag bagi umat beragama untuk bisa masuk 
> > surga. Jadi membuang-buang uang negara yang sepatutnya dipakai 
untuk 
> > mempertinggi mutu pendidikan ilmu berfaedah untuk mempertinggi 
> > kehidupan hidup manusia (umat) dari miskin menjadi sejahtera, 
damai 
> > dan aman. *
> > **
> > * Patut diperhatikan bahwa setiap kali ada jemah haji selalu saja 
ada 
> > problem yang merugikan jemah haji. Depag tercatat sebagai sarang 
> > koruptor, lihat saja pada mantan menteri agama Sadi Agil Husni Al 
> > Munawar sikat uang sebanyak Rp 50.000.000.000.000. Di negeri-
negeri 
> > yang tidak ada Depag, pengririman jemah haji tanpa ada problem 
seperti 
> > apa yang biasa dialami oleh jemah haji dari Indonesia. Sebagai 
contoh 
> > ialah India, mempunyai jumlah umat beragama Islam hampir sama 
besarnya 
> > dengan di Indonesia, tetapi tidak mempunyai Depag. Semua urusan 
diatur 
> > oleh perusahaan touris. *
> > **
> > *Jangan mau dipermainkan oleh para penjahat masyarakat yang 
memakai 
> > lambang agama dan nama Allah untuk menindas Anda, menjadi lebih 
miskin 
> > dalam kebudayaan, sirpitual dan material kehidupan sehari-hari. 
> > Bubarkan Departeman Agama! Hapus kolom agama di KTP. Pemusnahan 
Depag 
> > bukan dosa dengan kemurkaan Alloh, tetapi malah Allah akan 
gembira 
> > karena manusia beragama berani menghancurkan instansi yang 
merugikan 
> > kehidupan kaum beragama.*
> > **
> > *Amin*
> > **
> > *- - - -*
> > **
> > *Suara Merdeka*
> > *HAPUS KOLOM AGAMA Di KTP*
> > *Ditulis Oleh Gendhotwukir *
> > 27-10-2008,
> > Di kolom agama tersebut hanya dimungkinkan tertulis: Islam, 
Kristen, 
> > Hindu, Budha, Katolik dan belakangan ini Konghucu. Padahal 
kenyataan 
> > di masyarakat tidak sedikit orang yang menganut kepercayaan 
lokal, 
> > menganut kejawen, Sikh, Sinto dan lain sebagainya. Di beberapa 
negara 
> > selain Indonesia, identitas diri semacam KTP-nya Indonesia sudah 
tidak 
> > mencantumkan kolom agama.
> >
> > Kita tentu tahu tokoh kejawen Permadi yang sering disebut 
penyambung 
> > lidah Bung Karno itu. Pada tahun 2002 dia menjadi korban 
diskriminasi 
> > soal KTP. Ketika ia hendak menikahkan anak perempuannya ia 
dilarang 
> > ketua KUA. Permadi dilarang mengawinkan anaknya karena ia 
pengikut 
> > kejawen. Penulis yakin tidak hanya Permadi seorang yang mengalami 
> > diskriminasi semacam ini, mengingat penganut kepercayaan lokal, 
> > kejawen, Sikh, Sinto dan lainnya cukup banyak.
> >
> > Tapi ya begitulah, di Indonesia agama sudah menjadi ketentuan 
atau 
> > konvensi yang sudah berakar. Dalam banyak ketentuan dan undang-
undang, 
> > teri