SALAFUS SHOLEH ANTARA ILMU DAN IMAN (BAGIAN 2)

Penulis: Syaikh Abdulloh bin Abdurrohman Al Jibrin hafizhohulloh
Diterjemahkan Oleh: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.

KANDUNGAN ILMU SALAF
Ilmu para salaf mencakup, hafalan terhadap sunnah Nabawiyah yang mereka 
riwayatkan dari nabi shalallahu 'alaihi wa sallam. mereka juga menghafal 
Kalamulloh (Al Quran). Mereka antusias untuk memelihara ilmu ini dari 
tangan-tangan jahil. Karenanya, setelah wafat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa 
sallam, pertama kali mereka berkonsentrasi untuk  membukukan Al Quran. Mereka 
menulisnya dalam beberapa lembaran, lalu mereka jadikan satu, sehingga tidak 
ada yang terlupakan ataupun tertinggal.

Di antara cakupan ilmu mereka juga adalah sibuk untuk menjelaskan Al Quran dan 
menerangkan makna-makna yang terkadang samar bagi generasi setelah mereka. Ini 
dikarenakan, mereka menyaksikan saat-saat turunnya Al Quran dan juga 
dikarenakan Al Quran turun dengan menggunakan bahasa mereka. Dan juga karena 
mereka lebih tahu tentang sebab-sebab turun sebuah ayat dan maksudnya. Oleh 
karena tafsir (penjelasan) para sahabat dan murid-muridnya lebih didahulukan 
daripada orang-orang zaman terakhir, yang menerapkannya dalam fakta-fakta dan 
kondisi-kondisi (yang ada) atau yang lainnya.
Oleh karena itu, para ulama umat ini yang sibuk dengan ilmu tafsir berdalil 
dengan hadits-hadits serta atsar-atsar yang berhubungan dengan Al Quran, karena 
memang dia adalah penjelas bagi Al Quran. Kita sudah tahu bahwa Alloh 
menurunkan syariat dan risalah ini kepada Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam 
dan Alloh memerintahkannya untuk  menyampaikan risalah ini, dengan firman-Nya:
إِنْ عَلَيْكَ إِلَّا الْبَلَاغُ
"Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah)" (QS As Syura: 48) dan 
firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ
"Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu" (QS Al Maidah: 
67)

Kita beriman tanpa ragu bahwa Rasulullah telah menyampaikan risalah itu, bahkan 
Rasulullah tidak sebatas menyampaikan risalah kepada mereka akan tetapi beliau 
shalallahu 'alaihi wa sallam menjelaskannya dengan amal dan perkataan. 
Rasulullah menjelaskan sesuatu yang samar bagi mereka, menerangkan sesuatu yang 
perlu diterangkan, sebagai realisasi dari firman Alloh subhanahu wa ta'ala:
وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ
"Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat 
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka" (QS An Nahl: 44)

Penjelasan beliau terhadap Al Quran adalah penjelasan beliau dengan praktek 
dalam sholat, haji, masalah-masalah lain yang masih global, seperti hudud dan 
sanksi. Begitu juga Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam telah  menjelaskan 
ayat-ayat, menerangkan makna-maknanya sebagaimana telah dipersaksikan oleh para 
ahli tafsir. Dan tidak diragukan juga bahwa para sahabat (yang telah 
mendapatkan penjelasan langsung dari Rasulullah -pent) ini telah menyampaikan 
seluruhnya kepada murid-muridnya, karena Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam 
memerintahkan mereka untuk itu. Terdapat dalam hadits yang sah, bahwa 
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لِيُبَلِّغَ الشَّاهِدُ الغَائِبَ
"Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir" (diriwayatkan 
oleh Imam Bukhari no. 68 dari Abu Bakar rodhiallohu 'anhu dan Imam Muslim no. 
1354 dari Abu Syuraih rodhiallohu 'anhu)

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang sah:
نَضَّرَ  اللهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِيْ فَوَعَاهَا وَ أَدَّهَا كَمَا 
سَمِعَهَا  فَرُبَّ مُبَلَّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ وَ رُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ 
غَيْرُ  فَقِيْهٍ وَ رُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ
"Semoga Alloh membaguskan wajah orang yang mendengarkan sabdaku, lalu 
menghafalnya dan menyampaikannya sebagaimana dia mendengarnya. Bisa jadi orang 
yang diberitahu lebih paham daripada orang yang mendengar (dari Rasulullah 
shalallahu 'alaihi wa sallam), terkadang orang yang membawa fikih bukanlah 
orang yang faqih dan bisa jadi pembawa fikih membawanya kepada orang yang lebih 
bisa memahaminya" (diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Al Musnad 5/187, Imam Abu 
Daud no. 3660, Imam Tirmidzi  no. 2656 dan Ibnu Majah no. 230 dari hadits Zaid 
bin Tsabit rodhiallohu  'anhu)

Ketika para sahabat mendengar sabda beliau shalallahu 'alaihi wa sallam ini, 
mereka tahu bahwa Rasulullah  shalallahu 'alaihi wa sallam akan wafat dan 
mereka akan mengemban risalah ini setelahnya, mengemban nash-nashnya, 
makna-maknanya dan kaifiyah (tata cara)nya. Maka mereka tidak tinggal diam, 
mereka menyampaikan dan memberitahukan kepada orang-orang tertentu dan orang 
umum, apa yang mereka tahu dan apa yang mereka hafal serta dapatkan dari 
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Demikianlah, amal mereka nampak 
sebagai realisasi dari ilmu. Karena ilmu yang benar, pasti akan diiringi amal 
perbuatan, karena amal merupakan buah ilmu.
Dan tidak diragukan bahwa ilmu-ilmu para salaf yang mereka dapatkan dari 
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, yang mereka dapatkan dari para guru 
mereka dan tokoh-tokoh sahabat adalah ilmu-ilmu yang benar. Semuanya berkait 
dengan syariat, berkait dengan perintah dan larangan Alloh subhanahu wa ta'ala. 
Mereka mempelajari ilmu yang bisa  mendekatkan diri mereka kepada Alloh 
subhanahu wa ta'ala yaitu masalah-masalah ibadah. Mereka mempelajari 
amalan-amalan yang harus dikerjakan dalam kehidupan ini serta hal-hal haram 
yang harus ditinggalkan. Mereka mempelajari semua masalah ini dan 
menyampaikannya.
Tidak diragukan, bahwa orang yang mengikuti mereka dalam masalah ini -generasi 
setelahnya meskipun beberapa abad- akan dibangkitkan pada hari kiamat bersama 
mereka. Karena mengikuti mereka, mewarisi ilmu-ilmu dan antusiasme mereka 
bahkan membukukan kejadian-kejadian itu merupakan pengutamaan mereka dan bukti 
cinta mereka kepada para salaf dan bukti penghargaan terhadap salaf dengan 
penghargaan yang layak. Orang seperti ini tidak disangsikan lagi, dia akan 
mengikuti salaf dengan iman dan amal; mereka melakukan amalan-amalan yang 
dilakukan para salaf. Kemudian di hari kiamat, dikumpulkan bersama para salaf. 
Orang yang cinta kepada suatu kaum, maka dia akan dikumpulkan bersama dengan 
orang yang dia cinta, sebagaimana diterangkan dalam hadits. (Diriwayatkan oleh 
Imam Bukhari no. 6169 dan Imam Muslim 2640 dari Abdullah bin Mas'ud, dan lafazh 
hadits ini adalah riwayat Imam Muslim, Abdullah  rodhiallohu 'anhu mengatakan: 
"Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam seraya 
mengatakan: "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang 
cinta kepada satu kaum padahal dia belum pernah menjumpai mereka?" Rasulullah 
shalallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Orang itu bersama dengan yang dia 
cinta.")
Maka kami katakan, dalam keadaan membahas tentang ilmu salaf, "Sesungguhnya 
wajib atas kita untuk mempelajari ilmu yang benar yang diwariskan oleh para 
salaf dari Nabi mereka shalallahu 'alaihi wa sallam dan wajib atas kita untuk 
memprioritaskannya di atas ilmu-ilmu lain yang  menyainginya". Ilmu-ilmu yang 
dipelajari oleh salaf ada beberapa macam:
PERTAMA, ilmu yang mereka ucapkan dengan lisan dan mereka yakini dengan hati. 
Ini adalah masalah aqidah.
KEDUA, mereka mempelajari dari Rasulullah ilmu yang bisa mendekatkan diri 
kepada Alloh. Ini adalah urusan ibadah.
KETIGA, mereka mempelajari dari nabi shalallahu 'alaihi wa sallam apa-apa yang 
wajib mereka lakukan dalam kehidupan dan mempelajari perkara haram yang wajib 
mereka tinggalkan dan lain sebagainya.
Tidak diragukan lagi, bahwa siapa saja yang mengikuti mereka -meskipun dia ada 
beberapa dekade setelah mereka- maka dia akan dikumpulkan bersama mereka, 
karena dengan mengikuti mereka, berarti mengutamakan mereka, mencintai mereka  
dan menghargai mereka sebagaimana mestinya. Dan siapa saja yang mencintai suatu 
kaum maka dia akan dikumpulkan bersama mereka.
Kalau kita tidak menyibukkan dengan ilmu-ilmu ini berarti kita kehilangan 
banyak ilmu dan hilang kesempatan mendekatkan diri kepada Alloh dengan 
amal-amal shalih. Sebaliknya, jika menyibukkan diri dengannya dan arahkan 
langkah kita ke sana, maka kita akan sampai kepada Alloh dalam keadaan berada 
di atas jalan yang lurus, kita menempuh jalan lurus, tidak ada penyimpangan dan 
kebengkokan.
Sedangkan jika mengikuti orang setelah generasi salaf dan kita menempuh 
jalan-jalan menyimpang dalam amalan-amalan kita, maka kita akan masuk ke dalam 
jurang kebinasaan, minimalnya kita (terjerumus) mengadakan perbuatan bid'ah 
yang tidak pernah diperintahkan oleh Alloh subhanahu wa ta'ala.
Ilmu para salaf terbentuk dari ilmu nash-nash dan mencakup menghafal ayat dan 
hadits-hadits, memahaminya dan menjelaskannya, menjelaskan makna dan 
kandungannya, mengamalkan. Demikian juga mencakup masalah menampakkannya dan 
mengajarkannya. Jadi sumber ilmu-ilmu mereka adalah: hafalan, pemahaman, 
praktek, dan menjelaskan.

KLASIFIKASI ILMU SALAF
Ilmu para salaf dapat dikategorikan menjadi beberapa:
PERTAMA, ilmu tentang ayat-ayat Al Quran, maknanya dan yang terkait dengannya. 
Ini disebut tafsir.
KEDUA, ilmu hadits, cabang dan pengklasifikasiannya serta pembagiannya dalam 
beberapa macam dan lain sebagainya. Termasuk juga yang terkait dengannya adalah 
mengetahui hadits shahih dari yang lemah, yang dapat diterima dan yang tertolak 
dan mengetahui para perawi dan riwayat yang berhubungan dengan mereka. Ini 
disebut ilmu sunnah.
KETIGA, ilmu memahami dan mengambil faedah dari nash. Ini disebut ilmu fikih.
KEEMPAT, ilmu i'tiqad (keyakinan). Mereka membaginya menjadi ilmu ushul dan 
furu' (cabang). Yang ushul yaitu ilmu yang berkait dengan aqidah. Ilmu ini 
mereka jelaskan dan terangkan dari satu sisi tertentu. Sedangkan yang berkait 
dengan furu' (cabang) mereka jelaskan dari segi yang lainnya.
Ketika mereka menyadari bahwa ada beberapa masalah yang menyebabkan seseorang 
bisa menjadi kafir, mereka menyendirikannya dalam tulisan. Mereka menulis 
banyak kitab yang berkait dengan aqidah, ilmu sunnah. Karena melihat dan 
menyaksikan beberapa ahlul bid'ah yang dikhawatirkan akan melakukan pengrusakan 
di muka bumi, maka membantah  kebid'ahan-kebid'ahan mereka. Mereka menulis 
sesuatu yang membantah syubhat-syubhat yang mereka lontarkan kepada orang lemah 
imannya.
Alloh menjagakan kitab-kitab yang ditulis oleh para salaf tersebut buat kita. 
Misalnya bisa didapatkan kitab-kitab yang berisi aqidah yang ditulis pada abad 
kedua, kebanyakannya ditulis pada abad ketiga. Kitab-kitab ini ada dan mudah 
didapatkan. Jika seorang alim mengumpulkannya, membacanya dan mengikat diri 
dengannya, maka dia akan tahu bahwa para salaf berada di atas aqidah yang kokok 
dan ilmu yang dalam. Nara sumber ilmu mereka adalah dua wahyu yaitu Al Quran 
dan sunnah yang jadikan sebagai referensi.
Sedangkan masalah far'iyah (cabang) yang ditulis oleh para salaf dan diwariskan 
turun temurun, juga banyak. Hal  ini karena mereka ingin menjaga sunnah nabi 
mereka dan ilmu diwarisi dari beliau shalallahu 'alaihi wa sallam. Sehingga 
mereka menulis kitab-kitab mereka dalam masalah furu'. Mereka isi dengan 
hadits-hadits yang sah dari nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam, mereka 
riwayatkan dengan membawakan sanadnya sampai ke nara sumbernya (yaitu  
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam). Kitab-kitab mereka juga berisi 
atsar-atsar dari sahabat, tabi'in yang menjelaskan perkataan dan pendapat 
mereka.
Ini semua demi menjaga ilmu itu sehingga  tidak terlupakan. Karena Alloh 
subhanahu wa ta'ala telah menjamin  keterpeliharaan syariat ini, maka Alloh 
menakdirkan ulama-ulama salaf untuk syariat ini yang akan menjaganya:

1. Dengan sanad dalam dada mereka.
2. Dengan menuliskan sanad dan mengetahui orang-orangnya agar bisa mengetahui 
hadits yang shahih dari yang lemah.
3. Dengan  menulisnya. Karena mereka khawatir, ada ilmu sedikit yang hilang 
akibat lupa atau lainnya, akibat wafatnya orang yang menghafalnya di dada 
mereka. Karenanya mereka segera membukukannya sehingga syariat ini tetap 
terjaga tidak ada yang hilang.

Yang termasuk imam abad kedua dalam masalah ini yaitu Imam Malik dan Abu 
Hanifah yang banyak menulis pada abad kedua tentang permasalahan yang berkait 
dengan furu'. Begitu juga dua teman Abu Hanifah yaitu Abu Yusuf dan Muhammad 
bin Al Hasan. Termasuk orang-orang yang ada pada zaman itu adalah Ibnu Juraij, 
Abdurrazaq bin  Hammam, Ma'mar bin Rasyid dan ulama lain pada masa itu.
Kemudian setelah mereka adalah murid-murid mereka. Mereka juga menulis banyak 
kitab dalam masalah ini, seperti penulis shahih Bukhari dan Shahih Muslim, 
penulis kitab-kitab sunan, kitab-kitab musnad.
Sebagian di antara mereka, ada yang hidup pada akhir abad kedua dan ada pula 
yang hidup pada abad ketiga, maksudnya masih dalam abad-abad yang diutamakan. 
Kemudian generasi setelah mereka, orang-orang yang menulis dalam masalah furu' 
itu, semoga Alloh memberikan manfaat dengan ilmu-ilmu mereka.

METODA BELAJAR SALAF
PERTAMA, hafalan. Tidak diragukan lagi bahwa ilmunya para salaf itu benar, 
lebih dapat berbuah (kebaikan) dan lebih absah. Karena kesibukan mereka dengan 
ilmu ini dan antusiasme mereka untuk menulis dan mengokohkannya. Semua ini 
merupakan karunia Alloh kepada mereka.
Hal itu karena mereka ketika menerima warisan ilmu, sebagian di antara mereka 
sibuk untuk menghafalnya dalam dada hingga tidak pernah lupa. Sehingga Alloh 
menganugerahkan orang saat itu hafalan yang kuat, sampai-sampai diriwayatkan 
dari As Sya'bi Amir bin Syarahbil mengatakan, "Aku tidak pernah menuliskan 
hitam di atas putih". Maksudnya dia hanya menghafal, dia menghafal semua ilmu 
yang sampai kepadanya, dan tidak butuh menulis di buku. Buktinya adalah 
atsar-atsar dan hadits-hadits yang diriwayatkan darinya.
KEDUA, pemahaman. Hal ini dengan memahami nash-nash, mempelajarinya dan 
menyimpulkan hukum darinya.
KETIGA, kombinasi antara hafalan dan pemahaman. Dalam masalah ini, Rasulullah 
membuat sebuah permisalan dengan air hujan yang jatuh ke bumi dan Rasulullah 
shalallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan bahwa air hujan, jika jatuh ke muka 
bumi, maka bumi terbagi menjadi empat:
(1) Menadah air sehingga manusia bercocok tanam, memberi minum ternak-ternak 
mereka dan bisa melepaskan dahaga  dengannya. Bagian ini sama dengan kedudukan 
orang-orang yang dianugerahkan Alloh hafalan, meskipun tidak memiliki pemahaman.
(2) Bumi yang kena air atau hujan, akan tetapi tanah ini tidak bisa menadah 
air, namun diserap. Kemudian tumbuhan mulai tumbuh dan manusia bisa 
memanfaatkan tumbuhan ini dan menggembalakan ternak mereka disana. Bagian ini 
sama dengan kedudukan para ulama ahli fikih yang berikan kemampuan untuk 
memahami dan menyimpulkan hukum, meskipun dia tidak memiliki kemampuan untuk 
menghafal.
(3) Bumi yang memiliki kedua sifat di atas yaitu bisa menadah air hujan untuk 
keperluan minum, dan sisanya untuk  menumbuhkan rumput yang banyak. Ini sama 
dengan orang yang mengumpulkan antara dua hal itu yaitu antara hafalan dan 
pemahaman.
(4) Bumi yang gersang, tidak bisa menumbuhkan tanaman juga tidak menahan air. 
Ini perumpamaan bagi orang yang tidak menyibukkan dengan ilmu sedikit pun 
bahkan dia menjauhinya.

Pembagian ini dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dalam 
sabda beliau shalallahu 'alaihi wa sallam:
مَثَلُ  مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ 
 الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتْ الْمَاءَ  
فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَتْ مِنْهَا  أَجَادِبُ 
أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ  فَشَرِبُوا وَسَقَوْا 
وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى  إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا 
تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً  فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ 
اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي  اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ
وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ  رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ 
الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ
"Sesungguhnya perumpamaan ilmu dan hidayah yang aku bawa seperti air hujan yang 
menimpa bumi. Di antara bumi ini ada yang kelompok yang baik, dia menerima air 
lalu menumbuhkan rumput yang banyak, di antaranya juga ada yang gersang 
(cadas), dia bisa menahan (menadah) air, sehingga bisa dimanfaatkan oleh 
manusia, manusia bisa minum, mengairi (tanaman) dan bisa menggembala. Dan air 
hujan itu juga mengenai bagian bumi yang lain yaitu lembah yang tidak bisa 
menahan air dan tidak bisa menumbuhkan rumput. Itulah perumpamaan orang yang 
paham tentang agama Alloh  (Islam), dia mendapatkan manfaat dari apa yang aku 
bawa, dia tahu lalu mengajarkannya. Dan perumpamaan orang yang tidak 
memperdulikannya sama sekali dan tidak menerima hidayah dari Alloh yang aku 
bawa."  (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari no. 79, Imam Muslim no. 2282 dari Abu  
Musa Al Asy'ari rodhiallohu 'anhu)
-bersambung insya Alloh-
Sumber: Kumpulan Makalah Ustadz Kholid Syamhudi, jazaahullohu ahsanal jaza'


Abu abdirrahman bin misdi al-carati


---------------------------------
Apakah Anda Yahoo!?
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!




------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Great things are happening at Yahoo! Groups.  See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/TISQkA/hOaOAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

HADIRILAH! SILATURAHMI AKBAR 3 ULAMA MADINAH NABAWIYAH & UMMAT, MASJID ISTIQLAL 
JAKARTA, AHAD 20 JUMADIL TSANI 1427H/16 JULI 2006M, JAM 09.00 WIB S/D DZUHUR, 
SYAIKH PROF ABDURROZAK BIN ABDUL MUHSIN AL'ABBAD, SYAIKH DR SULAIMAN BIN 
SALIIMULLAH AR-RUHAILY
Website anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke