VIVAnews.com | Senin, 5 Oktober 2009 | Saat ini anjing pelacak sangat
diandalkan untuk mendeteksi dan menemukan mayat korban.
Gempa dahsyat kembali melanda tanah air. Di Sumatera dan Jambi,
guncangan sebesar 7,6 dan 7 skala richter memporak-porandakan bangunan
di atas tanah dan juga penghuninya.

Untuk menemukan korban yang tertimpa reruntuhan besi, beton, dan
material lainnya bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika bangunan yang
rubuh adalah bangunan tinggi yang puing-puingnya sendiri mencapai
belasan meter tingginya.

Beberapa waktu terakhir, ada beberapa teknologi yang diupayakan untuk
dapat membantu tim pencarian ataupun tim medis dalam menemukan korban.
Khususnya memanfaatkan media udara.

Sebagai contoh, seperti VIVAnews kutip dari Medindia, 5 Oktober 2009,
sekelompok peneliti dari Amerika Serikat, pada National Meeting of the
American Chemical Society, Agustus 2009 lalu mengungkapkan bahwa mereka
telah melakukan penelitian untuk membuat alat portabel yang dapat
mendeteksi jenazah korban yang terkubur. Tujuan mereka adalah membuat
sebuah perangkat elektronik yang dapat menemukan sekaligus memastikan
berapa lama korban telah tewas secara akurat.

Seperti diketahui, saat ini anjing pelacak sangat diandalkan untuk
mendeteksi dan menemukan mayat korban akibat gempa bumi, tornado, atau
bencana alam lainnya.

“Anjing-anjing ini sangat efektif, tetapi butuh waktu, biaya, dan
tenaga yang banyak untuk melatihnya. Jika ada alat yang bisa melakukan
hal tersebut secara efektif, tentu ini perlu diusahakan,” kata Dr Dan
Sykes, ilmuwan yang terlibat dalam penelitan tersebut.

Menurut Sarah A Jones, mahasiswa yang bekerjasama dengan Sykes, alat
seperti itu bisa dikembangkan dengan mendeteksi gas yang dikeluarkan
ketika tubuh manusia mulai membusuk dalam berbagai kondisi lingkungan.

Dari serangkaian uji coba, mereka berhasil membuat sensor khusus
disebut dengan serat Solid Phase Micro Extraction (SPME) untuk
menangkap gas. Disebutkan, serat yang dilapisi secara khusus ini
merupakan serat yang biasa digunakan untuk mengambil sampel dari
komposisi udara.

Lain lagi dengan yang dilakukan oleh peneliti dari University of
Georgia dan U.S. Department of Agriculture (USDA). Menurut peneliti,
yang mengungkapkan temuannya pada Biotechnology Review, edisi Januari
2006, seekor lalat suatu saat bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi
jenazah yang terkubur, bahan peledak, racun, bahkan kanker.

“Lalat merupakan hewan yang selalu sibuk merasakan lingkungannya,” kata
Joe Lewis, peneliti USDA yang terlibat dalam project Wasp Hound.
“Mereka bisa mendeteksi bau yang kita inginkan dan kemudian menemukan
jalan menuju ke sumber tersebut,” ucapnya.

Untuk itu lalat perlu dilatih untuk mendeteksi bau tertentu. Sebagai
contoh, peneliti memberikan air gula pada seekor lalat yang lapar.
Setelah beberapa sesi, lalat tersebut bisa mengasosiasikan bau air gula
tersebut dengan makanan dan mencari sumber baunya ketika mereka
menemukan bau tersebut di udara.

Saat serangan pada World Trade Center, di New York, 11 September 2001,
300 ekor anjing terlatih digunakan untuk menemukan korban yang tertimba
reruntuhan gedung. Meski anjing sudah biasa digunakan, tetapi peneliti
menyebutkan lalat lebih cepat dan murah untuk dilatih.

“Seekor anjing pelacak membutuhkan waktu 1 sampai 2 tahun sampai
benar-benar terlatih, sementara lalat hanya membutuhkan waktu 5 menit,”
ucap Lewis.

Lalat juga terbukti lebih sensitif dibanding penciuman buatan.
Contohnya, Electronic Nose buatan NASA didesain untuk mendeteksi
bocoran amonia pada pesawat ruang angkasa, bisa mendeteksi konsentrasi
amonia sampai 1 per satu juta bagian. Sementara seekor lalat dapat
mendeteksi empat per satu miliar bagian.

Rata-rata lalat memiliki sensitivitas serupa dengan seekor anjing
bloodhound yang paling terlatih, dan 50 kali lebih sensitif dari
rata-rata manusia. Meski demikian, masih diperlukan sekitar 5 sampai 10
tahun untuk meneliti lebih lanjut apa yang bisa dilakukan lalat.

“Lalat mungkin tidak akan menggantikan anjing pelacak,” kata Lewis.
“Tetapi dalam beberapa hal, lalat lebih baik. Anda bisa melatih lebih
banyak, mudah, dan murah, melengkapi metode pencarian yang sudah kita
miliki,” ucapnya.

www.AstroDigi.com (Nino Guevara Ruwano)

--
Posted By NINO to AstroDigi at 3/29/2010 07:55:00 AM

Kirim email ke