Salam,
 

   

Sarasvati
Art Management mengundang anda menghadiri pameran patung tunggal pertama yang
pernah diselenggarakan di Museum Puri Lukisan, Ubud – Bali. Pameran berlangsung
mulai 18 Mei – 18 Juli.  

   

Pembukaan
resmi akan berlangsung pada 29 Mei 2010 pada pukul 19.00 Wita di gedung Timur,
Museum Puri Lukisan. Pembukaan dilakukan oleh Bupati Gianyar Cokorda Artha 
Ardana Sukawati dan dihadiri oleh Cokorda Gde Putra Sukawati, dimana kolektor 
senior Dr. Oei Hong Djien akan hadir
sebagai pembicara.  

   

Untuk
keterangan lebih lanjut tentang pameran, mohon hubungi Tiro Daenuwy, 0812 104
6249.  

   

   Tiro Daenuwy


Sarasvati Art Management

Cell. 0812-104-6249

E. t...@svastisarasvati.com 

   

=======================================================================================================================
 





Kata
Pengantar Pameran Patung I Wayan Darlun, Museum Puri Lukisan, Ubud 18 Mei – 18
Juli  

   

   

Seni tak hanya dipahami dari bentuknya, tapi juga dari makna yang
tersirat di dalamnya  

   

(Mahatma
Gandhi) 

   

   

Ekshibisi
tunggal pematung I Wayan Darlun kali ini merupakan kelanjutan pameran patung
bersama, “In The  Morning of the World” di Jakarta, bertepatan dengan
acara Emerging Market Forum, September, 2006. Kala itu beberapa patung karya I
Wayan Darlun menarik perhatian banyak khalayak. 

   

Seni
patung kayu merupakan bentuk seni mengurangi (subtraction art form) yang
tingkat kesulitannya berbeda dibandingkan dengan misalnya seni keramik yang
berprinsip menambah (addition art form). Apalagi patung-patung kayu
tradisional Bali yang cenderung tidak diwarnai, apabila ada penambalan atau
perbaikan, akan sangat mencolok mata. Seni patung kayu tradisional Bali pada
dasarnya mengikuti bentuk alami kayunya itu sendiri. Maka bentuk akhir karya
merupakan perpaduan kerja dari imajinasi senimannya ketika berhadapan dengan
kayu itu dan ketekunannya memproses imajinasi itu menjadi bentuk nyata.  

   

Kurangnya
apresiasi kolektor masa kini maupun museum terhadap seni patung tradisional
Bali membuat warisan tradisi ini tak lagi populer, karena mereka lebih tertarik
pada perkembangan seni rupa kontemporer yang demikian melambung. Dampaknya,
kini sedikit sekali pematung Bali yang tekun dan mau terus melestarikan seni
patung tradisional Bali yang bermutu tinggi. 

   

I
Wayan Darlun seorang pematung unik. Ia beruntung mendapat kesempatan bekerja
dan belajar dengan bimbingan maestro patung ayah-anak, Ida Bagus Njana dan Ida
Bagus Tilem pada 1950-an. Kedua maestro tersebut dua di antara sedikit tokoh
sentral seni patung tradisional Bali. Dalam kesederhanaan, Darlun melanjutkan
spirit yang mereka wariskan. Seperti dikatakan Anak Agung Ngurah Muning,
kurator Museum Puri Lukisan, “Darlun adalah arsitek, sekaligus desainer yang
banyak membantu proses penciptaan atau ide pematung-pematung lainnya di Desa
Mas.” 

   

Darlun
berkarya seperti juga berlaku sembah bagi Sang Pencipta. Mungkin itu sebabnya
setiap karya Darlun menjadi dialektika hidup antara dirinya dan sang kayu. Yang
tercipta adalah komposisi sederhana nan elegan. Sebuah dialog yang tak
berkesudahan. Lihatlah sosok setiap patungnya yang tak bersudut, tak
putus-putus, seperti judul pameran yang diusulkan Profesor Dr. Wayan Windia,
putra mendiang pematung Wayan Pendet, yakni Tan Matepi –makna dua kata
bahasa Bali itu, Tiada Bertepi.  

   

Pameran
ini merupakan salah satu upaya agar kreativitas I Wayan Darlun, dan seniman
patung Bali lainnya, terus mengalir tak berkesudahan. Tiada pernah menemui
tepi.  

   

   

   

Sarasvati
Art Management 
=====================




I Wayan Darlun  

Kelahiran
Banjar Juga, Desa Mas, 30 Desember 1947 

   

Pameran:  

   

Bersatu,
pameran tunggal I Wayan Darlun, Jakarta 18-27 Oktober 1996, Yayasan Senirupa
Indonesia 

Leha-leha,
pameran bersama, Jakarta 27-30 Desember, 2004, Bidadari Art Gallery 

In
The Morning of The World, pameran foto dan patung, Jakarta 20-27 September
2006, bertepatan dengan Emerging Market Forum, Danareksa.   






      

Kirim email ke