Berita Utama
   [ Selasa, 06 Juli 2010 ]
Spirit of Majapahit, Replika Kapal Abad Ke-13 Buatan Perajin Madura
 *Disadur dari Relief Candi, Dibuat tanpa Paku Besi*

Setelah kapal Pinisi Nusantara, satu lagi kapal legendaris berhasil
diciptakan putra-putra Indonesia. Namanya Spirit of Majapahit. Replika kapal
abad ke-13 itu dibuat berdasar relief Candi Borobudur. Minggu (4/7), kapal
kayu tersebut dilepas dalam ekspedisi perdana melintasi delapan negara.

*ZULHAM MUBARAK, Jakarta*

---

*DERMAGA* Marina Batavia, Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Minggu lalu
sangat ramai dipenuhi orang. Mereka mengerumuni sebuah kapal kayu yang
''parkir'' di antara belasan kapal ikan modern yang berlalu lalang di
kawasan pelabuhan tersebut.

Kapal berbobot mati 20 ton itu didesain seperti kapal nelayan tradisional.
Kerangka dan bodinya dibiarkan orisinal berwarna cokelat tua tanpa cat.
Kondisi itu mungkin dimaksudkan agar kapal tersebut mirip aslinya yang
dibuat pada abad ke-13.

Itulah kapal Spirit of Majapahit yang hari itu akan berlayar menuju Jepang
dan tujuh negara lainnya. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero
Wacik yang memimpin pelepasan pelayaran perdana kapal tersebut tak berhenti
berdecak kagum. Dia bersama para pejabat lalu menaiki geladak dan mengamati
seluruh bagian kapal tradisional-modern itu.

''Ini merupakan *masterpiece*. Keberhasilan kapal ini mengarungi samudera
akan menjadi momen untuk mempertegas bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
adalah pelaut yang hebat,'' ujar Jero.

Spirit of Majapahit tercipta atas kerja sama antara pemerintah Indonesia dan
kelompok akademisi dari Jepang. Kapal tersebut merupakan hasil rekonstruksi
kapal dagang pada zaman Majapahit yang disadur dari relief di Candi
Borobudur.

Rekonstruksi kapal abad ke-13 Masehi itu berawal dari rekomendasi seminar
bertema *Mencari Bentuk Kapal Majapahit* yang diadakan komunitas Japan
Majapahit Association (JPA). Kelompok pengusaha Jepang yang peduli terhadap
sejarah dan kebudayaan Kerajaan Majapahit itu awalnya mencetuskan ide di
Tokyo pada Maret 2009 yang dimatangkan dalam lokakarya di Jakarta pada Juni
2009.

''Komunitas JPA merupakan wadah untuk mengembangkan kerja sama penelitian
dan penggalian sejarah Majapahit yang dikagumi bangsa Indonesia maupun
masyarakat internasional,'' terang Ketua Ekspedisi Spirit of Majapahit
Yoshiyuki Yamamoto.

Dia kemudian menjelaskan proses pembuatan kapal itu kepada rombongan
Menbudpar. Spirit of Majapahit benar-benar kapal buatan Indonesia karena
pengerjaannya dilakukan warga lokal bernama Supardi bersama 15 perajin di
Pantai Slopeng, Kecamatan Dasuk, Sumenep, Madura. Kapal itu sangat khas
karena berbentuk oval dengan dua ujung lancip untuk memecah ombak setinggi
lima meter.

Yamamoto menyatakan, Spirit of Majapahit bisa dibilang sebagai kapal
tradisional terbesar di Indonesia. Kapal itu memiliki panjang 20 meter;
lebar 4,5 meter; dan tinggi 2 meter. Untuk pembuatannya, kapal itu
membutuhkan 28,63 kubik kayu jati tua dan kering yang khusus didatangkan
dari Kabupaten Tuban, Jatim, dan Rembang, Jateng. Sementara itu, bambu
petung dan kayu pereng berasal dari Sumenep, Madura.

''Tenaga pembuatnya juga istimewa, yakni 15 perajin kapal dari Madura,''
ungkapnya.

Yamamoto menambahkan, Spirit of Majapahit dibuat dengan metode yang juga
tradisional karena tidak ada satu pun besi atau paku yang digunakan. Untuk
menyambung bodi, perajin menggunakan model paku tradisional dari kayu
(pasak).

Tapi, di sisi lain, untuk memenuhi standar navigasi di perairan
internasional, tim melengkapi dengan peralatan modern. Misalnya, fasilitas
navigasi seperti GPS, Nav-Tex, dan Marine Radar. ''Itu untuk memudahkan kami
menentukan arah dan mengurangi risiko ketika berada di laut lepas,''
jelasnya.

Dalam ekspedisi perdana itu, Spirit of Majapahit* *dinakhodai dua perwira
Angkatan Laut (AL), yakni Mayor (Laut) Eko Deni Hartono dan Risky Prayudi,
serta tiga kru warga Jepang. Ada pula beberapa wakil mahasiswa dari berbagai
disiplin ilmu serta lima awak buah kapal (ABK) dari Suku Bajo di Pulau
Sapeken, Sumenep.

''ABK lokal itu kami pilih berdasar pengalaman dan kemampuan melaut dengan
kapal tradisional. Jadi, total ada 14 ABK yang ikut dalam ekspedisi ini.
Tapi, di Vietnam dan Jepang, mungkin akan ada yang ikut,'' tutur Yamamoto.

Detail bentuk Spirit of Majapahit* *memang sangat unik. Kapal itu memiliki
dua kemudi dari kayu di buritan dan cadik pada kedua sisi yang berfungsi
sebagai penyeimbang. Layar dipasangkan pada tiang-tiang yang membentuk segi
tiga sama sisi dan buritan atau belakang kapal lebih tinggi dari haluan
depan.

Ketua Tim Teknisi Spirit of Majapahit Supardi menjelaskan, tenaga pendorong
kapal tetap menggunakan cara tradisional dengan layar yang mengandalkan
kekuatan angin. Namun, disiapkan pula baling-baling yang digerakkan mesin
sebagai penggerak cadangan. ''Mesin memang tetap ada. Namun, prinsip
kerjanya tetap tradisional dan kemudinya menggunakan *pancer*,'' terang pria
52 tahun itu.

*Pancer *adalah kemudi tradisional yang lazim digunakan perahu nelayan.
Bentuknya berupa balok yang didesain khusus dan ditempatkan di bagian
belakang. Biasanya, pada perahu tradisional, *pancer* ditempatkan tak jauh
dari baling-baling dan ditempelkan di bodi perahu.

Supardi mengungkapkan, kayu untuk pembuatan Spirit of Majapahit merupakan
kayu-kayu berkualitas terbaik. Total kayu jati yang digunakan mencapai 40
kubik. Dana untuk membeli kayu sebanyak itu mencapai Rp 600 juta. Pembuatan
kapal tersebut menelan dana lebih dari Rp 1 miliar.

Sementara itu, Jero Wacik menuturkan, kapal tersebut akan berlayar menuju
delapan negara untuk misi kebudayaan dan lawatan perdamaian. Yakni, Brunei
Darussalam, Filipina, Jepang, Vietnam, Tiongkok, Thailand, Malaysia, dan
Singapura.

Rencananya, kata Jero, kapal tersebut berlayar sejauh 9 ribu kilometer
selama tujuh bulan sebelum kembali lagi ke Jakarta pada Januari 2011.
''Setelah kembali ke Jakarta, kapal akan disimpan di museum sebagai replika
benda sejarah,'' terang Jero.

Pelayaran itu dimaksudkan untuk mendapatkan bantuan finansial dan teknis
untuk mengangkat reruntuhan Majapahit di situs Trowulan, Mojokerto. Sejumlah
pelabuhan di negara-negara Asia telah dihubungi sebagai tempat pendaratan
kapal.

Untuk menghormati bantuan pemerintah Jepang, di Negeri Sakura itu, Spirit of
Majapahit akan melakukan tur dan menyinggahi lima kota. Yakni, Okinawa,
Kagoshima, Tokyo, Osaka, dan Fukuoka, kemudian baru melanjutkan perjalanan
ke Shanghai (Tiongkok), Vietnam, Bangkok (Thailand), serta Singapura.

Sebelum berlayar dari Jakarta, Jero sempat menitipkan rempah-rempah kepada
tim ekspedisi untuk diserahkan ke negara-negara yang dilintasi ekspedisi
itu. ''Ini (rempah-rempah, Red) sebagai bukti bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia berjaya pada masa lalu dan merajai samudera,'' tegasnya. *
(*/c5/ari)*

Kirim email ke