Apa itu klasik, mungkin tiap orang mampu dan berhak mendefinisikan dengan 
ukuran, (keter)batasan, serta selera masing-masing. Sebagai rujukan paling 
mudah yang saya punya, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat menerangkan 
lema klasik sebagai "karya sastra yang bernilai tinggi serta langgeng dan 
sering dijadikan tolok ukur atau karya susastra zaman kuno yang bernilai 
kekal". Dari penjelasan itu, kita bisa menggarisbawahi apa yang harus dipenuhi 
agar sebuah karya layak dikatakan "klasik" yaitu bernilai tinggi, langgeng atau 
kekal, dijadikan tolok ukur untuk karya-karya setelahnya, dan umurnya—bisa 
puluhan, ratusan, atau ribuan tahun.

Penerbit Serambi, melalui lini Gita Cerita Utama (GCU), sejak awal hingga 
pertengahan tahun 2009 ini telah menerjemahkan dan menerbitkan enam buku klasik 
karya penulis-penulis kenamaan:
Breakfast at Tiffany's (Truman Capote, 1958)
Maria (Vladimir Nabokov, 1925)
Bonjour Tristesse/ Lara Kusapa (Francoise Sagan, 1954)
Pengakuan Casanova (Giacomo Casanova)
The Old Man and the Sea/ Lelaki Tua dan Laut (Ernest Hemingway, 1952)
dan 80 Hari Keliling Dunia (Jules Verne, 1873)

Breakfast at Tiffany's berkisah tentang kehidupan seorang perempuan muda cantik 
yang menjadi idaman lelaki New York City bernama Holly Golightly. Novel ini 
diyakini memberikan pengaruh luas pada pop culture. Sejumlah lagu, film, dan 
serial televisi (Sex and the City, Gossip Girl, dan The Simpsons) berkaitan 
baik secara langsung atau tidak dengan novel ini. Meskipun bertema dasar cinta, 
di dalamnya kita akan menemui perlambang tentang materialisme dalam kota 
tersibuk di dunia itu. Film yang berjudul sama dengan novelnya pun meraup 
sukses besar.

Maria merupakan karya pertama Vladimir Nabokov, pengarang kelahiran Rusia. 
Maria tidak bercerita tentang Maria, tetapi soal pemuda bernama Ganin yang 
menjadi setengah gila karena terkenang kembali pada cinta pertamanya. Namun, 
novel ini bukan cerita cinta yang cengeng mendayu-dayu, tetapi kaya akan nilai 
persahabatan dan kebangsaan dalam perantauan. Kita juga akan terbawa pada 
suasana Revolusi Rusia dan Berlin tahun 1925.

Lara Kusapa (Bonjour Tristesse) langsung menyulut kontroversi di negara 
asalnya, Prancis. Penyebabnya? Pertama, Francoise Sagan yang menulis novel ini 
ketika itu baru berumur 18 tahun. Kedua, pada umur semuda itu, dia tidak 
bercerita ala remaja. Dalam novel ini, dia menuturkan hubungan yang kompleks 
antara seorang gadis remaja bernama Cecile, ayahnya, dan perempuan-perempuan di 
sekitar kehidupan mereka. Karya yang dianugerahi Prix Des Critiques ini 
disajikan dalam bahasa Indonesia yang indah setelah diterjemahkan langsung dari 
bahasa Prancis.

Pengakuan Casanova membeberkan secara terbuka kehidupan seorang lelaki 
petualang cinta paling terkenal di dunia. Banyak orang mengenal Casanova dalam 
sisi gelapnya saja. Jika selama ini Casanova lebih dikenal sebagai lelaki 
berengsek, buku ini melihat sang legenda dari segala sisi. Memoar kontroversial 
yang baru pertama kali diterjemahkan ke bahasa Indonesia ini memperkenalkan 
Casanova sebagai penyair, pemikir, pemusik, pebisnis, dan mata-mata. Selain 
itu, kita akan membaca renungan sang tokoh tentang Tuhan, kehidupan, dan cinta.

The Old Man and the Sea meraih Pulitzer Prize 1953 dan Award of Merit Medal for 
Novel dari American Academy of Letters, serta mengantarkan penulisnya, Ernest 
Hemingway, dianugerahi Nobel Sastra 1954. Novel ini memotret kehidupan seorang 
nelayan tua di Kuba. Setelah 84 hari melaut tanpa hasil, akhirnya dia 
mendapatkan seekor ikan marlin raksasa melalui perjuangan tak kenal lelah. 
Jelas, cerita di dalamnya mengandung nilai-nilai optimisme sehingga jiwa 
pembaca akan tercerahkan oleh kesabaran, ketabahan, dan kegigihan sang lelaki 
tua.

Delapan Puluh Hari Keliling Dunia pada tahun 1872, siapa yang bisa 
membayangkannya? Jules Verne, pelopor fiksi ilmiah, membuat kita benar-benar 
berkeliling dunia pada masa itu. Adalah seorang pria lajang kaya raya bernama 
Phileas Fogg yang secara sadar menerima tantangan teman-temannya untuk 
mengelilingi dunia dalam 80 hari dengan taruhan 20.000 pound sterling. Rute 
London, Terusan Suez, Bombay, Calcutta, Hong Kong, Yokohama, San Francisco, New 
York, London diarungi dengan menggunakan kereta api, kapal uap, bahkan gajah. 
Dengan ditemani pelayannya, di bawah kejaran seorang detektif, setelah 
menyelamatkan maharani India, dan setelah mengatasi segala macam rintangan 
serta kesialan, Fogg memenangi taruhan itu. Namun, hadiah atas petualangan yang 
luar biasa dahsyat itu sebenarnya lebih besar dibandingkan uang taruhan.

Tidak lama lagi, satu karya klasik lainnya segera hadir dengan judul Little 
Women karya Louisa May Alcott. Novel ini mengisahkan empat saudari yang paling 
dicintai dalam sejarah kesusastraan Amerika. Keempat saudari itu, bersama ibu 
mereka yang bijaksana, mengatasi segala ombang-ambing kehidupan. Kisah keluarga 
March ini akan menyadarkan pembaca betapa mewahnya kesederhanaan. ***

Kirim email ke