==== Sebelum terjadinya perang Uhud, suku Quraisy melakukan persiapan dan 
mobilisasi besar-besaran untuk menyongsong peperangan pembalasan dendam setelah 
kekalahan mereka dalam perang Badar. Terkumpullah 1.000 unta dan 1.500 dinar. 
Setelah persiapan genap setahun, terkumpul 3000 unta, 200 penunggang kuda dan 
yang mengenakan baju besi sebanyak 700 orang. Pemimpin tertinggi dipegang oleh 
Abu Sufyan, sedangkan pasukan berkuda dipimpin oleh Khalid bin Walid dan 
Ikrimah bin Abu Jahal. Kemudian, mereka bergerak menuju ke Madinah.


Adapun di pihak Islam, dengan fasilitas dan pasukannya yang sangat minim. 
Rasulullah pun membuat strategi tersendiri guna membela kehormatan dan 
kemuliaan Islam dan umatnya. Di antara strategi ini, salah satunya adalah 
strategi yang terkait dengan persiapan sebelum perang. Yaitu sebagai berikut. 

1. Menempatkan Inteligen di Sarang Musuh
         Setelah perang Badar, satu strategi Rasulullah saw yang sangat urgen 
adalah menempatkan para inteligennya di Mekah untuk memberikan 
informasi-informasi yang terkait tentang pasukan Quraisy. Salah satunya adalah 
Abbas bin Abdul Muthalib, pamannya sendiri. Melihat pasukan Quraisy yan sudah 
berangkat ke Madinah untuk melakukan penyerangan, beliau mengirimkan surat 
melalui utusannya untuk disampaikan kepada Rasulullah. Dalam waktu tiga hari, 
utusan tersebut sampai di Madinah la menyerahkan surat itu kepada Rasulullah 
yang sedang berada di masjid Quba. Setelah menerima surat itu, Rasulullah 
meminta ahli bahasanya, Ubay bin Ka'ab, membacakan surat tersebut. la juga 
diperintahkan untuk menjaga kerahasiaan isi surat tersebut.

2. Membentuk Majelis Permusyawaratan Militer
         Rupanya, salah satu kelebihan Rasulullah sebagai seorang pemimpin 
adalah mendengarkan jajak pendapat dari para sahabatnya. Sekalipun posisi 
beliau sebagai seorang nabi, beliau mampu mengatur sendiri jalannya strategi 
yang akan digunakan dan tentunya mendapat arahan dan wahyu dari langit, beliau 
masih memusyawarahkannya dengan para sahabat. Pada saat itu, mayoritas suara 
sahabat jatuh pada upaya melakukan penyerangan kafir Quraisy di Bukit Uhud. 
Sementara, informasi tentang pasukan Mekah terus dilaporkan oleh badan 
inteligen Rasulullah, termasuk kabar tentang posisi militer yang diambil 
pasukan Quraisy. Selesai shalat Ashar, Rasulullah masuk ke rumahnya diikuti 
oleh Abu Bakar dan Umar. Kedua sahabatnya ini memakaikan Rasulullah sorban dan 
baju besi. la juga mengenakan pedangnya. Sementara, para sahabat di luar sedang 
ramai bertukar pikiran. Usaid bin Hudzair dan Sa'ad bin Mu'adz, dua sahabat 
yang berpendapat ingin bertahan di dalam kota, berkata kepada mereka yang 
berpendapat ingin menyerang musuh di luar.

“Tuan-tuan mengetahui bahwa Rasulullah ingin bertahan di dalam kota. Lalu, 
tuan-tuan berpendapat lain dan memaksanya bertempur keluar. Dia sendiri enggan 
berbuat demikian. Serahkan sajalah persoalan ini kepadanya. Apa yang 
diperintahkan kepadamu, jalankanlah. Taatilah pendapatnya dan sesuatu yang 
disukainya."

Setelah mendengar keterangan itu, mereka yang berseru supaya menyerang saja 
menjadi lebih lunak. Mereka menganggap telah menentang Rasulullah mengenai 
sesuatu yang mungkin datang dari Tuhan. Setelah Rasulullah datang kembali ke 
tengah-tengah mereka dengan memakai baju besi dan sudah menyiapkan pedangnya, 
mereka yang sebelumnya menghendaki supaya mengadakan serangan berkata, "Ya 
Rasulullah, bukan maksud kami hendak menentang engkau. Lakukanlah apa yang 
engkau kehendaki. Kami juga tidak bermaksud memaksa engkau, karena engkau 
mendapatkan berita dari langit, yang kemudian dikabarkan kepadamu."

Namun, Rasulullah menjawab, "Tidak layak bagi seorang nabi yang apabila sudah 
mengenakan pakaian besinya, lalu menanggalkannya kembali sebelum Tuhan 
memberikan putusan antara dirinya dan musuh-Nya. Perhatikanlah apa yang saya 
perintahkan kepada kamu sekalian dan ikutilah. Atas ketabahan hatimu, 
kemenangan akan berada di tanganmu."



         

3. Pembagian Komando
         Jumlah pasukan kaum muslimin ketika itu 1000 orang. Pasukan itu 
terdiri atas 100 prajurit mengenakan baju besi dan 50 penunggang kuda dan 
sisanya pasukan berpedang. Kemudian, pasukan ini dibagi menjadi tiga batalion, 
yaitu:
1. Batalyon Muhajirin, benderanya diserahkan kepada Mush'ab bin Umair.
2. Batalyon Aus, benderanya diserahkan kepada Usaid bin Hudhair.
3. Batalyon Khazraj, benderanya diserahkan kepada Al-Hubab bin Al-Mundzir 
Al-Jamuh.

4. Menginspeksi Pasukan
        Setibanya Rasulullah dan pasukannya di Syaikhani, beliau selaku 
komandan tertinggi menginspeksi pasukan. Ternyata, di dalam pasukan terdapat 
anak-anak yang usianya sangat belia. Beliau menolak keikutsertaan mereka, 
kecuali yang mempunyai spesialisasi dalam peperangan, seperti Rafi’ bin Khudaij 
yang mahir memanah dan Samurah yang ahli beladiri. Hari itu adalah hari Jumat. 
Karena hari sudah petang, mereka menginap di tempat itu dan memerintahkan lima 
puluh orang pasukan mengadakan hirasah, yakni menjaga di sekitar pasukan.

5. Tidak Meminta Pertolonga Orang-orang Kafir
         Rasulullah melakukan hal itu ketika berangkat dari Madinah ke Uhud. Ia 
mendapati sekelompok Yahudi, sekutu Abdullah bin Ubay yang ingin turut serta 
membantu Rasulullah. Namun, Rasulullah menolaknya dengan mengatakan "Jangan 
minta pertolongan orang-orang musyrik dalam melawan orang musyrik sebelum 
mereka masuk Islam."

Kemudian, orang-orang Yahudi itu pun kembali ke Madinah. Lalu mereka berkata 
kepada Abdullah bin Ubay, "Kau sudah menasihatinya dan sudah kauberikan 
pendapat berdasarkan pengalaman orang-orang tua dahulu. Sebenarnya, dia 
sependapat denganmu. Lalu, dia menolak dan menuruti kehendak pemuda-pemuda yang 
menjadi pengikutnya."

Keesokan harinya, ia berbalik menggabungkan diri dengan pasukan teman-temannya 
dan kembali ke Madinah. Hampir sepertiga pasukan mundur. Mereka adalah 
orang-orang munafik yang bertujuan melemahkan semangat pasukan kaum muslimin. 
Tinggal Alabi dan orang-orang yang benar-benar beriman yang berjumlah 700 
orang. Mereka akan berperang menghadapi 3000 orang yang terdiri dari 
orang-orang Quraisy Mekah. Semuanya sudah memikul dendam yang tak terpenuhi 
ketika di Badar. Mereka ingin menuntut balas.

Akhirnya, Allah SWT mengokohkan hati mereka dengan menurunkan firman-Nya.
"Ketika dua golongan dari kalian ingin (mundur) karena takut, padahal Allah 
adalah Penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu, hendaklah kepada Allah 
saja orang-orang mukmin bertawakal." (QS Ali Imran [3]: 122)

Kemudian, turun lagi ayat yang menceritakan kondisi orang-orang munafik.
"Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik, kepada mereka 
dikatakan, 'Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (diri 
kalian).' Mereka berkata, 'Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, 
tentulah kami mengikuti kalian.' Mereka pada hari itu lebih dekat kepada 
kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak 
ada dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan." (QS 
Ali Imran [31:167)

Ternyata, dalam sejarah tercatat bahwa keberadaan orang-orang munafik dalam 
tubuh kaum muslim seperti duri dalam daging. Mereka sangat membahayakan. 
Sebanyak 1000 pasukan kaum muslim berkurang menjadi 700 orang setelah melawan 
3000 pasukan kafir Quraisy.

6. Meredakan Konflik Internal Sebelum Peperangan
          Munir Muhammad Al-Ghadhban dalam Fiqh As-Sirah An-Nabawiyahnya 
mengatakan bahwa Perang Uhud ini merupakan pembeda antara orang-orang mukmin 
dan orang-orang munafik, seperti dalam firman Allah.

"Dan apa yang menimpa kamu ketika terjadi pertemuan (pertempuran) antara dua 
pasukan itu adalah dengan izin Allah, dan agar Allah menguji siapa orang yang 
benar-benar beriman, dan untuk menguji orang-orang yang munafik, kepada mereka 
dikatakan, 'Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankan dirimu.' Mereka 
berkata, 'Sekiranya kami tahu bagaimana cara berperang, tentu kami akan 
bersamamu.' Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada 
keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak ada dalam hatinya. 
Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan." (QS All Imran 
[3]:166-167)

7. Memilih Posisi yang Strategis
         Lagi-lagi, salah satu penentu kemenangan seorang komandan adalah 
penentuan tempat yang strategis. Barangsiapa yang menempati posisi strategis, 
kemungkinan besar akan menang dalam pertempuran. Rasulullah merupakan salah 
satu panglima yang ahli dalam pengaturan strategi militer. Hingga ketika itu, 
pasukannya dibawa ke kaki Bukit Uhud. Pasukan muslim mengambil tempat dengan 
proses menghadap ke arah Madinah dan memunggungi Uhud. Dengan posisi ini, 
pasukan musuh berada di tengah antara mereka dan Madinah.

8. Pembagian Pos Militer
        Rasulullah membagi pos militer para prajuritnya, prajurit dakwah, serta 
prajurit yang siap mengorbankan harta, waktu, tenaga dan bahkan jiwa untuk 
mendapatkan keridhaan Allah SWT.

Beliau pun menempatkan satuan pasukan khusus yang dipimpin oleh Abdullah bin 
Jubair. Anggotanya terdiri dari 50 pemanah ulung di bukit Uhud, tepatnya 150 
meter dari pasukan kaum muslim. Tujuannya jelas, yakni melindungi pasukan di 
bawah yang sedang bertempur dari laju serangan depan yang menggelombang, juga 
menahan pasukan kavaleri Khalid bin Walid yang sangat membahayakan. Berikut ini 
instruksi-instruksi yang disampaikan Rasulullah kepada mereka, mengingat 
pentingnya posisi mereka.

1. “Lindungi kami dari belakang, sebab kami khawatir mereka akan mendatangi 
kami dari belakang. Bertahanlah dan jangan tinggalkan tempat itu. Kamu jangan 
meninggalkan tempatmu kalau melihat kami berhasil menghancurkan dan memasuki 
pertahanan mereka. Jika melihat kami diserang, jangan dibantu. Kami juga tidak 
mempertahankan. Tugas yang kauemban adalah menghujani kuda-kuda mereka dengan 
panah, karena kuda itu tak akan dapat maju dengan serangan panah."

2. "Lindungilah punggung kami jika kami sedang bertempur, maka kalian tidak 
perlu membantu kami. Jika kalian melihat kami telah mengumpulkan harta 
ghanimah, kalian jangan ikut bergabung bersama kami." Imam Bukhari 
meriwayatkan, "Jika kalian melihat kami disambar burung sekalipun, janganlah 
kalian meninggalkan tempat itu, kecuali ada utusanku yang mendatangi kalian. 
Jika kalian melihat kami berhasil mengalahkan mereka, janganlah kalian 
meninggalkan tempat hingga ada utusan yang mendatangi kalian."

Dalam hal ini, kepiawaian Rasulullah dalam mengatur strategi perang terlihat 
jelas. Dengan menempatkan posisi pemanah di bukit Uhud, berarti menutup 
celah-celah pasukan Quraisy untuk mengadakan penyerangan, terutama dari kubu 
Khalid bin Walid.

Kemudian, sayap kanan dipimpin oleh Al-Mundzir bin Amr. Sementara, sayap kiri 
dipimpin oleh Zubair bin Awam dengan dibantu satuan khususnya, Al-Miqdad bin 
Al-Aswad untuk menghadang penyerangan pasukan Khalid bin Walid. Barisan 
terdepan diisi oleh para pemberani yang mencari syahid, yakni para pahlawan 
Islam yang langsung dipimpin oleh Rasulullah.

Sementara itu, pihak Quraisy juga sudah menyusun barisan. Barisan kanan 
dipimpin oleh Khalid bin Walid, sedangkan sayap kiri dipimpin oleh Ikrima bin 
Abu Jahal. Bendera diserahkan kepada Abdul Uzza Thalhah bin Abu Thalhah. 
Wanita-wanita Quraisy sambil memukul tambur dan genderang berjalan di 
tengah-tengah barisan itu. Terkadang, mereka di depan barisan dan di belakang. 
Mereka dipimpin oleh Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan, seraya berteriak, 
"Ayo, Banu Abdud Dar! Ayo, pengawal barisan belakang! Hantamlah dengan segala 
yang tajam. Kamu maju, kami peluk. Kami hamparkan kasur yang empuk. Jika kamu 
mundur, kita berpisah. Berpisah tanpa cinta."

Kedua belah pihak sudah siap bertempur dan mengerahkan pasukannya. Yang selalu 
diingat oleh Quraisy ialah peristiwa Badar dan korban-korbannya, sedangkan yang 
selalu diingat oleh kaum muslim ialah Allah dengan pertolongan-Nya.

9. Mengobarkan Semangat Jihad
         Begitulah yang seharusnya dilakukan oleh para pemimpin perang, 
mengobarkan semangat untuk maju pantang mundur. Hal itu telah dicontohkan oleh 
Rasulullah dalam perang Uhud. Beliau mengobarkan semangat para kadernya untuk 
sabar, teguh, berani, serta patriotik dalam menyongsong syahid dan memperoleh 
surga Allah SWT.

Rasulullah berpidato untuk memberikan semangat dalam menghadapi pertempuran 
itu. Beliau menjanjikan pasukannya akan mendapat kemenangan apabila mereka 
tabah. Lalu, beliau mengambil sebilah pedang sambil bersabda, "Siapa yang akan 
memegang pedang ini untuk disesuaikan dengan tugasnya?"
Beberapa orang tampil, namun pedang itu tidak pula diberikan kepada mereka. 
Kemudian, Abu Dujana Simak bin Kharasya dari Bani Sa'ida tampil seraya berkata, 
"Apa tugasnya, ya Rasulullah?" "Tugasnya ialah menghantamkan pedang kepada 
musuh sampai ia bengkok," jawabnya.

Abu Dujana, seorang laki-laki yang sangat berani, mengenakan pita (kain) merah. 
Apabila ia sudah mengikatkan pita merahnya itu, orang akan mengetahui bahwa ia 
sudah siap bertempur. Saat itu, ia pun sudah mengeluarkan pita mautnya.

Ia mengambil pedang, mengeluarkan pita, lalu mengikatkannya di kepala. Seperti 
biasa, ia berlagak di tengah-tengah dua barisan itu bila sudah siap menghadapi 
pertempuran. "Cara berjalan seperti ini sangat dibenci Allah, kecuali dalam 
bidang ini," kata Rasulullah setelah melihat gaya berjalan Abu Dujana.

*Artikel ini dikutip dari buku "Strategi Perang Rasulullah" yang ditulis oleh 
Muhammad Abu Ayyasy
 


===============================
Spesifikasi Buku:

Judul : Strategi Perang Rasulullah
Penulis : Muhammad Abu Ayyasy
Ukuran : 18 x 24 cm
Tebal : x + 194 hlm.
Penerbit : QultumMedia (http://www.qultummedia.com )
ISBN : 979-017-067-x
Harga : Rp 49.000,-

Banyak tuduhan yang menyatakan bahwa Rasulullah adalah seorang pembunuh 
sekaligus penjahat perang. Beliau membangun ajaran Islam dengan pedang dan 
kekerasan. Tujuan perang yang digencarkan adalah demi harta dan kekuasaan. 
Kemenangannya dalam berperang bukan karena keimanan, kecerdasan, dan 
kegagahannya melainkan karena kelicikannya. Benarkah demikian?

Buku ini memberi jawaban dan penjelasan dengan berdasarkan fakta sejarah, data 
yang akurat, dan dalil yang menguatkan. Mengupas strategi perang Rasulullah 
yang tak terkalahkan dan implementasinya pada dunia dakwah sekarang. Membaca 
buku ini seolah kita menyaksikan langsung kepiawaian Rasulullah dan pasukannya 
dalam menaklukkan musuh-musuhnya.


--------------------------------------------------------------------------------

"Ada dua hal yang sangat menonjol dalam strategi perang Rasulullah. Pertama, 
hampir semua strategi peperangan yang dilakukan Rasulullah bersifat lebih 
dahulu menyerang, kecuali pada Perang Khandaq. Kedua, sistem intelijen dan 
jaringan keamanan yang sangat unggul, yaitu dengan membentuk pasukan ekspedisi 
dalam rangka pemetaan medan, penguasaan lapangan, dan pengintaian. Oleh karena 
itu, strategi perang Rasulullah sangat potensial memenangkan peperangan. Buku 
ini sangat bagus untuk membuka cakrawala kita. Selamat membaca." 
(Suripto, S.H.. Wakil Ketua Komisi III DPR RI)

"Perang merupakan tahap akhir dari perjuangan dakwah Rasulullah. Ia juga 
merupakan pengorbanan tertinggi bagi umat Islam. Buku karya Muhammad Abu Ayyasy 
sangat bagus. Buku ini juga bisa menjadi referensi bagi para aktivis pergerakan 
dakwah." 
(Ustadz Ahmad Adnan, Lc., M.A..Tokoh Masyarakat)


------------------------------------

================= Bacayo.NET - Segalanya tentang buku =================
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/bacayo/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/bacayo/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:bacayo-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:bacayo-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    bacayo-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke