Gambar diambil dari: www.daveweb1a.com

VIVAnews.com | Kamis, 25 Maret 2010 | Berikut ini praktik aborsi tidak
aman yang banyak dilakukan remaja. Kenali bahayanya!
Aborsi tidak aman, umumnya dilakukan pada kehamilan yang tidak
diinginkan. Masalahnya, praktik aborsi yang bisa berujung pada kematian
ini banyak dilakukan remaja.

Menurut hasil penelitian Women Research Institute, 15 persen aborsi
dilakukan oleh kelompok usia remaja kurang dari 20 tahun. Berikut ini
praktik aborsi tidak aman yang banyak dilakukan remaja atau wanita yang
mengalami kehamilan tak diinginkan. Kenali bahayanya:

1. Metode penyedotan (Suction Curettage)
Aborsi ini dilakukan dengan mesin penyedot bertenaga kuat yang
dimasukkan ke dalam rahim. Saat melakukan itu, mulut rahim sengaja
dibuat renggang untuk membuat janin luruh dan ari-ari (plasenta)
terlepas dari dinding rahim.

Dengan metode ini, si pelaku aborsi berisiko menderita robek rahim yang
disebabkan salah sedot. Jika itu terjadi, maka wanita itu akan
mengalami pendarahan hebat. Akibatnya, pelaku aborsi terpaksa menjalani
pengangkatan rahim, atau terkena radang jika masih ada sisa-sisa
plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. Dan,
akhirnya bisa berujung pada kematian.

2. Teknik dilatasi dan kerokan
Cara ini mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa. Kondisi ini
untuk memasukkan pisau baja tajam dan menyebabkan bagian tubuh janin
terpotong berkeping-keping dan plasenta dikerok dari dinding rahim.
Teknik ini bisa membuat aka pasien akan kehilangan darah yang jumlahnya
jauh lebih banyak dibanding teknik penyedotan, dan juga dapat menderita
perobekan dan radang pada rahim.

3. Menelan Pil RU 486
Pil yang dikenal juga sebagai ‘pil aborsi Prancis” ini mengandung dua
hormon sintetik, yaitu mifepristone dan misoprostol. Pil ini secara
kimiawi menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Cara kerja pil ini
memblokir hormon progesteron yang berfungsi menjaga jalur nutrisi ke
plasenta tetap lancar. Karena pemblokiran ini, maka janin tidak
mendapatkan makanannya lagi, menjadi kelaparan, hingga tak bernyawa.

Usai janin meninggal, pasien akan mengeluarkan janin dengan bantuan
paramedis. Namun, banyak juga di antara mereka yang memilih
mengeluarkan janin di rumah atau di tempat-tempat lain.

Efek lain dari penggunaan pil ini adalah pendarahan hebat,
pusing-pusing, muntah-muntah, rasa sakit hingga kematian. Dilaporkan,
RU 486 juga dapat mempengaruhi kehamilan selanjutnya, yaitu kemungkinan
keguguran spontan dan cacat pada bayi yang dikandung.

4. Prosedur dengan MTX
Cara ini mirip dengan RU 486. Hanya, obat ini disuntikkan ke dalam
badan. MTX bekerja dengan menekan pertumbuhan pesat trophoblastoid,
selaput yang menyelubungi embrio yang juga merupakan cikal bakal
plasenta.

MTX menghancurkan integrasi dari lingkungan yang menopang, melindungi
dan menyuburkan pertumbuhan janin. Dan, karena kekurangan nutrisi, maka
janin menjadi meninggal. Kemudian, tablet misoprostol dimasukkan ke
dalam kelamin wanita hamil itu untuk memicu terlepasnya janin dari
rahim.

Terkadang, hal itu terjadi beberapa jam setelah masuknya misoprostol,
tapi sering juga terjadi perlunya penambahan dosis misoprostol. Aborsi
menggunakan suntikan MTX dapat berlangsung berminggu-minggu. Wanita
hamil itu dapat mengalami pendarahan selama berminggu-minggu (42 hari
dalam sebuah studi kasus), bahkan terjadi pendarahan hebat. Sedangkan
janin dapat gugur kapan saja.

Efek samping yang tercatat dalam studi kasus adalah sakit kepala, rasa
sakit, diare, penglihatan yang menjadi kabur, dan yang lebih serius
adalah depresi sumsum tulang belakang, kekurangan darah, kerusakan
fungsi hati, dan sakit paru-paru.

5. Metode racun garam (saline)
Praktik aborsi yang biasa dilakukan pada usia kandungan di atas 3 bulan
ini menggunakan jarum suntik. Air ketuban dikeluarkan, diganti dengan
larutan konsentrasi garam. Janin yang sudah mulai bernapas, menelan
garam dan teracuni. Larutan kimia ini juga membuat kulit janin terbakar
dan memburuk. Biasanya, setelah kira-kira satu jam, janin akan mati.

Kira-kira 33-35 jam setelah suntikan larutan garam itu bekerja, pasien
akan melahirkan bayi yang sudah tak bernyawa dan berkulit hitam karena
terbakar. Suntikan larutan garam ini juga memberikan efek samping pada
wanita pemakainya yang disebut “Konsumsi Koagulopati” (pembekuan darah
yang tak terkendali diseluruh tubuh), juga dapat menimbulkan pendarahan
hebat dan efek samping serius pada sistim saraf sentral. Serangan
jantung mendadak, koma, atau kematian mungkin juga dihasilkan oleh
suntikan saline lewat sistim pembuluh darah.

www.AstroDigi.com (Nino Guevara Ruwano)

--
Posted By NINO to AstroDigi at 4/11/2010 04:25:00 AM

Kirim email ke