Kenapa Harus Bohong?

Oleh M .jono AG

Liburan sekolah baru saja berlangsung, sebuah waktu yang sangat
ditunggu-tunggu oleh anak-anak maupun orang tua. Bagi anak-anak liburan
adalah waktu pelepas lelah setelah seminggu mereka berfikir dan belajar
keras menghadapi dan menyelesaikan soal-soal ulangan. Dua minggu mereka bisa
menghabiskan waktu untuk bersenang-senang bersama keluarga maupun teman
sepermainan mereka.

Bagi yang kebetulan duduk di kelas akhir tentunya saat-saat liburan akan
berbeda dengan mereka yang sedang naik kelas. Beban tidak begitu saja
berakhir, walaupun sebagian dari mereka kadang-kadang melampiaskan kelulusan
bak seorang pahlawan yang menang perang. Arak-arakan dengan sepeda motor,
dengan knalpot yang memekakkan telinga, dengan baju warna-warni penuh
coretan dan semprotan cat dan tidak jarang menjadi momok yang menakutkan
bagi pengguna jalan yang lain.

Padahal tantangan baru sudah berada didepan mata, yakni mencari sekolah
lanjutan. Ya, mencari sekolah. Bukan hal yang mudah saat ini mencari sekolah
lanjutan yang baik. Kalau kebetulan nilai ujiannya bagus sih mungkin tidak
terlalu sulit untuk mendapatkan sekolah, tinggal menyiapkan biayanya saja,
kalau kebetulan nilainya pas-pasan mesti harus aktif setiap saat melihat
perkembangan nilai pendaftar agar bisa mengambil langkah kalau tidak
diterima di salah satu sekolah.

Ada hal positif di kotaku Balikpapan terkait penerimaan murid baru, dimana
bagi pendaftar yang beragama Islam diwajibkan melampirkan surat keterangan
mengaji, baik sebagai santri TPA/TQA maupun privat yang diketahui oleh RT
setempat. Sebuah terobosan dan ide yang luar biasa bagus untuk menghapuskan
buta baca Al-Qur'an.
Sayang dibeberapa tempat hal ini ditanggapi sebagai hal yang menyulitkan
bagi para orang tua. Karena mereka harus mewajibkan anak-anaknya yang sudah
seharian dijejali pelajaran dan les pelajaran tertentu dengan kegiatan rutin
mengaji. Bahkan beberapa orang tua merasa kasihan terhadap anaknya kalau
harus mengaji. Capek katanya. Masya Allah.

Karena alasan tersebut juga beberapa orang tua nekat berani meminta surat
keterangan ke TK/TPA dilingkungannya untuk sekedar meminta surat keterangan
mengaji, walaupun rasanya sekalipun mereka belum pernah menyuruh anaknya
untuk belajar mengaji. Yang penting syarat masuk sekolah yang lebih tinggi
bisa terpenuhi.

Kejadian ini bukan hal yang baru, termasuk dilingkungan kami. Beberapa orang
tua bahkan datang ke TK/TPA untuk meminta surat keterangan mengaji. Mereka
juga tidak kekurangan akal kalau TK/TPA nya tidak mau memberikan surat
keterangan tersebut. Pura-pura main ke tempat guru ngaji dengan membawa
sekedar oleh-oleh menjadi pilihan berikutnya, tentunya dengan harapan sang
guru ngaji mau memberikan surat keterangan bahwa anaknya memang pernah
mengaji atau bahkan telah khatam Al-Qur'an. Naudhubillah min dhalik .

Sore itu dalam suasana gerimis tiba-tiba pintu rumahku diketuk beberapa
kali. Setelah salamnya dijawab oleh istriku masuklah dua orang ibu-ibu
dengan membawa blangko surat keterangan yang sepertinya dibuat sendiri.
Karena dari susunan kalimatnya sepertinya bukan blangko resmi dari lembaga
pendidikan. Karena sudah sering mengalami hal-hal begini istriku mengambil
buku induk santri yang sengaja setiap liburan dibawa pulang untuk menjaga
kalau ada permintaan surat keterangan mengaji.

"Nama anak ibu siapa ya, biar saya cari di buku induknya?" tanya istriku.
Melihat gelagat keduanya yang clingukan ketika ditanya hal tersebut istriku
langsung faham bahwa mereka tidak pernah mendaftarkan anak-anaknya untuk
mengaji. "Begini bu, kami diminta untuk melengkapi syarat melanjutkan
sekolah dengan surat keterangan mengaji, ini blangkonya," katanya berusaha
menjelaskan. "Wah kalau yang begini kami nggak berani bu, lembaga kami punya
standar surat keterangan sendiri, dan itu didasarkan pada nomor induk
santri, jadi kami nggak berani main-main dengan surat keterangan, karena
tanggung jawabnya berat," jawab istriku.

Sepertinya mereka belum mau menyerah begitu saja. "Masak nggak bisa dibantu
bu, sama tetangga sendiri, khan kasihan anak-anak nanti nggak bisa
melanjutkan sekolah?" katanya. Dari ruang tengah aku tersenyum mendengar
ketika istriku mengatakan "Jangan bu, kalau saya lakukan memang sepertinya
membantu ibu, tapi sebenarnya saya sedang menjerumuskan ibu kepada
kebohongan berikutnya dan saya membantu memulai sekolah anak-anak ibu dengan
kebohongan." Alhamdulillah ...

Aku ikut gerah sebenarnya dengan kondisi seperti ini, dan terjadi setiap
menjelang penerimaan murid baru. Kalau alasannya adalah anak-anak kesulitan
melanjutkan sekolah karena tidak punya surat keterangan mengaji kenapa tidak
menyuruh anaknya mengaji? Toh tempatnya juga tidak terlalu jauh dari rumah?
Sebagian mereka memang beralasan kalau anaknya sudah habis waktunya di
sekolah, toh di situ juga diberikan waktu bagi yang sempatnya cuma bejajar
malam hari.

Kadang kita sebagai orang tua lebih resah kalau anaknya tidak bisa sekolah,
sementara kita tidak pernah resah dengan anak-anak kita yang tidak mengenal
Allah, RasulNya, Al-Qur'an apalagi sholat. Ditambah lagi dengan kurikulum
pendidikan yang semakin hari semakin berkurang porsi pelajaran agama dan
akhlaqnya. Kita juga sering kurang PD kalau anak-anak kita yang yang sudah
masuk TK tidak bisa membaca tulisan Latin sementara kita tetap PD walaupun
anak-anak kita yang sudah usia SMA atau bahkan perguruan tinggi tidak
sedikitpun tahu bagaimana membaca huruf Hijaiyah. Apakah tidak dibalik saja
pemikiran di atas?

Kita yang harusnya malu kepada Allah, karena tidak pernah memberikan
kesempatan yang cukup bagi anak-anak untuk mengenal Allah, Rasul dan
Kalam-Nya. Bekal ilmu dunia memang perlu, sebaliknya bekal akherat juga
jangan sampai dilupakan. Karena disanalah terminal akhir kita . Wallahu
a'lam.

 

 

Best & Regard,

 

Titik_LupH

-- 
you have this email because you join to "aga-madjid" GoogleGroups.
to post emails, just send to :
aga-madjid@googlegroups.com
to join this group, send blank email to :
aga-madjid+subscr...@googlegroups.com
to quit from this group, just send email to :
aga-madjid+unsubscr...@googlegroups.com
please visit to www.facebook.com/aga.madjid,
add my Yahoo Messenger at aga.mad...@yahoo.com or
add my twitter @aga_madjid
thanks for joinning this group.

Kirim email ke