Inilah.com | 20 September 2009 | Menuntut ilmu tak melulu harus dengan
dosen yang menuturkan isi buku pada mahasiswa. Sekolah online menjadi
alternatif baru mereka yang tak ingin repot menghadiri sesi kuliah.
Mahasiswa Indonesia pun keranjingan dengan universitas online. Seperti
apa?

Lihat contohnya di University of the People, sebuah sekolah nonprofit
berbasis di California yang diprakarsai oleh pengusaha Israel, Shai
Reshef. Ia mendirikan sekolah itu untuk memberikan pendidikan tinggi
bagi mereka yang tidak memiliki akses.

“Misi kami untuk mengubah hidup seseorang,” kata Reshef yang juga ketua
Cramster.com, komunitas belajar online bagi mahasiswa. Saat semua
mahasiswa kembali ke kampus, 178 siswa dari 49 negara akan menghidupkan
komputernya di kampus virtual pertama dunia ini.

Sekolah itu dimulai pada 1989 silam, saat Reshef menjabat sebagai
kepala Kidum Group, sebuah perusahaan jasa pendidikan yang berbasis di
Israel. Pada 2005, perusahaan itu dijual pada Kaplan, salah satu pemain
besar dalam persiapan ujian.

"Kami ingin menyediakan alternatif bagi mereka yang tidak punya pilihan
lain," kata Reshef yang juga memimpin universitas online yang
berafiliasi dengan University of Liverpool. Ternyata banyak yang
berminat belajar di sekolah ini.

Saat baru dimulai, hampir 2.000 orang dari 142 negara mendaftar.
Syaratnya mudah, siswa harus memiliki ijazah sekolah menengah atas,
bisa berbahasa Inggris dan membayar biaya pendaftaran mulai dari US$
15-50 atau sekitar Rp 150-500 ribuan per orang.

Biaya pendidikan menggunakan subsidi silang. Siswa yang berasal dari
negara miskin membayar lebih sedikit, ketimbang siswa dari negara kaya.
Mahasiswa baru tahun ini berusia antara 16-61 tahun dan yang paling
banyak mendaftar dari Indonesia, AS, serta Nigeria.

Agar lembaga online-nya itu bisa terus berjalan, Reshef membutuhkan 15
ribu mahasiswa selama empat tahun ke depan dan dana sebesar US$ 6 juta.
Ia sendiri sudah merogoh koceknya dan menyumbang sebesar US$ 1 juta.
Jangan ragukan kemampuannya, University of the People terbukti sanggup
merekrut mahasiswa.

"Namun tantangan berikutnya yang dihadapinya adalah kualitas
lulusannya. Salah satu masalah utama dengan universitas online adalah
penerimaan kerja," lanjutnya.

Sekolah itu menawarkan sarjana di bidang Administrasi Bisnis dan Ilmu
Komputer. Kurikulum terdiri dari sekitar 40 mata kuliah yang akan
membutuhkan waktu antara empat sampai enam tahun untuk menyelesaikannya.

University of the People memanfatkan kegiatan yang sudah dilakukan oleh
jutaan orang di internet sehari-hari yaitu jejaring sosial. Siswa dapat
mengambil bahan pelajaran dari posting bacaan dan materi kuliah dan
bacaan dari tempat penyimpanan online yang telah dibuat oleh staf
relawan dan pensiunan dosen kampus itu.

Materi bahan pelajaran gratis juga didapat dari platform lain seperti
konsorsium Open Courseware yang menyediakan akses terbuka ke silabus,
catatan kuliah, ujian dan daftar bacaan dari 1.800 kelas yang
ditawarkan di MIT. Universitas juga akan menggunakan bahan dari Yale
University.

Setelah siswa menyelesaikan pekerjaan rumah, mereka diwajibkan
berkomunikasi dengan teman sekelas untuk mendiskusikan kurikulum dalam
sepekan. Para pengajar hanya mengawasi diskusi ini, bukan memimpin.
Pengecualian bila ternyata ada siswa yang membutuhkan bantuan khusus.

“Kami percaya jejaring sosial yang kami buat di sekeliling program,
akan berfungsi sebagai semen untuk menjaga siswa satu dan lainnya tetap
mengikuti program kami,” kata Reshef. “Kami menyesuaikan budaya yang
ada dan memasukannya ke dalam budaya akademik.”

Tapi para ahli pendidikan online masih mempertanyakan apakah University
of the People bisa diakreditasi. Untuk memperoleh akreditasi, sebuah
perguruan tinggi harus membuktikan dapat memenuhi sejumlah jaminan
kualitas yang ditetapkan oleh badan akreditasi, termasuk luas dan
kedalaman pengajaran, serta hasil ujian siswa.

Reshef mengatakan universitas akan mengajukan akreditasi kepada sebuah
agensi di AS, tetapi menolak membicarakan lebih lanjut rencana yang
akan dilakukan. “Kami tidak mau membuat janji-janji,” katanya.

John Bourne, Executive Director dari Sloan Consortium, percaya bahwa
University of the People akan mengalami permasalahan. “Dapatkan anda
mengakreditasi sesuatu di mana siswanya mempelajari sendiri materi yang
diajarkan?” imbuhnya.

www.AstroDigi.com (Nino Guevara Ruwano)

--
Posted By NINO to AstroDigi at 3/05/2010 08:30:00 AM

Kirim email ke