ANEKA KESALAHAN SAAT MEMBERI MAKANAN BAYI
                   Mungkin orang tua tak menganggapnya sebagai hal penting. Padahal, 
jika tahapan pemberian makan tak dijalankan secara benar, bisa membuat anak sakit. 


                  Saat baru lahir, bayi belum bisa makan karena ia baru belajar dan 
organ pencernaannya belum siap untuk mencerna makanan biasa. Karena itu, memberinya 
makanan harus melalui tahapan tertentu. Misal, 4 bulan pertama kehidupannya, ia hanya 
memperoleh nutrisi dari ASI, plus susu formula jika memang diperlukan. "Baru setelah 
itu, ia diperkenalkan dengan makanan padat, dari bubur susu lalu makin lama makin 
meningkat sampai nasi setelah ia berusia setahun," kata dr. Budi Purnomo, Sp.A, yang 
berpraktek di RSAB Harapan Kita, Jakarta. 


                  Toh, pada kenyataannya, masih banyak orang tua yang kurang paham 
akan hal tersebut meski sudah dijelaskan dokter. Yang diterapkan justru pola yang ada 
dalam keluarga dan sudah turun-temurun dilakukan. Padahal, risikonya tak sedikit jika 
bayi diberi makanan tanpa melalui tahapan yang seharusnya. Berikut sejumlah kesalahan 
yang sering dilakukan orang tua. 


                  1. TERLALU CEPAT MEMBERI MAKANAN PADAT 


                  Harusnya, baru di usia 4 bulan bayi mulai diberi makanan padat. Yang 
banyak terjadi, belum lagi umur 4 bulan, bayi sudah diberi makanan padat semisal 
pisang atau nasi. Padahal, "Bisa menyebabkan gangguan di usus. Misal, ususnya 
tersumbat atau melintir." 


                  Budi menjelaskan, dinding dalam usus berisi jonjot-jonjot usus yang 
di dalamnya berisi enzim dengan fungsi mengolah makanan yang masuk ke dalam saluran 
usus. "Bayi usia 4 bulan biasanya masih sedikit enzimnya. Jonjotnya juga belum 
sempurna." Alhasil, makanan padat yang masuk tak diolah. "Cuma memberi rasa kenyang 
tapi tak diserap, karena enzim yang bertugas mencerna masih kurang." 


                  Nah, kalau keadaannya parah, bisa terjadi perforasi alias kebocoran 
usus. Bahkan, bisa pecah karena makanan padat menumpuk dan tak bisa hancur di usus. 


                  2. DIBERI SUSU MELULU 


                  Yang juga banyak terjadi, anak hanya diberi susu karena tak mau 
makan. Padahal, menunda pemberian makanan padat jika memang sudah waktunya, tak baik 
bagi sistem pencernaan anak. Bisa bisa, jonjot-jonjot ususnya tak terangsang untuk 
berkembang. 


                  Padahal, kalau kurang dirangsang, lapisan jonjot akan tetap tipis 
bahkan mungkin "gundul". "Masalahnya, lapisan jonjot-jonjot usus yang tipis ini akan 
mempengaruhi ketahanan anak. Kalau ususnya terkena infeksi, akan mudah habis dan makin 
terkikis." 


                  Patut juga diingat, jika anak sudah besar hanya diberi susu, 
kecukupan gizinya tak akan terpenuhi dengan baik. Makin besar bayi, kebutuhan asupan 
makanannya juga makin besar, bukan? 


                  3. SALAH MEMBERIKAN SUSU 


                  Secara garis besar, susu formula dibagi dalam 2 jenis, yaitu susu 
formula pemula (starting formula) dan lanjutan (follow-up formula). Susu formula 
pemula sebenarnya hanya diberikan kepada anak-anak yang tak mendapat ASI. Bisa karena 
ASI tidak keluar atau sang ibu memiliki masalah lain. Namun yang terbaik tetaplah ASI. 


                  Apa efeknya bila susu formula untuk anak di atas usia setahun 
diberikan pada bayi? Yang jelas, kandungannya berbeda. Umumnya berupa susu full cream 
yang banyak mengandung laktosa. Sementara tubuh bayi baru menghasilkan enzim untuk 
mencerna laktosa mulai usia 4 bulan. Alhasil, susu tak tercerna dengan baik dan bisa 
membuat si kecil diare. Sebaliknya, kalau di atas usia setahun masih diberi susu 
pemula, asupan gizi jadi kurang karena susu pemula adalah susu formula yang 
diencerkan. 


                  4. JALAN PINTAS VITAMIN 


                  Orang tua pasti ingin memberi gizi terbaik bagi anaknya. Yang 
terjadi, sebagai jalan pintas, anak diberi aneka vitamin. Begitu juga kalau anak tak 
punya nafsu makan, dijejali macam-macam vitamin. Padahal, vitamin tak mutlak diberi 
jika makannya sudah cukup. "Kalau asupannya dirasa kurang, boleh-boleh saja dikasih 
vitamin," kata Budi. 


                  Kendati boleh memberi vitamin sebagai penambah nafsu makan, "Tetap 
harus dicari penyebabnya, kenapa anak tak doyan makan. Jangan terus-terusan dikasih 
vitamin." Masalahnya, anak, apalagi bayi, sulit makan karena berbagai penyebab. 


                  Bayi usia 4 bulan yang baru dikenalkan makanan padat, misal, tentu 
perlu waktu lama untuk beradaptasi. Belum lagi pencernaannya juga baru belajar 
mencerna makanan dan si bayi juga baru belajar mengunyah serta menelan. "Jadi, teliti 
dulu, benarkah ia tak nafsu makan atau karena ada masalah lain yang berhubungan dengan 
proses mencernanya. Misal, ia memang belum terampil menelan atau tak suka rasa 
makanannya." 


                  Pemberian vitamin yang berlebihan memang tak memberi efek samping 
yang buruk. Toh, kelebihan itu akan dibuang secara otomatis jika tubuh sudah merasa 
kebutuhannya tercukupi. "Tapi tetap saja harus hati-hati. Soalnya, kebanyakan vitamin 
bisa membuat bayi diare," ingat Budi. 


                  5. MEMAKAI BUMBU TAMBAHAN 


                  Kalau jumlahnya tak terlalu banyak, masih bisa ditolerir asal 
tujuannya mengenalkan aneka rasa pada anak. Kaldu dan kecap juga boleh diberikan agar 
ia mengenal berbagai rasa. Tentunya setelah Si kecil usia 6-7 bulan, atau setelah ia 
boleh mengkonsumsi nasi tim. 


                  6. PEMBERIAN TELUR MENTAH 


                  Banyak orang tua meyakini, telur mentah bisa menambah daya tahan 
bayi. Padahal, justru berisiko, lo. Masalahnya, kita tak tahu persis, seberapa bersih 
telur. Jangan-jangan malah sudah terkontaminasi banyak kuman. "Untuk bayi dan anak, 
sebaiknya rebus telur sebelum diberikan. Daya tahan anak kecil masih rentan untuk 
melawan kuman," ungkap Budi. 


                  7. MENU TAK SEIMBANG 


                  Ini juga amat sering terjadi. Mentang-mentang anak suka bubur, orang 
tua memberinya terus-menerus tanpa variasi. Padahal, seperti dijelaskan Budi, antara 
karbohidrat, lemak, protein, buah, dan sayuran harus diberikan secara seimbang. 
Variasi makanan juga penting agar si kecil mengenal berbagai rasa dan tekstur makanan. 


                  8. TAK BERSIH 


                  Masalah yang satu ini juga sering dianggap enteng. Padahal, daya 
tahan tubuh bayi/anak masih rentan. Mereka perlu makanan dan alat makan yang 
bersih/steril agar tubuhnya tak kemasukan kuman penyakit. Gara-gara kebersihan tak 
terjaga, gangguan saluran cerna anak jadi terganggu. Diare, misal. 

                   

                  Martin Leman.Foto:Iman Dharma(nakita) 

                 
           

                  Tahapan Yang Benar


                  "Sejak lahir hingga bisa makan layaknya anak besar, bayi perlu 
melalui beberapa tahapan. Melalui tahapan-tahapan itulah bayi belajar mengunyah, 
menelan, dan mencerna makanan dengan baik," jelas Budi. Berikut garis besar 
tahapannya: 


                  *Baru Lahir-4 bulan 


                  Berikan ASI pada bayi sedini mungkin (begitu ia lahir). Waktu dan 
lama menyusui disesuaikan kondisi serta kebutuhan bayi. Ingat, ASI adalah makanan 
terbaik bagi anak. 


                  Agar pemberian ASI memberi hasil maksimal, perlu"manajemen laktasi" 
yang dilakukan sejak kehamilan, saat melahirkan, dan sesudah melahirkan. Manajemen ini 
meliputi persiapan ibu yang sehat, makanan tambahan yang cukup, motivasi serta niat 
yang kuat, perawatan payudara, dukungan dari keluarga, pengetahuan tentang pentingnya 
ASI, serta teknik menyusui yang baik dan benar. 


                  Bila pemberian ASI berjalan baik, "pabrik" akan berproduksi dengan 
baik. Begitu dikosongkan (diisap si kecil), tubuh segera memproduksi lagi.Di minggu 
pertama (4 -6 hari), payudara menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal berupa cairan 
kekuningan yang mengandung zat-zat kekebalan yang sangat penting untuk melindungi bayi 
dari infeksi saluran pencernaan. 


                  Jika ASI mencukupi, bayi tak perlu diberi makanan tambahan sampai ia 
berumur 4 bulan (ASI eksklusif). Jika ternyata tak cukup, bisa diberi susu formula. 
Susu formula yang tepat adalah yang disukai bayi, yang membuat beratnya bertambah, tak 
menyebabkan muntah, kembung, dan diare, serta tak menimbulkan alergi. 


                  *4-6 bulan 


                  Mulai usia 4 bulan bayi dapat diberi buah-buahan seperti pisang dan 
pepaya dengan cara dikerok ataupun dibuat jus. Makanan padat bayi pertama, yaitu 
makanan lumat, juga bisa diperkenalkan, semisal bubur susu dari tepung. Ia pun dapat 
diberikan biskuit lunak. Baik makanan padat maupun buah, berikan 1 kali sehari. 


                  Penting diingat, makanan ini bukan pengganti ASI, melainkan tambahan 
selain ASI/susu formula.ASI tetap diberikan selama beberapa waktu, bahkan selama 
mungkin hingga suatu saat makanan keluarga dapat sepenuhnya menggantikan peran ASI 
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak. 


                  *6-7 


                  Saat ini bayi dapat diberi nasi tim yang merupakan makanan lunak 
campuran dan mengandung nutrien lengkap. Disebut lengkap karena terdiri dari beras, 
bahan makanan sumber protein hewani (hati, daging cincang, telur, ikan), dan bahan 
makanan sumber protein nabati (tempe, tahu), sayuran hijau, buah, serta wortel. 


                  Selama periode ini, nasi tim disaring lebih dulu untuk memudahkannya 
menelan serta tak banyak mengandung serat yang dapat mempersulit pencernaan. 


                  *8-12 bulan 


                  Mulai usia ini, nasi tim dapat menggantikan bubur susu sepenuhnya, 
yaitu sebagai makan pagi, makan siang, dan makan malam. Sedangkan di atas usia 12 
bulan, anak boleh diberi makanan sama seperti anggota keluarga lainnya. Tentu saja, 
dipilih yang lunak dulu. 


                  Martin 


                 
           

                  Ekstra Sabar


                  Siapa bilang gampang memberi makanan pada bayi? Si kecil, kan, baru 
belajar mengunyah dan menelan. Tak heran jika makannya lama. Konsekuensinya, orang tua 
mesti ekstra sabar dan telaten. 


                  Perhatikan pula kasar-lembutnya makanan yang diberikan, sesuai 
tahapan usia serta perkembangannya. Hal penting lainnya, "Beri makanan yang bergizi, 
seimbang, serta bervariasi," kata Budi. 


                  Martin
                 
           



      Cheers,
      Ditta Anwiena
     


--------------------------------------------------------------------------
        

Kirim email ke