From: hlukmanu...@yahoo.com Date: Thu, 18 Jul 2013 19:34:58 -0700
Bismillahir rahmanir rahim Para ikhwan yang dirahmati Allah, barangkali ada yang mengetahui dalil atau alasan yang kuat tentang bacaan doa iftitah. yang menjadi permasalahannya adalah "dalam shalat tarawih" Dalam shalat tarawih ada beberapa pendapat ada yang 23 rakaat dan ada yang 11 rakaat, yang masalahnya adalah apakah setiap selesai rakaat harus baca doa iftitah? (misalnya ada yang melakukan 11 rakaat dengan 4 - 4 - 3 atau 2 - 2 - 2 - 2 - 3 , setelah 2 rakaat selesai kemudian akan melakukan 4 rakaat lagi apakah harus membaca doa iftitah lagi. Demikian semoga ikhwan bisa memberikan keterangan lebih jelas. Wassalam Lukmanudin >>>>>>>>>>>>>>> 1. Doa istiftah termasuk sunnah ucapan dalam shalat, sehingga apabila doa istiftah tertinggal tidak membatalkan shalat. Sunnah-Sunnah Ucapan: a. Membaca do’a istiftah Do’a istiftah yang paling baik adalah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Dia berkata, "Jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertakbir dalam shalat, beliau diam sejenak sebelum membaca (al-Faatihah). Aku berkata, "Wahai Rasulullah, ayah ibuku menjadi penebusmu. Saya melihat Anda terdiam antara takbir dan membaca (al-Faatihah). Apakah yang Anda baca? Beliau berkata, "Aku membaca: "اَللّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اَللَّهُمَّ نَقِّنِيْ مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اَللّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ الْبَرَدِ." "Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan dosaku sebagaimana Kau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana kain putih tersuci dari noda. Ya Allah, basuhlah aku dari dari dosa-dosaku dengan salju, air, dan es (embun)." [1] Selengkapnya baca di http://almanhaj.or.id/content/705/slash/0/sunnah-sunnah-shalat-sunnah-ucapan/ MEMBACA AL-FATIHAH LEBIH PENTING DARIPADA DO’A IFTITAH Syaikh Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz ditanya : Apabila saya ikut shalat jama’ah ketika imam sebentar lagi akan ruku’. Dalam keadaan seperti ini, apa yang harus saya baca? Do’a iftitah atau Al-Fatihah? Dan ketika imam ruku’ sementara saya belum selesai membaca Al-Fatihah, apa yang harus saya lakukan? Jawaban Membaca do’a istiftah hukumnya sunnah sedangkan membaca Al-Fatihah hukumnya wajib. Demikianlah pendapat para ulama yang lebih shahih. Oleh karena itu jika anda hanya punya sedikit waktu, maka bacalah Al-Fatihah saja. Jika Al-Fatihah anda belum selesai sementara imam sudah ruku’, maka segeralah ruku’ bersama imam dan tinggalkan sisa Al-Fatihah yang belum anda baca. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَلَا تَخْتَلِفُوا عَلَيْهِ فَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا “Sesungguhnya imam itu dijadikan untuk diikuti. Maka janganlah kalian menyelisihi imam. Jika imam takbir, maka bertakbirlah kalian. Dan jika imam ruku’, maka ruku’lah kalian”[HR Bukhari 680 dan Muslim 622] Selengkapnya baca di http://almanhaj.or.id/content/2312/slash/0/ikut-shalat-berjamaah-ketika-imam-sedang-ruku-apakah-bertakbir-untuk-takbiratul-ikhram-atau-ruku/ 2. Shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada malam ramadhan dan juga pada bulan lainnya tidak pernah melebihkan dari 11 rak’at dengan salam setiap 2 rakaat. Abu Salamah bin Abdurrahman Radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Aisyah Radhiyallahu 'anha perihal shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan. Aisyah Radhiyallahu 'anha menjawab: مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً وفي رواية لمسلم يُصَلِّي ثَمَانَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ يُوتِرُ رواه البخاري و مسلم "Pada bulan Ramadhan, Beliau tidak pernah melebihkan dari 11 rak’at. (Begitu) juga pada bulan lainnya. (Dalam hadits riwayat Muslim) Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat 8 raka’at, lalu melakukan witir". Dengan langgam bahasanya yang keras/tegas, hadits Aisyah ini memberikan kesan pengingkaran terhadap tambahan lebih dari bilangan (sebelas) ini. Sedangkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma tentang cara shalat malam Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dia mengatakan: فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَوْتَرَ رواه مسلم "Lalu Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian witir". [HR Muslim 2/179] Dengan ini menjadi jelas, bahwa shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada malam hari itu, berkisar antara 11 dan 13 raka’at. Jika ada yang mengatakan, bahwa shalat malam yang diterangkan dalam hadits ini bukanlah shalat Tarawih, karena Tarawih merupakan sunnah yang dikerjakan Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu. Maka jawabnya : Shalat malam Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan itulah (yang disebut) Tarawih. Mereka menamakannya Tarawih (istirahat), karena mereka memanjangkan shalatnya lalu istirahat setelah dua kali salam. Oleh karena itu dinamakan Tarawih (istirahat). Dan Tarawih termasuk sunnah perbuatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Selengkapnya baca di http://almanhaj.or.id/content/3143/slash/0/shalat-tarawih-keabsahan-23-rakaat/ Wallahu Ta'ala A'lam