HTML clipboard

  
   
  
   
  
  
  
  
  The
  
  
  MAN WHO 
  LOVED BOOK TO MUCH
  
   
  
   
   
 

SINOPSIS

 

Apa yang 
sanggup kaulakukan demi cintamu pada buku? 

Bagi John 
Charles Gilkey, jawabannya: masuk penjara.

 

Gilkey, si pencuri 
buku yang tak pernah bertobat, telah mencuri buku-buku langka dari seluruh 
penjuru negeri. Namun, tak seperti kebanyakan pencuri yang mencuri demi 
keuntungan, Gilkey mencuri demi cinta: cinta pada buku. Barangkali, sama 
obsesifnya dengan Gilkey adalah Ken Sanders, seseorang yang menyebut dirinya 
“bibliodick”
(penjual buku yang merangkap sebagai detektif) dan sangat ingin menangkap si 
pencuri. Sanders—seumur hidup menjadi kolektor dan penjual buku langka berubah 
menjadi detektif amatir—tak akan berhenti memburu si pencuri yang mengacaukan 
perdagangannya.

 

Mengikuti kedua karakter eksentrik ini, 
jurnalis Allison Hoover Bartlett terjun ke dalam gairah dunia buku yang 
fanatis, 
hingga akhirnya mendapati dirinya terjebak di antara orang-orang yang tertarik 
menemukan harta kekayaan yang dicuri Gilkey dan seorang lelaki yang ingin tetap 
menyembunyikan harta kekayaan itu: sang pencuri itu sendiri. Dengan perpaduan 
ketegangan, wawasan, dan humor, Bartlett merangkai permainan kejar-kejaran ala 
kucing dan tikus menjadi narasi yang sangat memukau dan memacu adrenalin: tidak 
saja menunjukkan bagaimana Gilkey melakukan kejahatannya dan bagaimana Sanders 
akhirnya menangkapnya, tapi juga mengeksplorasi romansa buku, keinginan untuk 
mengoleksinya, dan godaan untuk mencurinya. Semua kolektor punya cerita tentang 
bagaimana mereka bisa jatuh cinta pada buku, begitu juga dengan Gilkey dan 
Sanders. Dan, Bartlett meletakkan cerita mereka ke dalam konteks yang lebih 
besar dari gairah terhadap buku, pengoleksian, dan pencurian selama 
berabad-abad.  



Mengantarkan pembaca ke dalam dunia obsesi kesusastraan yang luas dan kaya, 
The Man Who Loved Books Too Much menunjukkan peran besar buku dalam 
kehidupan kita, penghormatan yang menjadikan buku-buku itu tetap dipertahankan, 
dan keinginan yang membuat sebagian orang mempertaruhkan apa saja demi memiliki 
buku yang mereka sukai.

 

 

ENDORSEMENT

 

“Buku ini mengejutkan saya. Saya 
membaca paragraf pertama dan langsung terserap. Narasinya memukau….” 

—Erik Larson, 
penulis laris The Devil in the White City



 

"John Gilkey ingin memiliki 
perpustakaan orang kaya dengan cara paling buruk: mencuri. The Man Who Loved 
Books Too Much adalah kisah memikat mengenai seniman penipu yang gila dan 
tentang tipuan-kartu-kreditnya. Buku ini juga merupakan perenungan akan 
pentingnya mengoleksi buku dan pengenalan yang dahsyat ke dunia para penjual 
buku antik.”

—Michael Dirda, 
kritikus buku pemenang Pulitzer Prize dan penulis 
Classics for Pleasure

 

"Allison Hoover Bartlett menulis buku 
yang sangat cermat dan menarik tentang seorang pencuri buku dan sang detektif 
gigih yang mengikutinya selama bertahun-tahun dan akhirnya berhasil menangkap 
sang pencuri. Buku ini lebih menarik lagi khususnya bagi mereka yang menjual 
buku-buku kuno, yang berutang banyak pada kegigihan Ken Sanders. Bacaan yang 
bagus.” 

—Larry McMurtry, 
penulis bestseller Books: A Memoir dan pemenang Pulitser Prize 
Lonesome Dove

 

"Dengan detail yang amat teliti, humor 
jenaka, dan plot yang menggetarkan, narasi Bartlett menarik saya jauh ke dunia 
obsesif seorang pencuri buku dan sang pengedar buku yang akan menghentikannya. 
Buku ini adalah eksplorasi yang memukau tentang mengapa orang begitu mencintai 
buku. Jika Anda menyukai The Orchid Thief, Anda akan menyukai The Man 
Who Loved Books Too Much."

—Julia Flynn Siler, 
penulis The House of Mondavi

 

“Cerita Bartlett mengenai intrik 
sastra membuat Anda jatuh cinta lagi dan lagi pada buku. Dari deskripsinya yang 
memukau mengenai manuskrip-manuskrip hingga penggambarannya tentang seorang 
lelaki yang terobsesi terlalu jauh, kisah dalam buku ini akan membuat Anda 
berhasrat membaca lebih banyak lagi.” 

—Julia Scheeres, 
penulis Jesus Land

 

“Dalam bacaan 
hebat mengenai obsesi seorang kolektor yang salah arah, Bartlett memberi kita 
kilasan-kilasan menarik berbagai buku langka dunia, pikiran kriminal dan 
batasan-batasan keterlibatan jurnalistik. Siapa pun yang tak bisa menahan diri 
untuk masuk ke toko buku-bekas ketika lewat di depannya akan menyukai buku ini.”

—Lynn 
H. Nicholas, 
penulis The Rape of Europa

 

“Sebuah perjalanan menarik ke dunia 
obsesif yang aneh di mana kecintaan pada buku kadang-kadang bisa menjadi daya 
tarik yang fatal.” 

—Simon Worrall, 
penulis The Poet and the Murderer

 
 

PENULIS

 

Allison Hoover Bartlett telah menulis 
dalam berbagai topik, termasuk mengenai perjalanan, seni, ilmu pengetahuan dan 
pendidikan, untuk New York Times, 
Washington Post, Salon.com, San 
Francisco Chronicle Magazine, San Francisco Magazine, 
dan media-media lainnya. Artikelnya mengenai John Gilkey dimasukkan dalam 
Best American Crime Reporting 2007. 

 

Bartlett adalah seorang anggota pendiri kelompok menulis 
North 24th dan bekerja di 

San Francisco Writers' Grotto, sebuah studio kolektif. 
Bartlett menyandang B.A. dalam sastra Inggris dari UC Santa Barbara dan tinggal 
di San Francisco bersama suami dan kedua anaknya.
 
 

DATA BUKU

 

Judul              
: THE MAN WHO LOVED BOOKS TOO MUCH

Penulis           : Allison Hoover 
Bartlett

Penerjemah    : Lulu Fitri Rahman

Editor             : Indradya Susanto 
Putra

Genre             : Kisah Nyata

Penerbit         : Alvabet

Cetakan          : I, April 2010

Ukuran            : 13 x 20 cm 
(plus flap 8 cm)

Tebal              : 300-an halaman

ISBN                : 
978-979-3064-81-9

Harga              : Rp. 59.900,-
 


==========================================
Pustaka Alvabet
Ciputat Mas Plaza Blok B/AD
Jl. Ir. H. Juanda No. 5A, Ciputat
Jakarta Selatan Indonesia 15411
Telp. +62 21  7494032, 
Fax. +62 21 74704875
www.alvabet.co.id




      

Kirim email ke