From: assunnah@yahoogroups.com 
Sent: 07 Desember 2007 14:45
Assalamu'alaikum
Ana ingin tahu biografi Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab. Bagi yang tau harap 
kirim ke email ana.
Jazakallahu khairan
Wassalamu'alaikum

Wa'alaikumsalam Warohmatulloh ...
Ini sekalian ana kirimkan artikelnya, siapa tahu ada yang membutuhkan ...
Assalamu'alaikum Warohmatulloh ..

Kata Wahabiyyah Dinisbatkan Kepada Seorang Ulama Bukan Dinisbatkan Kepada Marx 
Atau Lenin
http://www.almanhaj.or.id/content/1736/slash/0
Jika Kamu Mendengar Perkataan : Itu Pengikut Wahabi, Maka Kemungkinan Ia 
Seorang Yang Bodoh
http://www.almanhaj.or.id/content/1737/slash/0

SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB SOSOK PENEGAK PANJI-PANJI TAUHID

Disusun Oleh Abu Aufa
Bagian Pertama dari Dua Tulisan 1/2
http://www.almanhaj.or.id/content/1297/slash/0
Bagian Terakhir dari Dua Tulisan 2/2
http://www.almanhaj.or.id/content/1298/slash/0

Keadaan Umat di Najd Pada Masa Sebelum Beliau
[1]. Keadaan Sosial Politik Najd Kala Itu.
Mayoritas dari penduduk Najd kala itu terdiri dari kabilah-kabilah Arab yang 
dikenal akan nasabnya, dan para pendatang yang berdatangan untuk tinggal di 
Najd hanyalah minoritas saja.

Waktu itu sisi pandang masyarakat Najd terhadap seseorang tergantung pada nasab 
yang dia miliki. Hal ini sangat menyolok sekali terutama dalam urusan 
perkawinan, lowongan mendapat pekerjaan dan lain sebagainya. Masyarakat Najd 
terbagi menjadi dua kelompok atau dua golongan, Hadhari dan Badawi (Badui), 
meskipun didapati perubahan sifat atau ciri pada sebagian penduduk. Yang 
demikian itu menimbulkan kesulitan bagi kita untuk menggolongkan kelompok yang 
ketiga ini, karena mereka itu bukan Badui murni dan juga tidak Hadhari murni [1]

Orang-orang Badui merasa bangga atas diri mereka dan kehidupan padang pasirnya. 
Mereka merasa bahwa orang-orang Hadhari hina di hadapan mereka. Penunjang 
kehidupan ekonomi mereka adalah kekayaan binatang, dan yang paling berharga 
bagi mereka diantara binatang-binatang yang ada adalah unta. Dan kebetulan 
daerah Najd adalah daerah yang kaya akan unta sehingga tidak aneh kalau Najd 
biasa disebut dengan Ummul Ibil [2].

Adapun orang-orang Hadhari (orang-orang kota) memiliki pandangan yang berbeda 
dengan orang-orang Badui, yang mana sebagian mereka berpendapat bahwa sifat 
kejantanan yang ada pada orang-orang Hadhari ataupun yang ada pada orang-orang 
Badui berada pada garis yang sama [3], sebagian yang lain berpendapat bahwa 
orang-orang Badui harus diperlakukan dengan kekerasan, karena dengan cara 
demikian mereka bisa menjadi baik[4]

Adapun penunjang kehidupan ekonomi mereka adalah bertani. Sedangkan perdagangan 
adalah satu-satunya penunjang kehidupan ekonomi yang ada atau dimiliki oleh 
orang-orang Badui maupun orang-orang Hadhari.

Mengenai hal kepemimpinan, sangatlah jauh berbeda antara orang-orang Badui 
dengan orang-orang Hadhari. Di mana seorang pemimpin yang ada di kalangan 
orang-orang Badui haruslah memenuhi kriteria seorang pemimpin, misalnya 
memiliki derajad lebih dari yang lain, pemberani dan memiliki pandangan dan 
gagasan yang jitu. Cara-cara mereka ini lebih mirip dengan sistem demokrat. 
Adapun orang-orang Hadhari lebih cenderung pemilihan pemimpin mereka jatuh ke 
tangan orang-orang yang memilki kekuatan dan kekuasaan, cara-caranyapun sudah 
banyak dicampuri dengan kelicikan dan tipu muslihat demi teraihnya kepemimpinan 
tersebut.

[2]. Keadaan Kegaamaan Di Najd Waktu Itu.
Penduduk negeri Najd sebelum adanya dakwah yang dilakukan oleh Syaikh Muhammad 
bin Abdul Wahab keadaannya menyedihkan. Keadaan yang apabila seorang mukmin 
menyaksikannya tidak akan ridla selama-lamanya. Syirik (persekutuan) terhadap 
Allah Subhanahu wa Ta'ala tumbuh dengan suburnya, baik syirik besar maupun 
syirik kecil. Sampai-sampai kubah, pepohonan, bebatuan, gua dan orang-orang 
yang dianggap sebagai wali pun disembah sebagaimana layaknya Allah Subhanahu wa 
Ta'ala. Penduduk Najd kala itu telah terpesona dengan kehidupan dunia dan 
syahwat. Sehingga pintu-pintu kesyirikan terbuka lebar untuk mereka. Marja' 
(sandaran) mereka kepada ahli sihir dan para dukun, sehingga negeri Najd 
terkenal akan hal itu. Bahkan Makkah, Madinah dan Yaman menjadi basis 
kemusyrikan kala itu. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menyelamatkan umat Islam 
ini dengan dilahirkannya seorang mujaddid besar, penegak panji-panji tauhid dan 
penyampai kebenaran yang bersumber dari Allah dan Rasul-Nya. Dialah Syaikh 
Muhammad bin Abdul Wahab, yang kelak berjuang mati-matian dalam rangka tegaknya 
tauhidullah dan menebas habis setiap yang berbau syirik terhadap Allah 
Subhanahu wa Ta'ala.

Nasab dan Kelahiran Beliau
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab hidup ditengah-tengah keluarga yang dikenal 
denan nama keluarga Musyarraf (Ali Musyarraf), dimana Ali Musyarraf ini cabang 
atau bagian dari Kabilah Tamim yang terkenal. Sedangkan Musyarraf adalah kakek 
beliau ke-9 menurut riwayat yang rajih. Dengan demikian nasab beliau adalah 
Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Ahmad bin Rasyid bin Buraid 
bin Muhammad bin Buraid bin Musyarraf [5]

Beliau dilahirkan di negeri Uyainah pada tahun 1115H. Daerah Uyainah ini 
terletak di wilayah Yamamah yang masih termasuk bagian dari Najd. Letaknya 
berada di bagian barat laut dari kota Riyadh yang jaraknya (jarak antara 
Uyainah dan Riyadh) lebih kurang 70 Km.

Perjalanan Beliau Dalam Menuntut Ilmu
Ibnu Ghannam berkata : "Muhammad bin Abdul Wahhab telah menampakkan semangat 
thalabul-ilmi nya sejak usia belia. Beliau memiliki kebiasaan yang sangat 
berbeda dengan anak-anak sebayanya. Beliau tidak suka dengan main-main dan 
perbuatan yang sia-sia.[6]. Beliau mulai thalabul-ilmi dengan mendalami 
al-Qur'anul Karim, sehingga tidak aneh kalau beliau sudah hafal ketika umur 10 
tahun.[7]. Yang demikian itu terjadi pada diri beliau dikarenakan banyak faktor 
yang mendukungnya. Diantaranya adalah semangat beliau yang sangat menggebu-gebu 
dalam menuntut ilmu, juga keadaan lingkungan keluarga yang benar-benar 
mendorong dan memicu beliau untuk terus menerus menuntut ilmu. Dan Syaikh Abdul 
Wahhab-lah guru dan sekaligus orang tua beliau yang pertama-tama mencetak 
kepribadian beliau.

Sampai-sampai ketika ayah beliau Syaikh Abdul Wahhab menulis surat kepada 
seorang temannya mengatakan (dalam surat tsb) : " Sesungguhnya dia (Muhammad 
bin Abdul Wahab) memiliki pemahaman yang bagus, kalau seandainya dia belajar 
selama satu tahun niscaya dia akan hafal, mapan serta menguasai apa yang dia 
pelajari. Aku tahu bahwasanya dia telah ihtilam (baligh) pada usia dua belas 
tahun. Dan aku melihatnya sudah pantas untuk menjadi imam, maka aku jadikan dia 
sebagai imam shalat berjamaah dikarenakan ma'rifah dan ilmunya tentang ahkam. 
Dan pada usia balighnya itulah aku nikahkan dia. Kemudian setelah nikah, dia 
meminta izin kepadaku untuk berhaji, maka aku penuhi permintaannya dan aku 
berikan segala bantuan demi tercapai tujuannya tersebut. Lalu berangkatlah dia 
menunaikan ibadah haji, salah satu rukun dari rukun-rukun Islam".[8]

Setelah berhaji beliau belajar dengan para Ulama Haramain (Makkah dan Madinah) 
selama lebih kurang dua bulan. Kemudian setelah itu kembali lagi ke daerah 
Uyainah. Setelah pulang dari haji beliau terus memacu belajar. Beliau belajar 
dari ayah yang sekaligus sebagai guru pelajaran Fiqh Hambali, tafsir, hadits 
dan tauhid.[9]

Tidak berapa lama kemudian Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menunaikan ibadah 
haji untuk yang kedua kalinya. Kemudian menuntut ilmu dari Ulama Haramaian, 
khususnya para ulama Madinah Al-Munawarah. Di Madinah beliau belajar dien 
dengan serius, dan Madinah saat itu adalah tempat berkumpulnya ulama dunia. 
Diantara guru beliau yang paling beliau kagumi dan senangi adalah Syaikh 
Abdullah bin Ibrahim bin Saif an-Najdi dan Syaikh Muhammad Hayat as-Sindi. 
Setelah beliau merasa cukup untuk menuntut ilmu dari para ulama Madinah 
al-Munawwarah ini maka beliau kembali lagi ke kampung halaman, Uyainah.

Setahun kemudian beliau memulai berkelana thalabul-ilmi menuju daerah Irak dan 
Ahsaa.[10] Kota Damaskus saat itu sebuah kota yang sarat akan kegiatan 
keislaman. Disana terdapat sebuah madrasah yang digalakkan padanya ke ilmuan 
tentang madzhab Hambali dan kegiatan-kegiatan yang menunjang keilmuan tersebut. 
Oleh karena itu negeri yang pertama kali di cita-citakannya untuk menuntut ilmu 
adalah Syam. Di negeri itulah Damaskus berada. Namun dikarenakan perjalanan 
dari Najd menuju Damaskus secara langsung sangat sulit, maka Syaikh Muhammad 
bin Abdul Wahhab pergi menuju Bashrah (Irak),[11] pada saat itu beliau 
berkeyakinan bahwa perjalanan dari Bashrah menuju Damaskus sangatlah mudah.

Setelah di Bashrah, ternyata apa yang beliau yakini sementara ini tidak sesuai 
dengan kenyataan yang sebenarnya. Perjalanan dari Basrah menuju Damaskus yang 
semula dianggap mudah ternyata sulit. Maka bertekadlah Syaikh Muhammad bin 
Abdul Wahab untuk tinggal di Bashrah. Beliau belajar Fiqh dan Hadits dari 
sejumlah ulama yang berada di kota Bashrah tersebut -hanya saja dari nara 
sumber yang ada- tidak menyebutkan nama guru-guru beliau yang ada di kota 
tersebut kecuali hanya seorang saja yaitu Syaikh Muhammad al-Majmu'i.[12] 
Disamping ilmu fiqh dan hadits beliau juga mendalami ilmu Qawaidul-Arabiyyah 
sehingga beliau betul-betul menguasainya. Bahkan selama tinggal di Bashrah 
beliau sempat mengarang beberapa kitab yang berkenaan dengan Qawaidul Lughah 
al-Arabiyyah. [13]

Ternayata tidak semua orang yang ada di Bashrah senang terhadap Syaikh Muhammad 
bin Abdul Wahhab dan ulama-ulama yang sepemikiran dengan beliau, khususnya para 
ulama suu' yang ada di Bashrah, dimana mereka tidak henti-hentinya menentang 
dan memusuhi beliau. Nah dikarenakan ulah dan permusuhan mereka terhadap Syaikh 
Muhammad bin Abdul Wahhab itulah akhirnya beliau dengan berat hati meninggalkan 
negeri Bashrah, tempat beliau belajar dan dakwah saat itu.

Kemudian beliau pergi menuju suatu tempat yang bernama az-Zubair. Setelah 
perjalanan beberapa saat di sana, beliau melanjutlan perjalanan menuju 
al-Ahsaa'. Di daerah tersebut beliau melanjutkan studinya dengan belajar ilmu 
dien dari para ulama al-Ahsaa'. Di antara guru-guru beliau yang ada di 
al-Ahsaa' tersebut adalah Syaikh Abdullah bin Fairuz, Syaikh Abdullah bin Abdul 
Lathif serta Syaikh Muhammad bin Afaliq. Dan memang, Ahsaa' saat itu merupakan 
gudang nya ilmu sehingga orang-orang Najd dan orang-orang sebelah timur jazirah 
Arab berdatangan ke Ahsaa' untuk menuntut ilmu di sana.

Kemudian Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab melanjutkan kelana thalabul-ilmi nya 
ke daerah Haryamala dan tiba di sana pada tahun 1115H [14]. Dimana kebetulan 
ayah beliau yang tadinya menjadi qadhi di Uyainah telah pindah ke daerah 
tersebut. Maka berkumpullah beliau dengan ayahnya di sana.

Tapi baru dua tahun bertemu dan berkumpul dengan orang tua beliau. Ayah beliau 
Syaikh Abdul Wahhab bin Sulaiman meninggal dunia, tepatnya pada tahun 1153H 
[15]. Sepeninggal ayahnya, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menggantikan 
ayahnya dalam melaksanakan segala aktivitasnya di negeri Haryamala tersebut. 
Dalam waktu yang cukup singkat nama beliau sudah mulai tersohor. Sehingga 
orang-orang pun mulai berdatangan ke Haryamala untuk menuntut ilmu dari beliau. 
Bahkan para pemimpin negeri pun di sekitar Haryamala pun menerima ajakan dan 
dakwah beliau. Sehingga tidak aneh kalau Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab hanya 
dua tahun tinggal di Haryamala (sepeninggal ayahnya) demi menyambut ajakan dan 
tawaran Amir negeri Uyainah Utsman bin Ma'mar untuk tinggal di negeri Uyainah, 
negeri kelahiran beliau.[16].

Dakwah Beliau Sebelum Bergabung Dengan Amir Dir'iyyah
Sebenarnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab senantiasa berdakwah di setiap 
tempat dimana beliau belajar. Di Najd itu sendiri atau di Bashrah, di 
Az-Zubair, al-Ahsaa', Haryamala dan lain sebagainya. Akan tetapi beliau mulai 
mengerahkan segala apa yang dimiliki sekembali beliau dari Haryamala, tepatnya 
mulai tahun 1155H. Beliau mulai dakwah mubarakah tersebut di negeri Uyainah 
tempat kelahiran dan kampung halaman beliau.

Amir Uyainah Utsman bin Muhammad bin Ma'mar sangat gembira dengan kedatangan 
beliau, bahkan dia berkata kepada Syaikh : "Tegakkanlah dakwah di jalan Allah 
dan kami senantiasa akan membantumu". Maka mulaialah Syaikh Muhammad bin Abdul 
Wahhab sibuk dengan urusan dakwah, ta'lim, serta mengajak manusia kepada 
kebaikan dan saling mencintai karena Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sehingga dalam 
waktu yang cukup singkat nama beliau sudah masyhur di kalangan penduduk 
Uyainah. Mereka datang ke tempat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab untuk 
thallabul ilmi, bahkan penduduk negeri sebelah pun datang ke Uyainah dalam 
rangka ingin belajar kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

Pada suatu hari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menemui Amir Uyainah, kemudian 
beliau berkata : "Wahai Amir (Utsman bin Muhammad bin Ma'mar), izinkanlah saya 
untuk menghancurkan kubah Zaid bin Khathab, karena sungguh kubah tersebut 
dibangun dalam rangka menentang syari'at Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Allah 
Ta'ala tidak akan ridha selama-lamanya dengan amalan tersebut. Rasulullah 
Shallallahu 'alaihi wa sallam pun telah melarang dijadikannya kuburan sebagai 
masjid, kubah Zaid ini telah menjadi fitnah bagi manusia dan merubah aqidah 
mereka. Oleh karena itu wajib bagi kita untuk menghancurkannya". Kemudian Amir 
Uyainah menjawab : "Silakan kalau engkau memang menghendaki yang demikian itu". 
Lalu Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab memohon kepada Amir Uyainah agar beliau 
dibantu oleh tentara Uyainah, karena ditakutkan akan adanya perlawanan dari 
penduduk desa Jabaliyah, desa terdekat dari kubah Zaid bin Khathab.

Maka keluarlah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bersama 600 tentara Uyainah dan 
di tengah-tengah mereka ada Utsman bin Muhammad bin Ma'mar, Amir negeri 
Uyainah. Setelah penduduk Jabaliyah mendengar khabar bahwa Kubah Zaid bin 
Khathab akan dihancurkan, maka serempak mereka berniat untuk mempertahankan 
kubah tersebut. Hancur leburlah kubah Zaid bin Khathab yang sudah lama mereka 
agung-agungkan dan mereka sembah. Demikian Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, 
beliau selalu memberantas hal-hal yang berbau syirik dan hal-hal yang mengarah 
kepada kesyirikan. Beliau menegakkan hukuman had (hukuman cambuk atau rajam 
atau potong tangan bagi yang berhak). Sehingga, sampailah berita tentang beliau 
ini ke telinga Amir Al-Ahsaa', saat itu Sulaiman bin Urai'ir al-Khalidi, dan 
para pengikutnya dari bani Khalid. Khabar yang dipahami oleh mereka bahwa 
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah orang yang suka menhancurkan kubah dan 
suka merajam wanita. Akhirnya dia berkirim surat kepada Amir Uyainah agar 
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dibunuh, kalau tidak, maka dia tidak akan 
menyerahkan pajak emas yang biasa diberikan kepada Amir Uyainah dan dia pun 
akan menyerang negeri Uyainah.

Rasa cemas pun menghantui diri Amir Uyainah. Yang demikian pada akhirnya dia 
menemui Syaikh Muhamad bin Abdul Wahhab seraya berkata : "Wahai Syaikh .... 
sesungguhnya Amir Al-Ahsaa' telah menulis surat kepadaku begini dan begini. Dia 
menginginkan agar kami membunuhmu. Kami tidak ingin untuk membunuhmu ! dan kami 
pun tidak berani dengan dia, tiada daya dan upaya pada kami untuk menentangnya. 
Oleh karena itu kami berul-betul mengharap Syaikh agar sudi meninggalkan negeri 
Uyainah ini". Kemudian Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata : "Wahai Amir 
...., sesungguhnya apa yang aku dakwahkan ini adalah agama Allah dan realisasi 
kalimat La ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah. Maka barangsiapa yang 
berpegang teguh dengan agama ini serta menegakkannya di bumi Allah ini, niscaya 
Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menolongnya dan memberinya kekuatan serta 
menjadikan dia sebagai penguasa di negeri para musuhnya. Jika engkai bersabar 
dan beristiqamah serta mau menerima ajaran ini, niscaya Allah Subhanahu wa 
Ta'ala akan menolongmu, menjagamu dari Amir Al-Ahsaa' dan yang lainnya dari 
musuh-musuhmu, serta Allah Ta'ala akan menjadikanmu sebagai penguasa atas 
negerinya dan keluarganya". Kemudian Amir Uyainah berkata lagi : "Wahai Syaikh 
...., sesungguhnya kami tiada daya dan upaya untuk memeranginya dan kami tiada 
mempunyai kesabaran untuk menentangnya".

Maka tiada pilihan lain bagi syaikh Muhamamd bin Abdul Wahhab, kecuali harus 
keluar dan meninggalkan negeri Uyainah, kampung halaman beliau sendiri.

[Diterjemahkan dan dinukil dari buku : Al-Imam Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab 
Da'watuhu Wasiiratuhu, Lisamahatisy Asyaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz. 
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Hayaatuhu Wafikruhu, Ta'lif Dr.Abdullah 
Ash-Shalih Al-'Utsaimin, Penyusun Abu Aufa, dan disalin ulang dari Majalah 
As-Sunnah Edisi 10/1/1415-1994]
__________
Foote Note
[1]. 'Unwaanul Majdi Fil Taariikhin Najd karya Utsman bin Basyar juz 2 hal. 
189, Hawadits karya Ibrahim bin Isa hal. 32,36,50.
[2]. Mulahazhat III Burikat juz 1 hal. 69
[3]. Minsyaimil Arab Lifahd al-Marik juz 3 hal.99
[4]. Diwanun-Nabti II Khalid al-Farj juj 1 hal.43.
[5]. Kitab Raudhah II Hussain bin Ghannam juz 1, hal.25, Unwanul majdi fil 
Tarikh Najd II Utsman bin Basyar juz I hal. 113, Hawadits II Ibrahim bin Isa 
hal. 125. Rasaali (Majmu'ur Rasaali wal Masaali an-Najdiyyah) juz 3 hal.379.
[6]. Raudhah II Husain bi Ghannam juz 1 hal.25
[7]. Idem.
[8]. Raudhah II Husain bin Ghannam juz 1 hal, 25
[9]. Raudhah II Husain bin Ghannam juz 1 hal, 26
[10]. Ulama'ud Dakwah II Abdur Rahman Ali Syaikh hal. 7
[11]. Unwanul Majdi III Haidary hal. 221, Ulama'ud Dakwah II Abdur Rahman Ali 
Syaikh hal. 7
[12]. Unwanul Majdi Fi Tarikhi Najd II Utsman bin Basyar juz 1 hal. 21
[13]. Raudhah II Husain bin Ghannam juz 1 hal. 27
[14]. Unwanul Majdi Fi Tarikhi Najd II Utsman bin Basyar juz 1 hal. 20-21
[15]. Idem
[16]. Raudhah II Husain bin Ghannam juz 1 hal. 30 


Website anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/mlbios.php/aturanmilis/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke