FYI.

M. Tri Agus
----- Original Message ----- 
From: "[EMAIL PROTECTED]" <[EMAIL PROTECTED]>

Yaba, si permen narkoba
 Manusia memang makhluk inovatif. Meski tak jarang, inovasinya bergerak ke
arah yang sesat. Perkembangan varian narkoba, misalnya, sungguh
mengerikan. Tak hanya ada ganja, pil koplo, kokain, ekstasi maupun shabu.
 Kini varian baru yang "mirip permen", nama bekennya yaba , diduga bakal
masuk juga ke Indonesia . Dampaknya buat remaja dan anak-anak muda,
disinyalir bisa lebih parah ketimbang pendahulunya.
 Konon, yaba diproduksi di wilayah yang terkenal sebagai segitiga emas
peredaran narkoba internasional, yakni di perbatasan Thailand-Laos, dan
Myamar . Sekitar 400 juta pil diselundupkan dan diedarkan ke seluruh
dunia setiap tahunnya. Di Amerika Serikat, yaba juga sangat populer di
komunitas Asia di Kalifornia Utara dan Los Angeles . Biasanya, yaba
digunakan  di acara pesta khas kaum muda seperti rave party atau techno
party (pesta disko
 atau ajojing semalam suntuk)
 "Ah, Amerika Serikat ' kan berada nun jauh di sana !" begitu orang
berpikir.
 Eit , tunggu dulu. Central Narcotics Bureau Singapura, pertengahan
Januari lalu juga berhasil menggagalkan penyelundupan 1600 pil yaba
senilai Sin $ 16
 000. Itu di Singapura, yang notabene negara tetangga kita. Bukan di
Amerika.
 Lagi pula, anak-anak muda kita pun kini lagi gandrung pesta sejenis yang
dulu menjadi awal beredarnya ekstasi. Obat doping buat para peserta
ajojing semalam suntuk. Jadi, jangan anggap enteng.

 BEKAL MASA PERANG
 Seperti tren mode yang kerap berulang, sebenarnya yaba bisa dibilang
barang baru tapi lama .
 Yaba merupakan kombinasi zat kimia methamphetamine dan caffeine. Orang
yang pertama kali membuat yaba adalah ahli kimia berkebangsaan Jerman,
atas pesanan Adolf Hitler.
 Pesanan khusus ini dibuat untuk membekali tentara Nazi di PD II. Alhasil,
para prajurit yang mengonsumsi obat "super" itu langsung menjadi
 "superman".
 Mereka sanggup bertempur sepanjang hari tanpa istirahat atau capek. Nama
asli obat ini bukan yaba, tapi cuma diberi kode D-IX . Proses
penciptaannya dimulai November 1944 di Sachsenhausen, dekat Berlin ,
Jerman.
 Langsung diuji coba pada manusia, terutama para tahanan di kamp
konsentrasi Saehsenhausen. Ada 18 tahanan yang diberi D-IX, kemudian
dipaksa berbaris dan mengelilingi lapangan. Pundak mereka diberi beban
seberat 20 kg. Selama berjam-jam mereka berbaris sambil bernyanyi dan
bersiul mengelilingi lapangan tanpa istirahat. Kalau dihitung, jarak
tempuhnya mencapai lebih dari 90 km . Hal yang mustahil dilakukan tanpa
pengaruh obat.
 Namun, setelah 24 jam pertama, keampuhan obat ini membawa bencana bagi
pemakainya. Mereka langsung ambruk berjatuhan dan meninggal. Gilanya,
dokter-dokter Nazi kala itu sangat terkesan dengan hasil percobaan D-IX.
Mereka dengan antusias merencanakan program untuk menyuplai seluruh
tentara Jerman dengan pil ini. Untungnya, perang keburu usai sebelum obat
D-IX ini dibikin secara massal.
 Kini, bertahun-tahun kemudian , D-IX bangkit lagi. Entah siapa yang mulai
membangkitkan. Namanya pun berubah menjadi yaba, diambil dari bahasa
Thailand yang artinya kira-kira crazy medicine alias obat edan. Yaba,
kabarnya, memang lahir dan "menjadi dewasa" di Thailand. Seperti laiknya
pil-pil narkoba lain, orang yang meminumnya akan mengalami sensasi. Dia
bisa
 menjadi terlalu gembira, agresif, seperti kesetanan, dan tidak merasa capek

 Besarnya pil itu kira-kira seujung penghapus pensil . Pada salah satu
sisinya terdapat logo bertuliskan R atau WY. Kandungannya terdiri atas
sekitar 25 - 35 mg methamphetamine , dicampur dengan kafein (45 - 65 mg).
Komposisi tepatnya tidak diketahui pasti. Bahkan ada juga yang bilang,
yaba hasil oplosan garam, cairan pembersih rumah, sulingan obat batuk,
dan lithium baterai kamera. Ya ampun!
 STROKE ATAU MENINGGAL
 Sebenarnya, methamphetamine di dalam yaba tidak diciptakan secara khusus
untuk narkoba.
 Methamphetamine sendiri ditemukan tahun 1919 di Jepang sebagai turunan
dari amphetamine . Kedua bahan kimia ini tadinya dipakai untuk obat
decongestan atau melegakan hidung tersumbat dan saluran pernapasan.
Selain itu , methamphetamine digunakan pula untuk menanggulangi penyakit
obesitas atau kegemukan.

 Kerja methamphetamine ini menghamhat fungsi hormon serotonin dalam tubuh
saat memberikan informasi ke otak kalau perut kita lapar atau tubuh kita
lelah. Jika digunakan pada saat yang tepat, methamphetamine memang
memiliki kegunaan yang positif. Sementara amphetamine ditemukan pertama
kali tahun 1887 di Jerman. Tujuannya untuk mengobati bermacam penyakit
seperti ayan, schizophrenia, kecanduan alkohol, migren, dan hiperaktif
pada anak-anak. Amphetamine mulai disalahgunakan sejak pemerintah Amerika
mencanangkan kokain sebagai narkotik tahun 1914. Untuk mendapatkan kokain
harus dengan resep dokten Positifnya, penggunaan kokain di tahun 1920
mengalami penurunan
 Sampai tahun 1930 penggunaan kokain terus menurun. Tragisnya, pengguna
kokain malah beralih ke amphetamine . Pada 1960-an harga amphetamine
hanya 75 sen per seratus tablet. Laboratorium ilegalnya selalu muncul,
sampai akhirnya ada yang mengembangkannya menjadi yaba.
 Meskipun berwujud pil atau tablet, ada beberapa cara mengonsumsi yaba.
Paling gampang, ya tinggal telan saja pil haram rasa buah-buahan ini.
Cara lain - dinamai "berburu naga "- pil yaba ditaruh di permukaan
alumunium foil
 , kemudian dibakar atau dipanasi dari bawah. Saat pil mulai mencair, akan
muncul uap. Nah, uap ini lantas dihirup. Pengguna pun lantas
klieng-klieng alias fly dibuatnya. Yaba juga bisa ditumbuk sampai halus
menjadi serbuk, kemudian dihirup melalui hidung. Mereka yang terbiasa
dengan jarum suntik pun bisa mencampur bubuk yaba dengan air hingga
larut, lalu disuntikkan. Akihat penggunaan methamphetamine yang tidak
semestinya, detak jantung pemakai yaba dapat bertambah cepat, dan tekanan
darahnya naik. Bila hal ini berkelanjutan, pembuluh darah kecil di otak
bisa pecah hingga mengarah ke stroke. Pengguna yaba kronis juga bakal
terserang radang saluran darah di jantung. Yang sangat mengerikan, bila
sampai overdosis, pemakainya akan mengalami hyperthermia atau naiknya
suhu tubuh disertai kejang-kejang yang bisa berujung maut.

 Secara psikologis, dampak negatif pemakaian yaba adalah terjadinya fase
perubahan perilaku. Tiba-tiba saja sifat pemakai berubah menjadi kasar,
paranoid atau ketakutan yang berlebihan, resah, bingung, hingga susah
tidur Tak hanya itu, meskipun yaba sering digunakan secara oral (lewat
mulut), pengguna yaba lewat jarum suntik yang dipakai secara bergantian
mungkin saja
 dapat tertular penyakit HIV/AIDS, hepatitis B dan C, juga penyakit lain
yang
 penyebarannya melalui virus.

 CETAKANNYA SUDAH ADA
 Celakanya, tidak seperti kebanyakan obat medis yang pahit, yaba memiliki
variasi rasa. Ada rasa anggur, jeruk, dan vanila. Warnanya pun beragam
dan menarik: kemerahan, oranye, dan hijau. Pendek kata, wujud dan rasanya
seperti permen.
 "Karena seperti permen, dikhawatirkan jika yaba sampai dikonsumsi
anak-anak dan kaum muda. Obat ini sangat berbahaya. Kita harus
bersama-sama berupaya agar yaba tidak meluas dan menyebar di sini,"
ungkap Kabid Sistem dan Jaringan Informasi Badan Narkotika Nasional,
Kompol Sumirat Dwiyanto.

 Di Indonesia , yaba memang belum populer. Bukan berarti Indonesia
ketinggalan zaman. Malahan , Indonesia bisa menjadi pasar yang empuk.
Secara materi, yaba belum ditemukan di sini. Tetapi yaba tidak jauh
berbeda dengan ekstasi yang sudah beredar. Berdasarkan informasi yang
saya terima, harganya bisa separuhnya dari ekstasi yang rata-rata dijual
dengan harga Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu," ungkap Kompol Sumirat
Dwiyanto.
 Masalah madat ini menjadi PR kita bersama. "Usaha pemberantasan narkoba
di negara kita memang kuat, tetapi pasar narkoba kita tak kalah kuat,"
ungkap dr. Sudirman, direktur Rumah Sakit Ketergantungan Obat RS
Fatmawati, Jakarta
 . "Dari catatan kunjungan pasien ke rumah sakit, korban narkoba terbanyak
adalah anak-anak lelaki usia belasan hingga 20-an tahun. Ada 10 - 15
pasien narkoha per harinya. Yang terbanyak berasal dari wilayah Jakarta
Selatan, disusul Jakarta Timur, lanjut Sudirman.
 Jangan baru bertindak sesudah terlanjur kecemplung di dunia narkoba,
nanti sulit bangkitnya. Walaupun ada jalan pengobatan bagi korban
narkoba, kata dr
 Sudirman, persentase kesembuhannya berkisar 30% saja. Narkoba merusak
secara fisik jaringan otak dan juga jaringan sosial si pemakai. Apalagi
faktanya, pemadat juga akan dijauhi lingkungan sosialnya. Karena
penolakan, tak heran pemadat yang sembuh bisa kambuh lagi, karena
lingkungan pemadat saja yang mau menerima kehadirannya.

 Status ekonomi tidak menjadi penghalang pemadat. Apa pun dilakukan untuk
memenuhi kebutuhannya, walaupun harus melakukan tindak kriminal. Mereka
jelas-jelas calon penerus bangsa. Apa jadinya kalau negeri ini nantinya
diatur oleh orang-orang teler? ltu sebabnya dibutuhkan penyuluhan yang
tetap
 gencar. Menurut dr. Sudirman, menghadapi ancaman narkoba, yang paling
penting dilakukan adalah pencerdasan masyarakat. Jika masyarakatnya sudah
pintar, tahu akibat buruk narkoba, tinggal serahkan saja pada mereka
untuk memilih mana yang paling baik buat dirinya.

 Dengan kian canggihnya alat komunikasi dan transportasi, jarak, ruang,
dan waktu tak menjadi halangan. Bisa saja yaba kini sudah sampai di
Indonesia . Akhir Januari lalu, Tim Gabungan Mabes Polri dan Polda Metro
Jaya menemukan rumah toko yang digunakan sebagai pabrik ekstasi di
Kompleks Ruko Pelangi Cengkareng, Jakarta . Di sini ditemukan 55.400 pil
ekstasi beserta alat pencetaknya. Menurut Kasubdit Psikotropika
Direktorat Narkotika Mabes Polri,
 Kombes Polisi Indriadi Tanos, alat pembuat ekstasi yang ditemukan diduga
akan digunakan untuk membuat produk barui. Produknya disebut yaba,
campuran dan efeknya mirip dengan ekstasi, tapi harga jualnya lebih
murah. Siap-siap,
 siap-siap ! ( Intisari)



AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke